• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBARAN INFORMASI tentang HIV dan AIDS untuk ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV (Odha)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBARAN INFORMASI tentang HIV dan AIDS untuk ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV (Odha)"

Copied!
166
0
0

Teks penuh

(1)

LEMBARAN INFORMASI

tentang

HIV dan AIDS

untuk

ORANG YANG HIDUP DENGAN HIV

(Odha)

Yayasan Spiritia

Jl. Johar Baru Utara V No. 17, Johar Baru, Jakarta 10560

Tel: (021) 422-5163, 422-5168 Fax: (021) 4287 1866

E-mail: info@spiritia.or.id

Situs web: http://spiritia.or.id/

(2)

DAFTAR LEMBARAN INFORMASI

No. Judul Tanggal No. Judul Tanggal No. Judul Tanggal

Informasi Dasar

001 Daftar Lembaran Informasi 22 Jan 2015

101 Apa AIDS Itu? 1 Sep 2014

102 Tes HIV 22 Jan 2015

103 Infeksi HIV Primer 7 Feb 2014

106 Siklus Hidup HIV 1 Jul 2014

Tes Laboratorium

120 Hasil Tes Lab Normal 5 Nov 2007 121 Hitung Darah Lengkap 8 Mei 2014

122 Tes Kimia Darah 8 Mei 2014

123 Tes Gula & Lemak Darah 31 Jul 2014

124 Tes CD4 8 Mei 2014

125 Tes Viral Load 6 Mar 2014

126 Resistansi terhadap Obat 6 Mar 2014

135 Tes Fungsi Hati 6 Mar 2014

136 Tes Fungsi Ginjal 1 Jun 2014 Pencegahan Penularan HIV

152 Berapa Tingkat Risiko 7 Feb 2014 154 Penggunaan Narkoba & HIV 6 Mar 2014 156 Profilaksis Pascapajanan 7 Apr 2014 160 Profilaksis Prapajanan 1 Okt 2014 165 Pencegahan Positif 22 Jan 2015

166 Daya Menular 1 Okt 2014

Hidup dengan HIV

207 Vaksinasi untuk Odha Dewasa 1 Jul 2014 Terapi Antiretroviral

401 Penggunaan Obat Antiretroviral 7 Apr 2014 402 Nama Obat Antiretroviral 7 Apr 2014 403 Terapi Antiretroviral (ART) 14 Des 2014 404 Pedoman Nasional ART 1 Okt 2014 405 Kepatuhan terhadap Terapi 4 Feb 2014

406 Terapi Berdenyut 7 Apr 2014

407 Interaksi Obat 14 Des 2014

411 AZT (Zidovudine) 6 Mar 2014

413 ddI (Didanosine) 6 Mar 2014

414 d4T (Stavudine) 7 Apr 2014

415 3TC (Lamivudine) 7 Apr 2014

416 Abacavir 3 Jan 2015

417 Duviral (AZT + 3TC) 6 Mar 2014

419 Tenofovir 7 Apr 2014 420 FTC (Emtricitabine) 7 Apr 2014 427 Hidroksiurea 4 Feb 2014 431 Nevirapine 24 Des 2014 432 Efavirenz 7 Apr 2014 434 Etravirine 8 Mei 2014 435 Rilpivirine 7 Apr 2014 442 Ritonavir 7 Apr 2014 443 Saquinavir 3 Jan 2015 444 Nelfinavir 1 Jun 2014 446 Lopinavir/Ritonavir 7 Feb 2014 447 Atazanavir 9 Des 2014 448 Fosamprenavir 7 Apr 2014 449 Tipranavir 9 Des 2014 450 Darunavir 1 Jun 2014 455 Cobicistat 13 Nov 2014 461 Enfuvirtide 1 Jun 2014 462 Maraviroc 1 Jul 2014 465 Raltegravir 14 Des 2014 466 Elvitegravir 4 Des 2013 467 Dolutegravir 1 Okt 2014

Penguatan Sistem Kekebalan

481 Pemulihan Kekebalan 3 Jan 2015

482 Interleukin-2 3 Jan 2015

483 Sindrom Pemulihan Kekebalan 22 Jan 2015 484 HIV dan Peradangan 24 Des 2014 485 Apakah HIV Dapat

Disembuhkan? 1 Sep 2014

494 Narkoba 1 Jun 2014

Infeksi Oportunistik

500 Infeksi Oportunistik 1 Jun 2014 501 Virus Sitomegalia (CMV) 7 Feb 2014 502 Kriptosporidiosis 1 Sep 2014 503 Meningitis Kriptokokus 1 Sep 2014 504 Masalah Saraf & Demensia 8 Mei 2014

505 Hepatitis 8 Mei 2014

506 Hepatitis C (HCV) & HIV 31 Okt 2014 507 Human Papillomavirus (HPV) 6 Mar 2014 508 Sarkoma Kaposi (KS) 8 Mei 2014

509 Limfoma 6 Nov 2014

510 MAC (Mycobacterium Avium

Complex) 9 Des 2014

511 Moluskum 1 Sep 2014

512 PCP (Pneumonia Pneumocystis) 1 Jun 2014

513 PML 1 Sep 2014

514 Herpes Zoster 1 Sep 2014

515 Tuberkulosis (TB) 7 Feb 2014

516 Kandidiasis 9 Des 2014

517 Toksoplasmosis 9 Des 2014

518 Wasting AIDS 31 Jul 2014

519 Herpes Simpleks 1 Jul 2014

520 Kanker dan HIV 31 Jul 2014

525 Penisiliosis 1 Jun 2014

526 Limfadenopati 1 Jun 2014

527 Histoplasmosis 1 Jun 2014

528 Steatosis 1 Jun 2014

Obat untuk Infeksi Oportunistik

530 Azitromisin 25 Des 2014 531 Siprofloksasin 24 Des 2014 532 Klaritromisin 9 Des 2014 533 Dapson 1 Jun 2014 534 Flukonazol 3 Jan 2015 535 Kotrimoksazol 24 Des 2014

Obat Lain terkait HIV

540 Megestrol (Megace) 2 Sep 2014

541 Metadon 8 Mei 2014

542 Buprenorfin 8 Mei 2014

Efek Samping

550 Efek Samping 1 Jul 2014

551 Kelelahan 1 Jun 2014

552 Anemia 1 Jul 2014

553 Lipodistrofi 1 Jun 2014

554 Diare 1 Jun 2014

555 Neuropati Perifer 7 Feb 2014 556 Toksisitas Mitokondria 8 Mei 2014

557 Osteoporosis 9 Des 2014

558 Depresi 1 Sep 2014

559 Osteonekrosis 9 Des 2014

560 Rasa Nyeri 1 Jun 2014

561 Hepatotoksisitas 6 Nov 2014

562 Sindrom Stevens-Johnson 25 Nov 2014

Populasi Pasien

610 Perempuan dan HIV 9 Des 2014 611 Kehamilan dan HIV 16 Jul 2014

612 Anak dan HIV 16 Jul 2014

613 Pasangan Status HIV Berbeda 16 Jul 2014 614 Diagnosis HIV pada Bayi 16 Jul 2014 616 Orang Lansia dan HIV 1 Okt 2014 617 Memperoleh Keturunan 6 Mar 2014 618 Pengobatan AIDS untuk Anak 16 Jul 2014 619 Terapi Antiretroviral untuk Anak 16 Jul 2014 Masalah terkait HIV

620 Masalah Kulit 8 Mei 2014

621 Masalah Penglihatan 8 Mei 2014

623 Masalah Haid 25 Nov 2014

624 Afte (Seriawan) 8 Mei 2014

651 HIV dan Penyakit Ginjal 6 Nov 2014 652 HIV & Penyakit Kardiovaskular 1 Jun 2014

653 Masalah Mulut 16 Jul 2014

654 Diabetes dan HIV 10 Des 2014 Hepatitis C

670 Siklus Hidup HCV 3 Jan 2015

671 Tes Laboratorium Hepatitis C 8 Mei 2014

672 Biopsi Hati 8 Mei 2014

673 Pencegahan Penularan HCV 1 Jun 2014 674 Genotipe Hepatitis C 25 Nov 2014 675 Viral Load Hepatitis C 6 Mar 2014 680 Interferon dan Ribavirin 2 Sep 2014

682 Telaprevir 7 Apr 2014

683 Boceprevir 8 Mei 2014

684 Simeprevir 4 Feb 2014

685 Sofosbuvir 4 Feb 2014

695 Pemeriksaan Hati Noninvasif 19 Apr 2014 Terapi Penunjang

700 Terapi Penunjang 6 Nov 2014

724 DHEA 6 Nov 2014

726 Echinacea 6 Nov 2014

735 Silymarin 6 Nov 2014

740 Kurkuma (Kunyit) 6 Nov 2014

741 Temu Lawak 6 Nov 2014

742 Bawang Putih 6 Nov 2014

760 Hepatoprotektor 6 Nov 2014

Gizi dan Olahraga

800 Gizi 1 Okt 2014

801 Vitamin dan Zat Mineral 6 Mar 2014 802 Olahraga dan HIV 16 Jul 2014

803 Merokok dan HIV 1 Okt 2014

Advokasi

811 Kewaspadaan Standar 16 Jul 2014 813 Konfidensialitas dalam Sarana

Medis 7 Feb 2014

Topik Khusus

851 Cuci Tangan 1 Sep 2014

Referensi

930 Pemulasaraan Jenazah 7 Jul 2006 950 Profilaksis Kotri untuk Bayi &

Anak 1 Jul 2010

951 Profilaksis Kotri untuk Dewasa 10 Sep 2006

999 Daftar Istilah 6 Sep 2013

(3)

APA AIDS ITU?

Apa Artinya ‘AIDS’?

AIDS adalah kependekan dari ‘Acquired Immune Deficiency Syndrome’. Acquired berarti didapat, bukan keturunan. Immune terkait dengan sistem kekebalan tubuh kita. Deficiency berarti kekurangan. Syn-drome atau sindrom berarti penyakit dengan kumpulan gejala, bukan gejala tertentu. Jadi AIDS berarti kumpulan gejala akibat kekurangan atau kelemahan sistem kekebalan tubuh yang dibentuk setelah kita lahir.

AIDS disebabkan oleh virus yang disebut HIV atau Human Immunodefi-ciency Virus. Bila kita terinfeksi HIV, tubuh kita akan mencoba menyerang infeksi. Sistem kekebalan kita akan membuat ‘antibodi’, molekul khusus yang menyerang HIV itu.

Tes darah untuk HIV mencari antibodi tersebut. Jika ditemukan antibodi tersebut di darah kita, berarti kita terinfeksi HIV. Orang yang mempunyai antibodi terhadap HIV disebut ‘HIV-positif’ atau terinfeksi HIV. Lihat Lembaran Informasi (LI) 102 untuk informasi lebih lanjut tentang tes HIV.

