• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DI PELABUHAN BENOA BALI PERIODE SEMESTER II TAHUN 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DI PELABUHAN BENOA BALI PERIODE SEMESTER II TAHUN 2016"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

LAPORAN PENELITIAN

STUDI PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN

LINGKUNGAN HIDUP DI PELABUHAN BENOA BALI

PERIODE SEMESTER II TAHUN 2016

Oleh:

Dr.Drs.Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc

PUSAT STUDI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN

LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

UNIVERSITAS UDAYANA

2016

(3)

KATA PENGANTAR

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mencantumkan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Peraturan perundangan yang berlaku mensyaratkan adanya upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap suatu kegiatan yang potensial mencemari lingkungan seperti kegiatan di Pelabuhan Benoa. Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup tersebut

dilakukan untuk dapat mengendalikan dampak yang ditimbulkan oleh limbah hasil kegiatan. Sebagai pelabuhan yang memiliki fungsi melayani kapal penumpang, pariwisata, kapal bahan bakar, kapal perikanan khusus export, kapal peti kemas barang-barang export-import, maka PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa berupaya untuk melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup agar lingkungan di sekitar pelabuhan tetap terjaga kualitasnya.

Penelitian yang berjudul Studi Pelaksanaan Pengelolaan dan pemantauan Lingkungan Hidup di Pelabuhan Benoa Bali Periode Semester II Tahun 2016 dilaksanakan dalam rangka mengetahui efektifitas rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup pada periode semester II Tahun 2016. Penyusunan laporan penelitian ini mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005. Diharapkan dengan melaksanakan pemantauan lingkungan hidup secara berkala, dapat diketahui secara dini, upaya pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan hidup yang lestari.

Denpasar, 19 Desember 2016 Dr. Drs. Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc.

(4)

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ABSTRAK ii iii BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang I-1

1.2 Identitas Perusahan I-3

1.3 Lokasi Kegiatan I-5

1.4 Deskripsi Kegiatan I-12

1.5 Perkembangan Lingkungan Sekitar I-27

BAB II. PELAKSANAAN DAN EVALUASI

2.1 Pelaksanaan II-1

2.1.1 Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup II-1 2.1.2 Rencana Permantauan Lingkungan Hidup II-19

2.2. Evaluasi II-51

2.2.1 Evaluasi Kecenderungan II-51

2.2.2 Evaluasi Tingkat Kritis II-56

2.2.3 Evaluasi Penaatan II-57

BAB III KESIMPULAN

3.1 Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup III-1

3.2 Kesesuaian Hasil Pelaksanaan RKL-RPL III-2

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(5)

ABSTRAK

Studi Pelaksanaan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup di Pelabuhan Benoa Bali Periode Semester II Tahun 2016

Oleh : Ketut Gede Dharma Putra

Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan LPPM Universitas Udayana Bali Email: gededharmaputra@unud.ac.id

Telah dilakukan penelitian tentang pelaksanaan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup di Pelabuhan Benoa Bali pada periode semester 2 tahun 2016. Penelitian dilakukan dengan mengevaluasi rencana pengelolaan lingkungan hidup di Pelabuhan Benoa yang tertuang dalam dokumen RKL dan melaksanakan kegiatan monitoring kualitas air laut, kualitas udara, tingkat kebisingan, dan keberadaan biota perairan di sekitar Pelabuhan Benoa Bali.

Berdasarkan hasil evaluasi terhadap hasil pengamatan, survey lapangan, dan pengukuran parameter kualitas lingkungan di Pelabuhan Benoa dapat disimpulkan beberapa hal, diantaranya: (1) Status mutu air laut di perairan Pelabuhan Benoa apabila dianalisis sesuai Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup serta Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut pada lima lokasi pengukuran termasuk kategori baik karena memenuhi baku mutu lingkungan untuk kualitas air laut peruntukan pelabuhan. Empat titik pengukuran lainnya termasuk kategori cemar ringan. Parameter yang melebihi baku mutu lingkungan meliputi bau, benda terapung/sampah, dan senyawa ammonia. Kondisi tersebut menunjukan aktivitas bongkar muat, pemeliharaan kapal, buangan limbah perusahan prosesing ikan di pelabuhan, serta polutan yang berasal dari aliran air dari kawasan sekitar pelabuhan merupakan sumber pencemar ke dalam perairan laut di lokasi pengamatan. (2)Kualitas udara dan tingkat kebisingan di Pelabuhan Benoa menunjukan kondisi yang berada di bawah baku mutu lingkungan. Walaupun kualitas udara di kawasan pelabuhan berada dalam kondisi baik, namun tingginya kandungan debu di lokasi yang berdekatan dengan pintu masuk ke pelabuhan perlu dikelola dengan baik agar tidak mengganggu aktivitas di kawasan lainnya. (3)Tingkat keragaman phytoplankton dan zooplankton di perairan laut Pelabuhan Benoa masih dalam klasifikasi tercemar ringan. Hal ini menunjukan kondisi perairan pelabuhan masih memungkinkan kehidupan biota perairan yang memenuhi kondisi peraiaran di sekitar pelabuhan yang tidak dimanfaatkan secara penuh untuk aktivitas masyarakat. (4)Kondisi lingkungan hidup seperti yang dipantau menunjukan masih adanya limbah dan sampah yang masuk ke kawasan perairan di sekitar pelabuhan tanpa terlebih dahulu mengalami pengolahan . Kata Kunci: Status Mutu, Kualitas Lingkungan.

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mencantumkan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum. Peraturan perundangan yang berlaku mensyaratkan adanya upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap suatu kegiatan yang potensial mencemari lingkungan seperti kegiatan di Pelabuhan Benoa. Semua kegiatan pembangunan di pelabuhan harus mengacu pada konsep pembangunan berkelanjutan sebagai upaya sadar dan terencana yang memadukan aspek lingkungan hidup, sosial, dan ekonomi ke dalam strategi pembangunan untuk menjamin keutuhan lingkungan hidup serta keselamatan, kemampuan, kesejahteraan, dan mutu hidup generasi masa kini dan generasi masa depan.

Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) ini mengacu pada hasil studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Pengembangan Pelabuhan Benoa Bali yang telah mendapat persetujuan dari Menteri Perhubungan berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 1994 tanggal 4 Juni 1994 tentang Persetujuan Laporan Akhir Studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Pengembangan Kawasan Pelabuhan Benoa-Denpasar Bali yang selanjutnya diikuti dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: SK.3/LT.504/Phb-96 tanggal 15 Januari 1996 tentang Persetujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan

(7)

504/PHB-99 tanggal 25 Juni 1999 tentang Persetujuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Kegiatan Reklamasi Pelabuhan Benoa Bali. Sementara itu untuk kegiatan alur pelabuhan, pada tanggal 1 April 2008 Gubernur Bali telah mengeluarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 283/04-A/Hk/2008 tentang Penetapan Kelayakan Lingkungan Kegiatan Perluasan Alur Masuk ke Pelabuhan Benoa. Dalam upaya tersebut, Departemen Perhubungan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut melalui PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa telah secara rutin melaksanakan kegiatan pemantauan lingkungan hidup untuk mengamati efektivitas pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup yang ada. Hal ini sesuai dengan arahan yang tertuang dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) kegiatan pengembangan dan pembangunan di Pelabuhan Benoa.

