PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE
ADDED DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN
SAHAM PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI BURSA
EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Oleh:
NATASYA MAY BAADILLA 0712010012 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR
PENGARUH ECONOMIC VALUE ADDED, MARKET VALUE ADDED DAN DEBT TO EQUITY RATIO TERHADAP RETURN SAHAM PADA
PERUSAHAAN AUTOMOTIF DI BURSA EFEK INDONESIA
Abstraksi
Oleh :
NATASYA MAY BAADILLA 0712010012 / FE / EM
Kegiatan penanaman modal oleh seorang investor dalam perusahaan tentu membutuhkan suatu informasi tentang keadaan suatu perusahaan yang bersangkutan. Informasi tersebut akan membantu investor untuk dapat menilai kinerja manajemen perusahaan, dimana kinerja manajemen yang baik dapat mendorong dan meyakinkan investor untuk menanamkan modalnya lebih banyak lagi dalam perusahaan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana pengaruh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA),
dan Debt to Equity Ratio (DER) terhadap Return saham pada saham perusahaan
Automotif di Bursa Efek Indonesia.
Variabel independent dalam penelitian ini adalah EVA (X1), MVA(X2),
dan DER (X3) serta Return saham (Y) sebagai variabel dependen. Populasi yang
digunakan dalam penelitian adalah perusahaan Automotif yang terdaftar di BEI tahun 2006 samai 2008, jumlah sampel yang digunakan adalah 13 perusahaan dari 18 perusahaan yang di ambil menggunakan purposive sampling. Teknik analisis yang digunakan adalah regresi berganda.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa secara parsial Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap return saham pada perusahaan Automotif di Bursa Efek Indonesia, Market Value Added (MVA)
berpengaruh positif dan signifikan terhadap return saham pada perusahaan
Automotif di Bursa Efek Indonesia, dan Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Return saham pada perusahaan Automotif di Bursa Efek Indonesia. Dan secara simultan Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Debt to Equity Ratio (DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Return saham pada perusahaan Automotif di Bursa Efek Indonesia.
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR... i
DAFTAR ISI... iii
DAFTAR TABEL... vii
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR LAMPIRAN... ix
ABSTRAK... x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Perumusan Masalah... 6
1.3. Tujuan Penelitian... 7
1.4 Manfaat Penelitian... 7
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu... 8
2.2. Landasan Teori 2.2.1. Pasar Modal 2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal... 10
2.2.1.2. Pelaku Pasar Modal... 10
2.2.1.3. Bentuk Pasar Modal ... 11
2.2.2. Investasi
2.2.2.1. Pengertian Investasi... 19
2.2.2.2. Tujuan Investasi... 20
2.2.2.3. Tipe Investasi Keuangan... 20
2.2.2.4. Proses Investasi... 21
2.2.3. Resiko 2.2.3.1. Pengertian Resiko... 22
2.2.3.2. Sikap Investor Terhadap Resiko... 22
2.2.3.3. Jenis Resiko... 23
2.2.4. Return Saham... 24
2.2.5. Laporan Keuangan 2.2.5.1. Pengertian Laporan Keuangan... 26
2.2.5.2. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan... 26
2.2.5.3. Tujuan Pelaporan Keuangan... 28
2.2.5.4. Pengguna Laporan Keuangan... 28
2.2.6. Economic Value Added (EVA) 2.2.6.1. Pengertian Economic Value Added (EVA)……….. 30
2.2.6.2. Konsep Biaya Modal………. 35
2.2.7. Market Value Added (MVA)... 37
2.2.8. Debt to Equity Ratio (DER)... 39
2.2.9.2. Pengaruh Market Value Added (MVA) Terhadap Return
Saham……….. 41
2.2.9.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham 42 2.3. Kerangka Konseptual……… 45
2.4. Hipotesis... 46
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Varibel... 47
3.2. Teknik Pengambilan Sampel... 50
3.3. Teknik Pengumpulan Data... 51
3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis... 52
3.4.2. Uji Hipotesis... 52
3.4.3. Asumsi Klasik... 55
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4. Deskripsi Obyek Penelitian... 59
4.1.Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia... 59
4.1.1. Visi... 62
4.1.2. Misi... 63
4.2. Gambaran Umum Perussahaan... 63
4.3. Diskripsi Hasil Penelitian... 65
4.3.1. Return Saham (Y) Perusahaan Automotive yang go public di BEI.. 65
4.3.2. EVA (X1) Perusahaan Automotive yang go public di BEI……….. 66
4.3.4. DER (X3) Perusahaan Automotive yang go public di BEI……….. 69
4.4. Analisis dan Pengujian Hipotesis 4.4.1. Asumsi-Asumsi Klasik Regresi... 70
4.4.2. Pengujian Hipotesis... 74
4.5. Pembahasan... 79
4.5.1. Pengaruh EVA terhadap Return Saham... 79
4.5.2. Pengaruh MVA terhadap Return Saham... 80
4.5.3. Pengaruh DER terhadap Return Saham... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 84
5.2. Saran ... 85 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman Tabel 1.1 Return saham pada industri Automotif pada tahun
2006 sampai 2008……… 5
Tabel 4.1. Data Return Saham Perusahaan Automotive yang go public di BEI ………. 65
Tabel 4.2. Economic Value Added (X1) Perusahaan Automotive yang go public di BEI……… 66
Tabel 4.3. Market Value Added (X2) Perusahaan Automotive yang go public di BEI……… 68
Tabel 4.4. Debt to Equity Ratio (X3) Perusahaan Automotive yang go public di BEI ……… 69
Tabel 4.5. Hasil Uji Autokolerasi……… 71
Tabel 4.6. Hasil Uji Multikolinieritas……….. 71
Tabel 4.7. Hasil Uji Heteroskedastisitas………... 74
Tabel 4.8. Analisa Regresi Linier Berganda... 75
Tabel 4.9. Hasil Uji F... 77
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Lampiran Hasil Regresi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pasar modal mempunyai peran penting dalam kegiatan ekonomi secara makro. Perusahaan yang memerlukan dana memandang pasar modal sebagai suatu alat untuk memperoleh dana yang lebih menguntungkan dibandingkan dengan modal yang diperoleh dari sektor perbankan, selain lebih mudah diperolehnya, juga biaya untuk memperoleh modal tersebut lebih murah.
Pasar modal juga merupakan pertemuan antara mereka yang memiliki dana dengan mereka yang membutuhkan dana, sehingga secara sederhana dapat disimpulkan bahwasannya pasar modal merupakan sarana untuk melakukan investasi yang memungkinkan para pemodal (investor) untuk melakukan investasi sesuai dengan resiko yang bersedia mereka tanggung dan tingkat keuntungan yang diharapkan.
Investasi merupakan suatu kegiatan yang menempatkan dana pada satu atau lebih aset selama periode tertentu dengan harapan dapat memperoleh penghasilan dan atau peningkatan nilai investasi.
berharga yang memberikan peluang keuntungan yang tinggi namun juga berpotensi risiko tinggi.
Untuk mengetahui nilai perusahaan yang akan berpengaruh pada harga saham, investor dapat melakukan pengukuran kinerja. Kinerja perusahaan dapat diketahui dari laporan keuangan yang akan dikeluarkan secara periodik. Pengukuran kinerja perusahaan dapat dilakukan dengan metode tradisional maupun dengan metode yang baru dikembangkan
Metode yang baru dikembangkan antara lain yaitu Economic Value Added (EVA). Dimana EVA mencoba untuk mengukur nilai tambah (value creation) yang dihasilkan oleh perusahaan dengan cara mengurangi biaya modal (cost of capital) yang timbul sebagai akibat dari investasi yang telah dilakukan. EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001:53).
dilakukan Husniawati, dimana Economic Value Added berpengaruh terhadap return saham.
Nilai sekarang dari EVA yang diharapkan adalah Market Value Added
(MVA) yang merupakan nilai pasar utang dan modal perusahaan dari total modal yang digunakan untuk mendukung nilai tambah.
MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai. (Husniawati:2004)
Menurut Stephen dan David, bahwa nilai pasar mencerminkan keputusan pasar mengenai bagaimana manajer yang sukses telah menginvestasikan modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Semakin besar MVA, semakin baik. MVA negative berarti nilai dari investasi yang dijalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal. Berarti kekayaan telah dimusnakan
Pernyataan-pernyataan mengenai MVA mempengaruhi return saham tersebut didukung dengan penelitian yang dilakukan Husniawati, dimana
Market Value Added berpengaruh terhadap return saham.
dengan melihat kebijakan keuangan emiten yaitu leverage keuangan. Leverage yang semakin besar akan memperbesar perubahan arus laba bersih perusahaan.akan menimbulkan beban bunga hutang, jumlah bunga pinjaman yang dibayar mempengaruhi antara return atas jumlah aktiva setelah pajak dengan return atas modal sendiri. Adapun rasio yang digunakan sebagai dasar pembahasan adalah Debt to Equity Ratio (DER).
Berdasarkan pengertian dari Horne dan Wachoviz (1998:145) “Debt to Equity is computed by simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its shareholders equity”. Debt to Equity Ratio merupakan perhitungan sederhana yang membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Maka dengan menghitung Debt to Equity Ratio (DER) para investor (pemegang saham) akan mendapatkan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang (Suharli et al, 2005:102).
mengakibatkan semakin tinggi risiko pasar dan sebaliknya tingkat DER yang rendah akan mengakibatkan risiko sahamnya rendah. (Zubaidi, 2006:247). Bhandari (1988) shows that there is a positive relationship between debt to equity ratio and stock return.
Tabel 1.1 Return pada industri automotif pada tahun 2006 sampai 2008
Nama Perusahaan Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008
Rata-Rata Return Saham PT. Astra
International Tbk 0.5392 0.7388 -0.6136 0.2215
PT. Astra Otoparts
Tbk 0.0446 0.1368 0.0526 0.078
PT. Goodyear
Indonesia Tbk -0.175 0.9697 -0.6154 0.0598
PT. Tunas Ridean
Tbk 0.0289 0.7465 -0.3952 0.1267
PT. United Tractor
Tbk 0.7823 0.6641 -0.5963 0.2834
PT. Hexindo
Adipekasa Tbk -0.0625 -0.0676 -0.1778 -0.1026
PT Indo Kordsa Tbk
1.0213 0 -0.0526 0.3229
PT Intraco Penta
Tbk -0.1724 0.1458 -0.5745 -0.2004
PT Nipress Tbk
0.0462 0.3603 -0.1946 0.0706 PT Indomobil
Sukses Internasional Tbk
-0.3204 0.6714 -0.2222 0.0429 PT Indospring Tbk
-0.04 2.0208 -0.1724 0.6028
PT Multistrada Arah
Sarana Tbk 0.3438 0 -0.3488 -0.0017
PT Selamat
Sempurna Tbk 0.1475 0.5116 0.2286 0.2959
Dari data diatas, dapat dilihat bahwa PT. Indospring Tbk mempunyai nilai rata-rata return tertinggi selama tahun 2006-2008 sebesar 0.6028 dan nilai rata return terendah PT. Intraco Penta Tbk mempunyai nilai rata-rata return saham sebesar -0.2004.
Sehubung dengan hal ini maka penulis tertarik untuk mengadakan suatu penelitian mengenai pengaruh yang disebabkan oleh Economic Value Added (EVA), Market Value Added (MVA), dan Debt to Equity Ratio
(DER) terhadap return saham pada saham-saham perusahaan automotif di BEI periode 2006-2008 dan juga untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel dalam mempengaruhi return saham.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka permasalahan dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan EVA (Economic Value Added) terhadap return saham ?
2. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan MVA (Market Value Added) terhadap return saham ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan di atas, secara garis besar tujuan yang ingin dicapai dari penelitian adalah :
1. Untuk menganalisis pengaruh EVA (Economic Value Added) terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di BEI
2. Untuk menganalisis pengaruh MVA (Market Value Added) terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di BEI
3. Untuk menganalisis pengaruh DER (Debt to Equity Ratio) terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di BEI
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat dalam hal :
1. Bagi pihak perusahaan
Perusahaan dapat menentukan alat ukur dalam menilai kinerja, sehingga tujuan untuk memakmurkan pemegang saham dapat di maksimalkan. 2. Bagi investor
Penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan kepada investor dalam mempertimbangkan pengambilan keputusan investasi saham.
3. Bagi Peneliti
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu dilakukan oleh :
1.Michell Suharlli (2005)
Dengan judul “Study empiris terhadap dua faktor yang mempengaruhi
return saham pada industri food and beverage di Bursa Efek Jakarta”.
Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa faktor yang diduga
mempengaruhi return saham pada penelitian ini adalah rasio hutang (debt
to equity ratio) dan tingkat resiko yang diukur dengan beta saham
berdasarkan teori capital assest pricing model (CAMP). Data dianalisa
dengan menggunakan regresi berganda dengan program SPSS. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa rasio hutang dan tingkat resiko tidak
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap return saham.
2. Pradhono&Yulius Jogi Christiawan (2004)
Dengan judul “Pengaruh Economic Value Added, residual income,
earning dan arus kas operasi terhadap return yang diterima pemegang
saham”.
Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
return saham pada penelitian ini adalah Economic Value Added, residual
income, earning dan arus kas operasi. Data di analisa menggunakan
bebas dalam mempengaruhi return pemegang saham. Adapun hipotesis
penelitian ini adalah economic value added, residual income, earnings
dan arus kas operasi mempunyai pengaruh signifikan terhadap return
yang diterima oleh pemegang saham. Berdasarkan hasil uji t disimpulkan
bahwa variabel arus kas operasi berpengaruh paling signifikan terhadap
return yang diterima oleh pemegang saham. Selanjutnya variabel
berikutnya yang juga berpengaruh signifikan adalah earnings.
3. Husniawati (2004)
Dengan judul “Analisis Pengaruh Economic Value Added, Market Value
Added,dan Risiko Sistematik terhadap Return Saham pada Perusahaan
Food and Baverages”
Dalam penelitian tersebut dinyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi
return saham pada penelitian ini adalah economic value added, market
value added dan resiko sistematik. Data dianalisa menggunakan regresi
linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial ketiga
variabel yaitu economic value added, market value added dan beta
mempunyai pengaruh terhadap return saham karena hasil yang diperoleh
lebih kecil dari taraf nyata yang digunakan yaitu 0,05. Dan secara simultan
hasil penelitian juga menunjukkan bahwa model persamaan regresi yang
digunakan cukup baik. Hal ini dilihat dari nilai F yang signifikan pada
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Pasar Modal
2.2.1.1. Pengertian Pasar Modal
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki
kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara
memperjual belikan sekuritas. Dengan demikian pasar modal dapat juga
diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang
umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan
obligasi.(Tandelilin, 2001:13)
Pasar modal adalah pasar untuk berbagai instrument keuangan
(sekuritas) jangka panjang yang biasa diperjual belikan, baik dalam
bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh
pemerintah, public authorities, maupun perusahaan swasta (Suad Husnan,
1993: 1)
Pasar modal adalah pasar bagi instrument financial jangka panjang.
(Agus Sabardi,1994:129).
2.2.1.2. Pelaku Pasar Modal
Menurut Agus Sabardi (1994:130), Pelaku pasar modal adalah :
1. Emiten adalah perusahaan yang memperoleh dana melalui pasar
modal dengan menerbitkan saham atau obligasi dan menjualnya
2. Pemodal (investor) ditinjau dari tujuan mereka, pemodal dapat di
kelompokkan menjadi empat kelompok yaitu :
a. Kelompok bertujuan memperoleh modal.
b. Kelompok bertujuan berdagang.
c. Kelompok bertujuan memiliki perusahaan.
d. Kelompok spekulan.
