• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2.2. Landasan Teori

2.2.6. Economic Value Added (EVA)

2.2.6.1. Pengertian Economic Value Added (EVA)

Dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan telah berkembang suatu pendekatan yang disebut dengan economic value added (EVA). EVA diperkenalkan pertama kali oleh Stren Stewart & Co. sebuah perusahaan konsultan manajemen yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat. Pendekatan EVA lebih akurat dan komprehensif dibanding dengan pendekatan konvensional terdahulu yang tidak menggambarkan kondisi keuangan perusahaan sebenarnya.

Menurut Shawn Tully mengutip Willian Smithbury, CEO Queker Oats :” EVA make manager act like shareholders. It’s the true corporate faith for the

1990’s” (Shawn Tully, 1993 :38). Dengan EVA, manajer akan memilih investasi

yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal, sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan.

Siddharta Utama (1997:12) mengutip dari Lehnn dan Makhija (1996) bahwa hasil penelitian di Amerika ternyata menunjang digunakan EVA sebagai pengukur terbaik untuk kinerja perusahaan. Mereka menemukan bahwa dibandingkan dengan pengukur lainnya, EVA mempunyai hubungan paling erat dengan tingkat pengembalian saham.

Konsep EVA adalah konsep yang dipakai untuk menilai kinerja perusahaan. Konsep ini muncul pada tahun 1989 dan mendapatkan perhatian serius oleh para praktisi bisnis pada tahun 1993. menurut Gatot Widayanto (1993:51) adalah : “Nitami dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu perusahaan, kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran tertimbang (whigted) dari struktur modal yang ada. Untuk itulah perlu pemahaman mengenai konsep ongkos modal (coast of capital), karena nilai tambah ekonomis (NITAMI) berangkat dari konsep ini”.

Menurut Tandelilin (2001: 195), EVA adalah ukuran keberhasilan manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/ efektif (dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada peningkatan harga saham perusahaan.

Menurut S. David Young dan Stephen F. Obyrne (2001: 32), dalam pengukuran kinerja EVA dapat dihitung sebagai berikut:

Penjualan Bersih xxx

Biaya operasi xxx -

Laba operasi sebelum pajak (EBIT) xxx

Pajak xxx -

Laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT) xxx Biaya modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal) xxx -

Dimana total biaya modal dihitung sebagai berikut :

 Jika EVA > 0, maka telah terjadi penambahan nilai ekonomi ke dalam perusahaan (bisnis) tersebut.

 Jika EVA = 0, maka artinya adalah bahwa secara ekonomis perusahaan “impas” karena semua laba yang digunakan untuk membayar kewajiban kepada penyandang dana baik kreditor maupun pemegang saham.

 Jika EVA < 0, maka tidak memberikan nilai tambah ke dalam perusahaan tersebut karena laba yang tersedia tidak bias memenuhi harapan-harapan penyandang dana (terutama pemegang saham).

Widayanto (1993: 31) menyatakan langkah-langkah untuk menghitung economic value added adalah :

1. menghitung biaya hutang modal 2. menghitung biaya modal saham

3. menghitung struktur permodalan perusahaan 4. menghitung biaya modal tertimbang

5. menghitung economic value added (EVA)

Adapun kelebihan, kekurangan dan strategi kenaikan EVA menurut Amirullah (1999:76) :

Kelebihan EVA :

1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja operasional bisa berdiri sendiri tanpa perlu ukuran / angka yang lain.

2. EVA fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan nilai perusahaan dan meningkatkan nilai pemegang saham, sehingga para manajer akan

berpikir dan bertindak sebagai halnya pemegang saham. Manajer memilih investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan.

3. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan kebijaksanaan struktur modalnya. Secara ekplisif memperhitungkan biaya modal atas ekuitas dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi bila dibandingkan tingkat biaya modal atas hutang karena faktor resiko yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi dipandang sebagai dana murah.

4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek yang memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan.