Menjadi terinfeksi HIV bukan berarti kita AIDS. Banyak orang terinfeksi HIV tidak menjadi sakit selama bertahun-tahun. Semakin lama kita terinfeksi HIV, semakin rusak sistem kekebalan tubuh kita. Virus, parasit, jamur dan bakteri yang biasanya tidak menimbulkan masalah bagi kita dapat menyebabkan penyakit jika sistem kekebalan tubuh rusak. Penyakit ini disebut ‘infeksi oportunistik (IO)’. Lihat LI 500 untuk informasi tentang IO. Bagaimana Kita Terkena AIDS?

Sebetulnya, kita tidak ‘terkena’ AIDS. Kita mungkin terinfeksi HIV, dan kemu-dian mengembangkan AIDS. Kita dapat tertular HIV dari seseorang yang sudah terinfeksi, walaupun orang itu tidak kelihatan sakit, bahkan dengan hasil tes HIV yang tidak positif. Darah, cairan vagina, air mani dan air susu ibu seseorang yang terinfeksi HIV mengandung virus yang cukup untuk menularkan orang lain. Sebagian besar orang tertular HIV melalui:

yhubungan seks dengan orang yang terinfeksi HIV

ypenggunaan jarum suntik bergantian dengan orang yang terinfeksi HIV

ykelahiran oleh ibu yang terinfeksi, atau disusui oleh perempuan yang terinfeksi HIV

Dulu ada yang tertular HIV melalui transfusi darah yang mengandung HIV (diambil dari seorang yang terinfeksi HIV), tetapi sekarang darah PMI di-skrining secara sangat hati-hati, dan risikonya sangat rendah.

Belum ada kasus HIV ditularkan melalui air mata atau air ludah. Namun HIV bisa menular melalui seks oral (hubungan seks dengan mulut), bahkan dengan ciuman dalam. Penularan melalui ciuman dalam sangat jarang terjadi, kecuali jika ada luka berat pada mulut, atau gusi berdarah.

Pada 2012, Kemenkes memperkirakan ada 591.718 orang terinfeksi HIV di In-donesia. Namun pada akhir Maret 2014, hanya ada 134.053 orang diketahui terin-feksi HIV melalui tes sukarela. Pada waktu yang sama, 54.231 orang dilapor-kan sudah sampai ke stadium AIDS dan 9.615 diketahui sudah meninggal dunia akibatnya.

Apa yang Terjadi Bila Kita Terinfeksi HIV?

Kita mungkin tidak tahu bahwa kita baru terinfeksi HIV. Kurang lebih 2-3 minggu setelah tertular, beberapa orang meng-alami gejala mirip flu: demam, sakit kepala, otot dan sendi yang sakit, sakit perut, kelenjar getah bening yang beng-kak, atau ruam pada kulit selama satu atau dua minggu. Gejala ini biasanya hilang tanpa diobati. Kebanyakan orang merasa ini memang flu. Beberapa orang tidak mengalami gejala apa pun. Lihat LI 103 untuk informasi lebih lanjut tentang tahap awal infeksi HIV.

Virus akan menggandakan diri dalam tubuh kita untuk beberapa minggu atau bahkan bulan sebelum sistem kekebalan tubuh kita menanggapinya. Selama masa ini, hasil tes HIV tetap negatif (yang kadang dilaporkan sebagai ‘non-reaktif’), walaupun kita sudah terinfeksi dan bisa menularkan orang lain.

Setelah menanggapi virus, sistem keke-balan tubuh mulai membuat antibodi. Setelah dibuat cukup banyak antibodi, hasil tes HIV akan menjadi positif atau ‘reaktif’. Setelah gejala mirip flu (jika terjadi), kita akan tetap sehat selama ber-tahun-tahun – beberapa orang tidak mengalami gejala selama sepuluh tahun atau lebih. Namun selama masa tanpa gejala ini, HIV terus merusak sistem kekebalan tubuh kita.

Satu cara untuk mengukur kerusakan pada sistem kekebalan tubuh adalah dengan menghitung jumlah sel CD4. Sel

ini adalah bagian penting dari sistem kekebalan tubuh. Orang yang sehat mempunyai jumlah CD4 antara 500 dan 1.500. Lihat LI 124 untuk informasi lebih lanjut tentang sel CD4.

Tanpa terapi, jumlah CD4 kita kemung-kinan akan terus turun. Kita mungkin mengalami gejala penyakit HIV, misalnya demam, keringat malam, diare, atau pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala ini bertahan lebih dari beberapa hari, kemungkinan selama beberapa minggu. Bagaimana Kita Tahu Kita AIDS?

Penyakit HIV menjadi AIDS waktu sistem kekebalan tubuh kita sangat rusak. Bila jumlah CD4 kita di bawah 200, atau persentase CD4 (CD4%) di bawah 14%, kita dianggap AIDS. Bila kita mengalami IO tertentu, kita dianggap AIDS. Kemen-kes secara resmi mengeluarkan daftar IO yang mendefinisikan AIDS. Yang paling umum adalah:

yTB (tuberkulosis), dalam paru atau di luar paru (LI 515);

yPCP, semacam infeksi paru (LI 512);

yCMV (sitomegalovirus), infeksi yang biasanya memengaruhi mata (LI 501); dan

yKandidiasis, infeksi jamur dalam mulut atau vagina (LI 516).

Gejala lain terkait AIDS termasuk kehilangan berat badan yang berlebihan, dan masalah kesehatan lain. Jika tidak diobati, IO dapat gawat.

AIDS berbeda untuk setiap Odha. Ada orang yang sampai ke AIDS beberapa bulan setelah terinfeksi, tetapi kebanyakan dapat hidup cukup sehat selama bertahun-tahun, bahkan setelah AIDS. Sebagian kecil Odha tetap sehat bertahun-tahun bahkan tanpa memakai terapi anti-retroviral (ART).

Apakah Ada Obat Penyembuh AIDS?

Walaupun ada dua kasus orang yang disembuhkan, saat ini belum ada cara yang aman untuk menyembuhkan HIV (lihat LI 485). Belum ada cara untuk memberantas HIV dari tubuh kita. ART dapat menekan penggandaan virus dengan akibat kerusakan pada sistem kekebalan tubuh dihentikan dan dipulihkan. Kita dapat kembali tetap sehat, asal kita memakai ART secara patuh.

Obat lain dapat mencegah atau meng-obati IO. ART juga mengurangi timbulnya IO. Namun masih ada beberapa IO yang sulit diobati.

Diperbarui 1 September 2014 berdasarkan FS 101 The AIDS InfoNet 24 Januari 2014

(4)

TES HIV

Apa Tes HIV Itu?

Tes HIV memberi tahu kita apakah kita terinfeksi HIV, virus penyebab AIDS. Kebanyakan tes ini mencari antibodi terhadap HIV. Antibodi adalah protein yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk menyerang kuman tertentu. Antibodi terhadap semua kuman berbeda, jadi bila ditemukan antibodi terhadap HIV dalam darah kita, artinya kita terinfeksi HIV. Ada juga jenis tes lain yang mencari tanda bahwa virus sendiri ada di dalam darah, tetapi tes macam ini belum tersedia di Indonesia.

Apa Proses Tes HIV?

Tes yang paling lazim untuk HIV adalah tes darah. Sekarang juga ada tes yang dapat mencari antibodi dalam air seni, atau dalam cairan yang diambil dari dalam mulut (bukan air liur), digesekkan dari dalam pipi. Tes yang sering dipakai sekarang disebut tes cepat atau

rapid test, yang mampu menyediakan hasil

dalam 20-30 menit setelah contoh darah atau cairan lain diambil.

Untuk tes darah, contoh darah kita diambil dengan jarum suntik sekali pakai, atau tetes darah diambil setelah jari kita ditusuk dengan jarum sekali pakai. Jika hasil tes pertama ‘reaktif’ (positif), hal ini menunjukkan ke-mungkinan kita terinfeksi HIV. Tetapi tes harus diulang sekali (jika kita mempunyai gejala penyakit HIV) atau dua kali dengan cara berbeda untuk memastikan hasilnya benar, dan dapat dinyatakan ‘positif ’. Ini biasanya dilakukan oleh tempat tes tanpa kita ketahui. Hasil juga dapat dilaporkan sebagai ‘non-reaktif’ (negatif). Kadang laboratorium juga melaporkan angka non-reaktif (mis. ‘non-reaktif, 0,34’). Angka ini tidak ada relevansi

sama sekali dan sebaiknya diabaikan.

Sebelum darah diambil, kita wajib diberi konseling oleh seorang konselor yang terlatih. Di antara yang lain, konseling ini akan memberi informasi dasar tentang HIV dan AIDS, manfaat dan kerugian kita mengetahui apakah kita terinfeksi, dan bagaimana kita akan bereaksi jika nanti hasilnya positif. Setelah itu, kita diminta menyetujui sebelum darah diambil (sering disebut informed

consent). Kita juga wajib diberi konseling lagi

oleh konselor yang sama saat hasilnya sudah ada. Hasilnya hanya boleh diberikan pada kita, dan tidak boleh diberikan pada orang lain tanpa persetujuan kita. Tempat melak-sanakan tes bertanggung jawab untuk menjamin nama kita dan hasil tes tidak diketahui orang lain (konfidensialitas – lihat LI 813).

Namun, jika kita di bawah umur, orang tua atau wali kita boleh mewakili kita. Sayang-nya, di Indonesia, tidak jelas berapa sebenar-nya usia ‘di bawah umur.’

Hasil tes tidak wajib dilaporkan ke peme-rintah. Ada beberapa tempat tes yang tidak mewajibkan kita memberi nama atau identi-fikasi. Ini disebut tes tanpa nama atau anonim.

Bagaimana Kita Dapat Dites?

Semua rumah sakit rujukan AIDS (lebih dari 300 di seluruh Indonesia) dan satelitnya menyediakan layanan tes HIV, sering kali di klinik disebut VCT (voluntary counseling and

testing) atau KTS (Konseling dan Tes HIV

Sukarela). Daftar rumah sakit rujukan dapat dilihat di situs web Spiritia (lihat alamat di bawah) atau dari Komisi Penanggulangan AIDS Daerah. Selain itu ada beberapa klinik lain yang menyediakan tes HIV, dan tes juga dapat dilakukan di beberapa laboratorium swasta, walau sering kali lab tersebut tidak menyediakan konseling.

Tes kadang disediakan tanpa biaya, tetapi biasa harganya tidak lebih dari Rp 50.000.

Siapa Sebaiknya Dites?