3. Lembaga penunjang. Lembaga-lembaga penunjang pasar modal antara
lain penjamin emisi (underwriter), penanggung, wali amanat,
perusahaan pengelola dan kantor (biro) administrasi efek.
2.2.1.3 Bentuk Pasar Modal
Menurut Agus Subardi (1994:129), Bentuk pasar modal adalah :
1. Pasar Perdana
Pasar perdana adalah penawaran surat berharga oleh perusahaan
penerbit kepada masyarakat setelah diberi ijin emisi oleh bapepam
sampai dengan saat pencatatan dibursa. Proses penawaran surat
berharga melalui pasar perdana biasa meliputi beberapa tahapan
sebagai berikut ;
Pengumpulan dan pendistribusian prospektus. Prospektus adalah
ringkasan pada dasarnya memuat informasi minimum yang harus
diketahui oleh pemodal. Informasi tersebut antara lain memuat
tujuan penawaran umum, direksi, masa penawaran, tanggal
harga saham, penjamin emisi, laporan keuangan ringkas, bidang
usaha emiten dan struktur modal emiten.
Masa penawaran
Masa penjatahan
Masa pengambilan dana.
Penyerahan surat berharga
Pencatatan surat berharga di bursa.
2. Pasar Sekunder
Pasar sekunder adalah pasar perdagangan surat berharga yang
dilakukan oleh para pemegang saham dan calon pemegang saham.
uang yang mengalir dari transaksi ini tidak lagi mengalir ke
perusahaan penerbit efek tetapi mengalir dari pemegang saham yang
satu ke pemegang saham yang lain. Pasar sekunder terjadi pada bursa
efek dan bursa paralel. Peranan bursa efek adalah menyediakan sarana
bagi pertemuan antara permintaan dan penawaran surat berharga.
Fungsi utama dari pasar sekunder tersebut adalah:
Memberikan likuiditas pada sekuritas yang menjadi instrument
perdagangan.
Membentuk harga yang wajar.
Memungkinkan pemodal melakukan diversifikasi investasi dengan
Dapat dapat mengurangi risiko secara makro dan dapat dijadikan
indikator memimpin memahami memahami arah perkembangan
perekonomian.
2.2.1.4. Instrument Pasar Modal
Adapun beberapa sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar
modal antara lain adalah : (Tandelilin, 2001:18)
1. Saham
Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset
perusahaan yang menerbitkan saham. Dengan memiliki saham suatu
perusahaan, maka investor akan mempunyai hak terhadap pendapatan
dan kekayaan perusahaan, setelah dikurangi dengan pembayaran
semua kewajiban perusahaan.
Saham dapat di bedakan menjadi dua, yaitu :
a. Saham preferen. Saham preferen adalah saham yang mempunyai
kombinasi karakteristik gabungan dari obligasi maupun saham
biasa, karena saham preferen memberikan pendapatan yang tetap
seperti halnya obligasi, dan juga mendapatkan hak kepemilikan
pendapatan yang tetap seperti halnya saham biasa. Pemegang
saham preferen akan mendapatkan hak terhadap pendapatan dan
kekayaan perusahaan setelah dikurangi dengan pembayaran
kewajiban pemegang obligasi dan hutang. Perbedaannya dengan
suara kepada pemegangnya untuk memilih direksi ataupun
manajemen perusahaan, seperti layaknya saham biasa.
b. Saham biasa. Saham biasa adalah sekuritas yang menunjukkan
bahwa pemegang saham biasa tersebut mempunyai hak
kepemilikan atas aset-aset perusahaan. Oleh karena Itu, pemegang
saham mempunyai hak suara untuk memilih direktur ataupun
manajemen perusahaan dan ikut berperan dalam pengambilan
keputusan penting perusahaan dalam rapat umum pemegang saham
(RUPS). Investor yang membeli saham biasa belum tentu akan
mendapatkan pendapatan secara tetap dari perusahaan, karena
saham biasa tidak mewajibkan perusahaan untuk membayar
sejumlah kas terhadap pemegang saham.
Harga saham biasa yang terjadi di pasar (harga pasar saham) akan
sangat berarti bagi perusahaan karena harga tersebut akan
menentukan besarnya nilai perusahaan. Nilai pasar perusahaan bisa
dihitung dari hasil perkalian harga saham dengan jumlah saham
yang beredar.
2. Obligasi
Obligasi adalah surat tanda bukti bahwa investor pemegang
obligasi memberikan pinjaman utang bagi emiten penerbit obligasi.
Oleh karena itu, emiten obligasi akan memberikan kompensasi bagi
investor pemegang obligasi, berupa kupon yang dibayarkan secara
sebagai salah satu instrument pasar modal yang memberikan
pendapatan tetap bagi pemegang sahamnya. Perusahaan penerbit
(emiten) obligasi berkewajiban untuk membayarkan bunga dalam
jumlah tertentu secara periodik selama obligasi tersebut belum jatuh
tempo, dan juga melakukan pembayaran kembali nilai principal
obligasi tersebut pada saat jatuh tempo yang telah ditentukan.
Berbagai jenis obligasi yang diterbitkan yang dapat dipertimbangkan
untuk dijadikan instrument investasi sebagai berikut :
a. Obligasi dengan jaminan (mortgage bonds). Adalah obligasi yang
diterbitkan oleh perusahaan dengan menggunakan jaminan suatu
aset riil.
b. Obligasi tanpa jaminan (debentures atau unsecured bond). Adalah
obligasi yang diterbitkan tanpa menggunakan suatu jaminan asset
riil tertentu.
c. Obligasi konversi. Adalah obligasi yang memberikan hak kepada
pemegangnya untuk mengkonversikan obligasi tersebut dengan
sejumlah saham perusahaan pada harga yang telah ditetapkan,
sehingga pemegang obligasi mempunyai kesempatan untuk
memperoleh capital gain.
d. Obligasi yang disertai warrant. Dengan adanya waran, maka
pemegang obligasi mempunyai hak untuk membeli saham
e. Obligasi tanpa kupon (zero coupon bond). Adalah obligasi yang
tidak memberikan pembayaran bunga
f. Obligasi dengan tingkat bunga mengembang (floating rate bond).
Adalah obligsi yang memberikan tingkat bunga yang besarnya
disesuaikan dengan fluktuasi tingkat bunga pasar yang berlaku.
g. Putable bond. Adalah obligasi yang memberikan hak kepada
pemegang obligasi sesuai dengan nilai par sebelum waktu jatuh
tempo.
h. Junk bond. Adalah obligasi yang memberikan tingkat keuntungan
(kupon) yang tinggi, tetapi juga mengandung resiko yang sangat
tinggi pula.
3. Reksadana
Resakdana (mutual fund) adalah sertifikat yang menjelaskan
bahwa pemiliknya menitipkan sejumlah dana kepada perusahaan
reksadana, untuk digunakan sebagai modal berinvestasi baik di pasar
modal maupun di pasar uang. Proses pembentukan portofolio melalui
reksadana, pengusaha reksadana akan menghimpun dana dari investor
untuk kemudian di investasikan dalam bentuk portofolio yang
dibentuk oleh manajer investasi. Dengan demikian, investor dapat
membentuk portofolio secara tidak langsung melalui manajer
investasi. Reksadana dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Reksadana tertutup (close–ended). Pada reksadana tertutup ini
reksadana tersebut akan tutup. Dengan demikian, investor tidak
dapat menarik kembali dana yang telah diinvestasikan.
2. Reksadana terbuka (open–ended). Pada reksadana terbuka ini
investor dapat menginvestasikan dananya dan atau menarik
dananya setiap saat dari reksadana tersebut selama reksadana yang
telah dibeli atau perusahaan dapat membeli kembali reksadana
yang telah dijual.
Berdasarkan struktur kelembagaan, reksadana dapat dibedakan
menjadi reksadana berbentuk perusahaan (company type), yang terdiri
dari reksadana terbuka dan reksadana tertutup dan berbentuk kontrak
investasi kolektif (contractual type), yang terdiri dari reksadana terbuka
saja. Perbedaan dari kedua reksadana tersebut adalah bahwa reksadana
kontrak investasi tidak diperjual belikan di pasar sekunder, sehingga
investor tidak mendapat saham. Sedangkan reksadana yang berbentuk
perusahaan, investor akan mendapatkan saham yang dapat diperjual
belikan di pasar sekunder.
