• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

C. Analisis Framing dan Framing Model Robert N. Entman

3. Efek Framing

Framing berkaitan dengan bagaimana realitas dibingkai dan disajikan kepada khalayak. Sebuah realitas bisa jadi dibingkai dan dimaknai secara berbeda oleh media. Bahkan pemaknaan itu bisa sangat jauh berbeda pada media yang satu dengan yang lainnya, realitas begitu kompleks, penuh dimensi, ketika dimuat dalam berita dan menjadi realitas satu dimensi.

Entman memandang bahwa wacana merupakan arena pertarungan simbolik antara pihak-pihak yang berkepentingan dengan pokok persoalan wacana. Masing-masing pihak saling menonjolkan perspektif dan argumennya agar diterima khalayak. Setiap pihak juga menggunakan simbol, retorika, dan bahasa-bahasa tertentu dengan konotasi tertentu. Konsep framing dapat dibedakan menjadi dua44:

a. Frame Media (Media Framing)

Menurut Robert N, Entman “frame” berarti memilih beberapa aspek dari realitas yang tersepsikan dan membuatnya lebih penting dalam suatu pengkomunikasian teks, sedemikian rupa untuk mempromosikan definisi tertentu tentang suatu persoalan, interpretasi, penilaian moral, dan atau pemberian saran. Selain itu juga terdapat faktor–faktor yang mempengaruhi frame media, misalnya dari organisasi medianya, ideologi dan individu wartawan.45

Organisasi media mempengaruhi pemberitaan, hal ini berhubungan dengan pengelola media dan struktur organisasi yang terdapat didalam media itu sendiri

43

Ibid, h. 225-227.

44

Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta : LKiS, 2007). h. 186.

45

dan wartawan bukanlah orang tunggal di balik suatu pemberitaan. Masing-masing komponen dalam organisasi media bisa jadi mempunyai kepentingan sendiri-sendiri. Misalnya pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur selain sebagai berita tentunya redaksi lain atau bagian lain dalam organisasi Detik.com juga ambil bagian yang terkait dengan kasus ini, mungkin ada salah satu individu yang tidak suka dengan sosok ustadz Yusuf Mansur, sehingga pemberitaan yang di tampilkan kepada khalak menjadi tidak berimbang. Maka hal ini tidak dapat dipisahkan dari frame suatu media.

Ideologi media massa menghasilkan wacana media massa berupa konstruk kultural, termasuk berita online. Ideologi media dapat tercermin dari isi media massa berupak produk dari media massa tersebut. Ideologi dari suatu media massa mempunyai kemampuan memilih dan memilah serta menentukan isu apa saja yang akan ditampilkan dan isu apa saja yang harus disembunyikan. Selain itu juga menentukan isu apa yang harus ditonjolkan, sehingga isu tersebut dipandang penting oleh khalayak. Didalam pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur misalnya banyak di temukan pemaparan yang hanya melihat dari satu sisi saja, yaitu kesalahan besar dari ustadz Yusuf Mansur, tanpa melihat dan memperdulikan niat baik ataupun tujuan didirikan bisnis investasi dari ustadz Yusuf Mansur, Itulah peran dari ideologi dari suatu media massa.

Individu wartawan tidak terpisahkan bagaimana cara si wartawan memilih peristiwa yang akan diangkatnya menjadi sebuah berita yang memiliki nilai berita, siapa saja yang ia pilih untuk menjadi narasumbernya, serta bagaimana ia menuliskannya. Jika dilihat dari artikel-artikel berita yang di publikasikan oleh Detik.com terlihat bagaimana wartwan memilih berita ini karena sosok dari ustadz

Yusuf Mansur yang sudah terkenal. Hal ini mempunyai nilai berita yang dapat dijual serta menghasilkan keuntungan bagi Detik.com dari sisi pendapatan Dari penjelasan mengenai factor-faktor yang mempengaruhi frame dari suatu media di atas, maka seluruh komponen tersebut tidak bisa dipisahkan dan itu menjadi suatu kesatuan yang penting terhadap suatu pemberitaan

Pada dasarnya media framing adalah framing berita yang mencerminkan produk media sekaligus produk dari para wartawannya ketika harus mengidentifikasi dan mengklasifikasi serta kemudian menyampaikan informasi dan opini khalayak, dengan kata lain media framing pada hakikatnya merupakan konstruksi atau pendefinisian oleh media mengenai realitas suatu peristiwa-peristiwa yang ada atau terjadi dalam masyarakat.46

b. Frame Khalayak (Individual Audience Framing)

Menurut Robert N, Entman menyebutkan bahwa individual frame sebagai gagasan yang tersimpan dalam pemikiran yang dapat membimbing seseorang dalam memproses informasi, dimana gagasan yang dimaksud bersifat umum dan garis besar serta menyangkut kurun waktu yang lama namun dapat juga bersifat spesifik dan menyangkut kurun waktu relatif pendek berkenaan dengan peristiwa-peristiwa atau isu-isu tertentu. .47

Framing pada khalayak juga dipengaruhi oleh beberapa faktor penting yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi frame dari individu itu sendiri, faktor itu antara lain: media framing, latar belakang, sosiokultural, dan tokoh masyarakat.48 46 Ibid, h. 188. 47 Ibid, h. 191. 48 Ibid, h. 193.