Kegiatan pelabuhan seperti yang dilaksanakan di Pelabuhan Benoa, yang terletak di Kawasan Teluk Benoa pada bagian Selatan Pulau Bali, tepatnya pada koordinat 08044’22” LS dan 115012’30” BT merupakan kegiatan yang berpotensi

menimbulkan dampak kepada lingkungan hidup. Hal ini dikarenakan Pelabuhan Benoa dioperasikan sebagai pelabuhan multipurpose untuk pelayanan petikemas,

general cargo, curah cair, penumpang, perikanan dan marina. Hal tersebut sesuai

dengan fungsi Pelabuhan Benoa sebagaimana dinyatakan dalam Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009, yaitu untuk melayani kapal penumpang, pariwisata, kapal BBM, kapal perikanan khusus ekspor, kapal petikemas barang-barang ekspor-impor kerajinan rakyat, seni dan garmen serta kapal yang membawa sembilan bahan pokok (sembako). Aktivitas-aktivitas tersebut menyebabkan timbulnya limbah yang dihasilkan dari semua kegiatan yang dilaksanakan di pelabuhan dimana limbah tersebut perlu dikelola dengan baik agar tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup.

Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL), pihak pemrakarsa kegiatan perlu melaksanakan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup sesuai dengan

(8)

(RKL) dan dilaporkan kegiatan pemantauannya sesuai dengan arahan di dalam dokumen Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Pengembangan Kawasan Pelabuhan Benoa Denpasar Bali. Kegiatan monitoring kualitas lingkungan ini dilaksanakan sebagai bentuk komitmen PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.

Sesuai arahan dalam dokumen ANDAL Pengembangan Kawasan Pelabuhan Benoa Denpasar Bali tahun 1996 serta dokumen ANDAL Kegiatan Pendukungan Perluasan Alur masuk ke Pelabuhan Benoa tahun 2008, kegiatan pengembangan kawasan Pelabuhan Benoa bertujuan untuk:

1. Mengembangkan pelabuhan yang representatif bagi kapal-kapal wisata manca negara sekaligus sebagai pelabuhan kapal barang konvensional.

2. Melakukan pengembangan fasilitas pelabuhan umum yang harmonis dengan fasilitas penumpang.

3. Memanfaatkan teknologi modern dalam pengembangan sistem pelayanan.

1.2 Identitas Perusahaan

Kegiatan pemantauan lingkungan hidup di kawasan Pelabuhan Benoa ini dilaksanakan oleh:

a. Nama Perusahan : PT. Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa

b. Jenis Badan Hukum : Perseroan Terbatas

c. Alamat : Jln. Raya Pelabuhan Benoa Banjar/Lingkungan Pesanggaran Kelurahan Pedungan

Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar 80222

d. Nomor Telepon : (0361) 720560 – 723352 e. Nomor Fax : (0361) 723351

(9)

i. SK AMDAL yang disetujui : 1. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 44 Tahun 1994 tanggal 4 Juni 1994 tentang Persetujuan Laporan Akhir Studi Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL) Pengembangan Kawasan Pelabuhan Benoa-Denpasar Bali 2. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor:

SK.3/LT.504/Phb-96 tanggal 15 Januari 1996 tentang Persetujuan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Rencana Pengembangan Pelabuhan Benoa Bali

3. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor SK.7/LT 504/PHB-99 tanggal 25 Juni 1999 tentang Persetujuan Analisis Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL), Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL), dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) Kegiatan Reklamasi Pelabuhan Benoa Bali 4. Keputusan Gubernur Bali Nomor

283/04-A/Hk/2008 tanggal 1 April 2008 tentang Penetapan Kelayakan Lingkungan Kegiatan Perluasan Alur Masuk ke Pelabuhan Benoa j. Penanggung jawab : Ali Sodikin

(10)

1.3 Lokasi Kegiatan

Pelabuhan Benoa terletak di Kawasan Teluk Benoa yang termasuk wilayah Banjar/Lingkungan Pesanggaran Kelurahan Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar.

Pelabuhan Benoa terletak di Teluk Benoa dengan posisi geografis pada koordinat 08° 44’ 22" Lintang Selatan dan 115° 12' 30" Bujur Timur. Secara administratif lokasi kegiatan Pelabuhan Benoa berada di Banjar Pesanggaran, Kelurahan Pedungan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar, Provinsi Bali.

Batas-batas daerah kegiatan adalah sebagai berikut :

 Sebelah Utara : Teluk Benoa dan wilayah daratan Banjar Pesanggaran  Sebelah Timur : Teluk Benoa dan Kawasan Serangan

 Sebelah Barat : Teluk Benoa dan Jalan Tol Bali Mandara  Sebelah Selatan : Teluk Benoa dan Kawasan Tanjung Benoa

Orientasi lokasi Pelabuhan Benoa dapat dilihat pada Gambar 1.1, layout eksisting pada Gambar 1.2, sementara peta rencana pola ruang wilayah Kota Denpasar, Kabupaten Badung,Provinsi Bali dan Kawasan Perkotaan Sarbagita pada Gambar 1.3 sampai Gambar 1.5.

(11)
(12)

Ga mbar 1.2 L ayout Eksi sti ng P elabuha n B enoa

(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

1.4 Deskripsi Kegiatan

Kegiatan di Pelabuhan Benoa merupakan kegiatan jasa pelayanan pelabuhan umum dan pariwisata yang merupakan bagian dari aktivitas kegiatan perhubungan. Pada saat pelaksanaan kegiatan pemantauan lingkungan hidup, status pelaksanaan kegiatan termasuk tahap operasional. Berdasarkan kelas pelabuhan di wilayah operasi PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), Pelabuhan Benoa merupakan pelabuhan Internasional Kelas II. Selain itu berdasarkan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KP 414 Tahun 2013 tanggal 17 April 2013 tentang Penetapan Rencana Induk Pelabuhan Nasional (RIPN), Pelabuhan Benoa termasuk kategori Pelabuhan Utama.

Luas areal pelabuhan terdiri dari zona fasilitas pokok 25,8 Ha dan zona fasilitas penunjang seluas 32,2 Ha. Perairan pelabuhan Benoa berada pada Daerah Lingkungan Kerja Perairan yang luasnya 227,6 Ha yang terdiri dari kolam pelabuhan sebesar 21,97 Ha; Fasilitas umum sebesar 72,50 Ha; perairan potensial yang belum dimanfaatkan sebesar 24,39 Ha; dan perairan dangkal yang belum dapat dimanfaatkan sebesar 108,84 Ha. Adapun kegiatan / fasilitas Pelabuhan Benoa eksisting disajikan pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1 Kegiatan / Fasilitas Pelabuhan Benoa Eksiting

NO KEGIATAN KETERANGAN

1 DERMAGA

a. Sisi Timur Kolam dermaga sisi timur memiliki dimensi (662 x 150) M2, dengan kedalaman bervariasi antara -5 s.d. -10 m LWS

1) Dermaga Timur  Dimensi (290 x 20) M2

 Kedalaman kolam depan dermaga -9 s.d. - 10 MLWS

 Konstruksi beton bertulang

2) DUKS (5 dermaga)  5 dermaga dengan dimensi per dermaga (20 x 10) M2

 Kedalaman kolam depan dermaga -5 M LWS

 Konstruksi kayu 3) Dermaga Pandu  Dimensi (33 x3) M2

 Kedalaman kolam depan dermaga -3,5 M LWS

 Konstruksi kayu 4) Mooring Dolphin untuk

kapal cruise  Dimensi (4,1 x 4,1) m

2

(18)

NO KEGIATAN KETERANGAN

kedalaman bervariasi antara -5 s.d. -9 M LWS

1) Dermaga Selatan  Dimensi (206 x 21) M2

 Kedalaman kolam depan dermaga -8 s.d. -9 M LWS

 Konstruksi beton bertulang 2) DUKS (3 dermaga)  I. Dimensi (58 x 8) M2

II. Dimensi (40 x 8) M2 III. Dimensi (70 x 8) M2

 Kedalaman kolam depan dermaga -5 M LWS

 Konstruksi beton bertulang c. Sisi Barat Kolam dermaga sisi barat memiliki

dimensi Dimensi (900 x 150) M2, dengan kedalaman bervariasi -2,5 s.d. -3,5 m LWS

1) Dermaga Barat Selatan  Dimensi (150 x 8) M2

 Kedalaman kolam depan dermaga -3,5 M LWS

 Konstruksi beton bertulang

2) DUKS (10 dermaga)  I. Dimensi (100 x 10) M2 II. Dimensi (35 x 10) M2 III. Dimensi (30 x 10) M2 IV. Dimensi (40 x 10) M2 V. Dimensi (40 x 10) M2 VI. Dimensi (46 x 10) M2 VII. Dimensi (20 x 10) M2 VIII.Dimensi (15 x 10) M2 IX. Dimensi (15 x 10) M2 X. Dimensi (7 x 10) M2