Keuntungan dari reksadana bagi investor pemegang reksadana adalah :
1. Memberikan manfaat berupa pembentukan portofolio secara tidak
langsung (karena sudah dibentuk oleh manajer investasi).
2. Memperoleh deviden atau bunga dari perusahaan reksadana.
3. Memperoleh peningkatan nilai aktiva bersih dengan menjual
reksadana di pasar sekunder (untuk reksadana berbentuk perusahaan)
menerbitkannya (untuk reksadana terbuka baik berbentuk perusahaan
ataupun kontrak kolektif).
4. Instrument derivative (opsi dan futures). Instrument derivative
merupakan sekuritas yang nilainya merupakan turunan dari suatu
sekuritas lain, sehingga nilai instrument derivative sangat tergantung
dari harga sekuritas lain yang ditetapkan sebagai patokan. Ada
beberapa jenis derivative, di antaranya :
a. Waran, adalah opsi yang diterbitkan oleh perusahaan untuk
membeli saham dalam jumlah dan harga yang telah ditentukan
dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam beberapa tahun
b. Right issue, adalah instrument derivative yang berasal dari saham
c. Opsi, adalah hak untuk menjual atau membeli sejumlah saham
tertentu pada harga yang telah ditentukan. Pembeli diperbolehkan
untuk tidak melaksanakan haknya
d. Futures, adalah hak untuk menjual atau membeli sejumlah saham
tertentu pada harga yang telah ditentukan. Pembeli harus
melaksanakan kontrak perjanjian yang telah disepakati.
2.2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Pasar Modal
a. Supplay sekuritas, dimana banyak perusahaan yang bersedia
b. Demand sekuritas, dimana terdapat anggota masyarakat yang
memiliki jumlah dana yang cukup besar untuk dipergunakan membeli
sekuritas yang ditawarkan.
c. Kondisi politik dan ekonomi, merupakan syarat perkembangan dunia
bisnis.
d. Masalah hukum dan peraturan, merupakan peraturan yang melindungi
para pemodal dari kecurangan (abuse) pihak emiten.
Peran lembaga pendukung pasar modal seperti BAPEPEM, calon
emiten, bursa efek, pialang, underwriter, akutan, ahli hukum, dan
sebagainya harus bisa bekerja secara professional untuk mendukung
beroperasinya pasar modal. (Husnan,1998 :6)
2.2.2 Investasi
2.2.2.1. Pengertian Investasi
Investasi merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan
harapan untuk memperoleh keuntungan dimasa mendatang. Pada umumnya
investasi dibedakan menjadi dua, yaitu : investasi pada financial assets dan
investasi pada real assets. Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang,
misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang,
dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal misalnya berupa saham, obligasi,
waran, opsi dan lainnya. Sedangkan investasi pada real assets diwujudkan dalam
bentuk pembelian asset produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumberdaya lainnya
yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di
masa datang. (Tandelilin, 2001:3)
2.2.2.2 Tujuan Investasi
Tujuan investasi adalah (Tandelilin, 2001:4)
1. Untuk meningkatkan kesejahteraan investor.
2. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa datang.
3. Mengurangi tingkat investasi.
4. Dorongan untuk menghemat pajak.
2.2.2.3. Tipe Investasi Keuangan
Investasi langsung (direct investment), investasi yang dapat dilakukan
dengan membeli aktiva keuangan dari suatu perusahaan baik melalui
perantara atau dengan cara lain.
Investasi langsung yang tidak dapat diperjualbelikan, misalnya tabungan
dan deposito
Investasi langsung yang dapat diperjualbelikan, misalnya T-bill,
saham-saham dan opsi.
Investasi tidak langsung (indirect investment), investasi yang dapt
dilakukan dengan membeli saham dari perusahaan yang mempunyai
2.2.2.4. Proses Investasi
Menurut Husnan (1998:12), proses investasi menunjukan bagaimana pemodal
seharusnya melakukan investasi dalam sekuritas seperti seberapa banyak investasi
tersebut dan kapan investasi dilakukan. Proses tersebut adalah :
1. Menentukan kebijakan investasi
Pemodal perlu menentukan apa tujuan investasinya, dan berapa banyak
investasi tersebut akan dilakukan.
2. Analisis sekuritas
Pemodal melakukan analisis dengan menggunakan analisis fundamental atau
teknikal. Dalam penelitian ini, menggunakan analisis fundamental untuk
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang.
3. Pembentukan portofolio
merupakan identifikasi sekuritas mana yang akan dipilih, dan berapa proporsi
dana yang akan ditanamkan pada masing-masing sekuritas tersebut.
4. Melakukan revisi portofolio
Merupakan pengulangan terhadap tiga tahap sebelumnya
5. Evalusi kinerja portofolio
Pemodal melakukan penelitian terhadap kinerja portofolio baik dalam aspek
2.2.3. Resiko
2.2.3.1. Pengertian Resiko
Investasi resiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat
pengembalian yang diharapkan (expeted return) dengan tingkat pengembalian
yang dicapai secara nyata (actual return). Semakin besar penyimpangannya
berarti semakin besar tingkat resikonya. (Abdul Halim, 2002 : 38).
Resiko merupakan kemungkinan perbedaan antara return actual yang
diterima dengan return yang diharapkan. Semakin besar kemungkinan perbedaan,
berarti semakin besar resiko investasi. (Tandelilin, 2001: 48)
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa resiko adalah ketidak tentuan
atas investasi yang akan diperoleh terhadap imbal hasil yang diharapkan, dalam
hal ini yaitu terjadinya penyimpangan antara actual return dari yang telah
diperkirakan sebelumnya yaitu imbal hasil yang diharapkan (expected return).
2.2.3.2. Sikap Investor Terhadap Resiko
Menurut Halim (2002:38), sikap investor terhadap resiko dibedakan menjadi tiga
yaitu :
1. Investor yang suka terhadap resiko (risk seeker)
Adalah investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan resiko yang beda,
maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan resiko yang lebih
2. Investor yang netral terhadap resiko (risk neutrality)
Investor yang akan meminta kenaikan tingkat pengembalian untuk setiap
tingkat pengembalian yang sama untuk setiap kenaikan resiko.
3. Investor yang tidak suka dengan resiko (risk averter)
Investor yang apabila dihadapkan pada dua pilihan investasi yang
memberikan tingkat pengembalian yang sama dengan resiko yang berbeda,
maka ia akan lebih suka mengambil investasi dengan resiko yang kecil.
2.2.3.3. Jenis Resiko
Menurut Suharli et al. (2005:104) mengatakan bahwa resiko dapat dibagi menjadi
dua jenis yaitu :
1. Resiko sistematis
Resiko sistematis adalah resiko yang tidak dapat diversifikasikan
(dihindarkan), disebut juga resiko pasar. Resiko ini berkaitan dengan
kondisi yang terjadi di pasar secara umum, misalnya perubahan
perekonomian secara makro, resiko tingkat bunga, resiko politik, resiko
inflasi, resiko nilai tukar dan resiko pasar. Parameter yang digunakan dalam
pengukuran resiko ini adalah Beta.
2. Resiko tidak sistematis
Resiko tidak sistematis merupakan resiko yang berpengaruh khusus pada
sebuah asset tunggal atau sebuah asset kelompok kecil, dan resiko tidak
2.2.4. Return Saham
Saham suatu perusahaan bisa dinilai dari pengembalian (return)
yang diterima oleh pemegang saham dari perusahaan yang bersangkutan.
Return bagi pemegang saham bisa berupa dividen tunai atau adanya
perubahan harga saham pada suatu periode, Ross (2002). Return suatu
saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara
menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode
sebelumnya dengan mengabaikan dividen.
