• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Penelitian Efek dan Daya Analgesik Jus Buah Belimbing

2. Efek dan Daya Analgesik Jus Buah Belimbing

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya efek analgesik pada JBB dan seberapa besar daya analgesik yang dimiliki oleh JBB. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode geliat. Menurut Turner (1965) metode ini digunakan karena sensitif, sederhana, dan reprodusibel untuk skrining analgesik lemah. Selain itu, metode ini dapat mendeteksi baik analgesik pusat maupun perifer (Vogel, 2002).

Dalam penelitian ini, digunakan subyek uji mencit putih betina, karena jenis kelamin betina lebih responsif terhadap nyeri dibandingkan yang berjenis kelamin jantan. Sebelum dilakukan pengujian, terlebih dahulu hewan uji dipuasakan selama ± 24 jam, dengan tujuan untuk meminimalkan pengaruh makanan pada hasil pengujian.

Pengujian efek analgesik dilakukan dengan berdasar pada hasil uji pendahuluan. Sebagai kontrol negatif digunakan aquadest 25 mg/kg BB dan sebagai kontrol positif digunakan parasetamol 91 mg/kg BB. Masing-masing kelompok perlakuan diberikan JBB secara peroral dengan dosis 1,67; 3,34; dan 6,67 g/kg BB. Pengujian dilakukan dengan menggunakan penginduksi geliat, yaitu asam asetat dosis 25 mg/kg BB. Keberadaan asam asetat akan menyebabkan nyeri karena pembebasan ion H+ sehingga terjadi penurunan pH jaringan yang menyebabkan iritasi pada jaringan. Adanya geliat menunjukan bahwa mencit mengalami nyeri. Geliat diamati setiap 5 menit selama 60 menit. Jumlah kumulatif geliat kemudian diubah ke dalam % proteksi geliat dengan persamaan Handersoth-Forsaith dan juga dihitung % perubahan penghambatan geliat terhadap kontrol positif. Kemudian masin-masing diuji secara statistik. Data geliat hasil uji efek analgesik dapat dilihat pada tabel X berikut ini:

Tabel X. Rata-rata jumlah geliat dan %proteksi geliat yang terjadi pada kontrol negatif, kontrol positif, dan kelompok perlakuan

Keterangan:

bb : berbeda bermakna (p≤0,05) btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) SE :standard error

Kontrol (-) : Aquadest 25 mg/kg BB Kontrol (+) : Parasetamol 91 mg/kg BB JBB : Jus buah belimbing

Dari data yang diperoleh terlihat bahwa kelompok mencit yang diberi aquadest menunjukkan jumlah rata-rata geliat yang paling banyak dibandingkan dengan kelompok lain, yaitu rata-rata sebanyak 37 geliat. Sementara itu, pada kelompok mencit yang diberi parasetamol 91 mg/kg BB dan JBB ternyata mengalami menurunan jumlah geliat yang bermakna dibanding pada kelompok kontrol negatif. Kelompok kontrol postif, JBB dosis II dan III menunjukkan jumlah rata-rata geliat yang berbeda bermakna dengan jumlah geliat rata-rata pada kelompok negatif. Artinya, kontrol positif, JBB dosis II dan III dapat dinyatakan memiliki efek analgesik. Sedangkan JBB dosis I menunjukkan jumlah rata-rata geliat yang berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif, sehingga JBB dosis I dinyatakan tidak memiliki efek analgesik.

Berdasarkan respon nyeri yang ditunjukkan mencit dengan menggeliat, maka suatu zat dapat dikatakan memiliki daya analgesik jika mampu menghambat lebih

Kelompok perlakuan Rata-rata geliat±SE Rata-rata %proteksi geliat ± SE kontrol (-) 37,00 ± 1,00 0,00 ± 2,02 kontrol (+) 9,40 ± 0,75bb 74,38 ± 2,02bb JBB dosis I (1,67g/kg BB) 35,80 ± 2,06btb 3,24 ± 5,57btb JBB dosis II (3,34 g/kg BB) 11,00 ± 0,71bb 70,27 ± 1,91bb JBB dosis III (6,67 g/kg BB) 16,00 ± 0,71bb 56,76 ± 1,91bb

dari 70% geliat pada kontrol negatif, apabila kurang dari 70% maka dikatakan memiliki aktivitas minimal (Vogel, 2002). Sedangkan menurut Anonim (1991), suatu zat dikatakan mempunyai efek analgesik apabila dapat menyebabkan penurunan jumlah geliat sebesar 50% dari jumlah geliat pada kontrol negatif.