Kelemahan EVA :

1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu . Sementara nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah karena EVA dimasa mendatang negative. Sebaliknya perusahaan dengan kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada awal tahun negative sedangkan EVA akhir proyek adalah positif karena

penjualan aktiva pada akhir masa sewa. Oleh karena itu penggunaan EVA tahu tertentu untuk menilai kinerja, kurang tepat.

2. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan estimasi ini terutama untuk perusahaan belum go public, sulit untuk dilakukan dengan tepat.

Strategi kenaikan EVA

Dalam system EVA untuk menciptakan nilai pemegang saham, perusahaan harus menghasilkan untuk melebihi biaya modal di segala unit bisnisnya. Meskipun demikian tidak berarti bahwa pihak manajemen memanfaatkan profitabilitas untuk jangka pendek tetapi betul-betul memperhatikan pertumbuhan EVA untuk waktu yang akan datang sehingga peningkatan EVA secara terus-menerus. Ada tiga strategi untuk menaikkan EVA yaitu :

1 Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan (profitable growth). Hal ini bias dicapai dengan menambah modal yang diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi

2. Strategi pencipta nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi (operating efficiency). Dalam hal ini meningkatkan keuntungan tanpa menggunakan

tambahan modal.

3. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak menjanjikan (rationalize and exit unrewarding business), ini berarti menarik modal yang tidak produktif dan menarik modal dari aktifitas yang

menghasilkan return yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak menjanjikan hasil.

2.2.6.2. Konsep Biaya Modal

Menurut Wimba Respatia (2003 : 400), konsep EVA merupakan konsep baru yang berangkat dari konsep lama yaitu biaya modal (cost of capital). Konsep ini merupakan konsep yang digunakan untuk mengetahui besarnya biaya yang harus di keluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari penggunaan dana untuk pembelian barang dan modal kerja. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis biaya modal yang mempengaruhi perhitungan EVA :

a. Menghitung biaya modal hutang (cost of debt)

Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of return yang diharapkan investor. Untuk menghitung biaya modal hutang dapat digunakan rumus sebagai berikut : (Iramani&Erie, 2005 : 5)

kd* = kd (1-t) keterangan :

kd* : Biaya hutang setelah pajak kd : Biaya hutang sebelum pajak t : Tarif pajak

b. Menghitung biaya modal saham (cost of equity)

Biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham biasa yang diinginkan oleh para investor. Menurut Weston dan Copeland (1992), salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya modal laba ditahan, yaitu pendekatan capital asset pricing model (CAMP), dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas resiko dengan premi resiko pasar dikalikan beta (resiko saham perusahaan). Secara matematis dapat ditulis ks dapat dicari dengan rumus : (Iramani&Erie, 2005 : 5)

ks = Rf + (Rm – Rf) β

Dimana :

ks : Tingkat pengembalian yang diinginkan investor (opportunity of equity) Rf : Tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko (risk free)

Rm : Tingkat bunga investasi rata-rata dari passer

β : Ukuran resiko saham perusahaan c. Menghitung struktur modal

Struktur permodalan dari neraca diperoleh melalui pembagian rata-rata baik modal hutang maupun modal saham (modal sendiri) dengan total jumlah modal. Menurut widayanto (1993 : 53) struktur modal dihitung sebagai berikut :

Jumlah modal = hutang jangka panjang + modal sendiri Komposisi hutang = hutang jangka panjang / jumlah modal

Komposisi modal sendiri = 1 – komposisi hutang d. Menghitung WACC (weight average cost of capital)

Dalam praktek, pembiayaan/pendanaan yang digunakan perusahaan diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua sumber pembiayaan yang digunakan, dimana perhitungannya dapat menggunakan rumus berikut (Weston dan Copeland 1992) :

WACC = Wd . kd (1 –t) + Ws . ks Dimana :

WACC : Biaya modal rata-rata tertimbang Wd : Proporsi hutang dalam struktur modal Kd : Cost of debt

Ws : Proporsi saham biasa dalam struktur modal Ks : Tingkat pengembalian yang diinginkan investor

Dokumen terkait