 Kedalaman kolam depan dermaga -3 M LWS

 Konstruksi kayu

3) Dermaga Barat Utara  8 dermaga dengan dimensi per dermaga (32 x 8) M2

 Dimensi (72 x 8 ) M2

 Kedalaman kolam depan dermaga -3 M LWS

 Konstruksi beton bertulang

2 ZONA FASILITAS POKOK Total 25,8 Ha

a. Zona Terminal Luas 21,4 Ha 1) Lapangan penumpukan

(19)

NO KEGIATAN KETERANGAN

d) Curah Cair 4,6 Ha 2) Terminal Penumpang 5,2

Ha

b. Zona Pariwisata/Marina Luas 3,7 Ha 3 ZONA FASILITAS

PENUNJANG Total 32,2 Ha

a. Zona Port Associate Industry

(PAI) Luas 19,3 Ha

b. Zona Perkantoran dan Bisnis

Maritim Luas 4 Ha

c. Zona Fasilitas Umum Luas 2,9 Ha d. Sarana Jalan dan Penghijauan; Luas 6 Ha

4 TURNING BASIN Diameter 300 m dengan kedalaman -10 m LWS

Sumber: PT Pelabuhan Indonesia III (Persero), 2015

Gambaran secara singkat mengenai kegiatan eksisting Pelabuhan Benoa diuraikan sebagai berikut :

1. Dermaga a. Sisi Timur

Fasilitas dermaga yang tersedia di Pelabuhan Benoa sisi timur terdiri dari beberapa dermaga, yaitu Dermaga Timur, Dermaga Untuk Kepentingan Sendiri (DUKS) dan dermaga pandu. Kolam dermaga sisi timur memiliki dimensi (662 x 150) m2, dengan kedalaman bervariasi antara -5 sampai -10 m LWS.

Dermaga Timur difungsikan sebagai tempat tambat dan berlabuhnya kapal-kapal penumpang, tamu negara dan petikemas. Dermaga Selatan ini hanya mampu menampung 2 (dua) unit kapal dalam waktu yang bersamaan dengan ukuran panjang 180 m dan 100 m. DUKS di sisi timur berfungsi sebagai terminal pariwisata / marina, sementara dermaga pandu untuk tempat tambat kapal pandu dan tunda. Selain itu juga terdapat mooring dolphin untuk tambatan kapal cruise dengan dimensi (4,1 x 4,1) m2.

(20)

b. Sisi Selatan

Fasilitas dermaga yang tersedia di sisi sebelah selatan terdiri dari Dermaga Selatan dan DUKS. Dermaga Selatan difungsikan sebagai tempat tambat dan berlabuh kapal-kapal survei, kapal negara, dan kapal general cargo. Kolam pelabuhan berukuran panjang 600 m, lebar 350 m dan kedalaman rata-rata -6,0 m LWS. Kemampuan olah putar kapal di kolam sisi selatan sekitar 350 m. Dermaga Selatan hanya mampu menampung 2 (dua) unit kapal yang tambat dalam waktu bersamaan dengan ukuran panjang kapal 100 meter. Sedang DUKS difungsikan untuk tempat tampat kapal curah air dan hanya mampu menampung 2 (dua) unit kapal ukuran panjang 80 m secara bersamaan.

c. Sisi Barat

Fasilitas dermaga yang tersedia di sisi sebelah barat terdiri dari Dermaga Barat Selatan, Dermaga Barat Utara, dan DUKS. Seluruh dermaga di sisi barat ini difungsikan untuk tempat tambat kapal perikanan. Kolam pelabuhan berukuran panjang 900 m, lebar 150 m dan kedalaman kolam antara -2,50 m LWS sampai dengan -4,00 m LWS yang dipergunakan untuk melayani bongkar muat kapal perikanan dengan ukuran kapal maksimum 150 GT (Gross Tonage), panjang kapal (Length Over All / LOA) 30 m, lebar maksimum 7 m, dan sarat maksimum 3 m. Dengan kondisi fasilitas seperti tersebut, maka dermaga sisi selatan hanya mampu menampung maksimum 15 unit kapal tambat dan 75 unit kapal labuh susun sirip.

Kondisi eksisting dermaga dapat dilihat pada Gambar 1.7 sampai Gambar 1.9 berikut ini.

(21)

Dermaga Timur Dermaga Pariwisata

DUKS DUKS

Mooring dolphin Dermaga Pandu

(22)

Dermaga Selatan DUKS

Gambar 1.8 Kondisi Dermaga Sisi Selatan Eksisting

Dermaga Barat Selatan Dermaga Barat Utara

DUKS DUKS

Gambar 1.9 Kondisi Eksisting Dermaga Sisi Barat

2. Fasilitas Pokok

Fasilitas pokok pelabuhan terdiri dari zona terminal dan zona pariwisata / marina. Total zona fasilitas pokok adalah seluas ±25,8 Ha, dengan rincian sebagaimana

(23)

a. Zona Terminal

1) Lapangan Penumpukan dengan luas ±16,9 Ha, terdiri dari :

Lapangan penumpukan general cargo seluas ±3,3 Ha yang berada di utara dan selatan Pelabuhan Benoa. Area general cargo tidak difungsikan karena sesuai arahan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009-2029 bahwa Pelabuhan Benoa bukan untuk pelayanan general cargo. Area ini akan dikembangkan atau dialihfungsikan menjadi zona terminal lain. Di area general cargo sisi selatan terdapat 3 (tiga) gudang dengan konstruksi bangunan permanen. Gudang 1 seluas 450 m2 saat ini

difungsikan sebagai terminal penumpang domestik sementara, Gudang 2 seluas 806 m2 dan Gudang 3 seluas 600 m2 tidak ada kegiatan. Foto lokasi general cargo ditampilkan pada Gambar 1.10.

Area ex-General cargo Gudang 1

Gudang 2 Gudang 3

(24)

Lapangan petikemas berada di area seluas ±2,4 Ha. Container Yard (CY), yaitu lapangan untuk penumpukan petikemas berada di kawasan petikemas dengan luas efektif 15.922 m2 atau setara kapasitas 200 TEUs.

Saat ini jumlah penumpukan di CY mencapai 1.800 TEUs/bulan. Foto lapangan petikemas dapat dilihat pada Gambar 1.11 berikut ini.

CY CY

CY CY

Gambar 1.11 Kondisi Eksisting Container Yard

 Lapangan penumpukan curah kering seluas ±6,5 Ha berada sisi paling utara. Sama seperti general cargo, sesuai arahan Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009 – 2029 bahwa Pelabuhan Benoa bukan untuk pelayanan curah kering sehingga area ini tidak difungsikan. Area ini akan dikembangkan atau dialihfungsikan menjadi zona terminal lain. Foto area curah kering dapat dilihat pada Gambar 1.12.

(25)

Gambar 1.12 Kondisi Eksisting Lapangan Curah Kering

 Lapangan curah cair berada di sebelah selatan seluas ±4,7 Ha. Di area ini terdapat fasilitas curah cair yang dimiliki PT Pertamina dan PT AKR dimana kedua perusahaan ini sudah memiliki UKL-UPL sendiri. Foto lokasi lapangan curah cair dapat dilihat pada Gambar 1.13 berikut.

