LAPORAN PENELITIAN
STUDI PELAKSANAAN PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP DI JALAN TOL BALI MANDARA
PERIODE SEMESTER II TAHUN 2016
Oleh:
Dr.Drs.Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc
PUSAT STUDI PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN
LEMBAGA PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
UNIVERSITAS UDAYANA
2016
KATA PENGANTAR
Penelitian tentang pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup di jalan tol Bali Mandara dilaksanakan secara rutin setiap tahun untuk mengetahui implementasi konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup. Dalam upaya mengetahui efektivitas kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan, maka PT Jasa Marga Bali Tol melaksanakan kegiatan pemantauan lingkungan hidup. Penyusunan laporan penelitian ini mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun 2005.
Diharapkan dengan melaksanakan pemantauan lingkungan hidup secara berkala, dapat diketahui secara dini, upaya pengelolaan lingkungan hidup yang harus dilaksanakan untuk mewujudkan lingkungan hidup yang lestari.
Denpasar, 22 Desember 2016 Peneliti,
Dr. Drs. Ketut Gede Dharma Putra,M.Sc.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
ABSTRAK iii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latarbelakang I-1
1.2 Identitas Perusahan I-2
1.3 Lokasi Kegiatan I-2
1.4 Deskripsi Kegiatan
1.5 Tahap Operasional Jalan Tol Bali Mandara I-4
1.6 Kegiatan di Lingkungan Sekitar I-4 I-5
BAB II. PELAKSANAAN DAN EVALUASI
2.1 Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) II-1 2.2 Pelaksanaan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) II-8
2.3 Evaluasi Pelaksanaan RKL-RPL II-25
BAB III KESIMPULAN
3.1 Efektivitas Pengelolaan Lingkungan Hidup III-1
3.2 Kesesuaian Hasil Pelaksanaan RKL-RPL III-2
3.3 Rekomendasi III-2
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
ABSTRAK
Studi Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan Hidup Dan Pemantauan Lingkungan Hidup Di Jalan Tol Bali Mandara Periode Semester II Tahun 2016
Oleh: Ketut Gede Dharma Putra
Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan LPPM Universitas Udayana Email: gededharmaputra@unud.ac.id
Telah dilaksanakan penelitian tentang studi pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan pemantauan lingkungan hidup di Jalan Tol Bali Mandara Periode Semester II Tahun 2016. Hasil penelitian menunjukan : (1) Status mutu kualitas udara di lokasi pemantauan lingkungan tahap operasional jalan tol Bali Mandara periode semester II tahun 2016 masih tergolong baik karena berada jauh di bawah baku mutu lingkungan.
(2)Hasil pemantauan kebisingan menunjukan status kebisingan yang masih memenuhi baku mutu lingkungan untuk kawasan khusus jalan raya.(3)Tingkat getaran di lokasi pemantauan lingkungan hidup operasional jalan tol Bali Mandara periode semester II tahun 2016 termasuk kategori mengganggu sehingga perlu dilakukan kegiatan pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik agar tingkat getaran dapat diminimalkan. (4)Status mutu air laut di lokasi pemantauan lingkungan operasional jalan tol Bali Mandara periode semester II tahun 2016 apabila dianalisis sesuai Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup serta Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut termasuk kategori cemar ringan.
Oleh karena itu perlu dilakukan upaya pengelolaan lingkungan hidup yang lebih baik agar kualitas air laut dapat lebih baik. (5)Persepsi masyarakat terhadap operasional jalan tol Bali mandara periode semester II tahun 2016 termasuk positif karena lebih banyak memberikan manfaat bagi masyarakat.Persepsi yang bersifat negatif adalah akibat adanya penumpukan lalu lintas pada jalur keluar tol di kawasan pintu keluar Pesanggaran Denpasar Selatan Persepsi negatif lainnya terkait ketidaknyamanan yang ditimbulkan oleh kondisi bundaran Bandara Ngurah Rai di jalur keluar tol Ngurah Rai yang sering menimbulkan kondisi yang sangat membahayakan para pengguna jalan tol.
(6)Kesempatan kerja bagi masyarakat di sekitar jalan tol Bali Mandara periode semester II tahun 2016 termasuk lebih banyak memberikan manfaat sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari keberadaan jalan tol.(7)Kesempatan usaha bagi masyarakat di sekitar jalan tol Bali Mandara periode semester II tahun 2016 lebih besar dari sebelum adanya jalan tol, sehingga masyarakat sangat mendukung keberadaan jalan tol.
Kata Kunci: Status Mutu, Persepsi Masyarakat.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latarbelakang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup mencantumkan bahwa perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian, pemeliharaan, pengawasan, dan penegakan hukum.
Peraturan perundangan yang berlaku mensyaratkan adanya upaya pengelolaan dan pemantauan lingkungan terhadap suatu kegiatan yang potensial mencemari lingkungan seperti operasional Jalan Tol Bali Mandara.
Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) ini mengacu pada hasil studi Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) Rencana Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa yang telah mendapat penetapan oleh Gubernur Bali Nomor 1244/04-B/HK/2013 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Bali Nomor 1545/04-B/HK/2011 tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa. Selanjutnya pada tanggal 23 September 2013, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yoduyono meresmikan penggunakan jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa dan mendeklarasikan nama baru untuk jalan tol tersebut dengan sebutan Jalan Tol Bali Mandara.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bali tersebut maka PT Jasamarga Bali Tol secara rutin melaksanakan kegiatan pemantauan lingkungan hidup untuk mengamati efektivitas pelaksanaan rencana pengelolaan lingkungan hidup yang ada. Hal ini sesuai dengan arahan yang tertuang dalam dokumen rencana pengelolaan lingkungan hidup (RKL) dan rencana pemantauan lingkungan hidup (RPL). Penyusunan laporan RKL- RPL tersebut mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 45 Tahun
2005 tentang Pedoman Penyusunan Laporan Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL) dan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL).
Kegiatan monitoring kualitas lingkungan ini dilaksanakan sebagai bentuk komitmen PT Jasamarga Bali Tol dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan.
1. 2. Identitas Perusahaan
Kegiatan pelaporan rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup ini dilaksanakan oleh:
a. Nama Perusahan : P.T. Jasamarga Bali Tol b.Jenis Badan Hukum : Perseroan Terbatas c. Alamat :Kawasan Ikat Plaza,
Jl. By Pass I Gusti Ngurah Rai No 505 Pemogan 80221 Denpasar Bali
d. Nomor Telepon : 0361 725326 e. Nomor Fax : 0361 725327
f. Penanggungjawab : Ir. Akhmad Tito Karim,MM
g. Jabatan : Direktur Utama
1.3.Lokasi Kegiatan
Lokasi Jalan Tol Bali Mandara berada di Kawasan Teluk Benoa Bali yang terletak di bagian selatan pulau Bali. Ruas jalan masuk dari arah Kota Denpasar melalui utara termasuk wilayah Kelurahan Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar. Ruas jalan masuk melalui Bandara Internasional Ngurah Rai dari arah barat termasuk wilayah Kelurahan Tuban Kecamatan Kuta Selatan Kabupaten Badung. Ruas jalan masuk dari arah Nusa Dua dari selatan termasuk wilayah Kelurahan Benoa Kecamatan Kuta Selatan kabupaten Badung.
