• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek Jera a Fungsi moral Yang diwujudkan dalam bentuk pemuasan perasaan orang banyak untuk menjamin rasa ketenteraman dan

SANKSI PIDANA PEMBAJAKAN PESAWAT UDARA

D. Efek Jera a Fungsi moral Yang diwujudkan dalam bentuk pemuasan perasaan orang banyak untuk menjamin rasa ketenteraman dan

kedamaian dalam masyarakat, dan dengan demikian maka bisa memuaskan rasa pembalasan terhadap pelaku.

b. Fungsi sosial. Yang diwujudkan dalam usaha menghalang- halangi kembalinya pelaku kepada kejahatan, dengan jalan mengancam, memperbaiki dirinya serta menjauhkannya, di samping mencegah orang lain untuk memasuki lingkaran kejahatan.73

Pada dasarnya setiap kejahatan tindak dibenarkan oleh seluruh lapisan masyarakat. Terorisme udara (pembajakan) dianggap musuh oleh semua negara. Amerika membentuk aliansi bersenjata untuk memburu Osama bin Laden dan organisasi Al Qaeda. Aliansi yang dibentuk tersebut akhirnya menyerbu Afghanistan dan menyebabkan jatuhnya pemerintahan Taliban. Dari uraian di atas, nyata bahwa pengaruh aksi pembajakan melampaui batas wilayah domestik suatu negara karena memang terorisme udara tidak mengenal batas wilayah baik itu aksi maupun dampak yang ditimbulkan.74

73

Ahmad Hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, h.194

74

Artikel ini di akses pada tanggal 2 maret

Memperhatikan fatwa MUI Nomor: 10/MUNAS VII/MUI/14/2005 Tentang Hukuman Mati Dalam Tindak Pidana Tertentu yang berisi:75

Islam mengakui eksistensi hukuman mati dan memberlakukannya dalam jarimah (tindak pidana) hudud, qishas dan ta’zir.

Negara boleh melaksanakan hukuman mati kepada pelaku kejahatan pidana tertentu

Fatwa MUI di atas berdasarkan:

1. Pendapat Wahbah az-Zuhaili dalam Kitab al-Fiqh al-Islami wa adillatuh Juz 6 halaman 201.

2. Perundang-undangan yang mengatur tentang kejahatan yang diancam dengan hukuman mati antara lain :

a. Kejahatan terhadap Negara (pasal 104, 111 ayat 2, 124 ayat 3, dan 140 ayat 3 KUHP). Pembunuhan dengan berencana (pasal 340 KUHP). b. Pencurian dan pemerasan yang dilakukan dalam keadaan yang

memberatkan (pasal 368 ayat 2 dan 369 ayat 4 KUHP).

c. Pembajakan di laut, pantai, pesisir dan sungai yang dilakukan dalam keadaan seperti yang tersebut dalam pasal 444 KUHP.

d. Unadang-Undang darurat Nomor 12 tahun 1952 Tentang Senjata Api, Amunisi atau Suatu Bahan Peledak.

75

Artikel ini di akses pada tanggal 2 maret 2008,

e. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1976 tentang kejahatan penerbangan dan kejahatan terhadap sarana/prasarana penerbangan.

f. Undang-Undang Nomor 1 tahun 2002 tentang pemberantasan Tindak Pidana Terorisme.

3. Pendapat Sidang Komisi C Bidang Fatwa pada Munas VII MUI 2005.

Setara dengan fatwa MUI tersebut di atas, penulis dapat menarik kesimpulan bahwa sanksi pidana bagi pelaku al-hirabah dalam hukum pidana islam dan pembajakan dalam hukum pidana positif, hukuman bagi pelaku pembajakan pesawat udara yang tertinggi adalah hukuman mati, dengan alasan akibat yang ditimbulkan dari dampak pembajakan dapat mempengaruhi stabilitas keamanan Nasional dan Internasional. Pengaruh pembajakan dapat dirasakan diberbagai bidang, diantaranya:76

1. Pengaruh pada Idiologi. Kaum fanatis/ radikal agama Islam di- tuduh bertanggung jawab terhadap serangan gedung kembar WTC. Osama bin Laden beserta organisasi AI-Qaeda dituduh sebagai kelompok yang anti kapitalisme barat, berhasil meyakinkan dunia intemasional tentang keberadaan organisasinya dengan tujuannya menghancurkan Amerika sebagai simbol kapitalisme negeri barat.

