• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

B. Saran

1. Detik.com seharusnya menampilkan berita dari niat ustadz Yusuf Mansur yang ingin memajukan perekonomian Indonesia, itu yang harusnya lebih ditonjolkan. Kepada khalayak pembaca atau pun penikmat berita, hendaknya menerima informasi tidak hanya dari satu sumber berita saja. 2. Didalam menyusun strategi komunikasi, sifat media yang digunakan oleh

media itu harus benar-benar mendapat perhatian, karena erat sekali kaitannya dengan khalayak yang dituju. Sebab media massa dapat didokumentasikan, diulang, dikaji, dihimpun untuk kepentingan pengetahuan, dan dijadikan bukti otentik.

82

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro. dkk. Komunikasi Massa Suatu Pengantar, Bandung : Simbiosa Rekatama Media.

Bungin, Burhan. Konstruksi Sosial Media Massa, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

Burton, Graeme. Yang Tersembunyi di Balik Media Pengantar Kepada Kajian Media, Yogyakarta : Jalasutra, 2008.

Djuroto, Totok. Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: PT.Remaja Rosdakarya, 2004.

Effendi, Uchjana Onong. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2003.

Eriyanto. Analisis Framing, Konstruksi, Ideologi dan Politik Media, Yogyakarta: PT Lkis Pelangi Aksara, 2005.

Hamad, Ibnu. Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa, Cet. Ke-1, Granit. Jakarta: 2004.

Iswara, Luwi. Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Cet ke-3, Jakarta: Kompas, 2007.

Kriyantono, Rachmat. Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2006.

McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar, Cet ke-4, Jakarta: Erlangga, 1996.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2006.

Nasrullah, Rulli. Komunikasi Antar Budaya di Era Budaya Sibe, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.

Nimmo, Dan. Komunikasi Politik: Khalayak dan Efek, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010.

Nugroho, Bimo. dkk. Politik Media Mengemas Berita, Jakarta: Institut Studi Arus Informasi, 1999.

Olii, Helena. Berita & Informasi: Jurnalistik Radio, Jakarta: PT INDEKS, 2007. Pawito, Penelitian Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta : LKiS, 2007.

Poloma, M Margaret. Sosiologi Kontemporer, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,2003.

Putra, Sareb Masri, Media Cetak Bagaimana Merancang dan Memproduksi, Graha Ilmu, 2007.

~~ “ ~~ “ ~~, Teknik Menulis Berita & Feature, Jakarta: PT Indeks, 2006.

Ruslan, Rosady. Metodologi Penelitian Publik Relation dan Komunikasi, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003.

Salim, Agus. Teori dan Paradigma Sosial dari Denzin Guba dan Penerapannya, cet ke-1, Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 2001.

Santana, K Septian. Jurnalisme Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Siahaan, Hotman. Pers yang Gamang: Studi Pemberitaan Jajak Pendapat Timor Timur, Lembaga Studi Perubahan Sosial, 2001.

Sobur, Alex. Analisis Teks Media: Suatu Pengantar untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004.

Soekamto, Soejono. Sosiologi Pengantar, Jakarta: PT Rajawali Pers, 1987.

Sumardiria, Haris. Jurnalistik Indonesia: Menulis Berita dan Feature, Bandung: PT Remaja Rosdakaraya, 2006.

Tebba, Sudirman. Jurnalistik Baru, Ciputat: Kalam Indonesia, 2005.

Wahyu Wibowo, Indiwan Seto. Dasar-dasar Jurnalistik, Jakarta: LPJA Press Jakarta, 2006.

Zaenudin HM, The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor & Para Mahasiswa Jurnalistik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011.

Internet:

Akun twitter Ustadz yusuf Mansur, www.twitter.com, diakses pada 28 juli 2013 http://www.anneahira.com/detik-com.htm diakses pada 4 september 2014

http://detik.com tahun 2013.

http://plasadana.com/detail.php?id=5009 diakses pada 2 oktober 2013. https:/www.wikipedia.co.id/DetikCom diakses pada 4 september 2014

http://www.websejarah.com/sejarah-berdiri-situs-berita-detikcom.html diakses

pada 4 september 2014

Referensi lain:

Artikel berita di Detik.com kanal Finance Company Proflie Detik.com

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai pustaka. 1988. Depdikbud .