Gambar 1.1. Lokasi Jalan Tol Bali Mandara
1.4.Deskripsi Kegiatan
Data teknis Jalan Tol Bali Mandara yang sebelumnya dikenal Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai – Benoa dibangun pada areal seluas ± 67,90 ha, mempunyai panjang 9,70 Km, terbentang mulai dari Nusa Dua-Ngurah Rai dan Benoa.
Komponen dan dimensi jalan tol adalah sebagai berikut:
Deskripsi Kegiatan Pembangunan Jalan Tol, Meliputi :
Status : Operasi sejak tanggal 23 September 2013.
Panjang Jalan : 9.700 m.
Lebar RUMIJA : 70 m.
Jumlah Lajur : 3 Lajur/Jalur
Lebar Median : 2,10 m.
Lebar Bahu Luar : 2,25 m
Lebar Bahu Dalam : 0,50 m
Jenis Perkerasan : Subgrade, Lean Concrete, Rigid Pavement, Asphalt Concrete.
Jumlah Interchange : 5 buah
Jumlah Junction : 2 buah
On Ramp : 4 buah
Off Ramp : 4 buah
Kecepatan Rencana : 80 Km/Jam
Ruas Jalan Tol : Hampir seluruhnya dibuat layang (8,5Km)
1.5. Tahap Operasional Jalan Tol Bali Mandara
Pelaksanaan pengelolaan lingkungan tahap operasional jalan tol Bali Mandara dilakukan dengan melakukan aktivitas kegiatan rutin yang meliputi bidang pelayanan lalu lintas dan bidang keamanan dan ketertiban (kamtib).
1.5.1. Kegiatan Pengelolaan Rutin.
Kegiatan pengelolaan rutin dilakukan dengan melaksanakan beberapa tahap kegiatan meliputi:
a. Pengaturan observasi Petugas Patroli.
Pola tugas Petugas Patroli dibagi dalam 2 bidang tugas yakni :
1). Beat 1. Observasi yang dilakukan oleh Petugas Patroli 211 melakukan pengamatan pada jalur roda empat atau lebih dan jalur sepeda motor.
2). Beat 2. Observasi pada jalur sepeda motor dilakukan oleh Petugas Rescue didampingi oleh Petugas Satpam.
b. Pelaksanaan prosedur penempatan Petugas Patroli.
Petugas Patroli(kendaraan patroli, derek,ambulan,rescue dan PJR); penempatan petugas pada on ramp Benoa lajur pemisah antara lajur kendaraan roda 4(empat) atau lebih dan roda 2(dua) masih terdapat beberapa pengguna jalan roda 2 (dua) yang masih salah arah karena belum mengetahui lajur sepeda motor.
c.Pelaksanaan penderekan kendaraan pemakai jalan tol yang mengalami gangguan.
1.5.2. Pengelolaan Keamanan dan Ketertiban.
Pengelolaan Kamtib dilaksanakan dengan beberapa tahap meliputi:
a).Penempatan 1(satu) orang petugas satpam pada setiap gerbang tol (nusa Dua,Ngurah Rai, dan benoa) yang bertugas melaksanakan pengawasan dan pengamanan aset.
b).Pelaksanaan tugas penertiban terhadap segala hal yang berpotensi dapat mengganggu keamanan dan ketertiban di jalan tol maupun di sekitar koridor jalan tol, baik yang dilakukan oleh warga, pekerja maupun pengguna jalan (warga yang berkumpul di jalan tol, menghalau orang gila di jalan tol, pengamanan terhadap dampak tawuran warga di sekitar koridor jalan tol, dan lain lain).
1.6.Kegiatan di Lingkungan Sekitar
Di sekitar rencana lokasi operasional jalan tol Bali Mandara terdapat berbagai kegiatan, baik yang kemungkinan terkena dampak maupun yang memberikan dampak terhadap aktivitas operasional jalan tol. Adapun jenis-jenis kegiatan tersebut antara lain:
a) Pemukiman penduduk terdekat yakni wilayah pemukiman penduduk yang sudah ada sebelum pembangunan jalan tol yang berada pada lahan yang legal dan pemukiman penduduk yang baru terbangun setelah ada jalan tol.
b) Aktivitas Pelabuhan Benoa merupakan salah satu prasarana transportasi vital untuk Provinsi Bali. Selain sebagai pelabuhan umum yang melayani keluar masuk barang dan penumpang, di pelabuhan yang posisinya berada di Kawasan Teluk Benoa ini juga terdapat dermaga untuk pasokan energi, serta pelabuhan untuk aktivitas pariwisata.
c) Sarana transportasi udara (Bandara Ngurah Rai) merupakan lapangan udara internasional yang terhubung dengan jalan tol Bali Mandara yang terhubung langsung dengan Pelabuhan Benoa.
d) Aktivitas wisata bahari di kawasan Tanjung Benoa yang berada di sebelah Selatan Pelabuhan Benoa yang banyak dikunjungi wisatawan.
e) Pembangkit listrik PT Indonesia Power di sebelah Utara Pelabuhan Benoa yang memasok listrik untuk wilayah Bali Selatan.
f) Pengembangan kawasan Pariwisata Serangan yang terletak di sebelah Timur pelabuhan yang memiliki aktivitas wisata bahari dan konservasi penyu yang banyak dikunjungi wisatawan
g) Operasional instalasi pengolahan air bersih di Waduk Muara Nusa Dua yang memasok kebutuhan air bersih di kota Denpasar dan Kabupaten Badung
h) Lokasi Instalasi pengolahan air limbah Denpasar Sewarage Development Project (DSDP) sebagai sarana pengelolaan air limbah domestik untuk wilayah Kota Denpasar dan Kabupaten Badung
i) Depo minyak Pertamina sebagai sumber bahan bakar minyak masyarakat Bali Selatan.
j) Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Sampah Terpadu Sarbagita terletak disebelah Timur dari lokasi jalan tol Bali Mandara.
BAB II
PELAKSANAAN DAN EVALUASI
2.1 Pelaksanaan Rencana Pengelolaan Lingkungan Hidup (RKL)
Sebagai acuan dalam pembuatan Laporan Pelaksanaan RKL dan RPL Jalan Tol Bali Mandara adalah : Laporan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (ANDAL, RKL & RPL) Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua – Ngurah Rai - Benoa yang telah disetujui oleh Gubernur Provinsi Bali pada tanggal, 4 Nopember 2011, Nomor : 1545/04-B/HK/2011, Tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua - Ngurah Rai-Benoa. Selanjutnya dilaksanakan addendum terhadap dokumen Andal tersebut untuk memenuhi ketentuan peraturan perundangan yang berlaku dan telah mendapatkan persetujuan kelayakan lingkungan hidup berdasarkan Keputusan Gubernur Bali Nomor 1244/04-B/HK/2013 tentang Perubahan Atas Keputusan Gubernur Bali Nomor 1545/04-B/HK/2011 tentang Kelayakan Lingkungan Hidup Rencana Pembangunan Jalan Tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa. Pada tanggal 23 September 2013, Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yoduyono meresmikan penggunakan jalan tol Nusa Dua-Ngurah Rai-Benoa dan mendeklarasikan nama baru untuk jalan tol tersebut dengan sebutan Jalan Tol Bali Mandara.