Dari data pada tabel X terlihat bahwa terjadi penghambatan rangsang nyeri pada kelompok perlakuan JBB pada dosis 3,34 g/kg BB dan 6,67g/kg BB. Tetapi daya analgesik pada dosis 6,67 g/kg BB lebih kecil dibanding pada dosis 3,34 g/kg BB. Hal ini menunjukkan bahwa pada dosis 3,34 g/kg BB daya analgesiknya paling besar dibandingkan semua kelompok perlakuan JBB. Berdasarkan ketentuan Anonim (1991), maka pada dosis 3,34 dan 6,67 g/kg BB yang menghasilkan persen penghambatan nyeri sebesar 70,27% dan 56,76% memenuhi syarat untuk dikatakan memiliki aktivitas analgetika, karena dapat menghambat lebih dari 50% geliat pada kelompok kontrol. Tetapi berdasarkan Vogel (2002), hanya kelompok perlakuan JBB dosis 3,34 g/kg BB yang dapat dinyatakan memiliki kemampuan sebagai analgetika (>70%), sedangkan dosis 6,67 g/kg BB dikatakan memiliki aktivitas analgetika lemah (<70%).

Selanjutnya untuk mengetahui apakah ada perbedaan bermakna yang terjadi diantara kelompok perlakuan tersebut berbeda bermakna atau tidak, maka dilakukan uji statistik dengan ANOVA satu arah dengan taraf kepercayaan 95%. Dari uji ANOVA didapatkan nilai probabilitas 0,000 (p≤0,05 ), sehingga dilanjutkan dengan ujiScheffe.

Tabel XI. Hasil analisis ujiScheffepersentase penghambatan geliat Kelompok perlakuan I II III IV V I bb btb bb bb II bb bb btb bb III btb bb bb bb IV bb btb bb btb V bb bb bb btb Keterangan: bb : berbeda bermakna (p≤0,05) btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) Kelompok I : kontrol negatif (aquadest 25 mg/kg BB) Kelompok II : kontrol positif (parasetamol 91 mg/kg BB) Kelompok III : JBB dosis 1,67 g/kg BB

Kelompok IV : JBB dosis 3,34 g/kg BB Kelompok V : JBB dosis 6,67 g/kg BB

Berdasarkan hasil uji Scheffe pada tabel XI diketahui bahwa dari tiga

peringkat dosis kelompok perlakuan JBB, hanya dosis 1,67 g/kg BB yang berbeda tidak bermakna dengan kontrol negatif. Artinya, pada dosis tersebut JBB tidak memiliki efek sebagai analgetika. Apabila kelompok perlakuan dibandingkan dengan kelompok kontrol positif, hanya JBB dosis 3,34 g/kg BB yang memiliki daya analgesik yang berbeda tidak bermakna. Artinya, pada dosis 3,34 g/kg BB, kemampuan JBB dalam menekan nyeri setara dengan parasetamol 91 mg/kg BB. Sedangkan JBB dosis 6,67 g/kg BB, hanya bisa dikatakan memiliki efek sebagai analgetika tetapi dayanya belum setara dengan parasetamol 91 mg/kg BB.

Perbandingan daya penghambatan geliat antara kelompok kontrol positif dengan kelompok perlakuan JBB dilakukan untuk mengetahui efektivitas JBB terhadap parasetamol sebagai kontrol positif dalam kemampuannya menekan nyeri.

Perbandingan ini disebut dengan % perubahan daya analgesik yang dapat dilihat pada tabel XII dan gambar 18:

Tabel XII. Rata-rata % penghambatan geliat terhadap kontrol positif Kelompok perlakuan Rata-rata %perubahan

penghambatan geliat±SE kontrol (-) -100,00 ± 8,11bb kontrol (+) 0,00 ± 2,71 JBB dosis I (1,67g/kg BB) -95,65 ±7,46bb JBB dosis II (3,34 g/kg BB) -5,80 ± 2,56btb JBB dosis III (6,67 g/kg BB) -23,91 ± 2,56bb Keterangan: bb : berbeda bermakna (p≤0,05) btb : berbeda tidak bermakna (p > 0,05) SE :standard error