Menurut Brigham et al. (1999 : 192), pengertian dari return
adalah “measure the financial performance of an investment”. Pada
penelitian ini, return digunakan pada suatu investasi untuk mengukur
hasil keuangan suatu perusahaan. Home dan Wachoviz (1998 : 26)
mendifinisikan return sebagai : ”return as benefit which related with
owner that includes chas dividend last year which is paid, together with
market cost appreciation or capital gain which is realization in the end
of the year”.
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa return saham adalah keuntungan yang diperoleh dari kepemilikan
saham investor atas investasi yang dilakukannya, yang terdiri dari
dividend an capital gain/loss.
Menurut Jogiyanti (2003:109), jenis return ada 2 macam, yaitu :
2. Return ekspektasi, merupakan return yang diharapkan akan diperoleh
oleh investor dimasa yang akan datang.
Berdasarkan pengertian return, bahwa return suatu saham adalah hasil
yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga
saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan
dividen, maka dapat ditulis rumus (Ross et al, 2003:238) :
1
Selain return saham terdapat juga return pasar (Rm) yang dapat
dihitung dengan rumus (Jogianto, 2003:232) :
1
2.2.5. Laporan Keuangan
2.2.5.1 Pengertian Laporan Keuangan
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang
dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau
aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data
atau aktivitas perusahaan tersebut (Munawir 1995: 2)
Laporan keuangan diharapkan bisa memberi informasi mengenai
perusahaan, dan digabungkan dengan informasi yang lain, seperti informasi
industri, kondisi ekonomi, bisa memberikan gambaran yang lebih baik mengenai
prospek dan resiko perusahaan.(Hanafi dan Abdul Halim, 1995 : 62).
2.2.5.2. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan
Menurut Hanafi(1995:12-20), bentuk-bentuk laporan keuangan ada tiga yaitu :
1. Neraca
Neraca digunakan untuk menggambarkan kondisi keuangan perusahaan.
Neraca bisa digambarkan sebagai potret kondisi keuangan suatu perusahaan
pada suatu waktu tertentu, yang meliputi asset (sumber daya) perusahaan
dan klaim atas asset tersebut (meliputi hutang dan saham sendiri). Asset
perusahaan menunjukkan keputusan penggunaan dana atau keputusan
investasi pada masa lalu, sedangkan klaim perusahaan menunjukkan sumber
dana tersebut atau keputusan pendanaan pada masa lalu. Dana diperoleh dari
Neraca terdiri atas 2 sisi :
a) Aktiva, yang menunjukkan aktiva atau harta yang dimiliki perusahaan.
Komponen aktiva dalam neraca terdiri dari : aktiva lancar, investasi,
aktiva tetap, aktiva tidak berwujud dan aktiva lain-lain.
b) Pasiva, yang menunjukkan dari mana dana untuk memperoleh aktiva
tersebut. Komponen pasiva dalam neraca terdiri dari : kewajiban jangka
pendek, kewajiban jangka panjang, dan ekuitas.
2. Laporan laba – rugi
Merupakan laporan prestasi perusahaan selama jangka waktu tertentu.
Tujuan dari laporan laba rugi adalah melaporkan kemampuan perusahaan
yang sebenarnya untuk memperoleh untung. Kemampuan perusahaan
terutama dilihat dari kemampuan perusahaan memperoleh laba dari
operasinya.
3. Laporan aliran kas
Laporan ini menyajikan informasi aliran kas masuk atau keluar bersih
pada suatu periode, hasil dari ketiga kegiatan pokok perusahaan yaitu
operasi, investasi, dan pendanaan. Aliran kas diperlukan terutama untuk
mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi
2.2.5.3. Tujuan Pelaporan Keuangan
Menurut Djarwanto PS (1996), tujuan pelaporan keuangan adalah :
1. Memberikan informasi keuangan secara kuantitatif mengenai perusahaan
tertentu, guna memenuhi keperluan para pemakai dalam mengambil
keputusan-keputusan ekonomi.
2. Memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai posisi keuangan dan
perubahan-perubahan kekayaan bersih perusahaan.
3. Menyajikan informasi keuangan yang dapat membantu para pemakai dalam
menaksir kemampuan memperoleh laba perusahaan.
4. Menyajikan lain-lain informasi yang diperlukan mengenai
perubahan-perubahan harta dan kewajiban, serta mengungkapkan lain-lain informasi
yang sesuai dengan keperluan pemakai.
2.2.5.4. Pengguna Laporan Keuangan
Menurut Munawir (1995 : 2-4) pengguna laporan keuangan adalah sebagai
berikut :
1. Pemilik perusahaan, sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaannya, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang pemimpinnya
diserahkan kepada orang lain seperti perseroan karena dengan laporan
tersebut pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manager
dalam memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manager biasanya
dinilai / diukur dengan laba yang diperoleh perusahaan. Dengan kata lain
menilai hasil-hasil yang telah dicapai, dan untuk menilai kemungkinan
hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang sehingga bisa
menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan perkembangan harga
saham yang akan dimilikinya.
2. Manager atau pimpinan perusahaan
a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan
b. Untuk menentukan / mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau
produksi serta untuk menentukan derajad keuntungan yang dapat dicapai
oleh perusahaan yang bersangkutan.
c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah
diserahi wewenang dan tanggung jawab.
d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau
prosedur yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
3. Para investor, berkepentingan terhadap prospek keuntungan di masa
mendatang dan perkembangan perusahaan selanjutnya, untuk mengetahui
jaminan investasinya dan mengetahui kondisi kerja atau kondisi keuangan
jangka pendek perusahaan tersebut. Dari hasil analisa laporan tersebut para
investor akan dapat menentukan langkah-langkah yang harus ditempuhnya.
4. Para kreditur dan bankers, berkepentingan untuk mengukur kemampuan
perusahaan untuk membayar hutangnya dan beban-beban bunganya, juga
untuk mengetahui apakah kredit yang akan dibeikan itu cukup mendapatkan
jaminan dari perusahaan tersebut, yang digambarkan atau terlihat pada
5. Pemerintah, berkepentingan untuk menentukan besarnya pajak yang harus
ditanggung oleh perusahaan .
2.2.6. Economic Value Added (EVA)
2.2.6.1. Pengertian Economic Value Added (EVA)
Dalam penilaian kinerja keuangan perusahaan telah berkembang suatu
pendekatan yang disebut dengan economic value added (EVA). EVA
diperkenalkan pertama kali oleh Stren Stewart & Co. sebuah perusahaan
konsultan manajemen yang berkantor pusat di New York, Amerika Serikat.
Pendekatan EVA lebih akurat dan komprehensif dibanding dengan pendekatan
konvensional terdahulu yang tidak menggambarkan kondisi keuangan perusahaan
sebenarnya.
Menurut Shawn Tully mengutip Willian Smithbury, CEO Queker Oats :”
EVA make manager act like shareholders. It’s the true corporate faith for the
1990’s” (Shawn Tully, 1993 :38). Dengan EVA, manajer akan memilih investasi
yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan meminimumkan tingkat biaya
modal, sehingga nilai perusahaan dapat di maksimumkan.
Siddharta Utama (1997:12) mengutip dari Lehnn dan Makhija (1996)
bahwa hasil penelitian di Amerika ternyata menunjang digunakan EVA sebagai
pengukur terbaik untuk kinerja perusahaan. Mereka menemukan bahwa
dibandingkan dengan pengukur lainnya, EVA mempunyai hubungan paling erat
Konsep EVA adalah konsep yang dipakai untuk menilai kinerja perusahaan.
Konsep ini muncul pada tahun 1989 dan mendapatkan perhatian serius oleh para
praktisi bisnis pada tahun 1993. menurut Gatot Widayanto (1993:51) adalah :
“Nitami dilandasi pada konsep bahwa dalam pengukuran laba suatu
perusahaan, kita harus dengan adil mempertimbangkan harapan-harapan setiap
penyedia dana (kreditur dan pemegang saham). Derajat keadilan tersebut
dinyatakan dengan ukuran tertimbang (whigted) dari struktur modal yang ada.
