• Tidak ada hasil yang ditemukan

ECHINACEA Catatan: Keberadaan lembaran

infor-masi ini bukan berarti penggunaan jamu ini disokong atau didukung oleh Yayasan Spiritia - lihat Lembaran Informasi 700 mengenai Terapi Penun-jang.

Apa Echinacea Itu?

Echinacea adalah tanaman berbunga. Nama lainnya adalah ‘Purple Cone-flower’. Tanaman ini terutama tumbuh di Eropa dan Amerika Utara. Ada beberapa jenis yang serupa: Echinacea purpurea, angustifolia, dan palida. Masing-masing mempunyai sifat medis yang sedikit berbeda. Echinacea purpurea tampak lebih aktif dalam tabung percobaan. Echinacea angustifolia tampak lebih efektif pada manusia.

Echinacea adalah jamu yang paling umum dipakai oleh orang asli Amerika di daerah Great Plains. Echinacea adalah salah satu jamu yang paling laku di AS.

Sejak akhir 1930-an, peneliti Jerman meneliti echinacea dan dampaknya pada sistem kekebalan tubuh. Pemerintah Jerman sudah menyetujui akar Echinacea palida dan daun Echinacea purpurea untuk dipakai terhadap selesma, flu, dan infeksi saluran pernapasan dan saluran kencing yang kronis. Banyak penelitian mendukung penggunaannya. Namun satu penelitian di AS pada 2006 tidak mene-mukan manfaat dari satu bentuk tertentu. Bagaimana Echinacea Dipakai?

Pendukung echinacea mengusulkan jamu dipakai sebagai teh yang dibuat dari sejumlah rempah yang kecil berusia kurang dari satu tahun. Echinacea tersedia dalam kapsul yang mengandung bubuk tanaman atau akar yang dikeringkan, dan juga sebagai tincture (larutan dalam alkohol). Pada kasus tertentu, orang minum jus yang diperas dari tanaman segar. Untuk mengobati masalah kulit, jamu khusus yang mengandung jus tersebut dipakai.

Takaran echinacea yang disarankan tergantung pada jenis dan bagian tanaman yang dipakai. Secara umum, sebaiknya echinacea tidak dipakai secara terus-menerus lebih dari dua minggu.

Echinacea adalah satu ramuan dalam beberapa kombinasi jamu yang dipasar-kan untuk masalah hati, yang sering disebut sebagai ‘hepatoprotektor’ (lihat Lembaran Informasi 760).

Apa Manfaat Echinacea?

Kegunaan utama echinacea adalah untuk mengobati selesma dan flu. Echina-cea juga dipakai untuk infeksi saluran kencing, luka pada kulit yang tidak pulih, dan masalah kulit seperti psoriasis dan eksema.

Echinacea merangsang sistem keke-balan tubuh. Jamu ini mendorong peng-giatan sel CD4 dan meningkatkan ke-giatan sistem kekebalan tubuh. Echinacea juga membantu sel darah putih melawan kuman. Dampak ini dapat menjadi se-makin kurang bila echinacea dipakai lebih dari beberapa minggu.

Echinacea secara umum tidak disa-rankan untuk dipakai oleh orang dengan penyakit pada sistem kekebalan tubuh seperti HIV, multiple sclerosis, atau TB. Pemerintah Jerman mengusulkan echi-nacea tidak dipakai bila kita mengalami penyakit ini. Beberapa peneliti meng-anggap bahwa echinacea sebetulnya dapat memperburuk masalah sistem kekebalan tubuh. Beberapa ahli jamu tidak meng-usulkan echinacea dipakai oleh orang dengan jumlah CD4 di bawah 200. Mengapa Odha Memakai Echinacea?

Banyak Odha memakai echinacea karena jamu ini merangsang sistem kekebalan tubuh, atau untuk jangka pendek sebagai pengobatan untuk selesma atau flu. Penggunaan echinacea oleh Odha adalah kontroversial.