Wawancara pribadi dengan redaktur Detik finance Angga Aulia ZRF, Jakarta, 10 September 2014.

Wawancara pribadi dengan pihak Yusuf Mansur farida, Tangerang, 16 September 2014

Wawancara pribadi dengan pegawai negeri Chairul Umam, Bekasi 6 November 2014

Wawancara pribadi dengan mahasiswa Dimas Aditya, Jakarta, 6 November 2014 Wawancara pribadi dengan pengamat ekonomi Yanuar Rizky, Jakarta 4

Herdaru Purnomo - detikfinance Kamis, 18/07/2013 10:34 WIB

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tak mengetahui bisnis investasi milik Yusuf Mansur. OJK hanya mencermati dan mempelajari lebih jauh investasi yang tak berbadan hukum ini.

"Di Financial Costumer Care contact centre OJK, kami belum pernah menerima info tentang kegiatan Ustadz Yusuf Mansur," ungkap Anggota Dewan Komisioner OJK Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono kepada detikFinance saat dikonfirmasi, Kamis (1/7/2013).

Lalu bagaimana OJK bisa melindungi masyarakat jika tak tahu mengenai investasi ilegal tersebut?

Kusumaningtuti menjelaskan, OJK justru mengetahui adanya bisnis tersebut dari kalangan media. "Kami mengetahuinya justru dari rekan media maupun dari pemberitaan di media. Tapi ini baik untuk antisipasi perlindungan konsumen. Nanti kalau ada tambahan kita infokan kemudian," papar Kusumaningtuti.

Namun lebih jauh Kusumaningtuti menjelaskan siapapun yang menarik dana dari masyarakat haruslah memiliki izin.

"Siapapun yang menarik dana masyarakat, lalu memberikan imbal hasil merupakan bentuk investasi," jelasnya. Sesuai aturan, investasi yang

OJK maupun Majelis Ulama Indonesia (MUI) sekalipun belum pernah dimintai izin ustaz yang tenar dengan ajakan sedekahnya itu. Patungan Usaha yang menawarkan investasi minimal Rp 12 juta belum tercatat di OJK.

Kegiatan sang ustadz menarik dana masyarakat dan mempromosikannya lewat media sosial dan internet merupakan bagian dari investasi.

Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance Senin, 22/07/2013 13:31 WIB

Jakarta - Ustadz Yusuf Mansur mengaku bisnis investasinya bukan aksi tipu-tipu meski selama ini berjalan tanpa payung hukum. Ia menuduh media yang membesar-besarkan pemberitaan mengenai bisnis ilegalnya tersebut.

Bahkan, ia menyatakan selama ini tidak ada investor yang khawatir atau sampai ketar-ketir atas dana yang disimpan di program Patungan Usaha (PU) miliknya itu.

"Begini saja jawabannya, ada nggak yang lapor? Ada nggak yang dari mereka yang sudah menaruh duitnya di saya merasa ketar ketir? Ada tidak, saya tanya sama OJK, nggak ada yang lapor. Entenya kali," ujarnya usai melakukan pertemuan di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Senin (22/7/2013).

Namun ia mengakui, OJK ingin dana nasabah lebih terlindungi secara hukum karena selama ini pengumpulan dana dilakukan Yusuf hanya atas dasar kepercayaan.

"Tapi hati-hati jika kemudian ada yang meniru, ternyata (si pengumpul dana) pada lari. Ini kekhawatiran OJK berpihak pada masyarakat jangan sampai masyarakat terkena itu. Pemerintah melalui OJK merasa masyarakat harus dilindungi, kalau nanti investasi dibawa lari orang, masyarakat sendiri yang rugi," ujarnya.

Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance Senin, 22/07/2013 17:57 WIB

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menanggapi soal pemberian imbal hasil sebesar 8% atas Patungan Usaha (PU) yang digagas Ustadz Yusuf Mansur. Apa tanggapan OJK?

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan, tidak ada satu pun produk investasi yang bisa memberikan imbal hasil (return) tertentu secara pasti.

"Tidak boleh ada janji fix soal return termasuk di investasi apa pun termasuk di reksa dana," kata Nurhaida saat konferensi persnya, di Kantor OJK, Jakarta, Senin (22/7/2013).