2.1.1.Pengelolaan Lingkungan Hidup Dampak Menurunnya Kualitas Udara.
a. Jenis dampak.
Menurunnya kualitas udara ambien terutama meningkatnya kandungan partikulat debu (TSP) dan polutan lainnya yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan masyarakat yang bermukim di sekitar jalan tol.
b. Sumber dampak.
Sumber dampak menurunnya kualitas udara adalah emisi gas buang kendaraan bermotor.
c. Tindakan pengelolaan lingkungan hidup.
Penyiraman rutin apabila ada debu yang berlebihan
Penghijauan dengan penanaman dan penambahan jenis-jenis vegetasi pohon di kawasan yang memungkinkan untuk ditanami pohon.
Pembatasan emisi gas buang yang dilakukan dengan pengukuran rutin kendaraan yang masuk ke jalan tol.
Penggunaan peralatan K-3 ( masker, penutup telinga, pakaian pengaman,helm) bagi karyawan.
Pemberian minuman susu secara rutin bagi karyawan di lapangan.
Pemeriksaan kesehatan rutin karyawan.
Pemberian jaminan asuransi kesehatan bagi karyawan.
d. Tolok ukur pengelolaan
Tolok ukur dampak mengacu pada baku mutu lingkungan yang berlaku di Provinsi Bali, yaitu Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 Tahun 2016 tentang: Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup dan adanya kompalin dari masyarakat terkait kualitas udara..
e. Lokasi Pengelolaan
Lokasi pengelolaan lingkungan adalah daerah permukiman dan utilitas umum disepanjang jalan tol dengan jalan ByPass IG Ngurah Rai Nusa Dua (Sta 0+000); Persimpangan jalan tol dengan IG Ngurah Rai Bandara (Jalan Akses Ngurah Rai Sta 0+000); Persimpangan jalan tol dengan Pelindo III (Sta 8+200) f. Periode/Waktu Pengelolaan
Tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan menurunnya kualitas udara dilaksanakan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
2.1.2.Pengelolaan Lingkungan Hidup Dampak Meningkatnya Kebisingan.
a. Jenis dampak.
Terjadinya peningkatan kebisingan di sekitar jalan tol Bali Mandara.
b. Sumber dampak.
Sumber dampak terjadinya kebisingan adalah kendaraan bermotor yang melintasi jalan tol Bali Mandara.
c. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Penggunaan peralatan K-3 ( masker, penutup telinga, pakaian pengaman,helm) bagi karyawan.
Pemeriksaan kesehatan rutin karyawan.
Pemberian jaminan asuransi kesehatan bagi karyawan.
d. Tolok ukur pengelolaan.
Tolok ukur tingkat kebisingan adalah baku mutu sesuai Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan dan Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 Tahun 2016 tentang: Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup.
e. Lokasi Pengelolaan.
Lokasi pengelolaan lingkungan adalah daerah permukiman dan fasilitas umum disepanjang rencana kegiatan yaitu di persimpangan tol dengan jalan IG Ngurah Rai Nusa Dua (Sta 0+000); Persimpangan jalan tol dengan IG Ngurah Rai Bandara (Jalan Akses Ngurah Rai Sta 0+000); Persimpangan jalan tol dengan Pelindo III (Sta 8+200).
f. Periode/Waktu Pengelolaan.
Tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan meningkatnya kebisingan dilaksanakan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan sekali.
2.1.3. Pengelolaan Lingkungan Dampak Meningkatnya Getaran.
a. Jenis dampak.
Terjadinya peningkatan getaran di jalan tol dan sekitarnya, terutama didaerah permukiman dan fasilitas umum.
b. Sumber dampak.
Sumber dampak meningkatnya getaran adalah aktivitas lalu lintas kendaraan yang melintas jalan tol.
c. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Memasang pembatas dan peredam getaran di beberapa lokasi yang rawan adanya tingkat getaran tinggi seperti posisi bangunan Gerbang Tol, lokasi penempatan Genset, dan tanda lalu lintas.
d. Tolok ukur pengelolaan.
Tolok ukur tingkat kebisingan adalah baku mutu sesuai keputusan menteri lingkungan hidup No. 49 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran dan Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 Tahun 2016 tentang: Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup.
e. Lokasi Pengelolaan.
Lokasi pengelolaan lingkungan adalah di jalur jalan tol meliputi gerbang tol Nusa Dua, Ngurah Rai dan Benoa.
f. Periode/Waktu Pengelolaan.
Tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang terkait dengan Meningkatnya Getaran secara rutin dan dilakukan pelaporan pengelolaan, setiap 6 (enam) bulan sekali.
2.1.4. Pengelolaan Lingkungan Dampak Menurunnya Kualitas Air Laut.
a. Jenis dampak.
Kegiatan operasional jalan tol yang dapat menimbulkan penurunan kualitas air laut dan dampak ikutan berupa terganggunya kehidupan biota laut dan kawasan mangrove.
b. Sumber dampak.
Sumber dampak adalah operasional jalan tol dan aktivitas karyawan selama bertugas di jalan tol.
c. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Berkoordinasi dengan instasi terkait dengan kewenangan dan fungsi kawasan perairan laut Teluk Benoa.
Operasional sistem pengolahan limbah cair dengan biofilter.
Prosedur standar operasional yang mencegah limbah cair ke lingkungan.
d. Tolok ukur pengelolaan.
Tolok ukur kualitas air laut adalah baku mutu sesuai Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 Tahun 2016 tentang: Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup.
e. Lokasi Pengelolaan.
Lokasi pengelolaan lingkungan adalah di perairan laut sepanjang kawasan jalan tol.
f. Periode/Waktu Pengelolaan.
Tindakan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
2.1.5. Pengelolaan Lingkungan Dampak Persepsi Masyarakat.
a. Jenis Dampak.
Timbulnya persepsi masyarakat yang tinggal di sekitar jalan tol Bali Mandara terkait dampak yang ditimbulkan dari aspek lalu lintas yang semakin padat dan potensi kesempatan kerja yang timbul akibat operasional jalan tol.
b. Sumber dampak.
Kegiatan operasional jalan tol
Adanya tambahan kesempatan kerja di jalan tol Bali Mandara
Adanya kesenjangan sosial
c. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Memenuhi kesepakatan tertulis yang pernah dilakukan terkait kesempatan kerja, penerimaan karyawan yang lebih banyak merekrut masyarakat lokal, dan kesepakatan lainnya.