Untuk itulah perlu pemahaman mengenai konsep ongkos modal (coast of capital),
karena nilai tambah ekonomis (NITAMI) berangkat dari konsep ini”.
Menurut Tandelilin (2001: 195), EVA adalah ukuran keberhasilan
manajemen perusahaan dalam meningkatkan nilai tambah (value added) bagi
perusahaan. Asumsinya adalah bahwa jika kinerja manajemen baik/ efektif
(dilihat dari besarnya nilai tambah yang diberikan), maka akan tercermin pada
peningkatan harga saham perusahaan.
Menurut S. David Young dan Stephen F. Obyrne (2001: 32), dalam
pengukuran kinerja EVA dapat dihitung sebagai berikut:
Penjualan Bersih xxx
Biaya operasi xxx -
Laba operasi sebelum pajak (EBIT) xxx
Pajak xxx -
Laba operasi bersih sesudah pajak (NOPAT) xxx
Biaya modal (modal yang diinvestasikan x biaya modal) xxx -
Dimana total biaya modal dihitung sebagai berikut :
Jika EVA > 0, maka telah terjadi penambahan nilai ekonomi ke dalam
perusahaan (bisnis) tersebut.
Jika EVA = 0, maka artinya adalah bahwa secara ekonomis perusahaan
“impas” karena semua laba yang digunakan untuk membayar kewajiban
kepada penyandang dana baik kreditor maupun pemegang saham.
Jika EVA < 0, maka tidak memberikan nilai tambah ke dalam
perusahaan tersebut karena laba yang tersedia tidak bias memenuhi
harapan-harapan penyandang dana (terutama pemegang saham).
Widayanto (1993: 31) menyatakan langkah-langkah untuk menghitung economic
value added adalah :
1. menghitung biaya hutang modal
2. menghitung biaya modal saham
3. menghitung struktur permodalan perusahaan
4. menghitung biaya modal tertimbang
5. menghitung economic value added (EVA)
Adapun kelebihan, kekurangan dan strategi kenaikan EVA menurut
Amirullah (1999:76) :
Kelebihan EVA :
1. EVA merupakan suatu ukuran kinerja operasional bisa berdiri sendiri tanpa
perlu ukuran / angka yang lain.
2. EVA fokus penilaian kerja perusahaan pada penciptaan nilai perusahaan
berpikir dan bertindak sebagai halnya pemegang saham. Manajer memilih
investasi yang memaksimumkan tingkat pengembalian dan
meminimumkan tingkat biaya modal sehingga nilai perusahaan dapat di
maksimumkan.
3. EVA akan menyebabkan perusahaan untuk lebih memperhatikan
kebijaksanaan struktur modalnya. Secara ekplisif memperhitungkan biaya
modal atas ekuitas dimana biaya modal atas ekuitas adalah lebih tinggi
bila dibandingkan tingkat biaya modal atas hutang karena faktor resiko
yang tinggi sehingga dana ekuitas tidak lagi dipandang sebagai dana
murah.
4. EVA dapat digunakan untuk mengidentifikasi proyek yang memberikan
pengembalian lebih tinggi daripada biaya modalnya. Proyek yang
memberikan nilai sekarang dari total EVA yang positif menunjukkan
bahwa proyek tersebut menciptakan nilai perusahaan.
Kelemahan EVA :
1. Hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu tahun tertentu .
Sementara nilai suatu perusahaan adalah merupakan akumulasi EVA
selama umur perusahaan sehingga kemungkinan suatu perusahaan
mempunyai EVA tahun yang berlaku positif tetapi nilai perusahaan rendah
karena EVA dimasa mendatang negative. Sebaliknya perusahaan dengan
kegiatan yang memerlukan pengembalian yang cukup lama, EVA pada
penjualan aktiva pada akhir masa sewa. Oleh karena itu penggunaan EVA
tahu tertentu untuk menilai kinerja, kurang tepat.
2. Proses perhitungan EVA memerlukan estimasi atas biaya modal dan
estimasi ini terutama untuk perusahaan belum go public, sulit untuk
dilakukan dengan tepat.
Strategi kenaikan EVA
Dalam system EVA untuk menciptakan nilai pemegang saham,
perusahaan harus menghasilkan untuk melebihi biaya modal di segala unit
bisnisnya. Meskipun demikian tidak berarti bahwa pihak manajemen
memanfaatkan profitabilitas untuk jangka pendek tetapi betul-betul
memperhatikan pertumbuhan EVA untuk waktu yang akan datang sehingga
peningkatan EVA secara terus-menerus. Ada tiga strategi untuk menaikkan EVA
yaitu :
1 Strategi penciptaan nilai dengan mencapai pertumbuhan keuntungan
(profitable growth). Hal ini bias dicapai dengan menambah modal yang
diinvestasikan pada proyek dengan tingkat pengembalian yang tinggi
2. Strategi pencipta nilai dengan meningkatkan efisiensi operasi (operating
efficiency). Dalam hal ini meningkatkan keuntungan tanpa menggunakan
tambahan modal.
3. Strategi penciptaan nilai dengan rasionalisasi dan keluar dari bisnis yang tidak
menjanjikan (rationalize and exit unrewarding business), ini berarti menarik
menghasilkan return yang rendah dan menghapus unit bisnis yang tidak
menjanjikan hasil.
2.2.6.2. Konsep Biaya Modal
Menurut Wimba Respatia (2003 : 400), konsep EVA merupakan konsep
baru yang berangkat dari konsep lama yaitu biaya modal (cost of capital). Konsep
ini merupakan konsep yang digunakan untuk mengetahui besarnya biaya yang
harus di keluarkan oleh perusahaan sebagai akibat dari penggunaan dana untuk
pembelian barang dan modal kerja. Berikut ini akan dijelaskan beberapa jenis
biaya modal yang mempengaruhi perhitungan EVA :
a. Menghitung biaya modal hutang (cost of debt)
Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan atau dengan menerbitkan
surat pengakuan hutang (obligasi). Biaya hutang yang berasal dari pinjaman
adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya
hutang dengan menerbitkan obligasi adalah required of return yang
diharapkan investor. Untuk menghitung biaya modal hutang dapat
digunakan rumus sebagai berikut : (Iramani&Erie, 2005 : 5)
kd* = kd (1-t)
keterangan :
kd* : Biaya hutang setelah pajak
kd : Biaya hutang sebelum pajak
b. Menghitung biaya modal saham (cost of equity)
Biaya modal saham merupakan tingkat hasil pengembalian atas saham
biasa yang diinginkan oleh para investor. Menurut Weston dan Copeland
(1992), salah satu metode yang dapat digunakan dalam perhitungan biaya
modal laba ditahan, yaitu pendekatan capital asset pricing model (CAMP),
dimana biaya modal laba ditahan adalah tingkat pengembalian atas modal
sendiri yang diinginkan oleh investor yang terdiri dari tingkat bunga bebas
resiko dengan premi resiko pasar dikalikan beta (resiko saham perusahaan).