Dia memberi contoh misalkan suatu perusahaan terbuka melakukan penawaran umum dan kemudian mencatatkan sahamnya di bursa, maka seorang investor bisa mendapatkan keuntungan dari perusahaan yang sudah listing tersebut berupa dividen dan capital gain.

Contoh lain dalam investasi reksa dana, imbal hasil yang diberikan bukan suatu kepastian angka persennya, semua tergantung dari fluktuasi bisnis yang ada. "Misalnya perusahaan terbuka, jadi ada pemegang saham, nanti ada pembagian dividen bukan imbal hasil secara pasti 8% misalnya. Return bagi pemegang saham bisa dividen atau jika sahamnya listing di bursa, imbal hasilnya berupa capital gain selain dividen," jelasnya.

"Ini dapat diberikan izin jika sudah ada pernyataan pendaftaran dan dengan adanya pernyataan OJK kemudian bisa melakukan penawaran umum misalnya. Sekarang belum ada izin. Ini tentang kewajiban sesuai ketentuan berlaku di pasar modal. Kita tentunya minta secepatnya ya, kalau tidak bisa memenuhi ini tentu tidak bisa dilanjutkan," ujarnya.

Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance Senin, 22/07/2013 19:43 WIB

Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tengah menyoroti Patungan Usaha (PU) yang dikelola Ustadz Yusuf Mansur. Pasalnya, bisnis tersebut terindikasi ilegal karena tidak memiliki izin resmi.

Lalu, apa saja aturan yang dilanggar bisnis Ustadz Yusuf Mansur ini? Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida mengatakan, dari segi awal pembentukan, bisnis ini sudah menyalahi aturan karena tidak memiliki izin resmi dari OJK selaku pengawas lembaga investasi.

"Setiap kegiatan terkait pengumpulan dana masyarakat harus mengikuti ketentuan yang berlaku. Jadi yang belum ada memenuhi unsur legalitas harus segera dipenuhi. Kegiatan ini (PU Yusuf Mansur) belum dilakukan menurut ketentuan umum," kata Nurhaida di Kantornya, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Senin (22/7/2013).

Dia menjelaskan, selain tidak memiliki izin resmi penggalangan dana oleh Yusuf Mansur juga dilakukan tanpa melalui skema penawaran umum.

"Ini pengumpulan dana masyarakat sudah jelas diatur dalam UU Pasar Modal. Pengumpulan dana masyarakat harus melalui penawaran seperti yang tercantum dalam pasal 70 ayat 1 UU Pasar Modal. Penawaran umum melalui media massa atau ditawarkan kepada 100 pihak atau lebih atau dibeli 50 pihak, kriteria ini masuk dalam bisnisnya beliau," jelas Nurhaida.

"Kaitannya bahwa pengumpulan dana masyarakat dan pihak-pihak yang berinvestasi perlu adanya perlindungan, maka itu perlu diatur," ujarnya.

Selain itu, hal yang juga tidak boleh dilakukan adalah memberikan iming-iming berupa besaran imbal hasil angka tertentu secara pasti.

"Jadi tidak ada investasi apa pun yang memberikan imbal hasil pasti. Semua ada fluktuasinya," kata Nurhaida.

Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance Jumat, 26/07/2013 12:02 WIB

Foto: Kantor Yusuf Mansur (Dewi-detikFinance)

Tangerang - Bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur dihentikan sementara sampai proses legalisasi selesai dilakukan. Meski demikian, kantor Patungan Usaha (PU) dan Patungan Aset (PA) itu tetap buka.

Menurut salah satu Customer Service PU Robby Cahyadi, kegiatan operasional PU tetap buka, yang dihentikan adalah penerimaan anggota baru

"Operasional tetap kita buka, yang berhenti itu penerimaan anggota baru saja," kata Robby kepada detikFinance di kantornya, Ciledug, Tangerang, Jumat (26/7/2013).

Kantor tersebut berada di sebuah ruko berlantai tiga dengan nuansa putih dan oranye. Yusuf menjalankan kantor ini dengan dibantu 10 orang karyawan, yang terdiri dari 4 customer service, 3 karyawan administrasi, 1 bagian keuangan, dan 1 karyawan Informasi dan Teknologi.

"Ada satu lagi, Pak Unang yang khusus menangani PU. Pak Unang ini backgorund-nya perbankan," katanya.