Berkoordinasi dengan aparat pemerintah setempat dan instansi terkait dalam segala kegiatan yang melibatkan masyarakat, perusahaan dan pengelola utilitas umum.
Melakukan musyawarah guna mencari pemecahan masalah antara pemrakarsa dan masyarakat yang terkena dampak operasional jalan tol.
d. Tolok ukur dampak.
Adanya keluhan tertulis yang dilakukan oleh masyarakat baik yang disampaikan langsung maupun dimuat di media massa dan disampaikan via media elektronik (radio,televisi).
e. Lokasi Pengelolaan.
Di wilayah sosial masyarakat yang termasuk areal operasional jalan tol yaitu kecamatan Kuta dan Kecamatan Kuta Selatan Kab. Badung dan wilayah Kecamatan Denpasar Selatan Kota Denpasar.
f. Periode/Waktu Pengelolaan.
Tindakan pengelolaan lingkungan hidup yang dilaksanakan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
2.1.6. Pengelolaan Lingkungan Dampak Kesempatan Kerja.
a. Jenis Dampak.
Adanya kesempatan kerja bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi operasional jalan tol Bali Mandara.
b. Sumber dampak.
Proses penerimaan tenaga kerja dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional jalan tol.
c. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Memanfaatkan semaksimal mungkin peluang tenaga kerja operasional jalan tol bagi penduduk setempat sesuai dengan tingkat ketrampilan dan pendidikan serta potensi tenaga kerja setempat yang ada di wilayah sekitar jalan tol.
Pemrakarsa memberikan informasi di Kecamatan Kuta, Kuta Selatan Kab. Badung dan wilayah Kec. Denpasar Selatan Kota Denpasar, mengenai adanya kesempatan kerja kepada masyarakat melalui instansi pemerintah setempat (Kecamatan/ Desa/Kelurahan Tokoh masyarakat dan aparat kecamatan/ desa).
Bila melibatkan tenaga kerja setempat maka upah atau pendapatan yang diberikan pemrakarsa harus sesuai dengan tingkat ketrampilan dan pendidikannya dan mengacu pada Upah Minimum Regional (UMR)
Memberi kesempatan untuk berusaha atau berdagang kepada penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari para karyawan operasional jalan tol.
d. Tolok ukur dampak.
Jumlah penduduk setempat yang diterima menjadi karyawan operasional jalan tol Bali Mandara.
Timbulnya kecemburuan sosial
Kondisi kantibmas e. Lokasi Pengelolaan.
Di wilayah operasional jalan tol : Kecamatan Kuta, Kuta Selatan Kab. Badung dan wilayah Kec. Denpasar Selatan Kota Denpasar.
f. Periode/Waktu Pengelolaan.
Tindakan pengelolaan lingkungan hidup dilaksanakan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
2.1.7. Pengelolaan Lingkungan Hidup Dampak Kesempatan Usaha.
a. Jenis Dampak.
Adanya peluang usaha bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi operasional jalan tol.
b. Sumber dampak.
Kegiatan operasional jalan tol Bali Mandara. Disamping itu para karyawan yang memerlukan kebutuhan sehari-hari selama operasional jalan tol.
c. Tindakan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Memanfaatkan semaksimal mungkin peluang usaha untuk menunjang operasional jalan tol Bali Mandara bagi penduduk dan tenaga ahli di sekitar jalan tol.
Pemrakarsa dan kontraktor pelaksana memberikan informasi di Kec.
Kuta dan Kec. Kuta Selatan Kab. Badung serta Kec. Denpasar Selatan Kota Denpasar, mengenai adanya peluang usaha kepada masyarakat
sekitar melalui instansi pemerintah setempat (Kecamatan/
Desa/Kelurahan Tokoh masyarakat dan aparat kecamatan/desa).
Mencegah terjadinya kecemburuan sosial bagi masyarakat setempat terhadap operasional jalan tol akibat persaingan dengan penduduk dari luar daerah.
d. Tolok ukur dampak.
Jumlah penduduk, tenaga ahli dan karyawan dari masyarakat di sekitar lokasi jalan tol yang diterima sebagai karyawan di jalan tol.
e. Lokasi Pengelolaan.
Sepanjang jalur jalan Jalan Tol di Kec. Kuta Selatan Kab. Badung serta Kec.
Denpasar Selatan di Kota Denpasar.
f. Periode/Waktu Pengelolaan.
Tindakan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
2.2. Pelaksanaan Rencana Pemantaun Lingkungan Hidup (RPL)
Lingkup kegiatan Pelaksanaan Rencana Pemantauan Lingkungan Hidup (RPL) merupakan arahan pengelolaan yang dituangkan dalam dokumen RKL & RPL yang terdiri dari beberapa komponen lingkungan yaitu :
2.2.1.Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Menurunnya Kualitas Udara.
a. Jenis dampak.
Menurunnya kualitas udara ambien terutama meningkatnya kandungan partikulat debu (TSP) yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kenyamanan karyawan dan masyarakat yang bermukim di sekitar jalan tol.
b. Sumber dampak.
Sumber dampak menurunnya kualitas udara adalah emisi gas buang kendaraan bermotor.
c. Lokasi Pemantauan.
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di gerbang tol Benoa, Nusa Dua dan Ngurah Rai.
d. Parameter Lingkungan Yang Dipantau.
Parameter lingkungan yang dipantau adalah dampak perubahan kualitas udara (NO2, SO2, CO, Pb, HC, partikulat) yaitu kualitas udara sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara dan Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 Tahun 2016 tentang: Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup.
Tabel 2.1. Parameter Yang Dipantau dan Metode Pemantauan Kualitas Udara
No Parameter Satuan Metode Baku
Mutu 1 Nitrogen dioksida (NO2) g/Nm3 Griess Saltzman
(SNI 19-7119.2.2005) 400 2 Sulfur Dioksida (SO2) g/Nm3 Pararosanilin
(SNI 19-7117.3.1.2005) 900 3 Karbon Monoksida (CO) g/Nm3 CO Analyzer /Sensor 30.000
4 Debu g/Nm3 Gravimetri 230
5 Timah Hitam (Pb) g/Nm3 AAS 2
6 HC g/Nm3 HC Analyzer 160
e. Metode Pemantauan
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan melakukan sampling kualitas udara di lokasi gerbang tol Benoa, Nusa Dua dan Ngurah Rai.
f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan.