Beberapa dokter menganggap bahwa sistem kekebalan tubuh orang dengan masalah kekebalan sebaiknya tidak dirangsang. Meningkatkan penggiatan sel CD4 dapat memberi HIV lebih banyak ‘sel sasaran’ untuk diinfeksikan. Dokter lain menganggap bahwa beberapa bagian dari sistem kekebalan tubuh Odha sudah terlalu aktif, dengan akibat kerusakan pada sel dan jaringan yang sehat.

Dokter juga prihatin terhadap penelitian pada hewan yang menunjukkan bahwa echinacea meningkatkan tingkat faktor tumor nekrosis alfa (TNF-alpha), sebuah senyawa yang dibuat oleh sistem keke-balan tubuh untuk membunuh sel yang tidak sehat. Tingkat tinggi TNF-alpha pernah dikaitkan dengan kelanjutan penyakit HIV.

Sayangnya belum pernah dilakukan penelitian secara teliti terhadap Odha, seperti halnya dengan hampir semua jenis jamu. Belum dilaporkan penelitian yang menemukan hasil yang berbahaya dari

penggunaan echinacea oleh Odha. Belum dilakukan penelitian mengenai peng-gunaan echinacea oleh perempuan hamil. Mereka sebaiknya hati-hati bila memakai tincture karena kandungan alkohol yang tinggi.

Beberapa peneliti menganggap bahwa penggunaan dalam jangka pendek (hingga dua minggu) untuk mengobati selesma atau flu tidak menimbulkan risiko yang bermakna pada Odha. Namun baik peneliti AIDS maupun praktisi jamu mengusulkan agar echinacea tidak dipakai dalam jangka panjang.

Apa Efek Samping Echinacea? Tidak diketahui efek samping dari penggunaan echinacea melalui mulut atau pada kulit. Peringatan mengenai dampak negatif dari penggunaan echinacea oleh orang dengan masalah kekebalan ber-dasarkan penelitian dalam laboratorium. Belum ada penelitian terhadap manusia yang menemukan efek samping tersebut. Bagaimana Echinacea

Berinteraksi dengan Obat Lain? Kebanyakan interaksi antara ramuan dan obat belum diteliti secara hati-hati. Echinacea ditunjukkan menurunkan tingkat beberapa obat antiretroviral (ARV) dalam darah. Namun belum ada interaksi yang terbukti bermakna atau yang mem-butuhkan penyesuaian takaran. Pastikan dokter tahu SEMUA obat, suplemen dan jamu yang kita pakai, termasuk echinacea.

Garis Dasar

Echinacea adalah tanaman berbunga yang dipakai sebagai jamu untuk meng-obati masalah saluran pernapasan dan untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Jamu ini sangat populer di AS. Ada ratusan penelitian terhadap echinacea yang diterbitkan, kebanyakan di Eropa. Penelitian ini membuktikan dampak echinacea pada sistem kekebalan tubuh dan manfaatnya dalam mengobati selesma dan flu.

Beberapa peneliti menganggap bahwa dampak echinacea pada sistem kekebalan tubuh dapat menimbulkan masalah untuk Odha. Namun belum diterbitkan pene-litian yang menunjukkan dampak buruk dari penggunaan echinacea oleh Odha. Kemungkinan tidak ada risiko asal echinacea tidak dipakai lebih dari dua minggu.

Ditinjau 6 November 2013 berdasarkan FS 726 The AIDS InfoNet 19 Mei 2014

SILYMARIN

Catatan: Keberadaan lembaran infor-masi ini bukan berarti penggunaan jamu ini disokong atau didukung oleh Yayasan Spiritia – lihat Lembaran Informasi 700 mengenai Terapi Penun-jang.

Apa Silymarin Itu?

Silymarin adalah semacam jamu yang dibuat dari sari bibit tanaman Silybum marianum, yang juga disebut sebagai “milk thistle”. Jamu ini sudah dipakai selama lebih dari 2.000 tahun. Pada abad pertengahan bibit milk thistle umumnya dipakai untuk mengobati penyakit hati.