Meski tetap beroperasi, kantor PU dan PA tersebut terlihat sepi. Tidak banyak aktivitas terjadi di dalamnya. Para customer service bekerja di balik meja di dekat ruang tunggu. Sebuah lemari didirikan di salah satu sudut dinding, isinya aneka produk milik Yusuf Mansur.

Seperti diketaui, Yusuf Mansur sudah mengentikan sementara bisnis investasinya yang mengumpulkan dana nasabah itu sambil berkonsultasi dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ia berharap bisnisnya itu tak lagi melanggar aturan dan bisa legal dengan bantuan OJK.

Dewi Rachmat Kusuma - detikfinance Senin, 29/07/2013 13:21 WIB

Jakarta - Pihak Ustadz Yusuf Mansur belum bisa menyebutkan secara detail berapa besaran dana yang telah dikumpulkan dari hasil bisnis investasi Patungan Usaha (PU). Jumlah investor pun belum bisa dirinci secara pasti.

Meski beli bisa diidentifikasi secara pasti, Tim kuasa Ustadz Yusuf Mansur yang juga Wakil Ketua Dewan Pakar Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Aries Mufti menyebutkan ada nama yang sering muncul di daftar nasabah investasi PU. Nama tersebut adalah Hamba Allah.

"Belum mendata lengkap ya, pastinya berapa belum bisa diketahui karena kebanyakan mereka atas nama Hamba Allah," ujarnya saat ditemui di kantor OJK, Jalan Wahidin Raya, Jakarta, Senin (29/7/2013).

Dia juga belum bisa menyebutkan soal imbal hasil yang ditawarkan pihak Ustadz Yusuf Mansur sebesar 8% kepada pihak investor dalam bisnis propertinya berupa hotel dan apartemen.

"Kalau yang imbal hasil 8% nanti setelah due diligence, kita akan amanah. Kita akan kembalikan ke Ustadz Yusuf Mansur," kata dia.

Dia menjelaskan, untuk saat ini pihaknya masih akan terus melengkapi berkas-berkas yang diminta sembari menunjuk Notaris, Penasehat Hukum, dan Konsultan Sertifikasi, dan Akuntan Publik untuk membantu menyelesaikan masalah ini.

Nama Narasumber : Angga Aliya ZRF

Jabatan : Redaktur Detik finance

Tanggal wawancara : 10 September 2014 Lokasi Wawancara : Kantor Media Detik.com

Skripsi :Konstruksi Pemberitaan Bisnis Investasi Ustadz

Yusuf Mansur (Analisis Framing pada Detik.com)

1. Bagaimana kebijakan umum Detik.com dalam penentuan suatu berita?

Kalau kita lebih kepada kepentingan orang banyak jadi kita tidak memihak kesiapa-siapa, kalau di kasus Yusuf Mansur kita lebih mihak ke orang-orang yang ngikutin bisnis investasinya, kita bukan ke Yusufnya bukan ke pemerintah tapi lebih kepada orang-orang ini, jadi kita lihatnya mereka ini kalau ngikut itu dapat berapa ruginya apa, resikonya apa, terus mereka harus gimana jadi berawal dari situ nanti dari sana berkembang, kalau misal ternyata lebih bahayanya kita nanti arahin yaudah berarti kita menghimbau, ini jangan loh, ini terlalu berbahaya. Tapi kalau ternyata bagus, ya kita dorong bahwa bisnisnya bagus. Tapi kalau di Yusuf Mansur sendiri itu dia awalnya illegal, kita kasih tau bahwa ini berbahaya, dia ngumpulin dana masyarakat tanpa izin, begitu masyarakat duitnya hilang ga bisa proteskan, nah mungkin kalau mereka muslim kalau sudah hilang yasudah mungkin diikhlaskan, tapi gini ya, investasi itu ga bisa main ikhlaskan. Itu lain hal antara duniawi dan agama itu ga bisa d samakan, ya duit sendiri agama sendiri, begitu.

2. Apa yang menjadi pertimbangan redaksi dalam penentuan headline berita?

Kembali ke kepentingan orang banyak tadi, jadi yang kira-kira orang penasaran dari satu beita itu apa kita angkat jadi judul, pasti itu.

nanti duitnya akan berlipat ganda itu itu akan jadi berita dan akan lebih menarik dan tidak umum maka itu akan kita jadikan headline.