Pemantauan lingkungan dilakukan selama tahap operasional jalan tol secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
g. Hasil Pemantauan Lingkungan Kualitas Udara
Hasil pemantauan lingkungan hidup kualitas udara yang dilakukan selama tahap operasional jalan tol Bali Mandara periode semester I Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Gambar 2.1 Hasil pengukuran parameter SO2
Gambar 2.2 Hasil pengukuran parameter CO
0.00 100.00 200.00 300.00 400.00 500.00 600.00 700.00 800.00 900.00 1,000.00
BAKUMUTU BENOA NUSA DUA NGURAH RAI
SO2
0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 25,000.00 30,000.00 35,000.00
BAKUMUTU BENOA NUSA DUA NGURAH RAI
CO
Gambar 2.3 Hasil pengukuran parameter NO2
Gambar 2.4 Hasil pengukuran parameter Debu
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00
BAKUMUTU BENOA NUSA DUA NGURAH RAI
NO2
0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00
BAKUMUTU BENOA NUSA DUA NGURAH RAI
Debu
Gambar 2.5 Hasil pengukuran parameter Pb
Gambar 2.6 Hasil pengukuran parameter HC
Hasil pengukuran kualitas udara di lokasi Gerbang Tol Benoa, Gerbang Tol Nusa Dua dan gerbang Tol Ngurah Rai apabila dibandingkan dengan baku mutu lingkungan masih berada pada kondisi yang di bawah baku mutu lingkungan. Hal ini menunjukan, belum ada potensi adanya pencemaran udara di areal jalan tol Bali Mandara.
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50
BAKUMUTU BENOA NUSA DUA NGURAH RAI
Pb
0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00
BAKUMUTU BENOA NUSA DUA NGURAH RAI
HC
2.2.2. Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Meningkatnya Kebisingan.
a. Jenis dampak.
Terjadinya peningkatan kebisingan disekitar jalan tol Bali Mandara.
b. Sumber dampak.
Sumber dampak terjadinya kebisingan adalah kegiatan operasional jalan tol yang melibatkan kendaraan bermotor roda dua dan roda empat atau lebih.
c. Lokasi Pemantauan.
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di gerbang tol Benoa, Nusa Dua dan Ngurah Rai.
d. Parameter Lingkungan Yang Di Pantau.
Parameter lingkungan yang dipantau adalah tingkat kebisingan sesuai baku mutu menurut Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.48 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan dan Peraturan Gubernur Provinsi Bali No.
16 Tahun 2016 tentang: Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup.
.
Tabel 2.2 Tolok Ukur Tingkat Kebisingan Yang Dipantau
No. Parameter Satuan Metode Baku
Mutu
1 Kebisingan dB(A) SNI 19-6878-
2002 55-70
Tabel 2.3 Baku Tingkat Kebisingan Sesuai Peruntukannya
No Peruntukan Tingkat Kebisingan (dBA)
A Peruntukan Kawasan
1 Perumahan dan pemukiman 55
2 Perdagangan dan jasa 70
3 Perkantoran dan perdagangan 65
4 Ruang terbuka hijau 50
5 Industri 70
6 Pemerintahan dan fasilitas umum 60
7 Rekreasi 70
8 Khusus
-Bandar Udara
-Stasiun kereta api 70
-Pelabuhan laut Cagar budaya 60
B Lingkungan kegiatan
1 Rumah sakit atau sejenisnya 55
2 Sekolah atau sejenisnya 55
3 Tempat ibadah dan sejenisnya 55
Sumber: Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor. Kep.MenLH No/Kep.48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Tingkat Kebisingan, lampiran I
e. Metode Pemantauan.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung melalui pengukuran lapangan.
f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan
Pemantauan lingkungan untuk peningkatan kebisingan, dilakukan selama tahap operasional jalan tol dan dilaporkan setiap enam bulan.
g. Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup
Hasil pemantauan lingkungan hidup tingkat kebisingan tahap operasional jalan tol Bali Mandara periode semester II Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.4 Hasil Pengukuran Kebisingan di Gerbang Tol Benoa
Posisi
Pengukuran Satuan
HASIL PENGUKURAN Gerbang Tol Benoa S 08o 44.112 E 115o 12.464
Waktu Pengukuran:
09.00 – 10.00 WITA
Terendah Tertinggi Rata-Rata
Utara dB 60.22 68.68 64.45
Selatan dB 60.54 68.66 64.60
Timur dB 60.67 68.79 64.73
Barat dB 60.36 68.88 64.62
Tabel 2.5 Hasil Pengukuran Kebisingan di Gerbang Tol Nusa Dua
Posisi
Pengukuran Satuan
HASIL PENGUKURAN Gerbang Tol Nusa Dua S 08o 46,681
E 115o 12,510
Waktu Pengukuran:
10.30 – 11.30 WITA
Terendah Tertinggi Rata-Rata
Utara dB 60.54 69.33 64.94
Selatan dB 60.24 69.48 64.86
Timur dB 60.27 69.17 64.72
Barat dB 60.15 69.11 64.63
Tabel 2.6 Hasil Pengukuran Kebisingan di Gerbang Tol Ngurah Rai
Posisi
Pengukuran Satuan
HASIL PENGUKURAN Gerbang Tol Ngurah Rai S 08o 44,659
E 115o 11,318
Waktu Pengukuran:12.30.00 – 13.30 WITA Terendah Tertinggi Rata-Rata
Utara dB 61.65 70.84 66.25
Selatan dB 61.52 70.68 66.10
Timur dB 61.53 70.21 65.87
Barat dB 61.32 70.36 65.84
2.2.3. Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Meningkatnya Getaran.
a. Jenis dampak.
Terjadinya peningkatan getaran disekitar jalan tol b. Sumber dampak.
Sumber dampak meningkatnya getaran adalah kegiatan operasional jalan tol yang melibatkan kendaraan bermotor yang lalu lalang di jalur jalan tol.
c. Lokasi Pemantauan.
Lokasi pemantauan lingkungan dilaksanakan di gerbang tol Benoa, Nusa Dua dan Ngurah Rai.
d. Parameter Lingkungan Yang Di Pantau
Parameter lingkungan yang dipantau adalah tingkat getaran adalah baku mutu sesuai keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.49 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran dan Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 Tahun 2016 tentang: Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup.
e. Metode Pemantauan.
Pengumpulan data adalah secara langsung dengan pengukuran lapangan.
f. Periode/Waktu Pemantauan.
Pemantauan lingkungan dilakukan selama tahap operasional jalan tol secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
g. Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup Getaran
Hasil pemantauan lingkungan hidup tingkat getaran yang dilakukan selama tahap operasional jalan tol Bali Mandara periode semester I Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.7 Hasil Pengukuran Getaran di Gerbang Tol Benoa No Frekuensi
(Hz)
Hasil Pengukuran (10-4 m/s)
Keterangan
1 4 122,8 Mengganggu
2 5 99,9 Mengganggu
3 6,3 88,7 Mengganggu
4 8 76,7 Mengganggu
5 10 64,8 Mengganggu
6 12,5 59,2 Mengganggu
7 16 48,4 Mengganggu
8 20 37,2 Mengganggu
9 25 28,3 Mengganggu
10 31,5 18,9 Mengganggu
11 40 9,9 Mengganggu
12 50 7,6 Mengganggu
13 63 6,4 Mengganggu
Tabel 2.8 Hasil Pengukuran Getaran di Gerbang Tol Nusa Dua
No Frekuensi (Hz)
Hasil Pengukuran (10-4 m/s)
Keterangan
1 4 119,5 Mengganggu
2 5 97,5 Mengganggu
3 6,3 85,2 Mengganggu
4 8 73,7 Mengganggu
5 10 62,9 Mengganggu
6 12,5 55,1 Mengganggu
7 16 44,3 Mengganggu
8 20 33,4 Mengganggu
9 25 24,1 Mengganggu
10 31,5 14,3 Mengganggu
11 40 9,5 Mengganggu
12 50 7,1 Mengganggu
13 63 6,2 Mengganggu
Tabel 2.9 Hasil Pengukuran Getaran di Gerbang Tol Ngurah Rai No Frekuensi
(Hz)
Hasil Pengukuran (10-4 m/s)
Keterangan
1 4 129,4 Mengganggu
2 5 102,7 Mengganggu
3 6,3 89,8 Mengganggu
4 8 78,6 Mengganggu
5 10 69,2 Mengganggu
6 12,5 62,3 Mengganggu
7 16 52,4 Mengganggu
8 20 39,8 Mengganggu
9 25 29,6 Mengganggu
10 31,5 19,7 Mengganggu
11 40 9,7 Mengganggu
12 50 7,9 Mengganggu
13 63 6,8 Mengganggu
2.2.4.Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Menurunnya Kualitas Air Laut.