Faktor media framing terhadap individu dilihat dari bagaimana individu itu melakukan rutinitas terhadap media. Artinya disini, seberapa sering individu itu mengikuti suatu isu pemberitaan yang sedang berkembang yang dilakukan oleh media massa. Karena setiap individu, masing-masing memiliki gaya penafsiran yang berbeda pada pesan yang diterima individu tersebut, tentunya hal ini sangat berpengaruh. Misalnya dalam kasus ini, individu yang mengikuti pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur di Detik.com dari awal pemberitaan sampai selesai hingga isu itu mulai meredup, dan tidak ada lagi pemberitaanya di Detik.com. Berbeda dengan individu yang mengikuti pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur hanya sampai pada pertengahan artinya hanya mengikuti sebagian atau hanya berkunjung ke situs Detik.con lalu kebetulan membaca pemberitaan itu, maka bisa dipastikan penafsirannya berbeda dengan individu yang mengikuti pemberitaan di Detik.com sampai selesai tadi.

Latar belakang idividu juga menjadi faktor bagaimana individu itu memahami suatu pemberitaan di media massa. Tingkat pendidikan serta pemahaman menjadi latar belakang individu itu menginterpretasikan pesan yang disampaikan oleh media, serta kepentingan dari individu itu terhadap suatu isu juga menjadi alasan seseorang merespon suatu berita. Misalnya individu berlatar belakang sarjana ekonomi, tentu paham dengan masalah yang terjadi terkait pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur akan tetapi jika dilihat dari kepentingannya tentu yang lebih merespon dari pemberitaan ini ialah orang-orang yang sudah bergabung dengan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur, mereka pasti akan lebih intens untuk mengikuti pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur di Detik.com karena terkait terhadap kelangsungan bisnisnya.

Sosiokultural setiap individu akan menanggapi dan merespon isu yang sama secara berbeda, yang secara otomatis akan mempengaruhi efek framing yang ditimbulkan. Pesan-pesan komunikasi yang disampaikan oleh media massa bisa menimbulkan kesan-kesan tertentu, yang oleh individu disesuaikan dengan norma-norma budaya yang berlaku pada masyarakat dimana individu itu tinggal. Misalnya ada seseorang dari desa yang mengikuti pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur dan ia juga tergabung dalam bisnisnya, dimana desa tempat ia tinggal masih sangat kental dengan norma-norma budaya yang ada contohnya dengan sistem “kekitaan” Jadi individu tadi merasa bahwa ustadz Yusuf Mansur ini merupakan bagian dari kelompok atau masyarakatnya lalu ia merasa apa yang dilakukan ustadz Yusuf Mansur sudah benar dan tidak mungkin ustadz Yusuf Mansur melakukan kesalahan dan ia perlu dibela. Pengukuran efek framing terhadap khalayak seharusnya mempertimbangkan dengan hati-hati sistem budaya yang dianut oleh individu, kelompok atau masyarakat.

Tokoh masyarakat juga berperan penting dalam faktor frame individu, opini dari tokoh masyarakat inilah yang nantinya oleh individu akan ditafsirkan dan dianggap sebagai sesuatu yang penting. Dimana individu tertentu masih merasa opini tokoh masyarakat begitu absolute dan tanpa celah, yang nantinya akan berimbas kepada individu itu menafsirkan isu dari media massa. Misalnya individu yang mengikuti bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur di Detik.com, ia tidak langsung mengambil suatau kesimpulan terhadap isu tersebut, tetapi yang ia lakukan adalah mengkonfirmasikan pesan yang ia terima kepada seseorang yang dipercaya sangat berkompeten dibidang bisnis investasi. Barulah dari situ akan

terlihat bagamana individu tersebut menafsirkan pemberitaan bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur itu.

Jadi dalam framing, komunikator berperan membuat suatu bingkai yang secara disadari maupun tidak menentukan apa yang ingin dikatakan dan menggiring opini dengan menggunakan schemata yang telah diorganisasikan.49 Teks yang terdiri atas potongan bingkai tersebut kemudian dikonstruksi dan ditonjolkan dengan menggunakan kata-kata kunci tertentu, frase, gambar, sumber informasi, atau apa pun yang bisa menggiring si pembaca ke arah bingkai yang dimaksud si komunikator. Framing pun kemudian diterima si pembaca yang sesuai dan diperkuat dengan nilai-nilai budaya dari suatu kelompok tersebut. 50

Penjelasan diatas dapat diketahui cara framing bekerja adalah menonjolkan beberapa informasi dari teks. Kata penonjolan itu sendiri pun perlu diberi makna. Artinya, membuat potongan sebuah informasi itu lebih ditandai pembaca, lebih bermakna, dan juga lebih diingat pembaca. Sebuah teks bisa saja menjadi menonjol dengan penempatan-penempatan di kolom yang lebih besar, lebih mudah ditemukan, dan sebagainya atau teks tersebut selalu diulang untuk meninggalkan kesan yang kuat untuk diingat.

49

Dan Nimmo, Komunikasi politik: Khalayak dan Efek, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 27

50

35

Dokumen terkait