PT Pertamina PT AKR

(26)

2) Terminal Penumpang

Terminal penumpang berada di lahan seluas ±5,2 Ha. Selain kapal domestik (perjalanan antar pulau), Pelabuhan Benoa juga disinggahi kapal (cruise) internasional. Dalam area ini terdapat beberapa fasilitas, antara lain gedung terminal domestik dan internasional, parkir terminal domestik dan internasional, dan kios-kios. Gedung terminal penumpang adalah tempat dimana para penumpang kapal menunggu sebelum naik ke atas kapal. Gedung terminal penumpang domestik seluas 1.383 m2 dengan ±800 orang,

sementara gedung terminal internasional yang berada di sebelah selatan gedung terminal domestik seluas 1.538 m2 dengan kapasitas ±900 orang.

Lapangan parkir domestik dan internasional masing-masing seluas 5.405 m2

dan 5.787 m2. Lapangan parkir domestik dapat menampung 20 kendaraan

roda 2 dan 150 kendaraan roda 4, sementara lapangan parkir internasional dapat menampung 250 kendaraan roda 4.

Kapal penumpang domestik dengan jumlah 281 kapal/tahun dan rata-rata 24 kapal/bulan (1-2 kapal/hari) dengan rata-rata jumlah penumpang per hari yang naik ataupun turun sekitar 3.539 penumpang, dimana total jumlah penumpang per tahun sebesar 509.681 orang dan rata-rata per bulan 42.473 orang. Kapal cruise internasional dengan jumlah 50 kapal/tahun atau sekitar 5 kapal per bulan dengan rata-rata jumlah penumpang per tahun sebesar 45.483 orang dan rata-rata per bulan 3.970 orang.

Selain fasilitas tersebut, di dalam area ini juga terdapat kios seluas 168 m2

dengan konstruksi kayu. Kondisi terminal penumpang ditunjukkan pada

(27)

Gedung terminal penumpang domestik

(luar) Gedung terminal penumpang domestik (dalam)

Ruang VIP Parkir terminal penumpang domestik

(28)

Gedung terminal penumpang

internasional (luar) Gedung terminal penumpang internasional (dalam)

Parkir terminal penumpang

internasional (paving) Parkir terminal penumpang internasional (aspal)

Kios

(29)

b. Zona Pariwisata / Marina

Zona ini seluas ±2,5 Ha. Zona ini adalah zona yang dipergunakan untuk pendirian bangunan yang berkaitan dengan kegiatan wisata/rekreasi, dimana lokasi bangunan biasanya langsung berada di dekat tambatan kapal wisata yacht dan kegiatan wisata laut lainnya. Kondisi zona marina dapat dilihat pada

Gambar 1.16.

Gambar 1.16 Kondisi Eksisting Zona Pariwisata

3. Zona Fasilitas Penunjang

Zona Fasilitas penunjang seluas ±32,2 Ha yang terdiri dari :

a. Zona Port Associate Industry (PAI)

Zona PAI Pelabuhan Benoa menempati lahan seluas ±19,3 Ha. Zona ini zona yang dipergunakan untuk penempatan fasilitas dan kegiatan industri yang berkaitan dengan kegiatan jasa kepelabuhanan yang berlokasi berdekatan dengan fasilitas pelabuhan. PAI di Pelabuhan Benoa didominasi dengan industri perikanan khususnya untuk processing dan cold storage.

b. Zona Perkantoran dan Bisnis Maritim

Zona Perkantoran dan Bisnis Maritim Pelabuhan Benoa menempati lahan seluas ±4 Ha. Fungsi zona perkantoran bisnis maritim merupakan zona yang dipergunakan untuk penempatan fasilitas dan kegiatan perkantoran yang berkaitan dengan kegiatan operasional kepelabuhanan. Di dalam area ini terdapat gedung kantor PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa,

(30)

kantor instnasi pemerintahan yang berkaitan dengan kegiatan pelabuhan, bank, koperasi dan kios-kios / warung.

c. Zona Fasilitas Umum

Zona fasilitas umum Pelabuhan Benoa menempati lahan seluas ±2,9 Ha. Fasilitas umum merupakan lahan yang ditentukan fungsinya sebagai fasilitas untuk kepentingan umum yang dapat bersifat bukan komersiil dan komersiil berdasarkan status pengelolaan masing-masing fasilitas umum tersebut. Di dalam area ini terdapat tempat ibadah, lapangan, dan lahan kosong yang belum dimanfaatkan.

d. Jalan dan Penghijauan

Jalan di Pelabuhan Benoa kurang lebih ±6 Ha. Jalan adalah semua jalan di dalam daerah lingkungan kerja daratan (DLKr Daratan) yang berfungsi untuk kegiatan lalu lintas kendaraan maupun orang dan bagi kepentingan umum termasuk badan jalan dan trotoar, selokan, jalur penghijauan, dan lain-lain yang berada di dalam Daerah Milik Jalan (DMJ).

Kondisi Zona Fasilitas Penunjang ditunjukkan pada Gambar 1.17 sampai

Gambar 1.20.

(31)

Gambar 1.18 Kondisi Eksisting Perkantoran dan Bisnis Maritim

Lapangan Masjid

Gambar 1.19 Kondisi Eksisting Zona Fasilitas Umum

(32)

4. Turning Basin

Turning basin atau kolam putar adalah area kolam yang dipergunakan untuk memutar haluan kapal. Turning basin Pelabuhan Benoa berada tepat di sebelah tenggara Dermaga Selatan berseberangan dengan Tanjung Benoa, dengan dimensi: diameter 300 m dan kedalaman kolam -10 m LWS.

Gambar 1.21 Kondisi Eksisting Turning Basin

1.5 Perkembangan Lingkungan Sekitar

Pelabuhan Benoa terletak pada kawasan Bali bagian Selatan yang sangat padat dengan berbagai aktivitas yang berpotensi memberikan sumbangan pencemaran lingkungan seperti kegiatan Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Kolam Pengolahan Sumber Air Baku Air Minum/ Estuary Dam, Tempat Penampungan Akhir (TPA) sampah di Pesanggaran, Instalasi Pengolahan Air Limbah Denpasar Seweerage

Development Project (DSDP), Pengelolaan Kawasan Hutan Mangrove/ Taman Hutan

Raya Mangrove, Depo Minyak Pertamina, Pembangkit Listrik PT Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali, serta berbagai aktivitas pariwisata, perdagangan dan industri yang termasuk kawasan Kota Denpasar dan Kabupaten Badung. Seluruh kegiatan disekitar lokasi kegiatan pemantauan di pelabuhan Benoa sangat berpotensi menimbulkan peningkatan polutan di lingkungan sekitar lokasi

(33)

lingkungan tidak semata-mata hanya dihasilkan dari aktivitas yang dilakukan di kawasan Pelabuhan Benoa.Polutan datang dari kegiatan-kegiatan di sekitar pelabuhan Benoa ikut memberikan kontribusi pada hasil pemantauan lingkungan yang dilakukan. Pada periode pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup semester 2 tahun 2015, di kawasan pelabuhan Benoa sedang dilakukan kegiatan pengerukan alur pelabuhan oleh Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan Benoa (KSOP Benoa) dan di-dumping ke utara pelabuhan. Aktivitas di-dumping di lokasi yang terbuka pada saat kemarau berpeluang memberikan sebaran partikel debu ke kawasan sekitarnya. Selain itu, sedang sudah mulai dioperasikan penyaluran LNG dari dermaga selatan ke Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali untuk memenuhi komitmen penggunaan energy bersih di Provinsi Bali melalui upaya penggantian penggunaan minyak solar/HSD/MFO menjadi gas.

(34)

BAB II

PELAKSANAAN DAN EVALUASI

2.1. Pelaksanaan

Berdasarkan arahan rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL) yang tercantum dalam dokumen lingkungan hidup PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa terdapat beberapa komponen lingkungan yang perlu dikelola dan dipantau secara berkelanjutan seperti kualitas udara, kebisingan, kualitas air laut, biota perairan dan beberapa dilakukan pengamatan dan observasi mendalam. Pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup periode semester 2 tahun 2016 ini termasuk pada tahap kegiatan operasional Pelabuhan Benoa.