Kita dapat terinfeksi HIV tanpa menge-tahuinya. Kita mungkin tidak merasa sakit atau mempunyai keluhan. Tetapi kita tetap bisa menularkan orang lain. Siapa pun yang aktif

secara seksual atau memakai jarum suntik secara bergantian sebaiknya tes HIV secara berkala. Kemenkes mengusulkan semua ibu

hamil ditawarkan tes HIV di layanan pranatal. Kalau kita ragu apakah ada kemungkinan kita terinfeksi HIV, sebaiknya dites.

Kapan Sebaiknya Kita Dites?

Jika kita menjadi terinfeksi HIV, biasanya sistem kekebalan tubuh baru membentuk antibodi tiga minggu hingga tiga bulan setelah kita terpajan. Masa ini disebut masa jendela. Jadi, jika kita merasa kita terpajan, atau melakukan perilaku berisiko tertular HIV, kita sebaiknya menunggu tiga bulan setelah peristiwa berisiko sebelum kita dites. Kita juga dapat langsung tes, dan mengulangi tes tiga bulan setelah peristiwa (bukan setelah tes pertama). Selama masa jendela ini, tes antibodi akan menunjukkan hasil non-reaktif (negatif), tetapi walaupun begitu, jika kita sudah terinfeksi kita dapat menularkan orang lain. Sebetulnya, selama masa awal infeksi ini, daya menular (lihat LI 166) kita paling tinggi sehingga kita lebih mungkin menular-kan orang lain kalau kita berperilaku berisiko. Menurut pedoman Kemenkes RI, hasil tes HIV yang non-reaktif tiga bulan atau lebih setelah peristiwa berisiko berarti kita tidak terinfeksi HIV, atau dalam kata lain, kita HIV-negatif. Namun, sekali lagi, kalau kita ragu, tidak salah kalau tes ulang.

Ada Tes yang Memberi Hasil Lebih Cepat?

Tes viral load mencari potongan genetik HIV. Bibit ini terbentuk sebelum sistem kekebalan tubuh membentuk antibodi. Tes viral load tidak biasa dipakai untuk menentukan apakah seseorang terinfeksi, karena tes tersebut jauh lebih mahal dibandingkan tes antibodi. Selain itu, tingkat hasil yang salah lebih tinggi, sehingga tes viral load ini tidak disetujui oleh Kemenkes sebagai alat diagnosis HIV untuk orang dewasa di Indonesia.

Apa Artinya Jika Kita Positif?

Hasil positif atau reaktif berarti kita mempunyai antibodi terhadap HIV, dan itu berarti kita terinfeksi HIV. Hasil tes seharus-nya disampaikan kepada kita oleh konselor, yang akan memberi tahu kita apa dampak pada kehidupan kita, dan bagaimana kita dapat memperoleh layanan dan dukungan kesehatan serta emosional.

Hasil positif bukan berarti kita AIDS (lihat LI 101 untuk informasi lebih lanjut). Banyak orang yang positif tetap sehat untuk beberapa tahun, dan tidak tentu langsung perlu memakai obat apa pun.

Penerimaan diagnosis HIV sering kali sangat sulit. Namun kita tidak sendiri, dan bertemu dengan teman senasib dapat sangat membantu pada saat itu. Di beberapa daerah, teman-teman Odha sudah membentuk kelom-pok dukungan sebaya (KDS) untuk memu-dahkan proses ini. Minta dirujuk pada KDS terdekat oleh petugas klinik VCT.

Apakah Kita Dapat Mempercayai Hasil Tes?

Hasil tes antibodi untuk HIV adalah benar untuk lebih dari 99,5% tes. Sebelum kita diberi hasil positif, tes diulang sebagai konfirmasi.

Ada beberapa keadaan khusus yang dapat memberi hasil yang salah atau tidak jelas:

yBayi yang dilahirkan oleh ibu yang

HIV-positif dapat menunjukkan hasil HIV-positif untuk

beberapa bulan karena antibodi ibu dialihkan ke bayi yang baru lahir. Walaupun bayi sebenarnya tidak terinfeksi, dia mempunyai antibodi terhadap HIV dan hasil tes dapat reaktif sampai dia berusia 18 bulan. Tes lain, misalnya tes viral load, harus dipakai jika hasil yang benar dibutuhkan lebih cepat. Lihat LI 613 untuk informasi mengenai diagnosis HIV pada bayi.

yOrang yang baru terinfeksi dapat

menun-jukkan hasil negatif (non-reaktif) jika dia dites terlalu dini (dalam masa jendela) sejak terinfeksi dengan HIV.

Garis Dasar

Tes HIV biasanya mencari antibodi terhadap HIV dalam darah atau cairan tubuh lain. Bila kita terinfeksi HIV, sistem kekebalan tubuh kita membuat antibodi ini untuk melawan HIV. Biasanya dibutuhkan tiga minggu hingga tiga bulan untuk membentuk antibodi tersebut. Selama masa jendela ini, tes kita tidak akan menunjukkan hasil positif walaupun kita ter-infeksi. Tes HIV biasa juga tidak memberi hasil yang dapat dipastikan untuk bayi yang baru lahir pada ibu yang terinfeksi HIV.

Hasil tes yang positif (reaktif) berarti kita terinfeksi HIV, tetapi tidak berarti kita AIDS. Jika kita memang HIV-positif, sebaiknya kita belajar tentang HIV, dan mempertimbangkan bagaimana kita dapat melindungi kesehatan kita.

Diperbarui 22 Januari 2015 berdasarkan FS 102 The AIDS InfoNet23 Juli 2014 dan sumber lain

(5)

INFEKSI HIV PRIMER

Apa Infeksi HIV Primer Itu?

Jumlah HIV dalam aliran darah menjadi sangat tinggi dalam beberapa hari atau minggu setelah kita terinfeksi HIV. Pada saat itu, beberapa orang mengalami gejala mirip flu. Tahap pertama infeksi HIV ini disebut ‘infeksi HIV primer’ atau ‘infeksi HIV akut.’

Kurang lebih separuh orang yang baru terinfeksi tidak memperhatikan gejala apa-apa. Gejala biasanya muncul dalam 2-4 minggu. Gejala paling umum adalah demam, kelelahan, dan ruam. Gejala lain termasuk sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, radang tenggorokan, pegal, mual, muntah, diare, dan keringat malam yang basah kuyup.

Sangat mudah mengabaikan tanda penyakit primer ini. Gejala ini dapat disebabkan oleh beberapa penyakit lain. Jika mengalami gejala ini, dan ada kemungkinan kita baru terpajan HIV, bicara dengan dokter tentang tes HIV, atau mengunjungi klinik VCT di rumah sakit setempat. Lihat Lembaran Informasi (LI) 102 untuk informasi lebih lanjut tentang tes HIV.

Tes untuk Infeksi Primer

Tes HIV biasa akan menunjukkan hasil negatif (non-reaktif) jika kita baru ter-infeksi HIV. Tes HIV mencari antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan HIV. Dibutuhkan tiga minggu sampai tiga bulan untuk membuat antibodi ini.

Namun, ada tes yang disebut tes viral load (LI 125), yang langsung mengukur jumlah virus dalam darah. Sebelum sistem kekebalan tubuh membuat antibodi untuk melawannya, HIV menggandakan diri secara sangat cepat. Jadi, tes ini akan menunjukkan viral load yang tinggi selama infeksi primer. Namun, karena tingkat hasil yang salah lebih tinggi, tes viral load ini tidak disetujui oleh Kemenkes RI sebagai alat diagnosis HIV untuk orang dewasa di Indonesia.

Tes antibodi HIV yang non-reaktif dan viral load yang sangat tinggi menunjukkan infeksi dini, kemungkinan dalam dua bulan belakangan. Jika kedua tes ini positif, hal itu berarti infeksi HIV kemungkinan terjadi beberapa bulan sebelum tes dilaksanakan. Pada 2010 FDA-AS menyetujui tes HIV baru yang mendeteksi antibodi terhadap HIV serta protein HIV. Tes baru ini dapat menentukan infeksi HIV lebih dini diban-dingkan tes antibodi saja. Namun tes ini belum tersedia di Indonesia.

Risiko Kerusakan Kekebalan Beberapa orang beranggapan bahwa tahap awal infeksi HIV tidak menyebabkan banyak kerusakan. Mereka berpendapat bahwa kerusakan yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh akan dipulihkan oleh penggunaan terapi antiretroviral (ART). Anggapan ini tidak benar!

Hingga 60% sel CD4 (LI 124) “ingatan” yang melawan infeksi tertular pada masa infeksi primer, dan separuh sel tersebut terbunuh dalam 14 hari pertama setelah kita terinfeksi. Lagi pula, HIV segera mengurangi kemampuan kelenjar timus untuk mengganti sel CD4 yang hilang. Lapisan usus – bagian penting sistem kekebalan tubuh – juga kehilangan sejum-lah sel CD4 yang bermakna dalam 4-6 minggu setelah terinfeksi. Semua masalah ini dapat terjadi sebelum tes HIV menun-jukkan hasil positif.

Risiko Menularkan Orang Lain Jumlah HIV dalam darah jauh lebih tinggi pada waktu infeksi HIV primer dibandingkan setelah itu. Pajanan pada darah seseorang pada tahap infeksi primer akan lebih mungkin menghasilkan infeksi dibanding pajanan pada darah seseorang yang sudah lama terinfeksi. Satu penelitian menunjukkan bahwa risiko infeksi adalah kurang lebih 20 kali lebih tinggi selama tahap infeksi primer.

Risiko menularkan infeksi HIV melalui hubungan seks juga lebih tinggi selama tahap awal infeksi primer.

Mengobati Infeksi HIV Primer Pada awal infeksi, sistem kekebalan tubuh membuat sel darah putih yang me-ngenal dan membunuh sel yang terinfeksi HIV. Ini disebut ‘tanggapan khusus-HIV.’ Lambat laun, kita kehilangan tanggapan ini. Kecuali kita memakai obat anti-retroviral (ARV), infeksi HIV kita akan melaju.

Pedoman untuk memakai obat HIV mengusulkan kita menunggu hingga ada tanda kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sebelum kita mulai memakai obat tersebut. Namun, memulai ART selama infeksi primer mungkin dapat melindungi tanggapan khusus-HIV itu.

Para peneliti pernah menyelidiki orang yang mulai terapi selama infeksi primer dan kemudian berhenti memakai ART. Satu penelitian menunjukkan bahwa pengobatan ini mungkin menunda waktu terjadinya kerusakan pada sistem keke-balan tubuh.

Baik-Buruknya Mengobati Infeksi HIV Primer

Mulai ART adalah keputusan yang berat. Siapa pun yang memikirkan penggunaan ART sebaiknya mempertimbangkan man-faat dan kerugian.

Kehidupan kita sehari-hari dapat di-pengaruhi oleh penggunaan ART. Jika kita terlalu sering lupa dosis, ada kemungkinan akan muncul resistansi terhadap obat, yang akan membatasi pilihan di kemudian hari. LI 405 memberi informasi tentang penting-nya memakai ART secara benar.