4. Bagaimana cara Detik.com dalam mengemas suatu berita agar mudah dipahami atau melekat di benak para pembaca?

Kita untuk pesannya pastikan di judul tuh, pesan yang kita sampaikan di judul dan di paragraph pertama di perkuat sama kutipan langsung di paragraph kedua itu yang kita akan dahulukan apa yang menarik kita kemas disitu dan kita pakai bahasa sehari-hari, kita ganti bahasa yang

rumuit jadi lebih santai, misalnya kata ”memiliki” bisa kita ganti kata punya.

5. Apa tanggapan pembaca mengenai kasus bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur?

Terpecah dua ada yang mendukung dan satu lagi yang realistis, yang mendukung rata-rata yang merasa “ini agama saya dan saya harus

memperdalam agama saya dengan berinvestasi di Yusuf Mansur” saya

(angga auliya) juga muslim tapi saya mikir dua kali kalau harus setorkan duit di seseorang yang tidak berpengalaman sebenarnya. Ya dan itu jadi terpecah, jadi ada beberapa yasudah karena seorang ulama dan bisa di percaya mereka berani menyimpan, tapi ada sebagian yang belum tentu. Dan mereka tidak mau, ini harus realistis dan ada hitungannya juga jangan bawa-bawa nama tuhan. Lagi juga nama ustadz kan dalam riwayat bisnis investasi juga kurang baguslah sempat ada masalah, harusnya jadi bahan pertimbangan.

6. Apakah tanggapan pembaca sudah sesuai dengan pembingkaian berita yang sudah dibentuk Detik.com mengenai berita ini?

Kalau kita sih intinya ngasih tau, buka mata saja kita beberkan semuanya kita tidak menyudutkan Yusuf Mansur tapi kita membuka saja bahwa, kalau illegal tuh begini, sebaiknya hubungi ojk saja untuk dilegalkan. Pokoknya kita membuka kepada masyarakat tujuannya, jangan Cuma dengar dari Yusuf Mansur saja, tapi kita buka dari OJK juga, dari pelaku

pembacanya, kalau pembacanya anggap sebagai sedekah berarti belum berhasil, kalau pembaca anggap berbahaya yaa kita berarti berhasil.

7. Bagaimana/ apa saja yang menjadi pertimbangan Detik.com dalam menentukan narasumber untuk memperkuat dan membenarkan berita yang ditulis?

Narasumber harus yang menguasai bidangnya, minimal yang ada hubungannya. Kalau dari kasus ini kita tanya ke broker-broker yang sudah berpengalaman dalam bidang investasi.

8. Menurut Detik.com hal apa saja yang biasanya menyebabkan para wartawan menulis berita secara subjektif ataupun objektif?

Sebenarnya itu tidak boleh, wartawan harus menulis berita secara objektif. Memang kadang ada wartawan yang misalnya sebel sama orang itu pasti gaya penulisannya kelihatan agak miring, dia menulis dengan subjektif.

9. Apakah wartawan Detik.com yang menulis berita yang berkaitan tentang bisnis Ustadz Yusuf sudah memiliki pemahaman yang cukup mengenai masalah tersebut?

Sebelum menulis kita harus paham dulu, sama kaya kasusnya Yususf Mansur waktu itu kita menulis dulu fakta yang ada, baru setelah itu kita kirim wartawan untuk konfirmasi.

10.Bagaimana Detik.com melihat peristiwa/ berita kontrovesi bisnis ustadz Yusuf Mansur?

Kalau buat kita itu berkah, karena jadi lebih banyak yang baca. Di berita itu kan “bad news it good news” kita kasih pemahaman yang cukup untuk para pembaca.

11.Apa aspek yang ditonjolkan dalam pengemasan berita bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur ini?

Kalau itu mengalir, dari awal kita angkat tokohnya dulu siapa itu Yusuf Mansur, lalu jenis investasinya, keuntungannya gimana, nanti dari sana, resikonya apa. Tapi tetap kita ikuti prinsip 5W1H.

sembarang orang bisa urus uang segitu banyak itu power is money kan jadi godaannya banyak, tujuannya itu. Dan kita juga mau Yusuf Mansur legal karena waktu itu kan cuma lewat twiter.

13.Nilai moral dan pesan apa yang ingin disampaikan Detik.com dalam pemberitaan bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur?