2.1.1. Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup 1. Jenis Dampak : Penurunan Kualitas Air

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah kualitas air laut di sekitar Pelabuhan Benoa yang termasuk Kawasan Teluk Benoa. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan yang meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga perikanan. Tolok ukur dampak meliputi kualitas air laut untuk parameter fisik dan kimia. Lokasi pengelolaan di kawasan Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan dilaksanakan setiap terjadi kegiatan operasional.

Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan adalah dengan pengamanan terhadap kemungkinan masuknya limbah cair akibat sistem pengolahan ikan di kawasan pelabuhan. Setiap perusahan pengolahan ikan di Pelabuhan Benoa diharapkan memenuhi standar kerja yang memadai dengan tidak membuang

(35)

selaku penyelenggara pelabuhan dan Polisi Perairan. Masyarakat sekitar memiliki tanggung jawab melakukan pengawasan terhadap aktivitas yang menimbulkan dampak negatif terhadap kualitas perairan laut di sekitar pelabuhan.

Selain dari limbah cair pengolahan ikan, pengelolaan lain yang dilakukan yaitu: a. Melaksanakan prosedur bongkar muat barang yang ditetapkan dengan ketat

dan menempatkan petugas pengawas setiap proses bongkar muat

Gambar 2.1 Proses Bongkar Muat Barang dan Petikemas PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

(36)

Gambar 2.2 Proses Bongkar Muat Penumpang PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

b. Melaksanakan pengelolaan limbah padat domestik di kawasan pelabuhan. Pengelolaan sampah/limbah padat Pelabuhan Benoa berdasarkan pada prosedur MK3L (Mutu,K3, dan Lingkungan) yaitu Penanganan Limbah Padat (P-LK-03).

(37)

Pada tahun 2016 ini tidak pernah terjadi tumpahan minyak di Pelabuhan Benoa. Apabila terjadi ceceran minyak, Pelabuhan Benoa telah memiliki Prosedur Penanggulangan Darurat yang digunakan sebagai pedoman dalam pemberian respon terhadap kondisi darurat.

c. Pemeliharaan sistem saluran/drainase

Gambar 2.4 Pembersihan sistem saluran di lingkungan PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

d. Menginformasikan kepada pekerja dan pengunjung pelabuhan agar melakukan pembuangan limbah dan sanitasi yang benar

Gambar 2.5 Himbauan Kepada Pekerja dan Pengunjung Pelabuhan di Wilayah PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

(38)

e. Jika terjadi tumpahan atau ceceran minyak, penanganan dilaksanakan sesuai dengan sistem dan prosedur

PT Pelindo III (Persero Cabang Benoa memiliki prosedur MK3L (Mutu, K3, dan Lingkungan) yang didalamnya melingkupi prosedur terkait dengan mutu, K3, dan lingkungan. Dalam prosedur terkait pengelolaan lingkungan terdapat prosedur yang mencakup penanganan terhadap bahan berbahaya serta timbulnya ceceran dari bahan berbahaya tersebut. Prosedur-prosedur tersebut meliputi :

Tabel 2.1

Prosedur terkait Penanganan Bahan Berbahaya PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

No Nomor Prosedur

1 P-K3L-03 Penanganan Tumpahan Bahan Kimia

2 P-K3L-04 Penumpukan Container, General Cargo, B3, dan Penanganan Limbah B3

2 IK-LK3-02 Instruksi Kerja Penanganan Bocoran Gas

3 IK-LK3-05 Instruksi Kerja Penanganan Tumpahan Bahan Kimia Sumber : PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa, 2016

Pada tahun 2016 ini tidak pernah terjadi tumpahan minyak di Pelabuhan Benoa. Apabila terjadi ceceran minyak, Pelabuhan Benoa telah memiliki Prosedur Penanggulangan Darurat yang digunakan sebagai pedoman dalam pemberian respon terhadap kondisi darurat. Dalam Prosedur MK3L PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa, Prosedur keadaan darurat meliputi:

(39)

Tabel 2.2

Prosedur terkait Keadaan Darurat PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

No Nomor Prosedur

1 P-K3L-06 Perencanaan Penanganan Keadaan Darurat 2 IK-LK3-06 Instruksi Kerja Penyebaran Informasi

Keadaan Darurat

Sumber : PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa, 2016

f. Menyediakan fasilitas septic tank dengan pengurasan rutin dilakukan setiap setahun sekali

2. Jenis Dampak : Perubahan Pola Arus

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah perubahan pola arus di sekitar Pelabuhan Benoa. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan yang meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga perikanan. Tolok ukur dampak meliputi sedimentasi, pengendapan lumpur, dan pendangkalan kolam pelabuhan. Lokasi pengelolaan di perairan Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan dilaksanakan pada tahap operasional.

Kawasan perairan di Pelabuhan Benoa berada di Kawasan Teluk Benoa yang memiliki karakteristik sangat khusus. Pola arus dan kecepatan arus mengalami perubahan sesuai dengan kesibukan lalu lintas pelayaran. Pengelolaan lingkungan yang dilakukan adalah dengan menerapkan sistem navigasi dan pengawasan lalu lintas kapal yang harus disesuaikan dengan tonase yang dipersyaratkan dimana pelaksanaannya berkoordinasi dengan KSOP Benoa. Pasang surut, arus dan gelombang merupakan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap dinamika pesisir di samping faktor lainnya yaitu angin dan sedimentasi.

(40)

3. Jenis Dampak : Terjadinya Erosi/Sedimentasi

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah terjadinya erosi/sedimentasi. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional Pelabuhan Benoa. Tolok ukur dampak meliputi adanya sedimentasi atau erosi di Pelabuhan Benoa. Lokasi pengelolaan di perairan Pelabuhan Benoa.

Pelabuhan Benoa berada di dalam kawasan Teluk Benoa. Selain merupakan muara dari sungai-sungai, Pelabuhan Benoa berdekatan dengan Pulau Serangan. Erosi dan sedimentasi terutama berasal dari kawasan Pulau Serangan yang berdekatan dengan lokasi Pelabuhan Benoa dan beberapa sungai yang bermuara ke kawasan perairan Teluk Benoa. Pengelolaan yang dilakukan adalah dengan melakukan pengerukan berkala di sepanjang alur dan kolam pelabuhan, dimana pengerukan ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan. Pada bulan April tahun 2015, PT Pelabuhan Indonesia III (Persero) Cabang Benoa bersama dengan Dinas Hidro-oseanografi TNI-AL (DISHIDROS) melakukan Survei Bathymetry Alur dan Pelabuhan Benoa dengan hasil baik kedalaman maupun kontur tidak terdapat perbedaan yang signifikan dengan peta laut tahun 2013 dan hasil survei DISHIDROS pada tahun 2013. Secara umum garis pantai merupakan pantai buatan berupa Pelabuhan Benoa saat ini.

Selain itu, pada tahun 2016 ini KSOP Benoa melaksanakan pemeliharaan alur pelayaran dimana material sedimen yang didapatkan dipergunakan untuk meninggikan kawasan-kawasan yang akan dijadikan lokasi daratan di sekitar pelabuhan sesuai dengan Rencana Induk Pelabuhan (RIP) Benoa.

(41)

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

1 Kedalaman di perairan alur masuk pelayaran pelabuhan Benoa, Bali rata-rata berkisar antara 10 meter sampai dengan 25 meter pada saat surut terendah. Di beberapa tempat seperti pada Barat dan Timur dari Rambu Suar No. 2 terdapat kedalaman diatas 9.7 dan 9.8 meter. Terdapat pula kedalaman dibawah 10 meter di beberapa tempat, sehingga hal ini perlu diwaspadai bagi kapal-kapal yang memiliki draft lebih dari 10 meter.