a. Jenis dampak.
Penurunan kualitas air laut berupa perubahan parameter kualitas air laut yang menimbulkan dampak ikutan berupa terganggunya kehidupan biota laut dan kawasan mangrove.
b. Sumber dampak.
Sumber dampak adalah aktivitas operasional jalan tol dan aktivitas karyawan jalan tol selama bertugas.
c. Lokasi Pemantauan.
Lokasi pemantauan lingkungan adalah di perairan laut sekpanjang jalur jalan tol Bali Mandara.
d. Parameter Lingkungan Yang Dipantau.
Parameter Lingkungan yang Dipantau adalah kualitas air laut pada tahap konstruksi dibandingkan dengan Baku Mutu Kualitas air laut berdasarkan keputusan Men LH, No.51 Tahun 2004, Tentang Baku Mutu Air laut dan Peraturan Gubernur Provinsi Bali No. 16 Tahun 2016 tentang: Baku Mutu Lingkungan dan Kriteria Baku Mutu Kerusakan Lingkungan Hidup.
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan pengukuran lapangan.
Pemantauan lingkungan dilakukan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
g. Hasil Pemantauan Lingkungan Kualitas Air
Hasil pemantauan lingkungan hidup parameter kualitas air laut yang dilakukan pada tahap operasional jalan tol Bali Mandara periode semester II Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Tabel 2.10 Hasil Pengukuran Kualitas Air laut Benoa
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi dekat Gerbang Tol Benoa dapat dilihat adanya parameter yang melebihi baku mutu peruntukan biota laut meliputi kekeruhan,benda terapung/sampah, lapisan minyak dan ammonia.
No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi
Benoa Pelabuhan Wisata
Bahari Biota laut
1 Warna CU - 30 < 50 32,7
2 Bau-Rasa Organoleptik - Tidak berbau alami Alami
3 Kekeruhan NTU - 5 <5 8,2
4 TSS/Padatan
Tersuspensi mg/l 80 <20 80 52
5 Benda
Terapung/Sampah - - Nihil Nihil Ada
6 Lapisan Minyak mg/l Nihil Nihil Nihil Nihil
7 Suhu 0C Alami 26-30 alami 28
8 pH - 6,.5-8,5 7-8,5 6-9 7,8
9 Salinitas o/oo alami alami + 10 %
alami 29,3
10 Deterjen Mg/l 1 Nihil <0,001 0,89
11 DO mg/l - > 5 >5 5,1
12 BOD-5 mg/l - 10 20 9,4
13 Ammonia mg/l 0,3 Nihil 0,3 0,45
14 Fosfat mg/l - 0,015 0,015 0,008
15 Sulfida mg/l 0,03 Nihil 0,01 0,005
16 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,050 0,005 0,001
17 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,005 - 0,002
18 E.coli MPN/100 ml - 200 - 15
19 Total coliform MPN/100 ml 1000 1000 1000 425
Tabel 2.11 Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut Nusa Dua
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi dekat Gerbang Tol Nusa Dua dapat dilihat adanya parameter yang melebihi baku mutu peruntukan biota laut meliputi kekeruhan,benda terapung/sampah, dan ammonia. Kondisi tersebut menunjukan adanya polutan yang masuk kedalam perairan laut dari sumber yang berhubungan dengan jalan tol dan sumber polutan lainnya.
No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi
Nusa Pelabuhan Wisata Dua
Bahari Biota laut
1 Warna CU - 30 < 50 18,3
2 Bau-Rasa Organoleptik - Tidak berbau alami Alami
3 Kekeruhan NTU - 5 <5 5,2
4 TSS/Padatan
Tersuspensi mg/l 80 <20 80 18,5
5 Benda
Terapung/Sampah - - Nihil Nihil Ada
6 Lapisan Minyak mg/l Nihil Nihil Nihil Nihil
7 Suhu 0C Alami 26-30 alami 27,4
8 pH - 6,.5-8,5 7-8,5 6-9 7,6
9 Salinitas o/oo alami alami + 10 %
alami 28,5
10 Deterjen Mg/l 1 Nihil <0,001 0,06
11 DO mg/l - > 5 >5 5,3
12 BOD-5 mg/l - 10 20 7,2
13 Ammonia mg/l 0,3 Nihil 0,3 0,28
14 Fosfat mg/l - 0,015 0,015 0,004
15 Sulfida mg/l 0,03 Nihil 0,01 0,005
16 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,050 0,005 0,004
17 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,005 - 0,003
18 E.coli MPN/100 ml - 200 - 0
19 Total coliform MPN/100 ml 1000 1000 1000 215
Tabel 2.12 Hasil Pengukuran Kualitas Air Laut Ngurah Rai
Berdasarkan hasil pengukuran kualitas air laut di lokasi dekat Gerbang Tol Ngurah Rai dapat dilihat adanya parameter yang melebihi baku mutu peruntukan biota laut meliputi kekeruhan,benda terapung/sampah, dan ammonia. Kondisi tersebut menunjukan adanya polutan yang masuk kedalam perairan laut dari sumber yang berhubungan dengan jalan tol dan sumber polutan lainnya.
No Parameter Satuan Baku Mutu Lokasi
Ngurah Pelabuhan Wisata Rai
Bahari Biota laut
1 Warna CU - 30 < 50 25,8
2 Bau-Rasa Organoleptik - Tidak berbau alami Alami
3 Kekeruhan NTU - 5 <5 8,2
4 TSS/Padatan
Tersuspensi mg/l 80 <20 80 48
5 Benda
Terapung/Sampah - - Nihil Nihil Ada
6 Lapisan Minyak mg/l Nihil Nihil Nihil Nihil
7 Suhu 0C Alami 26-30 alami 28,4
8 pH - 6,.5-8,5 7-8,5 6-9 7,7
9 Salinitas o/oo alami alami + 10 %
alami 29,1
10 Deterjen Mg/l 1 Nihil <0,001 0,09
11 DO mg/l - > 5 >5 5,3
12 BOD-5 mg/l - 10 20 7,6
13 Ammonia mg/l 0,3 Nihil 0,3 0,25
14 Fosfat mg/l - 0,015 0,015 0,012
15 Sulfida mg/l 0,03 Nihil 0,01 0,02
16 Tembaga (Cu) mg/l 0,05 0,050 0,005 0,004
17 Timbal (Pb) mg/l 0,05 0,005 - 0,034
18 E.coli MPN/100 ml - 200 - 10
19 Total coliform MPN/100 ml 1000 1000 1000 555
2.2.5. Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Persepsi Masyarakat.
a. Jenis Dampak.