Kandungan aktif milk thistle adalah senyawa kimia yang disebut sebagai flavonoid. Flavonoid dalam milk thistle

adalah silybin, silydianin dan silychristin. Bersama, ketiga flavonoid ini disebut sebagai silymarin.

Apa Kegunaan Silymarin?

Silymarin melindungi hati melalui tindakan sebagai antioksidan dan dengan mendorong tumbuhnya sel hati baru. Silymarin juga membantu mencerna lemak. Jamu ini tampak menjaga agar senyawa yang berdampak buruk tidak masuk ke dalam sel hati.

Silymarin dapat membantu mencegah atau memulihkan kerusakan pada hati yang disebabkan oleh alkohol, narkoba, pestisida, racun lain, atau hepatitis.

Silymarin telah dipakai (terutama di Eropa) untuk mengobati hepatitis, kerusakan hati yang diakibatkan oleh kecanduan alkohol, dan keracunan oleh beberapa jenis jamur tertentu. Namun sebuah penelitian baru-baru ini pada orang dengan hepatitis C menunjukkan tidak ada manfaat dari penggunaan silymarin.

Silymarin adalah satu ramuan dalam beberapa kombinasi jamu yang dipasar-kan untuk masalah hati, yang sering disebut sebagai ‘hepatoprotektor’ (lihat Lembaran Informasi 760).

Tidak ada bukti bahwa silymarin bertindak langsung terhadap HIV.

Mengapa Odha Memakai Silymarin?

Beberapa obat yang dipakai untuk melawan HIV dapat merusak hati. Orang yang terinfeksi bersama dengan virus hepatitis B atau C (HBV dan HCV) lebih mungkin mengalami masalah hati waktu memakai obat antiretroviral (ARV). Silymarin mungkin membantu mencegah kerusakan pada hati.

Beberapa ARV dapat menyebabkan sakit perut, dan silymarin dapat mem-bantu mengobati masalah pencernaan.

Bagaimana Silymarin Dipakai?

Silymarin adalah sari bibit tanaman

milk thistle. Sari baku seharusnya 80% silymarin (kandungan aktif). Jamu ini dapat diperoleh di toko obat di kota besar seperti Guardian atau Century. Satu penelitian menunjukkan bahwa jangka waktu kedaluwarsa silymarin hanya kurang lebih tiga bulan.

Takaran umum silymarin adalah 300-600mg per hari. Milk thistle tidak larut dalam air, jadi tidak diusulkan dibuat teh dari milk thistle.

Apa Efek Samping Silymarin?

Belum ditemukan efek samping yang berat dari penggunaan silymarin. Walau-pun dipakai dengan takaran tinggi, tidak ada laporan mengenai dampak negatif. Namun beberapa orang mengalami sakit perut, diare, perut kembung, atau gas pada lambung setelah mulai memakai silymarin. Bila ini terjadi, kurangi takaran kemudian tingkatkan kembali secara bertahap.

Sedikit orang mengalami reaksi alergi terhadap milk thistle.

Beberapa ahli menganjurkan agar silymarin tidak dipakai oleh perempuan hamil, karena dapat berpengaruh pada perkembangan janin.

Apakah Silymarin Berinteraksi dengan Obat Lain?

Karena diuraikan oleh hati, milk thistle

mungkin berinteraksi dengan obat lain yang juga diuraikan oleh hati. Obat ini termasuk beberapa obat antigelisah, obat antijamur, dan mungkin juga dengan beberapa protease inhibitor.

Diusulkan untuk tidak memakai obat KB yang mengandung hormon estrogen bersamaan dengan milk thistle. Milk thistle mungkin mengganggu penggunaan estrogen oleh tubuh, sehingga dapat terjadi kehamilan yang tidak diinginkan.