Hati-hati dalam berinvestasi dan jangan sembarangan percayakan harta anda kepada orang lain karena walaupun itu berizin kita juga tetap harus berhati-hati

14.Waktu itu juga detik memberitakan tetang Investasi Langit Biru, terkait hal ini Menurut detik apa sama dengan investasi yang dilakuakan oleh Yusuf Mansur?

Ada kasus yang mirip, dan berujung petaka, jadi kita inginnya hati-hati. Karena menurut riwayat di Indonesia sudah banyak orang-orang yang melakukan hal seperti ini ujung-ujungnya jelek makanya kita lihat. Bukan berarti investasi di Yusuf Mansur jelek, tapi kita lihat riwayat saja dan ustadz juga lagi.

Interviewer Interviewee

Nama Narasumber : Dimas Aditya, Chairul Umam dan Yanuar Rizky

Jabatan : Mahasiswa, Pegawai Negeri, dan Pengamat Ekonomi

Tanggal wawancara : 4 dan 6 November 2014

Lokasi Wawancara : Kampus Universitas Pancasila, Kantor Walikota Be kasi, Kantor Narasumber ( Kemang Jakarta Selatan) Skripsi : Analisis Framing berita Bisnis Investasi Ustadz Yusuf

Mansur pada Detik.com

1. Bagaimana anda melihat berita pada Detik.com terkait pemberitaan bisnis investasi Ustadz Yusuf Mansur?

- Dimas Aditya: Detik.com menampilkan duduk perkara yang lebih terperinci dari awal kejadian. Berita yang ditampilkan juga saya rasa lebih memojokan Ustadz Yusuf Mansur banyak sekali kata-kata yang halus tapi kalau dicermati lagi sebenarnya menyudutkan dia.

- Chairul Umam: Mengenai bisnis investasi ustadz Yusuf Mansur, bisnis investasi yang beliau jalankan cukup menarik. Karena disitu ada profit yang dijanjikan Yusuf Mansur sebesar 8%. Berbeda dengan bisnis investasi yang lain, yang tidak menetapkan kenuntungan, hanya saja bisnis beliau disebut masih illegal, belum mempunyai badan hukum yang tetap. - Yanuar Rizky: Sebenarnya praktik bisnis oleh Yusuf Mansur ini sangat berisiko bagi masyarakat. Memang apa yang dilakukan Yusuf Mansyur, insya Allah niatnya baikkan dengan catatan, yang bersangkutan mengumpulkan dana untuk keagamaan, dia tidak usah meminta izin, tidak perlu memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan oleh UU. Nah

dengan begitu, masyarakat memperoleh perlindungan dalam berinvestasi. Sekarang ini kalau kita bicara bisnis, tidak bisa mengandalkan integritas (pribadi) saja tetapi yang menangani juga harus tahu seluk beluknya.

2. Bagaimana anda melihat pemberitaan Detik.com pada masalah ini, lebih berpihak kearah mana?

- Dimas Aditya: Disini saya melihat Detik.com sebagai media yang lebih mengedepankan informasi untuk masyarakat, dan dari judul-judul yang diberikant misalnya ada disini, kaya aturan-aturan yang dilanggar ustadz, nah itukan masyarakat jadi tahu.

- Chairul Umam: Detik.com lebih berpihak ke masyarakat, dengan pemberitaan yang sedikit menyudutkan Yusuf Mansur tentang bisnis investasinya yang belum mempunyai badan hukum ini.

- Yanuar Rizky: Saya melihatnya, berita dari Detik.com ini lebih kepada edukasi ke masyarakat ya, karena perkembangan beritanya itu, dari awal maslahnya apa? Sampai akhirnya gimana, ya sudah cukuplah untuk informasi ke masyarakat.

3. Bagaimana pandangan anda mengenai penyebab masalah dari berita bisnis investasi yang ditampilkan Detik.com?

- Dimas Aditya: Dari yang saya baca disini penyebabnya memang dari Ustadz Yusuf Mansur sendiri, kenapa belum paham bisnis investasi sudah mendirikan bisnis itu. Dan karena ustadz ngetop jadi ya gampang untuk masuk berita.

membeli ulang asset-aset Indonesia yang dikuasai oleh kapitalis. Tetapi ia luput dari syarat-syarat ketentuan untuk membentuk bisnis investasi yang di tetapkan undang-undang

Dokumen terkait