Timbulnya persepsi masyarakat yang tinggal di sekitar jalan tol Bali Mandara terkait dampak yang ditimbulkan dari aspek lalu lintas yang semakin padat dan potensi kesempatan kerja yang timbul akibat operasional jalan tol.
b. Sumber dampak.
Kegiatan operasional jalan tol
Adanya tambahan kesempatan kerja di jalan tol Bali Mandara
Adanya kesenjangan sosial c. Tolok ukur dampak.
Adanya keluhan tertulis yang dilakukan oleh masyarakat baik yang disampaikan langsung maupun dimuat di media massa dan disampaikan via media elektronik (radio,televisi).
d. Parameter Lingkungan Yang Dipantau.
Parameter Lingkungan yang dipantau adalah persepsi masyarakat.
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan penyebaran kuisioner dan wawancara langsung denagn responden.
f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan.
Pemantauan lingkungan dilakukan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
g. Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup Persepsi Masyarakat
Hasil pemantauan lingkungan hidup yang dilakukan pada tahap operasional jalan tol Bali Mandara periode semester I Tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Gambar 2.7 Persepsi Masyarakat Azas Manfaat Jalan Tol
2.2.6.Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Kesempatan Kerja.
a. Jenis Dampak.
Adanya kesempatan kerja bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi operasional jalan tol Bali Mandara.
b. Sumber dampak.
Proses penerimaan tenaga kerja dalam rangka pelaksanaan kegiatan operasional jalan tol.
c. Tolok ukur dampak.
Adanya keluhan tertulis yang dilakukan oleh masyarakat baik yang disampaikan langsung maupun dimuat di media massa dan disampaikan via media elektronik (radio,televisi).
d. Parameter Lingkungan Yang Dipantau.
Parameter Lingkungan yang dipantau adalah kesempatan kerja sebagai karyawan bagi masyarakat.
0 5 10 15 20 25 30
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
Persepsi Manfaat Jalan Tol
Sangat Bermanfaat Bermanfaat Tidak bermanfaat
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan penyebaran kuisioner dan wawancara langsung denagn responden.
f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan.
Pemantauan lingkungan dilakukan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
g. Hasil Pemantauan Lingkungan Kesempatan Kerja
Pemantauan lingkungan dilakukan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
Gambar 2.8 Kesempatan Kerja Operasional jalan Tol
2.2.7.Pemantauan Lingkungan Hidup Dampak Kesempatan Usaha.
a. Jenis Dampak.
Adanya peluang usaha bagi masyarakat yang berada di sekitar lokasi operasional jalan tol.
0 5 10 15 20 25
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
Kesempatan Kerja
Tambahan Kesempatan Kerja Tidak Ada Kesempatan Kerja Tidak Berpendapat
b. Sumber dampak.
Kegiatan operasional jalan tol Bali Mandara. Disamping itu para karyawan yang memerlukan kebutuhan sehari-hari selama operasional jalan tol.
c. Tolok ukur dampak.
Adanya keluhan tertulis yang dilakukan oleh masyarakat baik yang disampaikan langsung maupun dimuat di media massa dan disampaikan via media elektronik (radio,televisi).
d. Parameter Lingkungan Yang Dipantau.
Parameter Lingkungan yang dipantau adalah kesempatan usaha sebagai karyawan bagi masyarakat.
e. Metode Pemantauan Lingkungan Hidup.
Pengumpulan data dilakukan secara langsung dengan penyebaran kuisioner dan wawancara langsung denagn responden.
f. Jangka Waktu dan Frekuensi Pemantauan.
Pemantauan lingkungan dilakukan secara rutin dan dilaporkan setiap enam bulan.
g. Hasil Pemantauan Lingkungan Hidup Kesempatan Usaha
Pemantauan lingkungan hidup aspek kesempatan usaha pada tahap operasional jalan tol Bali Mandara periode semseter I tahun 2016 adalah sebagai berikut:
Gambar 2.9 Kesempatan Berusaha
0 5 10 15 20 25 30
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
Kesempatan Usaha
Naiknya Kesempatan Usaha Turunnya Kesempatan Usaha Kesempatan Usaha Sama Saja
2.3. Evaluasi Pelaksanaan RKL-RPL 2.3.1 Evaluasi Kecenderungan
Evaluasi kecenderungan perubahan kualitas lingkungan hidup tahap operasional jalan tol Bali Mandara pada periode semester II Tahun 2016 dapat dilihat dari hasil pengamatan, survey lapangan, dan observasi di jalan tol Bali Mandara dan sekitarnya.
2.3.1.1.Kualitas Udara
Evaluasi kecenderungan perubahan kualitas udara tahap operasional jalan tol Bali Mandara pada periode semester II tahun 2016 dilihat dari hasil analisis kualitas udara di seluruh lokasi pengukuran dan dibandingkan dengan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup dan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.
Gambar 2.10 Kecenderungan Parameter SO2
Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup parameter SO2 dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan konsentrasi SO2 yang naik dari semester sebelumnya untuk lokasi pengukuran di Gerbang Tol Benoa, di Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Ngurah Rai.
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
SO2
I/2016 II/2016
Gambar 2.11 Kecenderungan Parameter CO
Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup parameter CO dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan konsentrasi CO yang naik dari semester sebelumnya untuk lokasi pengukuran di Gerbang Tol Benoa, namun untuk pengukuran di Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Ngurah Rai terdapat kecenderungan naik tidak terlalu tinggi pada periode semester I Tahun 2016 dan semester II Tahun 2016. Hal ini kemungkinan dikarenakan kondisi pada semester I 2016 aktivitas kendaraan lebih sedikit.
Gambar 2.12 Kecenderungan Parameter NO2 5,900.00
6,000.00 6,100.00 6,200.00 6,300.00 6,400.00 6,500.00 6,600.00
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
CO
I/2016 II/2016
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
NO2
I/2016 II/2016
Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup parameter NO2 dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan konsentrasi NO2 yang naik dari semester sebelumnya untuk lokasi pengukuran di Gerbang Tol Benoa, Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Ngurah Rai.
Gambar 2.13 Kecenderungan Parameter Debu
Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup parameter debu dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan konsentrasi debu yang naik dari tahun sebelumnya untuk lokasi pengukuran di Gerbang Tol Benoa, Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Ngurah Rai. Kenaikan cukup tinggi terlihat pada lokasi Gerbang Tol Benoa.Kemungkinan karena di sekitar lokasi Gerbang Tol Benoa terdapat sumber pencemar debu yang banyak sehingga pada hasil pengukuran konsentrasi debu melonjak naik cukup besar.