ART adalah obat yang sangat manjur. Obat tersebut mungkin menyebabkan efek samping yang lama-lama dapat sulit ditahan.

Terapi secara dini dapat melindungi sistem kekebalan tubuh dari kerusakan oleh HIV. Kerusakan kekebalan ditun-jukkan oleh jumlah CD4 yang lebih rendah dan viral load yang lebih tinggi. Ini dikaitkan dengan laju penyakit yang lebih cepat. Orang yang lebih tua (usia di atas 40 tahun) mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah. Orang tersebut tidak menanggapi ART sama baiknya dengan orang yang lebih muda.

Namun kebanyakan orang dengan HIV tidak langsung menjadi sakit.

Saat ini, para peneliti berpendapat bahwa mulai terapi sangat dini dapat memung-kinkan Odha menghentikan penggunaan ART setelah beberapa waktu mengen-dalikan HIV, atau bahkan menyembuhkan infeksi (sebagaimana tampaknya terjadi pada satu anak perempuan di AS). Garis Dasar

Tidak mudah mengetahui orang dengan infeksi HIV primer – kebanyakan Odha baru terdiagnosis beberapa tahun setelah terinfeksi. Beberapa orang tidak menun-jukkan gejala infeksi primer sama sekali. Jika gejala muncul, sulit dibedakan dari penyakit lain, misalnya flu.

Jika kita berpikir bahwa kita mung-kin pada tahap infeksi HIV primer, kita sebaiknya memberi tahu dokter dan melaksanakan tes HIV. Mungkin ada manfaat mulai ART pada masa infeksi HIV primer.

Memakai ART adalah keputusan yang berat. Bahas manfaat dan kerugian dengan dokter dan mempertimbangkannya secara hati-hati sebelum mengambil keputusan.

Diperbarui 7 Februari 2014 berdasarkan FS 103 The AIDS InfoNet 12 November 2013

(6)

SIKLUS HIDUP HIV

DNA manusia DNA HIV DNA manusia

1

Virus bebas

3

Penembusan: Virus mengosongkan isinya ke dalam sel CD4

2

Pengikatan dan penembusan: Virus

mengikat pada reseptor CD4 dan salah satu koreseptor (CCR5 atau CXCR4), yang ada di permukaan sel CD4. Kemudian virus meleburkan pada sel

Reseptor CD4

Koreseptor CXCR4

4

Reverse transcription:

RNA (serat tunggal) virus diubah menjadi DNA (dua serat) oleh enzim reverse transcriptase

5

Pemaduan: DNA

virus disatukan dengan DNA sel oleh enzim integrase

6

Transcription: Waktu

sel yang terinfeksi menggandakan diri, DNA virus ‘dibaca’ dan rantai protein yang panjang dibuat

7

Perakitan: Rantai protein virus

mengelompok

8

Tonjolan: Jutaan virus yang belum matang mendesak ke luar sel. Enzim protease mulai mengelola protein dalam virus yang baru terbentuk

9

Virus yang belum matang melepaskan diri dari sel yang terinfeksi

10

Menjadi matang: Rantai protein pada bibit virus baru

dipotong oleh enzim protease menjadi protein tunggal. Protein ini menggabung untuk membentuk inti virus dan membuat virus yang siap bekerja

DNA HIV RNA HIV

Koreseptor CCR5

Rantai protein HIV

(7)

INFEKSI HIV PRIMER

Apa Infeksi HIV Primer Itu?

Jumlah HIV dalam aliran darah menjadi sangat tinggi dalam beberapa hari atau minggu setelah kita terinfeksi HIV. Pada saat itu, beberapa orang mengalami gejala mirip flu. Tahap pertama infeksi HIV ini disebut ‘infeksi HIV primer’ atau ‘infeksi HIV akut.’

Kurang lebih separuh orang yang baru terinfeksi tidak memperhatikan gejala apa-apa. Gejala biasanya muncul dalam 2-4 minggu. Gejala paling umum adalah demam, kelelahan, dan ruam. Gejala lain termasuk sakit kepala, pembengkakan kelenjar getah bening, radang tenggorokan, pegal, mual, muntah, diare, dan keringat malam yang basah kuyup.

Sangat mudah mengabaikan tanda penyakit primer ini. Gejala ini dapat disebabkan oleh beberapa penyakit lain. Jika mengalami gejala ini, dan ada kemungkinan kita baru terpajan HIV, bicara dengan dokter tentang tes HIV, atau mengunjungi klinik VCT di rumah sakit setempat. Lihat Lembaran Informasi (LI) 102 untuk informasi lebih lanjut tentang tes HIV.

Tes untuk Infeksi Primer

Tes HIV biasa akan menunjukkan hasil negatif (non-reaktif) jika kita baru ter-infeksi HIV. Tes HIV mencari antibodi yang dibuat oleh sistem kekebalan tubuh untuk melawan HIV. Dibutuhkan tiga minggu sampai tiga bulan untuk membuat antibodi ini.

Namun, ada tes yang disebut tes viral load (LI 125), yang langsung mengukur jumlah virus dalam darah. Sebelum sistem kekebalan tubuh membuat antibodi untuk melawannya, HIV menggandakan diri secara sangat cepat. Jadi, tes ini akan menunjukkan viral load yang tinggi selama infeksi primer. Namun, karena tingkat hasil yang salah lebih tinggi, tes viral load ini tidak disetujui oleh Kemenkes RI sebagai alat diagnosis HIV untuk orang dewasa di Indonesia.

Tes antibodi HIV yang non-reaktif dan viral load yang sangat tinggi menunjukkan infeksi dini, kemungkinan dalam dua bulan belakangan. Jika kedua tes ini positif, hal itu berarti infeksi HIV kemungkinan terjadi beberapa bulan sebelum tes dilaksanakan. Pada 2010 FDA-AS menyetujui tes HIV baru yang mendeteksi antibodi terhadap HIV serta protein HIV. Tes baru ini dapat menentukan infeksi HIV lebih dini diban-dingkan tes antibodi saja. Namun tes ini belum tersedia di Indonesia.

Risiko Kerusakan Kekebalan Beberapa orang beranggapan bahwa tahap awal infeksi HIV tidak menyebabkan banyak kerusakan. Mereka berpendapat bahwa kerusakan yang terjadi pada sistem kekebalan tubuh akan dipulihkan oleh penggunaan terapi antiretroviral (ART). Anggapan ini tidak benar!

Hingga 60% sel CD4 (LI 124) “ingatan” yang melawan infeksi tertular pada masa infeksi primer, dan separuh sel tersebut terbunuh dalam 14 hari pertama setelah kita terinfeksi. Lagi pula, HIV segera mengurangi kemampuan kelenjar timus untuk mengganti sel CD4 yang hilang. Lapisan usus – bagian penting sistem kekebalan tubuh – juga kehilangan sejum-lah sel CD4 yang bermakna dalam 4-6 minggu setelah terinfeksi. Semua masalah ini dapat terjadi sebelum tes HIV menun-jukkan hasil positif.

Risiko Menularkan Orang Lain Jumlah HIV dalam darah jauh lebih tinggi pada waktu infeksi HIV primer dibandingkan setelah itu. Pajanan pada darah seseorang pada tahap infeksi primer akan lebih mungkin menghasilkan infeksi dibanding pajanan pada darah seseorang yang sudah lama terinfeksi. Satu penelitian menunjukkan bahwa risiko infeksi adalah kurang lebih 20 kali lebih tinggi selama tahap infeksi primer.

Risiko menularkan infeksi HIV melalui hubungan seks juga lebih tinggi selama tahap awal infeksi primer.

Mengobati Infeksi HIV Primer Pada awal infeksi, sistem kekebalan tubuh membuat sel darah putih yang me-ngenal dan membunuh sel yang terinfeksi HIV. Ini disebut ‘tanggapan khusus-HIV.’ Lambat laun, kita kehilangan tanggapan ini. Kecuali kita memakai obat anti-retroviral (ARV), infeksi HIV kita akan melaju.

Pedoman untuk memakai obat HIV mengusulkan kita menunggu hingga ada tanda kerusakan pada sistem kekebalan tubuh sebelum kita mulai memakai obat tersebut. Namun, memulai ART selama infeksi primer mungkin dapat melindungi tanggapan khusus-HIV itu.

Para peneliti pernah menyelidiki orang yang mulai terapi selama infeksi primer dan kemudian berhenti memakai ART. Satu penelitian menunjukkan bahwa pengobatan ini mungkin menunda waktu terjadinya kerusakan pada sistem keke-balan tubuh.

Baik-Buruknya Mengobati Infeksi HIV Primer

Mulai ART adalah keputusan yang berat. Siapa pun yang memikirkan penggunaan ART sebaiknya mempertimbangkan man-faat dan kerugian.

Kehidupan kita sehari-hari dapat di-pengaruhi oleh penggunaan ART. Jika kita terlalu sering lupa dosis, ada kemungkinan akan muncul resistansi terhadap obat, yang akan membatasi pilihan di kemudian hari. LI 405 memberi informasi tentang penting-nya memakai ART secara benar.

ART adalah obat yang sangat manjur. Obat tersebut mungkin menyebabkan efek samping yang lama-lama dapat sulit ditahan.

Terapi secara dini dapat melindungi sistem kekebalan tubuh dari kerusakan oleh HIV. Kerusakan kekebalan ditun-jukkan oleh jumlah CD4 yang lebih rendah dan viral load yang lebih tinggi. Ini dikaitkan dengan laju penyakit yang lebih cepat. Orang yang lebih tua (usia di atas 40 tahun) mempunyai sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah. Orang tersebut tidak menanggapi ART sama baiknya dengan orang yang lebih muda.

Namun kebanyakan orang dengan HIV tidak langsung menjadi sakit.

Saat ini, para peneliti berpendapat bahwa mulai terapi sangat dini dapat memung-kinkan Odha menghentikan penggunaan ART setelah beberapa waktu mengen-dalikan HIV, atau bahkan menyembuhkan infeksi (sebagaimana tampaknya terjadi pada satu anak perempuan di AS). Garis Dasar

Tidak mudah mengetahui orang dengan infeksi HIV primer – kebanyakan Odha baru terdiagnosis beberapa tahun setelah terinfeksi. Beberapa orang tidak menun-jukkan gejala infeksi primer sama sekali. Jika gejala muncul, sulit dibedakan dari penyakit lain, misalnya flu.

Jika kita berpikir bahwa kita mung-kin pada tahap infeksi HIV primer, kita sebaiknya memberi tahu dokter dan melaksanakan tes HIV. Mungkin ada manfaat mulai ART pada masa infeksi HIV primer.