Kedalaman < 10 meter di alur luar pelayaran pelabuhan Benoa

9

9

(42)

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

2 Kedalaman di perairan alur pelayaran pelabuhan Benoa, Bali rata-rata berkisar antara 12 meter sampai dengan 15 meter pada saat surut terendah. Di beberapa tempat seperti pada mulut Teluk Benoa dan sebelah utara Tg. Benoa terdapat kedalaman diatas 20 meter. Terdapat pula kedalaman dibawah 10 meter di beberapa tempat, sehingga hal ini perlu diwaspadai bagi kapal-kapal yang memiliki draft lebih dari 10 meter.

(43)

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

Kedalaman <10 meter di alur pelayaran pelabuhan Benoa (TimurLaut Tg. Benoa)

(44)

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

3 Kedalaman di Pelabuhan Benoa Bali yaitu sekitar Dermaga Umum rata-rata berkisar antara 8 meter sampai dengan 9 meter pada saat surut terendah, namun di sekitar dermaga Pelindo kedalaman kurang dari 5 meter

\

(45)

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

4 Kedalaman di Dermaga Pertamina dan Dermaga Selatan Pelabuhan Benoa Bali rata-rata berkisar antara 5 meter sampai dengan 8 meter pada saat surut terendah, namun pada bagian yang terdekat dengan dermaga kedalaman kurang dari 5 meter, hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Kedalaman di sekitar Dermaga Pertamina Dan Dermaga Selatan Pelabuhan Benoa, Bali

(46)

No Lokasi Hasil Survey Bathymetri Tahun 2013 Hasil Survey Bathymetri Tahun 2015

5 Kedalaman di Turning Basin Pelabuhan Benoa Bali rata-rata berkisar antara 10 meter sampai dengan 12 meter pada saat surut terendah, namun pada bagian yang terdekat dengan dermaga kedalaman kurang dari 10 meter

(47)

4. Jenis Dampak : Terganggunya Keselamatan Pelayaran

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah terjadinya terganggunya keselamatan pelayaran. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional Pelabuhan Benoa. Tolok ukur dampak meliputi adanya kecelakaan pelayaran di alur dan kolam pelabuhan. Lokasi pengelolaan di perairan Pelabuhan Benoa.

Pengelolaan terhadap dampak gangguan keselamatan pelayaran dilaksanakan dengan menerapkan sistem manajemen pelayaran dengan standar internasional. Pelaksanaannya berkoordinasi dengan KSOP Benoa. Fasilitas penunjang keselamatan pelayaran yang saat ini ada di Pelabuhan Benoa meliputi sarana/prasarana navigasi, SAR, GAMAT/Kesyahbandaran, KAMLA, Bea dan Cukai, imigrasi dan karantina. Fasilitas navigasi yang terdapat di Pelabuhan Benoa, secara rinci adalah sebagai berikut:

a. Pilot Service Pilot Service Pilot Tug boat Pilot boat Number of pilot VHF radio Service hour Other anchorage Compulsory 1 unit (2 X 5571 HP) 1 unit (2 X 115 HP) 2 orang CH. 12 ; 14 24 hour 080 46’ 20” S // 1150 14’ 15” E

b. Beacon and Light at Navigational Channel

Facilities Position Characters

Entrance buoy (RWVS) No.2 Buoy Red

No.1 Buoy Green No.4 Buoy Red No.6 Buoy Red No.8 Buoy Red No.5 Beacon Green No.7 Beacon Green No.9 Beacon Green Benoa light house

Transit line at the outer channel : Front Rear 08045’07,63”S//115015’33,7”E 08045’18,45”S//115014’19”E 08045’23,3”S//115013’29,4”E 08045’16,5”S//115015’29,4”E 08045’11,1”S//115015’14”E 08045’51,6”S//115015’55,9”E 08045’09”S//115015’27”E 08045’1,9”S//115015’47”E 08045’51,6”S//115015’55,9”E 08045’48”S//115015’37,8”E 08045’29”S//115015’36”E 08045’34,8”S//115015’17,5”E FL.W.10.SEC10M FL.R.6.SEC 4M FL.G.3.SEC 4M FL.R.5.SEC 4M FL.R.6.SEC 4M FL.R.5.SEC 4M FL.G.5.SEC 4M FL.G.5.SEC 4M FL.G.5.SEC 6M FL.W.5.SEC16M FL.W.3.SEC 8M FL.W.3.SEC 9M

(48)

5. Jenis Dampak : Perubahan Kualitas Udara

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah perubahan kualitas udara, khususnya terjadinya penurunan kualitas udara. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional Pelabuhan Benoa terutama aktivitas transportasi di areal pelabuhan. Tolok ukur dampak meliputi tingkat kualitas udara memenuhi baku mutu. Lokasi pengelolaan di Pelabuhan Benoa.

Tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan adalah:

a. Melaksanakan loading dan unloading barang sesuai prosedur dan dilaksanakan dengan hati-hati

b. Penanaman dan pemeliharaan pohon

Gambar 2.6 Kondisi Jalan Akses dan Transportasi di PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

(49)

Gambar 2.6 Penyiraman Pohon PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

Gambar 2.7 Proses Bongkar Muat (Barang, Petikemas, dan Penumpang PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

6. Jenis Dampak : Gangguan Terhadap Biota Perairan

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah gangguan terhadap biota perairan. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan yang meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga perikanan. Tolok ukur dampak meliputi keragaman dan populasi biota perairan. Lokasi pengelolaan di kawasan Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan dilaksanakan pada tahap operasional.

(50)

penurunan kualitas air, dimana pengelolaan dampak tersebut telah dilaksanakan sesuai bab 2.1 poin 1.

7. Jenis Dampak : Terjadinya Gangguan Lalu Lintas

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah gangguan lalu lintas. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan yang meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga perikanan. Tolok ukur dampak meliputi kecelakaan dan kemacetan lalu lintas baik darat maupun laut. Lokasi pengelolaan di kawasan Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan dilaksanakan pada tahap operasional.

Dampak gangguan lalu lintas terutama terjadi akibat banyaknya arus kedatangan kapal menuju dan dari pelabuhan yang mengangkut barang maupun dan penumpang. Pada saat kedatangan, lalu lintas menjadi ramai akibat kendaraan-kendaraan baik untuk pengangkut barang maupun mobil para pengantar/penjemput penumpang. Selain itu juga berasal dari kendaraan-kendaraan akibat kegiatan perkantoran dan industri pelabuhan.

Pada tahun 2016, PT Indonesia Power UPJP Pesanggaran Bali sudah mulai menyalurkan LNG dari dermaga selatan Pelabuhan Benoa sampai ke lokasi PT Indonesia Power di sebelah utara pelabuhan.

Pengelolaan yang dilakukan antara lain: a. Penyaluran LNG dari Dermaga Selatan

(51)

b. Pemeliharaan alur dan kolam pelabuhan

c. Menempatkan petugas khusus yang mengatur pergerakan kendaraan terutama truk-truk yang keluar masuk pelabuhan

d. Memasang rambu-rambu yang menunjukkan terdapat kegiatan dan mengatur alur kendaraan jika terdapat perubahan rute jalan akibat adanya kegiatan

Gambar 2.9 Pengaturan Jalan serta Rambu-Rambu Arah dan Kegiatan di PT Pelindo III (Persero) Cabang Benoa

8. Gangguan Kamtibmas

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah gangguan kamtibmas. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan yang meliputi aktivitas di dermaga pariwisata, dermaga selatan dan dermaga perikanan. Tolok ukur dampak meliputi adanya gangguan kamtibmas, narkotika, mabuk-mabukan dan prostitusi di kawasan pelabuhan. Lokasi pengelolaan di kawasan Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan dilaksanakan pada tahap operasional.