Kontrol (-) : aquadest 25 mg/kg BB Kontrol (+) : parasetamol 91 mg/kg BB JBB : jus buah belimbing

Gambar 18. Diagram rata-rata % perubahan penghambatan geliat terhadap kontrol positif

Dari data pada tabel XII dan gambar 18 dapat dilihat bahwa kontrol negatif memiliki kemampuan penghambatan yang kurang hingga 100% daripada penghambatan yang dihasilkan oleh kontrol positif. Artinya, pada kontrol negatif tidak terjadi penghambatan rangsang nyeri atau tidak menghasilkan efek analgesik. Sedangkan pada kelompok perlakuan JBB dosis I (-95,65%), dosis II (-0,80%), dan dosis III (-23,91%). Tanda negatif (-) menunjukkan perbandingan terhadap kontrol positif yaitu nilaiminusjika dibandingkan dengan kontrol positif. Nilai % perubahan

penghambatan geliat akan semakin mendekati 0,00% apabila kemampuan zat uji semakin mendekati kemampuan penghambatan nyeri oleh kontrol positif (parasetamol 91 mg/kg BB).

Dari hasil perhitungan persentase penghambatan jumlah geliat pada ketiga peringkat dosis yang diujikan, maka dosis yang dipilih yaitu dosis 3,34 g/kg BB karena menghasilkan penghambatan geliat terbesar dibandingkan dengan dosis lainnya. Alasan lainnya, bahwa pada dosis 3,34 g/kg BB terjadi penurunan jumlah rata-rata geliat lebih dari 70% dibanding jumlah rata-rata geliat pada kontrol negatif sehingga sudah memenuhi syarat analgesik menurut Vogel (2002).

Kemampuan JBB dalam penghambat rasa nyeri terkait dengan aktivitasnya sebagai agen antiinflamasi. Kandungan katekin dalam JBB mampu menangkap radikal superoksid dan juga radikal hidroksil yang dihasilkan neutrofil, sehingga peroksidasi lipid terhambat (gambar 14). Dengan penghambatan peroksidasi lipid, maka biosintesis prostaglandin juga terhambat, sehingga inflamasi dapat dihambat.

Akibatnya mediator-mediator inflamasi tidak dikeluarkan, dan tidak terjadi rangsang nyeri.

3. Perbandingan profil parasetamol dengan jus buah belimbing

Dari hasil penelitian diketahui bahwa baik parasetamol maupun JBB memiliki efek analgesik yang ditunjukkan dengan persen penghambatan geliat. Berikut merupakan grafik profil rata-rata geliat yang terjadi pada perlakuan JBB dan parscetamol dari waktu ke waktu:

Gambar 19. Grafik profil geliat kelompok perlakuan jus buah belimbing dan parasetamol

Keterangan:

JBB : Jus buah belimbing, angka yang mengikuti merupakan dosisnya

Pada gambar 19 dapat dilihat bahwa JBB memiliki profil yang mirip dalam menghambat nyeri yang ditunjukkan dengan berkurangnya jumlah rata-rata geliat

0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50 55 60 ra ta -r a ta g e li a t waktu (menit)

Profil geliat kelompok perlakuan

Parasetamol 91 mg/kg BB JBB 1,67 g/kg BB

JBB 3,34 g/kg BB JBB 6,67 g/kg BB

pada mencit. Parasetamol dan JBB dosis 3,34 g/kg BB mulai menunjukkan aksi penghambatan nyeri pada menit ke-15, sedangkan JBB dosis 1,67 pada menit ke-20 dan 6,67 g/kg BB baru menunjukkan penghambatan nyeri pada menit ke-25.

Dapat dikatakan bahwa katekin yang terdapat dalam buah belimbing mempunyai mekanisme aksi yang mirip dengan parasetamol, namun jalur yang dihambat berbeda. Meskipun memiliki jalur penghambatan yang berbeda, namun penurunan jumlah rata-rata geliat secara drastis sama-sama terjadi pada menit ke 25, kecuali kelompok perlakuan JBB dosis 1,67 g/kg BB. Hal tersebut mungkin terjadi karena kandungan katekin pada dosis tersebut sedikit sehingga butuh waktu yang lebih lama untuk mengurangi nyeri.

Dokumen terkait