Memakai ART adalah keputusan yang berat. Bahas manfaat dan kerugian dengan dokter dan mempertimbangkannya secara hati-hati sebelum mengambil keputusan.

Diperbarui 7 Februari 2014 berdasarkan FS 103 The AIDS InfoNet 12 November 2013

(8)

HASIL TES LAB NORMAL

Darah

Ukuran Satuan Nilai Rujukan

Eritrosit (sel darah merah) juta/µl 4,0 – 5,0 (P) 4,5 – 5,5 (L) Hemoglobin (Hb) g/dL 12,0 – 14,0 (P) 13,0 – 16,0 (L) Hematokrit % 40 – 50 (P) 45 – 55 (L) Hitung Jenis Basofil % 0,0 – 1,0 Eosinofil % 1,0 – 3,0 Batang1 % 2,0 – 6,0 Segmen1 % 50,0 – 70,0 Limfosit % 20,0 – 40,0 Monosit % 2,0 – 8,0

Laju endap darah (LED) mm/jam < 15 (P) < 10 (L) Leukosit (sel darah putih) 103/µl 5,0 – 10,0

MCH/HER pg 27 – 31

MCHC/KHER g/dL 32 – 36

MCV/VER fl 80 – 96

Trombosit 103/µl 150 – 400 Catatan:

1. Batang dan segmen adalah jenis neutrofil. Kadang kala dilaporkan persentase neutrofil saja, dengan nilai rujukan 50,0 – 75,0 persen

Fungsi Hati (LFT)

Ukuran Satuan Nilai Rujukan

ALT (SGPT) U/L < 23 (P) < 30 (L) AST (SGOT) U/L < 21 (P) < 25 (L) Alkalin fosfatase U/L 15 – 69 GGT (Gamma GT) U/L 5 – 38 Bilirubin total mg/dL 0,25 – 1,0 Bilirubin langsung mg/dL 0,0 – 0,25 Protein total g/L 61 – 82 Albumin g/L 37 – 52 Fungsi Ginjal Kreatinin U/L 60 – 150 (P) 70 – 160 (L) Urea mg/dL 8 – 25 Natrium mmol/L 135 – 145 Klorid mmol/L 94 – 111 Kalium mmol/L 3,5 – 5,0 Profil Lipid Kolesterol total mg/dL 150 – 200 HDL mg/dL 45 – 65 (P) 35 – 55 (L) Trigliserid mg/dL 120 – 190 Lain

Glukosa (darah, puasa) mg/dL 70 – 100

Amilase U/L 30 – 130

Asam Urat mg/dL 2,4 – 5,7 (P) 3,4 – 7,0 (W)

Latar Belakang

Agar dapat memantau keadaan kesehatan kita, perlu dilakukan tes laboratorium secara berkala – untuk informasi lebih lanjut mengenai jenis tes ini, lihat Lembaran Informasi 121 Hitung Darah Lengkap, 122 Tes Kimia Darah, dan 123 Gula & Lemak Darah.

CATATAN PENTING:

Setiap laboratorium menentukan nilai ‘normal’, yang ditunjukkan pada kolom ‘Nilai Rujukan’ atau ‘Nilai Normal’ pada laporan laboratorium. Nilai ini tergantung pada alat yang dipakai dan cara pemakaiannya. Tidak ada standar nilai rujukan; angka ini diambil terutama dari laboratorium RSPI-SS, Jakarta; nilai laboratorium lain dapat berbeda. Jadi angka pada laporan kita harus dibandingkan dengan nilai rujukan pada laporan, bukan dengan nilai rujukan pada lembaran ini. Bahaslah hasil yang tidak normal dengan dokter.

Tubuh manusia tidak seperti mesin, dengan unsur yang dapat diukur secara persis dengan hasil yang selalu sama. Hasil laboratorium kita dapat berubah-ubah tergantung pada berbagai faktor, termasuk: jam berapa contoh darah atau cairan lain diambil; infeksi aktif; tahap infeksi HIV; dan makanan (untuk tes tertentu, contoh cairan harus diambil dengan perut kosong – tidak ada yang dimakan selama beberapa jam). Kehamilan juga dapat mempengaruhi beberapa nilai. Oleh karena faktor ini, hasil lab yang di luar normal mungkin tidak menjadi masalah.

Pada tabel ini, bila ada perbedaan tergantung pada jenis kelamin, angka ditunjukkan sebagai ‘P’ untuk perempuan dan ‘L’ untuk laki-laki.

(9)

HITUNG DARAH LENGKAP

Hitung Darah Lengkap (HDL)

Tes laboratorium yang paling umum adalah hitung darah lengkap (HDL) atau complete blood count (CBC). Tes ini, yang juga sering disebut sebagai ‘hematologi’, memeriksa jenis sel dalam darah, termasuk sel darah merah, sel darah putih dan trombosit (platelet). Hasil tes menyebutkan jumlah masing-masing dalam darah (misalnya jumlah sel per milimeter kubik) atau persentasenya. Tes laboratorium lain dibahas pada Lembaran Informasi (LI) 122 dan 123.

Semua sel darah dibuat di sumsum tulang. Beberapa obat atau penyakit dapat merusak sumsum tulang sehingga menye-babkan berkurangnya jumlah sel darah merah dan putih.

Setiap laboratorium mempunyai ‘nilai rujukan’ untuk semua hasil tes. Biasanya, tes laboratorium akan menunjukkan hasil tes yang berada di luar nilai normal. Untuk informasi lebih lanjut mengenai hasil tes laboratorium, lihat LI 120.

Angka dalam laporan sering sulit ditaf-sirkan. Beberapa angka dilaporkan dengan satuan ‘x10.e3’ atau ‘x103’. Ini berarti

jumlah yang dicatat harus dikalikan 1.000. Contohnya, bila hasil adalah 8,77 dengan satuan ‘x10.e3’, jumlah sebenarnya adalah 8.770.

Tes Sel Darah Merah

Sel darah merah, yang juga disebut sebagai eritrosit, bertugas mengangkut oksigen dari paru ke semua sel di seluruh tubuh. Fungsi ini dapat diukur melalui tiga macam tes. Hitung Sel Darah Merah (red blood cell count/RBC) yang menghitung jumlah total sel darah merah. Hemoglobin (Hb) yaitu protein dalam sel darah merah yang bertugas mengangkut oksigen dari paru ke bagian tubuh lain. Hematokrit (Ht atau HCT) mengukur persentase sel darah merah dalam seluruh volume darah.

Orang yang tinggal di dataran tinggi umumnya mempunyai lebih banyak sel darah merah. Ini merupakan upaya tubuh mengatasi kekurangan oksigen.

Eritrosit, Hb dan Ht yang sangat rendah menunjukkan adanya anemia, yaitu sel tidak mendapat cukup oksigen untuk berfungsi secara normal. Jika kita anemia, kita sering merasa lelah dan terlihat pucat. Lihat LI 551 mengenai kelelahan dan LI 552 mengenai anemia.

Volume Eritrosit Rata-Rata (VER) atau mean corpuscular volume (MCV) mengukur besar rata-rata sel darah merah. VER yang rendah berarti ukuran sel darah merahnya lebih kecil dari ukuran normal. Biasanya hal ini disebabkan oleh

ke-kurangan zat besi atau penyakit kronis. VER yang tinggi dapat disebabkan oleh obat antiretroviral (ARV), terutama AZT dan d4T. Keadaan ini tidak berbahaya. Namun VER yang tinggi dapat menun-jukkan adanya anemia megaloblastik, dengan sel darah merahnya besar dan berwarna muda. Biasanya hal ini dise-babkan oleh kekurangan asam folat.

Sementara VER mengukur ukuran rata-rata sel darah merah, Red Blood Cell Distribution Width (RDW) mengukur kisaran ukuran sel darah merah. Hasil tes ini dapat membantu mendiagnosis jenis anemia dan kekurangan beberapa vitamin. Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (HER) atau mean corpuscular hemoglobin (MCH) dan Konsentrasi Hemoglobin Eritrosit Rata-Rata (KHER) atau mean corpuscular hemoglobin concentration (MCHC atau CHCM) masing-masing mengukur jumlah dan kepekatan hemo-globin. HER dihitung dengan membagi hemoglobin total dengan jumlah sel darah merah total.

Trombosit atau platelet berfungsi membantu menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan dan kero-peng. Jika trombosit kita kurang, kita mudah mengalami perdarahan atau memar. Orang terinfeksi HIV kadang trombositnya rendah (disebut trombositopenia). ARV dapat mengatasi keadaan ini. Jumlah trombosit hampir tidak pernah menjadi begitu tinggi sehingga berpengaruh pada kesehatan.

Tes Sel Darah Putih

Sel darah putih (disebut juga leukosit) membantu melawan infeksi dalam tubuh kita.

Hitung Sel Darah Putih (white blood cell count/WBC) adalah jumlah total leukosit. Leukosit tinggi (hitung sel darah putih yang tinggi) umumnya berarti tubuh kita sedang melawan infeksi. Leukosit rendah artinya ada masalah dengan sumsum tulang. Leukosit rendah, yang disebut leukopenia atau sitopenia, berarti tubuh kita kurang mampu melawan infeksi. Hitung Jenis (differential) menghitung lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil. Hasil masing-masing dilaporkan sebagai persentase jumlah leukosit. Persentase ini dikalikan leukosit untuk mendapatkan hitung ‘mutlak’. Contohnya, dengan limfosit 30% dan leukosit 10.000, limfosit mutlak adalah 30% dari 10.000 atau 3.000. Neutrofil berfungsi melawan infeksi bakteri. Biasa jumlahnya adalah 55-70% dari leukosit. Jika neutrofil kita rendah

(disebut neutropenia), kita lebih mudah terkena infeksi bakteri. Penyakit HIV lanjut dapat menyebabkan neutropenia. Begitu juga, beberapa jenis obat yang dipakai oleh Odha (misalnya gansiklovir untuk mengatasi virus sitomegalo, lihat LI 501) dan AZT (semacam ARV; lihat LI 411).

Ada dua jenis utama limfosit: sel-T yang menyerang dan membunuh kuman, serta membantu mengatur sistem kekebalan tubuh; dan sel-B yang membuat antibodi, protein khusus yang menyerang kuman. Jumlah limfosit umumnya 20-40% dari leukosit. Salah satu jenis sel-T adalah sel CD4, yang tertular dan dibunuh oleh HIV (lihat LI 124). Hitung darah lengkap tidak termasuk tes CD4. Tes CD4 ini harus diminta sebagai tambahan. Hasil hitung darah lengkap tetap dibutuhkan untuk menghitung jumlah CD4, sehingga dua tes ini umumnya dilakukan sekaligus.