Pastikan dokter tahu SEMUA obat, suplemen dan jamu yang kita pakai, termasuk milk thistle.

Bagaimana Kita Mengetahui Silymarin Bermanfaat?

Milk thistle telah dipakai selama lebih dari 2.000 tahun, jadi banyak yang sudah ditulis mengenai dampaknya pada kese-hatan. Sudah dilakukan lebih dari 300 penelitian ilmiah terhadap silymarin yang mencatat:

yDampak antioksidan

yPengobatan sirosis hati akibat kecan-duan alkohol

yPengobatan hepatitis kronis

yPengobatan keracunan akibat makan jamur liar

yMembantu hati memulihkan dirinya Sebagian besar penelitian ilmiah ini dilakukan di Eropa.

Garis Dasar

Silymarin adalah sari bibit tanaman

milk thistle. Jamu ini sudah dipakai selama lebih dari 2.000 tahun untuk mengobati masalah hati. Belum dialami efek samping yang berat atau interaksi yang gawat.

Untuk orang dengan HIV, terutama yang juga terinfeksi virus hepatitis, silymarin mungkin membantu melin-dungi hati dari kerusakan yang dise-babkan oleh terapi antiretroviral (ART). Silymarin juga mungkin mengurangi sakit perut sebagai efek samping obat lain.

Diperbarui 6 November 2014 berdasarkan FS 735 The AIDS InfoNet 19 Mei 2014, serta Drug Digest 23 November 2010

KURKUMA (KUNYIT)

Catatan: Keberadaan lembaran infor-masi ini bukan berarti penggunaan jamu ini disokong atau didukung oleh Yayasan Spiritia - lihat Lembaran Informasi 700 mengenai Terapi Penun-jang.

Apa Kurkuma Itu?

Kurkuma adalah semacam jamu yang dibuat dari tanaman Curcuma domestica

atau Curcuma longa, dari familia (jenis)

Zingiberaceae. Jenis lain dalam familia ini termasuk Curcuma xanthorrhizae, yang lebih dikenal sebagai temu lawak (lihat Lembaran Informasi (LI) 741),

Curcuma heyneana atau temu giring, dan

Curcuma aeruginosa atau temu hitam. Semuanya mempunyai bentuk akar yang disebut sebagai rimpang (rhizome), dan biasanya bagian ini yang dipakai untuk membuat jamu.

Temu giring dan temu hitam paling sering dipakai untuk pengobatan cacing. Kurkuma dan temu lawak lebih sering dipakai oleh Odha. Kurkuma adalah satu ramuan dalam beberapa kombinasi jamu yang dipasarkan untuk masalah hati, yang sering disebut sebagai ‘hepatoprotektor’ (lihat LI 760).

Kurkuma lebih dikenal sebagai bumbu dapur kunyit. Kunyit adalah bumbu untuk memasak kari, sering juga disebut sebagai turmeric.

Apa Kegunaan Kurkuma?

Kandungan aktif kunyit adalah senyawa kimia yang disebut sebagai curcuminoid.

Curcuminoid dalam kunyit adalah cur-cumin (75%), demethoxycurcumin (15-20%) dan bisdemethoxycurcumin (ku-rang lebih 3%). Dalam penelitian,

curcuminoid ditemukan mempunyai sifat antioksidan dan antiradang. Pada awal 1990-an, para peneliti juga menemukan bawah curcumin bertindak sebagai anti-HIV dalam tabung percobaan.

Namun dua uji coba klinis pada manu-sia mengambil kesimpulan yang berten-tangan. Satu, yang dilakukan di Los Angeles pada 1994 mengamati penu-runan viral load di antara orang yang memakai kurkuma. Namun sebuah uji

coba klinis lain yang dilakukan di AS pada 1996 tidak menemukan bukti bahwa kurkuma dengan takaran tinggi atau rendah berhasil mengurangi viral load atau meningkatkan jumlah sel CD4. Sayangnya belum dilakukan penelitian lanjutan terhadap dampak kurkuma pada HIV sejak waktu itu.