(52)

b. Bekerjasama dengan KP3 pelabuhan

c. Pemeriksaan barang bongkar muat beserta dengan dokumennya berkoordinasi dengan bea cukai

9. Kesempatan kerja dan berusaha

Komponen lingkungan hidup yang terkena dampak adalah kesempatan kerja dan berusaha. Sumber dampak meliputi kegiatan operasional di pelabuhan. Tolok ukur dampak meliputi jumlah tenaga kerja atau lapangan usaha yang ada dalam kegiatan Pelabuhan Benoa, terutama masyarakat sekitar Pelabuhan dan atau penduduk lokal. Lokasi pengelolaan di kawasan Pelabuhan Benoa dimana periode pengelolaan dilaksanakan pada tahap operasional.

Pengelolaan lingkungan yang dilakukan antara lain :

a. Melakukan pengumuman setiap ada perekrutan pegawai atau adanya kesempatan kerja secara terbuka

b. Memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk berusaha di dalam pelabuhan

c. Memberikan bantuan kredit lunak kepada masyarakat untuk berusaha

2.1.2 Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup

Komponen-komponen lingkungan hidup yang berpotensi terkena dampak penting rencana kegiatan meliputi komponen lingkungan abiotik, lingkungan biotik dan lingkungan sosial. Rencana pemantauan lingkungan hidup bertujuan untuk melihat efektivitas pengelolaan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan.

2.1.2.1 Metode Pelaksanaan Pemantauan Lingkungan Hidup 1). Metode pengumpulan dan analisis data fisik-kimia

Pengumpulan data fisik-kimia meliputi kualitas udara, kebisingan dan kualitas air laut dilakukan untuk kegiatan pemantauan kualitas lingkungan di Pelabuhan Benoa Bali dengan pengambilan data primer. Pengukuran dilakukan secara langsung dengan

(53)

a. Kualitas udara dan kebisingan

Data kualitas udara dan kebisingan diukur langsung di sembilan lokasi (sesuai gambar pengambilan sampel) yang meliputi parameter debu, SO2, O3, NO2, Pb dan

CO. Pengukuran parameter kebisingan diukur dengan alat Sound Level Meter tipe 2322, sedangkan parameter kualitas udara diambil mempergunakan impinger, reagen kit dan dianalisis di Laboratorium Analisis Kualitas Lingkungan KSL- FMIPA Universitas Udayana. Hasil pengukuran kualitas udara kemudian dibandingkan dengan buku mutu kualitas udara ambien yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999, dan Peraturan Gubernur Bali No. 8 Tahun 2007 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup.

Tabel 2.3 Metode analisis dan prakiraan kualitas udara.

No. Parameter Absorben/alat Analisis 1 Debu High volume sampler Gravimetri

2 SO2 Impinger Spektrofotometri

3 HC Impinger-Chorminulencent Spektrofotometri

4 NO2 CuSO4 Spektrofotometri

5 CO HATCH Reagent-NDIR NDIR Analyser

6 Pb Gravimetrik AAS

7 Kebisingan Sound Level meter LTMS

b. Kualitas air laut

Pengukuran kualitas air laut diambil di sembilan lokasi (sesuai gambar pengambilan sampel) dengan parameter fisik air (warna, bau, kekeruhan, padatan tersuspensi, benda terapung/sampah, lapisan minyak dan suhu), serta parameter kimia (pH, salinitas, surfaktan, sulfide,hidrokarbon total,surfaktan, ammonia total, senyawa fenol total, raksa, kadminum, tembaga, seng dan timbal) serta coliform total. Pengukuran kualitas air yang dilakukan di lapangan (in-situ) untuk parameter DO, pH, temperatur, nitrat dan nitrit. Parameter lainnya diukur di laboratorium analisis kualitas lingkungan KSL-FMIPA Universitas Udayana Bukit Jimbaran dari sampel air yang

(54)

dan kimia dilakukan dengan menggunakan alat pengambil contoh air (water sampler). Untuk sampel air pada kedalaman tertentu dipergunakan pemberat sesuai dengan kedalaman yang diinginkan. Pengambilan sampel air laut dilakukan di sembilan lokasi untuk mendapatkan gambaran kondisi kualitas air di pelabuhan setelah kegiatan pengembangan kawasan pelabuhan Benoa dilaksanakan.

2.1.2.2. Metode pengumpulan data biologi

Data biologi yang diambil adalah data phytoplankton dan zooplankton. Data yang diambil di sembilan lokasi yakni di areal zona perikanan, alur masuk ke pelabuhan, sebelah timur jalan masuk, sebelah selatan kolam perikanan, dan areal zona pariwisata. Dari data yang terkumpul dianalisis SDR (Summed Dominant Ratio), indek keanekaan jenis, jenis yang mempunyai nilai ekonomis, endemik, dilindungi dan yang mempunyai manfaat khusus. Adapun tolok ukur dari indeks tersebut adalah sebagai berikut:

H > 3 = Keragaman tinggi, perairan relatif tidak tercemar 1<H<3 = Keragaman sedang, perairan setengah tercemar H<1 = Keragaman rendah, perairan tercemar

E > 0.6 = Keseragaman rendah 0.5<E<0.6 =Keseragaman sedang

0<E<0.5 = Keseragaman tinggi, terdapat sekelompok jenis tertentu yang jumlahnya relatif berlimpah.

2.1.2.4.Lokasi pengambilan sampel

Sampel kualitas air, kualitas udara dan kebisingan untuk kegiatan pemantauan lingkungan hidup di Pelabuhan Benoa diambil di 9 lokasi. Lokasi pengambilan sampel udara dan kebisingan dapat dilihat pada tabel berikut:

(55)

Tabel 2.4 Lokasi Pengambilan Sampel Kualitas Udara dan Kebisingan Lokasi Pengukuran Bujur Timur Lintang Selatan

1 115o 12.900 08o 43.240 2 115o 12.913 08o 43.589 3 115o 12.779 08o 43.298 4 115o 12.791 08o 43.368 5 115o 12.681 08o 43.794 6 115o 12.431 08o 43.533 7 115o 12.368 08o 43.248 8 115o 12.382 08o 43.785 9 115o 12.876 08o 43.263

Lokasi sampling kualitas air dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5 Lokasi Pengambilan sampel kualitas air

Lokasi Pengukuran Bujur Timur Lintang Selatan

1 115o 12.959 08o 43.452 2 115o 12.966 08o 43.649 3 115o 12.803 08o 44.326 4 115o 12.803 08o 44.383 5 115o 12.685 08o 44.779 6 115o 12.420 08o 44.574 7 115o 12.312 08o 44.232 8 115o 12.236 08o 44.182 9 115o 12.163 08o 44.151

(56)

Gambar 2.10 Foto udara Pelabuhan Benoa Gambar 2.11 Titik lokasi sampling pemantauan kualitas lingkungan di Pelabuhan Benoa

2.1.2.5 Pelaksanaan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup 1. Jenis Dampak : Penurunan Kualitas Air

Dampak penurunan kualitas air dilihat dengan melakukan pengukuran beberapa parameter kualitas air laut. Pengukuran kualitas air laut yang dilaksanakan pada tanggal 1 Desember 2016 s.d. 4 Desember 2016 meliputi kualitas fisik dan kimiawi.