0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 80.00
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
Debu
I/2016 II/2016
Gambar 2.14 Kecenderungan Parameter Pb
Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup parameter Pb dapat dilihat bahwa tidak banyak perubahan yang bisa dilihat hasil pengukuran Pb di Gerbang Tol Benoa, Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Ngurah Rai pada setiap semester tahun yang berbeda. Hal ini kemungkinan karena konsentrasi PB yang relatif sangat kecil dan posisi jalan tol berada di kawasan terbuka dan angin yang berhembus kencang tanpa hambatan menyebabkan polutan menyebar ke segala arah.
0.00 0.01 0.01 0.02 0.02 0.03
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
Pb
I/2016 II/2016
Gambar 2.15 Kecenderungan Parameter HC
Berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup parameter HC dapat dilihat bahwa terdapat kecenderungan konsentrasi debu yang naik dari tahun sebelumnya untuk lokasi pengukuran di Gerbang Tol Benoa, Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Ngurah Rai. Namun pada pengukuran di lokasi Gerbang Tol Ngurah Rai terjadi peningkatan penurunan antara posisi semester I Tahun 2016 dibandingkan dengan semester II Tahun 2016.
Secara umum berdasarkan hasil pemantauan lingkungan hidup terhadap kualitas udara di lokasi kegiatan ditemukan adanya kecenderungan meningkatnya konsentrasi parameter kualitas udara seperti SO2, NO2,HC,CO,Pb, dan debu namun peningkatannya relatif kecil. Apabila dibandingkan dengan baku mutu lingkungan hidup kualitas udara terukur masih berada di bawah baku mutu lingkungan hidup berdasarkan Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 tahun 2016. Kondisi tersebut menunjukan kualitas udara di lokasi jalan tol Bali Mandara termasuk kategori baik.
0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
HC
HC I/2016 HC II/2016
Hasil analisis Indeks Standar Pencemaran Udara berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal Nomor 107 Tahun 1997 didapatkan bahwa semua parameter kualitas udara berada di bawah baku mutu lingkungan, sehingga dapat dikategorikan kualitas udara di areal jalan tol Bali mandara adalah kategori baik. Total nilai ISPU seperti dalam uraian berikut:
Tabel 2.13 Indeks Standar Pencemaran Udara (ISPU)
No Lokasi Parameter Kualitas Udara ISPU
SO2 CO NO O3 Debu Pb HC
1 Benoa 0 0 0 0 0 0 0 Baik
2 Nusa Dua 0 0 0 0 0 0 0 Baik
3 Ngurah Rai 0 0 0 0 0 0 0 Baik
Total Nilai ISPU Baik
Keterangan:
0 = Dibawah baku mutu
2.3.1.2. Tingkat kebisingan
Tingkat kebisingan pada saat kegiatan pemantauan lingkungan hidup dilaksanakan terukur bervariasi. Namun besarannya masih di dalam rentang baku mutu lingkungan untuk peruntukan jalan raya. Evaluasi kecenderungan tingkat kebisingan yang diukur pada semester I Tahun 2016 dan semester II tahun 2016 di semua lokasi pengukuran cenderung meningkat. Kondisi tersebut dapat dijelaskan sebagai bentuk meningkatnya volume pemakaian jalan tol dari tahun sebelumnya yang berimbas pada kecenderungan meningkatnya kebisingan pada setiap pengukuran antara semester I tahun 2016 dan semester II Tahun 2016. Apabila dibandingkan dengan baku mutu lingkungan seperti yang tercantum dalam Peraturan Gubernur Bali Nomor 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup serta Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor KEP-48/MENLH/XI/1996 tentang Baku Mutu Tingkat Kebisingan masih termasuk memenuhi baku mutu kawasan khusus ( jalan tol) sebesar 70 dB. Hal ini bisa dilihat pada Gambar di bawah ini.
Gambar 2.16 Kecenderungan Tingkat Kebisingan
2.3.1.3. Getaran
Tingkat getaran pada tahap operasional jalan tol Bali Mandara pada pemantauan lingkungan hidup periode semester II Tahun 2016 pada pengukuran di Gerbang Tol Benoa, Gerbang Tol Nusa Dua dan Gerbang Tol Ngurah Rai termasuk klasifikasi mengganggu. Hal yang sama juga terjadi pada pengukuran semester II tahun 2015 yang termasuk kategori mengganggu. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, dapat dikatakan bahwa evaluasi kecenderungan termasuk stagnan pada level yang sama.
Berdasarkan Keputusan Menteri negara Lingkungan Hidup No 49 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Getaran lampiran I Baku Mutu Tingkat getaran untuk Kenyamanan dan Kesehatan dapat diketahui bahwa level getaran yang termasuk kategori mengganggu termasuk level 2, seperti dapat dilihat pada Tabel 2.14
63.00 63.50 64.00 64.50 65.00 65.50 66.00 66.50
I/2016 II/2016
Kebisingan
Benoa Nusa Dua Ngurah Rai
Tabel 2.14 Baku Tingkat getaran Untuk Kenyamanan dan Kesehatan No Frekuensi
(Hz)
Tidak
mengganggu
Mengganggu Tidak Nyaman
Menyakitkan
1 4 <100 100-500 >500-1000 >1000
2 5 <80 80-350 >350-1000 >1000
3 6,3 <70 70-275 >275-1000 >1000
4 8 <50 50-160 >160-500 >500
5 10 <37 37-120 >120-300 >300
6 12,5 <32 32-90 >90-220 >220
7 16 <25 25-60 >60-120 >120
8 20 <20 20-40 >40-85 >85
9 25 <17 17-30 >30-50 >50
10 31,5 <12 12-20 >20-30 >30
11 40 <9 9-15 >15-20 >20
12 50 <8 8-12 >12-15 >15
13 63 <6 6-9 >9-12 >12
Keterangan : Satuan Getaran dalam mikron ( 10-6 m)
2.3.1.4.Kualitas Air Laut
Hasil pemantauan kualitas air laut pada periode semester II tahun 2016 sebagian besar masih memenuhi baku mutu lingkungan hidup untuk peruntukan biota laut. Pada evaluasi kecenderungan perubahan kualitas air dilakukan dengan menentukan status mutu air laut yang diukur dibandingkan dengan baku mutu air laut sesuai Peraturan Gubernur Bali No. 16 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Lingkungan Hidup dan Kriteria Baku Kerusakan Lingkungan Hidup serta Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No 51 Tahun 2004 tentang Baku Mutu Air Laut. Kebijakan baku mutu lingkungan untuk kualitas air laut yang tercantum dalam kedua peraturan tersebut membedakan kondisi air laut untuk perairan pelabuhan, wisata bahari dan biota laut.
Dalam melakukan evaluasi kualitas air laut di Pelabuhan Benoa baku mutu yang diacu adalah untuk perairan pelabuhan.