Tampaknya juga, kurkuma dapat melindungi hati dari beberapa senyawa beracun. Sekali lagi belum ada dasar bukti yang jelas mengenai dampak ini.

Mengapa Odha Memakai Kurkuma?

Selain anggapan bahwa kurkuma dapat membantu tubuh melawan dengan HIV, sifat antiracun pada hati mungkin dapat membantu Odha. Jamu ini dipakai oleh praktisi pengobatan tradisional di Indo-nesia antara lain untuk mengobati penyakit kuning. Beberapa obat yang dipakai untuk melawan HIV dapat merusak hati. Orang yang terinfeksi hepatitis B atau C (HBV dan HCV) lebih mungkin mengalami masalah hati waktu memakai obat antiretroviral (ARV). Diharapkan kurkuma dapat membantu mencegah atau mengurangi kerusakan pada hati.

Kurkuma diketahui mempunyai sifat antiradang, sehingga dapat dipakai untuk mengobati masalah peradangan. Pera-dangan, sebagai tanggapan tubuh ter-hadap infeksi, dikaitkan dengan beberapa penyakit, termasuk HIV (lihat LI 484). Sekarang ada teori bahwa tingkat pera-dangan yang rendah yang berlanjut bertahun-tahun dapat memperparah beberapa infeksi kronis, termasuk HIV. Oleh karena itu, mungkin penggunaan kurkuma dapat mengurangi dampak jangka panjang infeksi HIV.

Bagaimana Kurkuma Dipakai?

Empu rimpang kunyit dicampur dengan bahan rempah lain kemudian direbus, lalu airnya diminum sebagai obat. Atau kunyit dapat diparut dan ditambah air minum, diperas lalu diminum dua kali sehari.

Kurkuma dapat dibeli sebagai jamu sari kunyit dengan 90-95% curcumin, yang dipakai dengan takaran 250-500mg tiga kali sehari.

Apa Efek Samping Kurkuma?

Bila dipakai dengan takaran yang diusulkan, kurkuma dianggap aman. Beberapa ahli menganjurkan agar kur-kuma tidak dipakai dengan takaran tinggi oleh perempuan hamil, karena dapat menimbulkan masalah rahim. Orang dengan batu empedu atau hambatan pada saluran empedu sebaiknya bicara dengan dokter sebelum memakai kurkuma.

Apakah Kurkuma Berinteraksi dengan Obat Lain?

Tidak tercatat interaksi antara kurkuma dengan ARV. Kurkuma dapat mengurangi kemampuan pembekuan darah setelah luka-luka, Karena aspirin juga dapat menunda pembekuan darah, sebaiknya kurkuma tidak dipakai bersamaan dengan aspirin. Pastikan dokter tahu SEMUA obat, suplemen dan jamu yang kita pakai, termasuk kurkuma.

Garis Dasar

Kunyit mengandung beberapa jenis

curcumin yang sudah lama dipakai

sebagai jamu untuk mengobati berbagai penyakit. Jamu ini sudah dipakai selama ribuan tahun, dan belum dialami efek samping yang berat atau interaksi yang gawat.

Walaupun ada bukti bahwa curcumin

mempunyai tindakan anti-HIV dalam tabung percobaan, hal ini belum dibukti-kan dengan uji coba klinis pada manusia. Namun hanya sedikit uji coba itu dilaku-kan, dan oleh karena itu dan kenyataan bahwa jamu ini aman dan murah, tidak ada kesalahan bila Odha ingin coba sendiri, asal harapannya tidak terlalu tinggi.

Beberapa praktisi menganggap bahwa kurkuma dapat mengurangi kerusakan pada hati yang diakibatkan oleh beberapa jenis racun termasuk obat antiretroviral.

Ditinjau 6 November 2014 berdasarkan DrugDigest 22 Desember 2010 dan beberapa sumber lain

TEMU LAWAK

Dokumen terkait