(57)

Tabel 2.6. Kualitas Air Laut Lokasi 1

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Kualitas air laut di lokasi 1 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu. Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi 1 yang berada di areal yang sudah dijadikan areal untuk aktivitas wisata, pihak pengelola telah melakukan upaya yang dapat menjaga kualitas lingkungan perairan dengan baik.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi I

Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 4,6

2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 55,8

4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,08

6 Suhu 0C Alami 26,12

7 pH - 6,5-8,5 7,7

8 Salinitas o/oo Alami 30,24

9 Sulfida mg/l 0,03 0,007

10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,078

11 Surfaktan mg/l 1 0,225

12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,26

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001

14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi

17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001

18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,001

19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001

20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,002

(58)

Tabel 2.7 Kualitas Air Laut Lokasi 2

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi 2 menunjukan kondisi alami yang masih baik. Kualitas air laut di lokasi 2 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu, namun di kawasan daratannya apabila tidak dilakukan pengelolaan dengan baik berpotensi mengurangi mutu perairan laut karena adanya sampah yang dibuang sembarangan.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi II

Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 4,1

2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 42,14 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,18

6 Suhu 0C Alami 26,22

7 pH 6,5-8,5 7,7

8 Salinitas o/oo Alami 30,24

9 Sulfida mg/l 0,03 0,008

10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,092

11 Surfaktan mg/l 1 0,664

12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,253

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001

14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi

17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001

18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,002

19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001

20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,004

(59)

Tabel 2.8.Kualitas Air Laut Lokasi 3

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Kualitas air laut di lokasi 3 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu.Sumber pencemaran berasal dari aktivitas di kawasan daratan yang banyak mempergunakan material yang dapat menghasilkan polutan yang bias masuk ke perairan melalui aliran air permukaan maupun hembusan angina dan mengendap ke kawasan perairan.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi III

Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 5,2

2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 22,6

4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,155

6 Suhu 0C Alami 26,26

7 pH 6,5-8,5 7,7

8 Salinitas o/oo Alami 30,26

9 Sulfida mg/l 0,03 0,008

10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0772

11 Surfaktan mg/l 1 0,336

12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,17

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001

14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi

17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001

18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,004

19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001

20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,004

(60)

Tabel 2.9 Kualitas Air Laut Lokasi 4

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi yang termasuk areal tempat berlabuhnya kapal wisata, kondisi perairannya terlihat alami. Kualitas air laut di lokasi 4 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu lingkungan hidup.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi IV

Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 5,2

2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 36,75 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,44

6 Suhu 0C Alami 26,25

7 pH 6,5-8,5 7,7

8 Salinitas o/oo Alami 30,28

9 Sulfida mg/l 0,03 0,009

10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,074

11 Surfaktan mg/l 1 0,185

12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,28

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001

14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi

17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001

18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,003

19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001

20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,001

(61)

Tabel 2.10.Kualitas Air Laut Lokasi 5

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi dermaga selatan yang padat aktivitas pelayaran menunjukan adanya sumber polutan seperti padatan terapung/sampah, dan senyawa nitrogen. Kualitas air laut di lokasi 5 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan terdapat dua parameter yang melebihi baku mutu yakni benda terapung/sampah dan ammonia.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi V

Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 5,4

2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 42,65 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Ada

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,68

6 Suhu 0C Alami 26,29

7 pH 6,5-8,5 7,7

8 Salinitas o/oo Alami 30,29

9 Sulfida mg/l 0,03 0,007

10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0778

11 Surfaktan mg/l 1 0,835

12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,322

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001

14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi

17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001

18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,002

19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,002

20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,003

(62)

Tabel 2.11 Kualitas Air Laut Lokasi 6

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi dermaga barat yang padat dengan aktivitas perbaikan kapal dan labuhnya kapal-kapal perikanan menimbulkan tekanan kepada perairan di sekitarnya. Kualitas air laut di lokasi 6 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan terdapat tiga parameter yang melebihi baku mutu meliputi bau, sampah, dan ammonia.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi VI

Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 3,1

2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 77,85 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Ada

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,64

6 Suhu 0C Alami 26,27

7 pH 6,5-8,5 7,8

8 Salinitas o/oo Alami 30,23

9 Sulfida mg/l 0,03 0,021

10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0885

11 Surfaktan mg/l 1 0,67

12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,342

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001

14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi

17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,002

18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,005

19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,002

20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,005

(63)

Tabel 2.12 Kualitas Air Laut Lokasi 7

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Kualitas air laut di lokasi 7 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan terdapat beberapa parameter yang melebihi baku mutu meliputi bau, sampah, dan ammonia. Sumber pencemaran berasal dari aktivitas perbaikan kapal perikanan yang banyak menggunakan material yang bias meningkatkan padatan terapung ke laut serta adanya aktivitas pembusukan bahan organic yang tersangkut di areal dermaga sehingga menimbulkan bau dan senyawa ammonia di perairan.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi VII

Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 3,2

2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Berbau

3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 82,66

4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Ada

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,84

6 Suhu 0C Alami 26,22

7 pH 6,5-8,5 7,8

8 Salinitas o/oo Alami 30,26

9 Sulfida mg/l 0,03 0,008

10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,062

11 Surfaktan mg/l 1 0,744

12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,322

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001

14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi

17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001

18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,005

19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001

20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,001

(64)

Tabel 2.13 Kualitas Air Laut Lokasi 8

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi perairan laut di sebelah barat pelabuhan menunjukan kondisi yang masih alami. Kualitas air laut di lokasi 8 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu.

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi VIII

Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 4,8

2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 38,55 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,12

6 Suhu 0C Alami 26,28

7 pH 6,5-8,5 7,8

8 Salinitas o/oo Alami 30,21

9 Sulfida mg/l 0,03 0,006

10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0244

11 Surfaktan mg/l 1 0,332

12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,11

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001

14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi

17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001

18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,002

19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001

20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,001

(65)

Tabel 2.14 Kualitas Air Laut Lokasi 9

Keterangan : Baku Mutu Air Laut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004, Pergub Bali No 8 Tahun 2007

Kualitas air laut di lokasi 9 apabila dibandingkan dengan baku mutu air laut untuk kegiatan pelabuhan tidak terdapat parameter yang melebihi baku mutu.

2. Jenis Dampak : Perubahan Pola Arus

Pemantauan pola arus dilaksanakan dengan mengambil data-data yang terdapat di lembaga terkait seperti dari Dinas Pekerjaan Umum, Bappeda dan BLH Provinsi Bali, serta Komandan Angkatan Laut di Pesanggaran. Pola arus di sekitar Pelabuhan Benoa dipengaruhi oleh kondisi pasang surut di perairan teluk Benoa bersifat ganda (semi diurnal), yaitu terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari. Menurut hasil pengamatan oleh Mc. Mullan Nolan & Partners kondisi pasang surut pada pelabuhan Benoa adalah sebagai berikut: Highest Astronomical Tide (HAT) : 2,95 m

Mean High Water Springs (MHWS) : 2,41 m

No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi IX

Pelabuhan

1 Kecerahan m >3 4,7

2 Kebauan Organoleptik Tidak Berbau Tidak Berbau 3 Padatan Tersuspensi Total mg/l 80 48,23 4 Benda Terapung/Sampah mg/l Nihil Nihil

5 Minyak dan Lemak mg/l 5 0,44

6 Suhu 0C Alami 26,21

7 pH 6,5-8,5 7,8

8 Salinitas o/oo Alami 30,21

9 Sulfida mg/l 0,03 0,004

10 Hidrokarbon total mg/l 1 0,0449

11 Surfaktan mg/l 1 0,432

12 Ammonia Total (NH3-N) mg/l 0,3 0,18

13 Senyawa Fenol Total mg/l 0,002 0,001

14 PCB (poliklor bifenil) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

15 TBT(tri butil tin) g/l 0,01 Tidak terdeteksi

16 Raksa (Hg) mg/l 0,003 Tidak terdeteksi

17 Kadmium (Cd) mg/l 0,01 0,001

18 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,001

19 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,001

20 Seng (Zn) mg/l 0,1 0,001

Gambar

Gambar 1.3 Peta Rencana  Pola Ruang Wilayah Kota Denpasar
Gambar 1.5. Peta Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali
Gambar 1.7 Kondisi Eksisting Dermaga Sisi Timur
Gambar 1.10  Kondisi Eksisting Lapangan General cargo
+7

Referensi

Dokumen terkait