Monosit atau makrofag mencakup 2-8% dari leukosit. Sel ini melawan infeksi dengan ‘memakan’ kuman dan memberi tahu sistem kekebalan tubuh mengenai kuman apa yang ditemukan. Monosit beredar dalam darah. Monosit yang berada di berbagai jaringan tubuh disebut makro-fag. Jumlah monosit yang tinggi umumnya menunjukkan adanya infeksi bakteri.

Eosinofil biasanya 1-3% dari leukosit. Sel ini terlibat dengan alergi dan tanggapan terhadap parasit. Kadang kala penyakit HIV dapat menyebabkan jumlah eosinofil yang tinggi. Jumlah yang tinggi, terutama jika kita diare, kentut, atau perut kembung, mungkin menandai keberadaan parasit.

Fungsi basofil tidak jelas dipahami, namun sel ini terlibat dalam reaksi alergi jangka panjang, misalnya asma atau alergi kulit. Sel ini jumlahnya kurang dari 1% leukosit.

Persentase limfosit mengukur lima jenis sel darah putih: neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil dan basofil, dalam bentuk persentase leukosit. Untuk memperoleh limfosit total, nilai ini dikalikan dengan leukosit. Misalnya, bila limfosit 30,2% dan leukosit 8.770, limfosit totalnya adalah 0,302 x 8.770 = 2.648.

Laju Endap Darah (LED) atau Sed Rate mengukur kecepatan sel darah merah mengendap dalam tabung darah. LED yang tinggi menunjukkan adanya radang. Namun LED tidak menunjukkan apakah itu radang jangka lama, misalnya artritis, atau disebabkan oleh tubuh yang terserang infeksi.

Ditinjau 8 Mei 2014 berdasarkan FS 121 The AIDS InfoNet 21 April 2014

(10)

TES KIMIA DARAH

Tes Kimia Darah

Sebagian besar laporan laboratorium memperlihatkan hasil tes kimia darah. Tes ini mengukur berbagai zat kimia dalam darah kita untuk melihat apakah tubuh kita berfungsi dengan baik. Lihat Lembaran Informasi (LI) 121 untuk infor-masi tentang Hitung Darah Lengkap dan LI 123 untuk informasi tentang Tes Gula dan Lemak Darah.

Setiap laboratorium mempunyai nilai rujukan berbeda untuk hasil tes. Biasa-nya, laporan laboratorium mencantum-kan nilai rujumencantum-kan ini dan menandai hasil tes yang berada di luar nilai rujukan. Lihat LI 120 untuk informasi mengenai hasil tes laboratorium normal.

Kalsium, semacam mineral, adalah unsur utama dalam tulang dan gigi. Kalsium juga dibutuhkan agar saraf dan otot bekerja dengan baik, serta untuk reaksi kimia dalam sel. Tubuh kita mengatur tingkat zat kalsium dalam darah. Namun tingkat protein dalam darah dapat berpengaruh pada hasil tes kalsium (lihat albumin di bawah). Hasil tes kalsium yang rendah pada Odha biasanya disebabkan oleh tingkat protein yang rendah akibat kekurangan gizi (malagizi) atau wasting (lihat LI 518). Tingkat zat kalsium yang tidak normal bisa jadi karena masalah pencernaan.

Fosforus, seperti juga kalsium, meru-pakan unsur tulang yang penting. Tingkat zat fosforus yang rendah untuk waktu yang lama dapat menyebabkan kerusakan pada tulang, saraf dan otot. Tingkat zat fosforus yang tinggi paling sering disebabkan oleh gagal ginjal.

Glukosa adalah gula, yang diuraikan dalam sel untuk membuat tenaga. Lihat LI 123 untuk informasi tentang tes gula darah.

Elektrolit

Elektrolit berkaitan dengan keseim-bangan cairan dalam sel kita. Elektrolit terutama penting jika kita mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) atau masalah pada ginjal.

yTingkat zat natrium menunjukkan keseimbangan garam dan air. Zat natrium juga menunjukkan baik-buruknya kerja ginjal dan kelenjar

adrenal kita. Umumnya, tingkat zat natrium yang tidak normal dalam darah menunjukkan volume darah yang terlalu rendah (akibat dehidrasi) atau terlalu tinggi. Keadaan ini juga bisa terjadi jika jantung tidak memompa darah sebagaimana mestinya, atau ginjal tidak bekerja dengan baik. yZat kalium berpengaruh pada beberapa

organ tubuh utama, termasuk jantung. Tingkat zat kalium dapat meningkat akibat gagal ginjal, dan dapat tidak normal akibat muntah atau diare. yTingkat zat klorida sering naik-turun

bersama dengan tingkat natrium. Ini karena natrium klorida, atau garam, adalah unsur utama dalam darah. yBikarbonat memperlihatkan sistem

dapar (buffer) dalam darah. Tingkat bikarbonat yang normal menunjukkan keasaman darah yang benar. Tingkat yang tinggi dapat disebabkan oleh tingkat asam laktik yang tinggi dalam darah.

Tes Fungsi Ginjal

Tes dasar untuk mengukur fungsi ginjal adalah nitrogen urea darah (blood urea

nitrogen/BUN, atau kadang disebut

sebagai urea) dan kreatinin. Tingkat zat fosforus, natrium atau asam urat yang tidak normal juga dapat disebabkan oleh ginjal.

BUN mengukur tingkat nitrogen darah. Nitrogen adalah hasil buangan yang disaring oleh ginjal dan dikeluarkan dalam air seni. Tingkat BUN yang tinggi dapat disebabkan oleh makanan ber-protein tinggi, dehidrasi atau gagal ginjal atau jantung.

Kreatinin adalah hasil buangan dari pencernaan protein. Tingkatnya yang tinggi dalam darah umumnya menun-jukkan masalah ginjal. Dokter sering memakai tingkat kreatinin sebagai tanda yang paling langsung menunjukkan kemampuan ginjal untuk mengeluarkan hasil buangan dari tubuh.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai tes fungsi ginjal, lihat LI 136.

Tes Fungsi Hati

Tes laboratorium yang disebut tes fungsi hati (liver function test/LFT) sebenarnya mengukur tingkat enzim yang

terdapat dalam hati, jantung dan otot. Enzim adalah protein yang menyebabkan atau meningkatkan reaksi kimia dalam organisme hidup. Tingkat enzim yang tinggi menunjukkan kerusakan hati yang bisa diakibatkan oleh obat, alkohol, hepatitis atau penggunaan narkoba.

Pola dari tingkat enzim ini – kalau beberapa di atas tingkat normal dan yang lain normal – dapat membantu dokter menemukan masalah kesehatan tertentu. Tes laboratorium mencakup: ALT (SGPT), AST (SGOT), bilirubin, fos-fatase alkali, GGT dan LDH.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai tes fungsi hati, lihat LI 135.

Tes Kimia Darah Lain

Asam Urat terbentuk akibat peng-uraian DNA, bahan genetik dalam sel. Asam ini biasanya dikeluarkan oleh ginjal. Tingkat asam urat yang tinggi sebenarnya cukup umum. Tingkat yang sangat tinggi dapat terjadi bila ginjal tidak mampu mengeluarkan asam urat dari darah, atau karena leukemia (kanker darah) atau limfoma (kanker getah bening – lihat LI 509).

Albumin adalah protein penting dalam darah. Protein ini mengatur keseim-bangan air dalam sel, mengangkut gizi pada sel, serta mengeluarkan produk buangan. Tingkat albumin yang rendah biasanya menunjukkan masalah gizi.

Karena albumin mengangkut begitu banyak zat dalam darah, tingkat albumin yang rendah dapat menyebabkan hasil rendah pada tes laboratorium yang lain, terutama kalsium dan testosteron.

Globulin (juga disebut sebagai imuno-globulin) mengukur protein dalam antibodi yang dibuat oleh sistem ke-kebalan tubuh. Infeksi HIV menyebabkan tingkat globulin yang sangat tinggi. Tingkat umumnya dilaporkan untuk lima jenis globulin: IgG, IgA, IgD, IgE dan IgM.

Tes Protein C-Reactive (CRP) adalah tes umum lain untuk peradangan (lihat LI 484). Ukuran ini naik dan turun lebih cepat daripada LED (lihat LI 121). Tingkat CRP yang tinggi mungkin menunjukkan risiko lebih tinggi terhadap serangan jantung.

Ditinjau 8 Mei 2014 berdasarkan FS 122 The AIDS InfoNet 21 April 2014

(11)

TES GULA & LEMAK DARAH

Lihat Lembaran Informasi (LI) 121 untuk informasi tentang Hitung Darah Lengkap dan LI 122 untuk tes yang diliputi di Tes Kimia Darah. Untuk informasi lebih lengkap mengenai hasil tes laboratorium, lihat LI 120.

Mengapa Memeriksa Gula dan Lemak Darah?

Orang yang memakai terapi anti-retroviral (ART) disarankan untuk lebih sering memeriksakan tingkat gula dan lemak dalam darahnya karena terapi tersebut dapat mengakibatkan pening-katan yang sangat tinggi. Hal ini terutama dialami bila dipakai golongan anti-retroviral (ARV) protease inhibitor (PI). Untuk informasi lebih lanjut, lihat LI 553 tentang lipodistrofi (perubahan bentuk tubuh).

Gula Darah

Glukosa adalah gula. Glukosa

diurai-kan dalam sel untuk menghasildiurai-kan tenaga. Gula darah meningkat setelah kita makan atau minum apa saja kecuali air putih biasa. Tingkat glukosa yang tinggi, yang disebut hiperglisemia, dapat merupakan tanda penyakit diabetes melitus. Gula darah yang tinggi lambat laun dapat merusak mata, saraf, ginjal atau jantung. Tingkat yang tinggi ini dapat disebabkan oleh efek samping PI.

Gula darah yang rendah, yang disebut hipoglisemia, dapat menyebabkan kele-lahan (lihat LI 551). Namun kelekele-lahan pada Odha umumnya disebabkan oleh hal lain.

Pada orang sehat, gula darah diken-dalikan oleh insulin. Insulin adalah hor-mon yang dibuat oleh pankreas. Insulin membantu glukosa bergerak dari darah masuk ke sel untuk menghasilkan tenaga. Gula darah yang tinggi dapat berarti bahwa pankreas kita tidak membuat cukup insulin. Namun beberapa orang membuat cukup banyak insulin tetapi tubuhnya tidak menanggapinya secara normal. Ini disebut ‘resistansi insulin’. Apa pun alasannya, sel tidak memperoleh glukosa secukupnya untuk dijadikan tenaga, dan glukosa menumpuk dalam darah.

Beberapa orang yang memakai PI mengalami resistansi insulin dan tingkat gula dalam darahnya dapat meningkat tajam. Keadaan ini kadang kala diobati dengan obat yang biasa dipakai untuk diabetes. Belum ada tes darah yang sederhana untuk resistansi insulin.