Secara matematis dapat ditulis ks dapat dicari dengan rumus :
(Iramani&Erie, 2005 : 5)
ks = Rf + (Rm – Rf) β
Dimana :
ks : Tingkat pengembalian yang diinginkan investor (opportunity of equity)
Rf : Tingkat bunga investasi yang diperoleh tanpa resiko (risk free)
Rm : Tingkat bunga investasi rata-rata dari passer
β : Ukuran resiko saham perusahaan
c. Menghitung struktur modal
Struktur permodalan dari neraca diperoleh melalui pembagian rata-rata baik
modal hutang maupun modal saham (modal sendiri) dengan total jumlah
modal. Menurut widayanto (1993 : 53) struktur modal dihitung sebagai
berikut :
Jumlah modal = hutang jangka panjang + modal sendiri
Komposisi modal sendiri = 1 – komposisi hutang
d. Menghitung WACC (weight average cost of capital)
Dalam praktek, pembiayaan/pendanaan yang digunakan perusahaan
diperoleh dari berbagai sumber. Dengan demikian biaya riil yang
ditanggung oleh perusahaan merupakan keseluruhan biaya untuk semua
sumber pembiayaan yang digunakan, dimana perhitungannya dapat
menggunakan rumus berikut (Weston dan Copeland 1992) :
WACC = Wd . kd (1 –t) + Ws . ks
Dimana :
WACC : Biaya modal rata-rata tertimbang
Wd : Proporsi hutang dalam struktur modal
Kd : Cost of debt
Ws : Proporsi saham biasa dalam struktur modal
Ks : Tingkat pengembalian yang diinginkan investor
2.2.7. Market Value Added (MVA)
MVA dikembangkan oleh Stern Stewart & Co, sebuah perusahaan
konsultan manajemen keuangan yang berkantor pusat di New York (1991). MVA
merupakan suatu ukuran yang digunakan untuk mengukur keberhasilan dalam
memaksimalkan kekayaan pemegang saham dengan mengalokasikan
sumber-sumber yang sesuai. MVA juga merupakan indikator yang dapat mengukur
MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran yang telah dicapai
(husniawati,2004:2)
Menurut ETTY m Nasser (2003:28), MVA mencerminkan besarnya nilai
tambah yang berhasil dikapitalisasi. Dan memperbesar nilai capital yang
digunakan suatu perusahaan. MVA adalah hasil kumulatif dari kinerja
perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang dilakukan maupun yang
diantisipasi akan dilakukan yang memperlihatkan penilaian pasar modal.
Secara sederhana MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan
jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor (Brigham, 2001:89).
Sedangkan MVA secara teknis diperoleh dengan cara mengalikan selisih antara
harga pasar per lembar saham (stock price per share) dan nilai buku per lembar
saham (book value per share) dengan jumlah saham yang dikeluarkan
(outstanding share). Rumus MVA dapat dituliskan sebagai berikut.(Ghozali dan
Irwansyah, 2002:27)
MVA = (Stock price – Book value per share) x Outstanding share
Dimana :
Total equity BV per share =
Jumlah saham beredar
Nilai MVA dapat positif dan dapat negatif, bila MVA positif berarti manajemen
telah mampu meningkatkan kesejahteraan investor dan sebaliknya bila MVA
2.2.8.
Debt to Eqity Ratio (DER)Rasio ini menjelaskan presentase penyediaan dana oleh pemegang saham
terhadap pemberian pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin rendah pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif kemampuan
membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik
kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.
Menurut Horne dan Wachoviz (1998:145) “debt to equity is computed by
simply dividing the total debt of the firm (lincluding current liabilities) by its
shareholders equity”. Debt to equity ratio merupakan perhitungan sederhana yang
membandingkan total hutang perusahaan dari modal pemegang saham. Hal
tersebut sesuai dengan pendapat Ross et al (2003:66) yang menyatakan bahwa
“debt to equity ratio is dividing total debt with total equity”. Pernyataan tersebut
didukung oleh pendapat Brealey et al (2003:490) “debt to equity is long term debt
of the firm dividing equity”. Dapat disimpulkan bahwa debt to equity ratio
merupakan ratio yang membandingkan total hutang dengan total ekuitas dari
pemegang saham. Dengan demikian, debt to equity ratio juga dapat memberikan
gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oleh perusahaaan sehingga
dapat dilihat tingkat risiko tak terbayarkan suatu hutang.
total debt Debt to equity ratio =
2.2.9. Pengaruh EVA, MVA dan Der Terhadap Return Saham
2.2.9.1. Pengaruh Economic Value Added (EVA) Terhadap Return Saham Economic value added (EVA) atau NITAMI (nilai tambah ekonomi)
adalah salah satu cara untuk menilai kinerja keuangan perusahaan. EVA
merupakan indicator tentang adanya perubahan nilai dari suatu investasi.
Menurut Brigham dan Houston (2001:51) EVA adalah nilai tambah
kepada pemegang saham oleh manajemen selama satu tahun tertentu. Sedangkan
menurut Gatot Widayanto (1993:51) adalah : Nitami dilandasi pada konsep bahwa
dalam pengukuran laba suatu perusahaan, kita harus dengan adil
mempertimbangkan harapan-harapan setiap penyedia dana (kreditur dan
pemegang saham). Derajat keadilan tersebut dinyatakan dengan ukuran
tertimbang (whigted) dari struktur modal yang ada. Untuk itulah perlu
pemahaman mengenai konsep ongkos modal (coast of capital), karena nilai
tambah ekonomis (NITAMI) berangkat dari konsep ini.
EVA menunjukkan sisa laba setelah semua biaya modal, termasuk biaya
modal ekuitas, dikurangkan, sedangkan laba akuntansi ditentukan tanpa
mengenakan beban untuk modal biaya. Modal ekuitas memiliki biaya, karena
dana yang diberikan pemegang saham dapat saja diinvestasikan di tempat lain
untuk mendapatkan pengembalian (return). (Brigham dan Houston, 2001:51)
Dalam menghitung EVA kita tidak menambah kembali penyusutan.
Meskipun bukan merupakan beban kas, namun penyusutan adalah biaya, dan
karenanya dikurangkan ketika menentukan laba bersih dan EVA.
1. Memperoleh lebih banyak laba tanpa menggunakan lebih banyak modal.
2. Memperoleh pengembalian (return) yang lebih tinggi daripada biaya modal
atas investasi baru.
EVA memberikan tolak ukur yang baik tentang apakah perusahaan telah
memberikan nilai tambah kepada pemegang saham. Oleh karena itu, jika manajer
memfokuskan pada EVA, maka hal ini akan membantu memastikan bahwa
mereka beroperasi dengan cara yang konsisten untuk memaksimalkan nilai
pemegang saham (Brigham dan Houston, 2001:53)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Husniawati (2004),
menyatakan bahwa Economic Value Added (EVA) berpengaruh terhadap return
saham
Jadi semakin tinggi nilai EVA semakin tinggi pula return yang diterima
oleh pemegang saham dan begitu pula sebaliknya
2.2.9.2 Pengaruh Market Value Added (MVA) Terhadap Return Saham
MVA adalah perbedaan antara nilai pasar ekuitas dan jumlah modal
ekuitas yang diinvestasikan investor (Brigham dan Houston, 2001:50). Sedangkan
menurut Etty M. Nasser (2002:29) MVA adalah hasil kumulatif dari kinerja
perusahaan yang dihasilkan oleh berbagai investasi yang dilakukan maupun yang
diantisipasi akan dilakukan yang memperlihatkan penilaian pasar modal.
Tujuan utama sebagian perusahaan adalah memaksimalkan kekayaan
memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien,
yang menguntungkan perekonomian.
Kekayaan pemegang saham akan menjadi maksimal dengan
memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar ekuitas perusahaan dan jumlah
modal ekuitas yang diinvestasikan investor (Brigham dan Houston, 2001:50).
Dapat dikatakan pula, MVA merupakan suatu ukuran yang digunakan
untuk mengukur keberhasilan dalam memaksimalkan kekayaan pemegang saham
dengan mengalokasikan sumber-sumber yang sesuai. MVA juga merupakan
indikator yang dapat mengukur seberapa besar kekayaan perusahaan yang telah
diciptakan untuk investornya atau MVA menyatakan seberapa besar kemakmuran
yang telah dicapai (Husniawati,2004:2)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh husniawati (2004), menyatakan
bahwa Market Value Added (MVA) berpengaruh terhadap return saham.
Jadi, semakin besar nilai market value added menandakan bahwa
perusahaan telah menciptakan nilai tambah kekayaan pemegang saham. Bila
MVA bernilai kecil, berarti nilai dari kinerja manajemen dan investasi lebih kecil
dari nilai kontribusi modal pada perusahaan dari capital market atau dapat
dikatakan kekayaan dan nilai perusahaan turun.
2.2.9.3. Pengaruh Debt to Equity Ratio (DER) Terhadap Return Saham
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal.
Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana
perusahaan (Sartono 2001: 66). Peningkatan hutang pada gilirannya akan
mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang
saham.(Lisa & Clara, 2009:1)
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio yang membandingkan total
hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian, Debt to
Equity Ratio (DER) juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal
yang dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagih
suatu hutang (Suharli et al, 2005:102)
DER yang semakin besar akan mengakibatkan risiko financial perusahaan
yang semakin tinggi. Dengan penggunaan hutang yang semakin besar akan
mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang.
Investor biasanya selalu menghindari risiko, maka semakin tinggi DER akan
mengakibatkan saham perusahaan tersebut semakin dihindari investor, sehingga
harga saham akan semakin rendah. Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa
hubungan DER dengan beta saham adalah positif artinya semakin tinggi tingkat
DER akan mengakibatkan semakin tinggi risiko pasar dan sebaliknya tingkat DER
yang rendah akan mengakibatkan risiko sahamnya rendah. (Zubaidi, 2006:247).
Debt to Equity Ratio (DER) adalah dana yang dimiliki oleh pemilik
perusahaan sendiri dibandingkan dengan jumlah hutang-hutang (dana dari luar
perusahaan). DER merupakan salah satu ratio financial leverage. Financial
leverage adalah rasio yang mencerminkan faktor risiko yang dihadapi oleh
menjadi semakin tinggi. Jadi penggunaan hutang yang semakin tinggi akan
mengakibatkan semakin tingginya risiko untuk tidak terbayar dan juga
mengakibatkan risiko pendapatan yang semakin tinggi sehingga semakin
tingginya risiko yang akan dihadapi perusahaan. Dimana hal ini akan sangat
mempengaruhi penilaian investor terhadap risiko perusahaan yang selanjutnya
akan mempengaruhi harga dan return saham perusahaan yang bersangkutan.(Diah
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 1. Kerangka Konseptual DEBT TO
EQUITY RATIO (DER) MARKET VALUE ADDED
(MVA)
RETURN SAHAM ECONOMIC
2.4 Hipotesis
Berdasarkan latar belakang masalah, dan landasan teori maka dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut :
1. Economic Value Added (EVA) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di
Bursa Efek Indonesia.
2. Market Value Added (MVA) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di
Bursa Efek Indonesia.
3. Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh positif dan signifikan
terhadap return saham pada perusahaan automotif yang go public di
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Varibel
Variable-variabel yang digunakan sehubungan dengan perumusan masalah
dan hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel Dependen (Y)
Return saham (Y) adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara
menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode
sebelumnya dengan mengabaikan dividen (Ross :2002).
Pendapatan saham individual dari perusahaan sample dapat dihitung
dengan menggunakan rumus :
Skala pengukuran yang digunakan untuk penelitian ini adalah skala rasio,
● Variabel Independen (X)
1. Economic Value added (EVA) (X1) adalah nilai tambah kepada
pemegang saham oleh manajemen selama satu tahun tertentu
(Brigham dan Houston, 2001:51). EVA adalah estimasi dari laba
ekonomis yang sebenarnya dari bisnis untuk satu tahun bersangkutan
dan sangat jauh berbeda dari laba akuntansi.
Untuk menghitung EVA digunakan rumus :
EVA = NOPAT – (WACC x TA) ... (3.2)
Dimana :
NOPAT = Net Operating Profit After Taxes
WACC = Weighted Average Coast of Capital
TA = Total Asset (Total Modal) (Valez 2000)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
rasio.
2. Market Value Added (MVA) (X2) adalah perbedaan antara nilai pasar
ekuitas dan jumlah modal ekuitas yang diinvestasikan investor
(Brigham dan Houston, 2001:50).
Untuk menghitung MVA digunakan rumus :
Keterangan :
Shares outstanding adalah jumlah saham beredar yang tercatat dalam
laporan keuangan perusahaan pada akhir tahun buku.
Stock price adalah harga pasar saham biasa pada saat penutupan
akhir tahun, tercatat dalam rekapitulasi harga saham di bursa.
Total capital adalah jumlah modal pemegang saham yang tercatat
dalam laporan akhir tahun buku, setelah ditambah dengan equity
equivalent (penjumlahan antara beban PPh ditangguhkan, cadangan
metode LIFO, akumulasi amortisasi goodwill. Beban R&D
ditangguhkan, cadangan piutang tak tertagih, dan cadangan
persediaan utang).(Miller dan Modigliani, 1958 : 268).
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
rasio.
3. Debt to Equity Ratio (DER) (X3) adalah rasio yang membandingkan total
hutang dengan total ekuitas dari pemegang saham. Dengan demikian,
DER juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang
dimiliki oleh perusahaan sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagih
suatu hutang (Suharli et al, 2005:102).
Untuk menghitung DER digunakan rumus :
... (3.4)
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio Debt to Equity Ratio = Total Debt
3.2 Teknik Pengambilan Sampel
a) Populasi
Populasi merupakan kumpulan dari individu dengan kualitas serta ciri-ciri
yang telah diterapkan. Dalam penelitian ini jumlah populasi yang ada adalah
18 perusahaan automotif yang go public di BEI selama periode 2006-2008.
b) Sample
Sample adalah bagian dari populasi yang diambil untuk di selidiki.
Pengambilan sample dapat dilakukan dalam penelitian ini menggunakan
teknik pengambilan sample purposive sampling, yaitu anggota populasi
untuk bisa diambil sebagai anggota sample harus memenuhi kriteria tertentu.
Kriteria-kriteria yang dapat diambil peneliti selama periode penelitian yaitu :
Perusahaan yang selama periode 2006-2008 tidak mengalami rugi.
Perusahaan automotif yang go public di BEI selama periode 2006-2008 :
1. PT. Astra International Tbk.
2. PT. Astra Otoparts Tbk.
3. PT. Goodyear Indonesia Tbk.
4. PT .Tunas Ridean Tbk.
5. PT. United Tractor Tbk.
6. PT. Hexindo Adipekasa Tbk
7. PT Indo Kordsa Tbk
8. PT Intraco Penta Tbk
9. PT Nipress Tbk
11.PT Indospring Tbk
12.PT Multistrada Arah Sarana Tbk
13.PT Selamat Sempurna Tbk
3.3 Teknik Pengumpulan Data
a) Jenis Data
Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data (laporan
keuangan, harga saham dan data IHSG), yang tersedia di BES selama
periode penelitian dari perusahaan automotif di BEI selama periode
2006-2008.
b) Sumber data
Data (laporan keuangan, harga saham dan data IHSG) seluruhnya
diperoleh dari Pusat Referensi Pasar Modal yang terletak di PT. Bursa
Efek Surabaya, dimana data-data tersebut diambil dari saham-saham
yang tergolong dalam perusahaan automotif di PT. Bursa Efek Indonesia
selama periode 2006-2008.
c) Pengumpulan Data
Dilakukan dengan cara dokumentasi dengan mengadakan pengutipan
catatan atau dokumen di PT. Bursa Efek Surabaya yang berhubungan
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Teknik Analisis
Untuk menganalisa dan menginterpretasi data yang diperoleh akan digunakan
“Analisa Regresi Berganda” untuk mengetahui pengaruh antara variable
independen dengan variable dependen, dimana variabel bebas adalah Economic
Value Added (EVA), Market Value Added (MVA) dan Debt to Equity Ratio
(DER), sedangkan variabel dependen atau variabel tak bebas adalah Return
saham dengan bentuk persamaan sebagai berikut :
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + ℮I ...(3.5)
Dimana :
Y = Return Saham
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi variable X1
β2 = Koefisien regresi variable X2
β3 = Koefisien regresi variable X3
X1 = Economic Value Added (EVA)
X2 = Market Value Added (MVA)
X3 = Debt to Equity Ratio (DER)
℮I = Variable pengganggu
i = Pengamatan ke i sampai ke n
3.4.2. Uji Hipotesis
Prosedur untuk pengujia statistiknya dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel
independen terhadap variabel dependen secara sendiri-sendiri (parsial).