Ada tiga cara untuk mengukur tingkat gula darah:

Tes gula darah sewaktu. Tes ini

mengukur glukosa dalam darah yang diambil kapan saja, tanpa memperhatikan waktu makan.

Tes gula darah puasa. Tes ini memakai

contoh darah yang diambil saat perut kosong, setelah kita tidak makan atau minum apa pun (kecuali air putih) selama sedikitnya delapan jam.

Tes toleransi glukosa. Tes ini dimulai

dengan tes gula darah puasa. Kemudian kita diberikan minuman manis yang mengandung gula dengan ukuran tertentu. Tingkat gula darah lalu diukur dengan memakai beberapa contoh darah yang diambil pada jangka waktu yang tertentu. Di Indonesia, yang lebih sering dilaku-kan adalah tes gula darah setelah madilaku-kan. Tes ini dimulai dengan tes gula darah puasa, kemudian kita diminta untuk makan seperti biasa, dan darah kita diperiksa lagi dua jam kemudian.

Jika gula darah kita terlalu tinggi, kita mungkin diabetes. Terapi untuk diabetes meliputi mengurangi berat badan, meng-atur pola makanan, dan olahraga. Bisa juga termasuk obat atau suntikan insulin.

Lemak Darah

Lemak, yang sering disebut dalam bahasa medis sebagai lipid, adalah salah satu sumber tenaga. Lemak mengangkut beberapa vitamin ke seluruh tubuh. Lemak dipakai untuk membuat hormon dan dinding sel, melindungi organ tubuh dan melumasi beberapa bagian tubuh yang bergerak. Namun terlalu banyak lemak dalam darah (yang disebut sebagai hiperlipidemia) dapat meningkatkan risiko penyakit jantung atau pankreatitis. Sebagian besar lemak di tubuh kita berbentuk sebagai trigliserida. Kolesterol adalah bentuk lemak yang lain. Agar dapat diangkut oleh darah, lemak dibungkus oleh beberapa molekul protein. Kumpulan lemak yang terbungkus protein ini disebut lipoprotein.

Ukuran lipoprotein berbeda-beda. Yang lebih besar disebut lipoprotein kepekatan rendah (low density lipoprotein/LDL) atau lipoprotein kepekatan sangat rendah (very low density lipoprotein/VLDL). Lipo-protein ini mengangkut lemak dari hati ke bagian tubuh lain. Terlalu banyak LDL atau VLDL dapat menyebabkan lemak menumpuk di dinding pembuluh nadi. Penyempitan ini dapat menyebabkan pengiriman oksigen ke otot jantung berkurang, dengan akibat serangan jantung.

Lipoprotein yang lebih kecil disebut lipoprotein kepekatan tinggi (high density lipoprotein/HDL). HDL dianggap sebagai lipoprotein yang ‘baik’ karena menge-luarkan lemak dari pembuluh darah dan mengembalikannya ke hati untuk diproses lagi. Tingkat HDL yang tinggi tampaknya melindungi kita dari penyakit jantung.

Lemak darah diukur dalam mg/dL darah.

Mengukur tingkat trigliserida:

Ting-kat trigliserida dalam darah meningTing-kat cepat setelah kita makan. Kita harus puasa makan sedikitnya delapan jam sebelum contoh darah diambil untuk tes tersebut. Banyak Odha mempunyai tingkat tri-gliserida yang sangat tinggi, terutama pengguna PI. Tingkat trigliserida di bawah 200mg/dL dianggap normal. Tingkat di atas 1.000mg/dL dapat menyebabkan pan-kreatitis.

Mengukur tingkat kolesterol: Koles-terol total mencakup tingkat LDL yang

‘buruk’ dan HDL yang ‘baik’. Kolesterol total tidak begitu cepat berubah setelah kita makan, jadi darah untuk tes ini dapat diambil kapan saja. Tingkat kolesterol total di bawah 200mg/dL dianggap baik, dan di atas 240mg/dL dianggap buruk.

HDL adalah kolesterol baik. Tingkat

kolesterol ini dapat diukur pada contoh darah yang diambil tanpa puasa. Semakin tinggi tingkat HDL semakin baik. Ting-katnya di atas 40mg/dL dianggap baik.

LDL adalah kolesterol buruk. Tingkat

LDL dihitung memakai rumusan yang mencakup tingkat trigliserida. Contoh darah yang diambil setelah puasa dipakai untuk mengukur tingkat trigliserida atau untuk menghitung tingkat LDL. Tingkat LDL di bawah 100mg/dL dianggap baik, sedangkan bila di atas 160mg/dL menun-jukkan risiko tinggi terhadap penyakit jantung. Untuk pasien berisiko tinggi, LDL sebaiknya diturunkan di bawah 70mg/dL.

Semakin banyak Odha ditemukan de-ngan tingkat kolesterol yang tinggi, terutama bila ada riwayat kolesterol tinggi di keluarganya. Jika tingkat kolesterol kita tinggi, sebaiknya kita membahas pilihan pengobatan dengan dokter.

Diperbarui 31 Juli 2014 berdasarkan FS 123 The AIDS InfoNet 4 Juni 2014

(12)

TES CD4

Apa Sel CD4 Itu?

Sel CD4 adalah jenis sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian yang penting dari sistem kekebalan tubuh kita. Sel CD4 kadang kala disebut sebagai sel-T. Ada dua macam sel-T. Sel T-4, yang juga disebut CD4 dan kadang kala sel CD4+, adalah sel ‘pembantu’. Sel T-8 (CD8) adalah sel ‘penekan’, yang mengakhiri tanggapan kekebalan. Sel CD8 juga disebut sebagai sel ‘pem-bunuh’, karena sel tersebut membunuh sel kanker atau sel yang terinfeksi virus. Sel CD4 dapat dibedakan dari sel CD8 berdasarkan protein tertentu yang ada di permukaan sel. Sel CD4 adalah sel-T yang mempunyai protein CD4 pada permu-kaannya. Protein itu bekerja sebagai ‘re-septor’ untuk HIV. HIV mengikat pada reseptor CD4 itu seperti kunci dengan gembok.

Mengapa Sel CD4 Penting Sehubungan dengan HIV?

HIV umumnya menulari sel CD4. Kode genetik HIV menjadi bagian dari sel itu. Waktu sel CD4 menggandakan diri (bereplikasi) untuk melawan infeksi apa pun, sel tersebut juga membuat tiruan HIV.

Setelah kita terinfeksi HIV dan belum mulai terapi antiretroviral (ART), jumlah sel CD4 kita semakin menurun. Ini tanda bahwa sistem kekebalan tubuh kita semakin rusak. Semakin rendah jumlah CD4, semakin mungkin kita akan jatuh sakit.

Ada jutaan keluarga sel CD4. Setiap keluarga dirancang khusus untuk mela-wan kuman tertentu. Waktu HIV mengu-rangi jumlah sel CD4, beberapa keluarga dapat diberantas. Kalau itu terjadi, kita kehilangan kemampuan untuk melawan kuman yang seharusnya dihadapi oleh keluarga tersebut. Jika ini terjadi, kita mungkin mengalami infeksi oportunistik – lihat Lembaran Informasi (LI) 500.

Apa Tes CD4 Itu?

Contoh kecil darah kita diambil. Darah ini dites untuk menghitung beberapa tipe sel. Jumlah sel CD4 tidak langsung diukur. Malahan, laboratorium membuat hitungan berdasarkan jumlah sel darah putih, dan proporsi sel tersebut yang CD4. Oleh karena itu, jumlah CD4 yang dilaporkan oleh tes CD4 tidak persis.

Karena jumlah CD4 penting untuk menunjukkan kekuatan sistem kekebalan tubuh, diusulkan kita melakukan tes CD4 setiap 3-6 bulan. Namun setelah kita mulai ART dan jumlah CD4 kita sudah kembali normal, tes CD4 dapat dilakukan setiap 9-12 bulan.

Faktor Apa yang Berpengaruh pada Jumlah CD4?

Hasil tes dapat berubah-ubah, tergan-tung pada jam berapa contoh darah diambil, kelelahan, dan stres. Sebaiknya contoh darah kita diambil pada jam yang sama setiap kali dites CD4, dan juga selalu memakai laboratorium yang sama. Infeksi lain dapat sangat berpengaruh pa-da jumlah CD4. Jika tubuh kita menyerang infeksi, jumlah sel darah putih (limfosit) naik. Jumlah CD4 juga naik. Vaksinasi dapat berdampak serupa. Kalau akan melakukan tes CD4, sebaiknya kita me-nunggu dua minggu setelah pulih dari infeksi atau setelah vaksinasi.

Bagaimana Hasil Tes CD4 Dilaporkan?

Hasil tes CD4 biasanya dilaporkan se-bagai jumlah sel CD4 yang ada dalam satu milimeter kubik darah (biasanya ditulis mm3). Jumlah CD4 yang normal

biasanya berkisar antara 500 dan 1.600. Karena jumlah CD4 begitu berubah-ubah, kadang lebih cocok kita lihat persentase sel CD4. Jika hasil tes mela-porkan CD4% = 34%, ini berarti 34% limfosit kita adalah sel CD4. Persentase ini lebih stabil dibandingkan jumlah sel CD4 mutlak. Angka normal berkisar antara 30-60%. Setiap laboratorium mempunyai kisaran yang berbeda. Belum ada pedoman untuk keputusan peng-obatan berdasarkan CD4%, kecuali untuk anak berusia di bawah lima tahun.

Jumlah CD4 mutlak di bawah 200 menunjukkan kerusakan yang berat pada sistem kekebalan tubuh. Walau CD4% mungkin lebih baik meramalkan perkem-bangan penyakit HIV dibandingkan CD4 mutlak, jumlah CD4 mutlak tetap dipakai untuk menentukan kapan ART sebaiknya dimulai.

Kadang kita juga diusulkan untuk me-lakukan tes CD8. Namun sama sekali tidak jelas bagaimana hasil tes CD8 dapat ditafsirkan. Oleh karena itu, tidak ada manfaat mengeluarkan biaya untuk tes CD8.

Apa Artinya Angka Ini?

Jumlah CD4 adalah ukuran kunci kese-hatan sistem kekebalan tubuh. Semakin rendah jumlahnya, semakin besar keru-sakan yang diakibatkan HIV. Jika kita mempunyai jumlah CD4 di bawah 200, atau persentase CD4 di bawah 14%, kita dianggap AIDS, berdasarkan definisi Kemenkes.

Jumlah CD4 dipakai bersama dengan viral load untuk meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Lihat LI 125 untuk informasi lebih lanjut tentang tes viral load. Jumlah CD4 juga dipakai untuk menun-jukkan kapan beberapa macam peng-obatan termasuk ART sebaiknya dimulai.

Kapan mulai pengobatan untuk mencegah infeksi oportunistik: Seba-gian besar dokter meresepkan obat untuk mencegah infeksi oportunistik pada jumlah CD4 yang berikut:

yDi bawah 200: PCP (lihat LI 512) yDi bawah 100: toksoplasmosis (lihat

LI 517) dan meningitis kriptokokus (LI 503)

yDi bawah 50: MAC (lihat LI 510)

Memantau keberhasilan ART: Umumnya jumlah CD4 akan mulai naik segera setelah kita mulai ART. Namun kecepatan sangat beragam, dan kadang pelan. Bila jumlah CD4 di bawah 50 waktu kita mulai ART, jumlah CD4 kita mungkin tidak akan meningkat menjadi normal (di atas 500). Yang penting jumlah naik; kita sebaiknya tidak terlalu berfokus pada angka. Sebaliknya, bila jumlah CD4 mulai menurun lagi setelah naik, mungkin itu adalah tanda bahwa ART kita mulai gagal, dan mungkin rejimen harus diganti.

Jumlah CD4 yang lebih tinggi adalah lebih baik. Namun, jumlah CD4 yang normal tidak tentu berarti sistem keke-balan tubuh benar-benar pulih.

Penyakit dan Kematian ‘Non-AIDS’

Sekarang, karena Odha umumnya hidup lebih lama berkat ART, ada lebih banyak penelitian mengenai penyebab penyakit dan kematian lain. Penyebab kematian ‘non-AIDS’ ini termasuk penyakit hati, kanker tidak terkait AIDS dan penyakit jantung. Secara kese-luruhan, kematian ini menurun. Namun penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan erat antara jumlah CD4 yang lebih rendah dan risiko kematian. Diperbarui 8 Mei 2014 berdasarkan FS 124 The AIDS InfoNet 16 April 2014

(13)

TES VIRAL LOAD

Apa Tes Viral Load Itu?

Tes viral load adalah tes untuk mengukur jumlah virus HIV dalam darah. Ada beberapa cara untuk melakukan tes ini: yMetode PCR (polymerase chain

reac-tion) memakai suatu enzim untuk meng-gandakan HIV dalam contoh darah. Kemudian reaksi kimia menandai virus. Penanda diukur dan dipakai untuk meng-hitung jumlah virus. Tes jenis ini dibuat oleh Roche dan Abbott.

yMetode bDNA (branched DNA) meng-gabungkan bahan yang menimbulkan ca-haya dengan contoh darah. Bahan ini mengikat pada bibit HIV. Jumlah cahaya diukur dan dijadikan jumlah virus. Tes jenis ini dibuat oleh Bayer.

yMetode NASBA (nucleic acid sequence based amplification) menggandakan protein virus agar dapat dihitung. Tes jenis ini dibuat oleh bioMerieux. Masing-masing tes menunjukkan hasil yang berbeda untuk contoh yang sama. Karena hasil tes berbeda, kita sebaiknya tetap memakai jenis tes yang sama untuk memantau kecenderungan viral load. Catatan: Tampaknya semua tes viral load di Indonesia memakai metode PCR.

Viral load biasanya dilaporkan sebagai jumlah tiruan atau copies HIV dalam satu mililiter darah (copies/mm3). Hasilnya sering disebut sebagai angka saja, tanpa disebut satuan. Batas atas tes kurang lebih 1 juta, dan terus disempurnakan sehingga menjadi lebih peka. Batas bawah tes bDNA pertama adalah 10.000. Model tes generasi kedua dapat mengukur hingga 48. Saat ini ada tes sangat peka yang mampu men-deteksi kurang dari lima copies.

Hasil tes viral load yang terbaik adalah yang dilaporkan sebagai ‘tidak terdeteksi’. Ini bukan berarti tidak ada virus dalam darah; artinya hanya bahwa jumlah virus yang ada tidak cukup untuk ditemukan dan dihitung oleh tes. Dengan tes generasi yang dipakai secara umum di Indonesia, ‘tidak terdeteksi’ dapat berarti sampai dengan 399. Artinya hasil ‘tidak terdeteksi’ ter-gantung pada kepekaan tes yang dipakai.

Semua tes viral load pertama memakai contoh darah yang dibekukan. Sekarang hasil yang baik dicapai dengan contoh yang dikeringkan. Cara ini akan mengurangi biaya untuk alat membekukan dan pengi-riman.

Bagaimana Tes Viral Load Dipakai? Tes viral load membantu dalam beberapa bidang:

yDalam penelitian, tes ini membuktikan bahwa HIV tidak pernah ‘laten’ atau tidur, melainkan terus menggandakan

diri (bereplikasi). Banyak Odha tanpa gejala AIDS dengan jumlah CD4 yang tinggi juga mempunyai viral load yang tinggi. Seumpama virus benar laten, tes seharusnya tidak menemukan HIV dalam darah.

yTes ini dapat dipakai untuk diagnosis, karena tes dapat menemukan virus beberapa hari setelah seseorang ter-infeksi HIV. Ini lebih baik dibandingkan tes HIV baku (tes antibodi), yang bisa saja ‘negatif’ selama tiga bulan setelah infeksi HIV – lihat Lembaran Informasi 102 untuk informasi tentang tes antibodi HIV. Namun tes viral load tidak disetujui di Indonesia untuk diagnosis HIV, kecuali untuk bayi baru lahir.

yUntuk prognosis, viral load dapat mem-bantu meramalkan berapa lama kita akan tetap sehat. Semakin tinggi viral load, semakin cepat penyakit HIV berkem-bang.

yUntuk pencegahan, viral load menun-jukkan daya menular pada orang lain. Semakin tinggi viral load, semakin mudah menularkan HIV.

yUntuk pemantauan terapi, tes viral load menunjukkan apakah terapi antiretro-viral (ART) mengendalikan virus. Panduan saat ini menganjurkan peng-ukuran viral load pada awal, sebelum mulai terapi. Pengobatan berhasil bila viral load diturunkan setidaknya 90% dalam waktu delapan minggu setelah ART mulai dipakai. Viral load seharus-nya terus menurun menjadi kurang dari 50 dalam enam bulan. Ada anggapan bahwa viral load sebaiknya diukur 2-8 minggu setelah ART dimulai atau diubah.

Kemudian viral load sebaiknya dipantau setiap 6 bulan untuk Odha dengan kepatuhan yang baik dengan viral load tidak terdeteksi. Namun tes viral load tidak dianjurkan untuk memantau hasil ART di Indonesia, karena sering tidak terjangkau; ART harus dipantau dengan cara lain (jumlah CD4 dan/atau gejala klinis).

Bagaimanakah Perubahan Viral Load Diukur?

Tes berulang pada satu contoh darah dapat memberikan hasil yang berbeda tiga kali lipat. Ini berarti bahwa perubahan yang bermakna adalah jika viral load menurun menjadi kurang dari satu per tiga atau meningkat menjadi lebih dari tiga kali dibanding tes sebelumnya. Misalnya, perubahan dari 200.000 menjadi 600.000 bisa dianggap tidak bermakna. Jika hasil turun dari 50.000 menjadi 10.000, ini

dianggap bermakna. Yang terpenting adalah untuk mencapai viral load yang tidak terdeteksi.

Perubahan pada viral load kadang dilaporkan sebagai perubahan ‘log’. Hal ini mengacu pada catatan ilmiah, yang memakai pangkat sepuluh. Misalnya, penurunan 2-log adalah penurunan 102 atau 100 kali. Penurunan dari 60.000 menjadi 600 adalah penurunan 2-log. “Blip” Viral Load

Baru-baru ini, para peneliti melihat bahwa viral load pada banyak pasien kadang kala naik dari tidak terdeteksi menjadi tingkat yang masih rendah (biasanya di bawah 400), dan kemudian kembali tidak terdeteksi. “Blip” (pening-katan sementara) ini tidak menunjukkan bahwa ART mulai gagal atau virus mulai mengembangkan resistansi.

Apa Makna Angka?

Tidak ada angka viral load yang ‘ajaib’. Kita tidak tahu berapa lama kita dapat tetap sehat dengan viral load tertentu. Yang kita tahu hanyalah bahwa semakin rendah semakin baik, yaitu tampaknya berarti hidup yang lebih lama dan lebih sehat.

Pedoman AS mengusulkan ART diper-timbangkan jika viral load di atas 100.000. Beberapa orang mungkin beranggapan bahwa mereka tidak dapat menularkan orang lain jika viral loadnya tidak ter-deteksi. Ini tidak benar. Tidak ada viral load yang ‘aman’. Walaupun risiko lebih rendah, kita dapat menularkan HIV pada orang lain bahkan dengan viral load yang tidak terdeteksi.

Apakah Ada Masalah dengan Tes Viral Load?

Ada beberapa masalah dengan tes viral load:

yHanya 2% HIV dalam tubuh kita adalah di darah. Tes viral load tidak mengukur jumlah HIV yang ada di jaringan tubuh misalnya kelenjar getah bening, empedu atau otak. Viral load dalam jaringan getah bening (limfa) dan air mani menurun bila tingkat dalam darah menurun, tetapi tidak pada waktu dan kecepatan yang sama.

yHasil tes viral load dapat dipengaruhi jika tubuh kita menyerang infeksi, atau jika kita baru imunisasi (misalnya vaksinasi flu). Kita sebaiknya tidak mengambil darah untuk tes viral load dalam waktu empat minggu setelah infeksi atau imunisasi apa pun.

Ditinjau 6 Maret 2014 berdasarkan FS 125 The AIDS InfoNet 24 Februari 2014

Referensi

Dokumen terkait

Program utama pengembangan agribisnis komoditas unggas sangat terkait dengan tujuan dan sasaran yang akan dicapai. Guna menjamin penyediaan pasokan d.o.c. ayam ras yang

Menentukan kondisi operasi yang optimal (daya microwave , lama waktu ekstraksi, dan rasio antara bahan baku yang akan diekstrak dengan pelarut yang digunakan) dari

asetat, borneol, simen. Kina, damar, malam.. as. CI CINN NNAM AMOM OMI COR I CORTE TEX X..

Lukisan berjudul Women III adalah merupakan hasil karya yang dibuat oleh seniman yang menganut aliran lukisan abstrak ekspresionis willem de Kooning dan merupakan salah satu

Selain itu, untuk mengetahui kenaikan muka air laut di perairan PPP Sadeng berdasarkan data multi satelit altimetri maka menggunakan data satelit altimetri yang telah dikelompokan

Untuk mengurangi emisi polutan di sektor transportasi dipergunakan teknologi katalitik konverter pada kendaraan berbahan bakar bensin dan penggunaan mesin diesel yang

Penelitian yang dilakukan oleh Riska (2013) berjudul “Pengaruh Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Pertumbuhan Laba (Studi Kasus Pada Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar Di Bei)”