2. Pengaruh pada Agama. Jelas sekali dampak yang ditimbulkan oleh tragedi WTC "Islam" sebagai agama disudutkan sebagai biang keladi semua kegiatan terorisme yang berdampak pula kepada negara-negara

7676

Artikel ini di akses pada tanggal 2 maret

Islam, termasuk negara Indonesia disinyalir sebagai tempat bersembunyi dan pelatihan Al Qaeda.

3. Pengaruh pada Politik. Tanggapan pemerintah Amerika terhadap Tragedi WTC, sudah sangat jelas bahwa jaringan teroris Osama bin Laden bersama organisasi Al Qaeda adalah musuh utama mereka, dan lewat seruan politiknya mereka minta dukungan dari negara lain yang mengental menjadi bentuk berdiri bersama Amerika atau menjadi lawan. Pasca tragedi WTC, tidak hanya berdampak negatif terhadap negara kita, tetapi ada pula dampak positifnya, bahwa dalam menangani masalah terorisme tidak bisa dilakukan secara sendirian, tapi butuh kerjasama dengan negara- negara lain. Pemerintah Amerika mulai membuka kran-kran bantuan luar negerinya terhadap Indonesia, karena Amerika butuh kerjasama dengan Indonesia dalam rangka memerangi terorisme.

4. Pengaruh pada segi Ekonomi. Kegiatan terorisme dalam bentuk pembajakan pesawat memang sudah sering terjadi, tetapi tragedi WTC benar-benar melahirkan semacam "trauma berpergian" dengan pesawat terbang bagi sebagian kalangan masyarakat, tidak hanya di Amerika, tetapi juga dibelahan dunia yang lain yang berakibat puluhan maskapai penerbangan mengalami kerugian bahkan sampai terjadi penutupan perusahaan penerbangan tersebut.

5. Pengaruh pada bidang Hankam. Terorisme dianggap musuh oleh semua negara. Amerika membentuk aliansi bersenjata untuk memburu Osama bin Laden dan organisasi Al Qaeda. Aliansi yang dibentuk tersebut akhirnya

menyerbu Afghanistan dan menyebabkan jatuhnya pemerintahan Taliban. Dari uraian di atas, nyata bahwa pengaruh aksi terorisme melampaui batas wilayah domestik suatu negara karena memang terorisme tidak mengenal batas wilayah baik itu aksi maupun dampak yang ditimbulkan.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Yang menjadi unsur-unsur tindak pidana menurut hukum pidana islam, Dari pembicaraan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa tiap-tiap jarimah harus mempunnyai unsur-unsur umum yang harus dipenuhi, yaitu77:

a) Secara yuridis normatif, di satu aspek harus didasari oleh suatu dalil yang menentukan larangan terhadap perilaku tertentu dan diancam dengan hukuman.78 Nash yang melarang perbuatan dan mengancamkan hukuman tersebut dapat disebut juga dengan “unsur formal” ( ﻰ ﺮ آر , rukun syari’).

b) Secara yuridis normatif mempunyai unsur materil, yaitu sikap yang dapat dinilai sebagai suatu pelanggaran terhadap sesuatu yang diperintahkan oleh Allah atau adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa perbuatan-perbuatan nyata atau pun sikap tidak berbuat, dan unsur ini biasa disebut “unsur materil”(ىدﺎ آر, rukun maddi).

c) Pembuat adalah orang mukallaf, yaitu kesanggupan seseorang untuk menerima sesuatu yang secara nyata mempunyai nilai yang dapat dipertanggungjawabkan, dan unsur ini bias disebut “unsur moral” ( دأ آر , rukun adabi).

77

Ahmad hanafi, Asas-asas Hukum Pidana Islam, h. 6

78

Sedangkan unsur-unsur hukum pidana positif adalah: Di dalam hukum pidana potitif perbuatan yang dapat dipidana dikenal adanya dua unsur yang melekat, yaitu Criminal Act (unsur yang melekat pada perbuatannya) dan Criminal Responsibility atau Criminal Liability (unsur yang melekat pada orang yang melakukan tindak pidana) yang dalam istilah hukum disebut sebagai pertanggungjawaban dalam hukum pidana.

Menurut Lamintang bahwa setiap tindak pidana yang terdapat dalam kitab undang-undang hukum pidana itu pada umumnya dapat dijabarkan dan dibagi menjadi dua macam unsur, yakni unsur-unsur subjektif dan unsur-unsur objektif.79

Unsur-unsur subjektif, adalah unsur-unsur yang melekat pada diri si pelaku atau yang berhubungan dengan diri si pelaku, termasuk kedalamnya yaitu segala sesuatu yang terkandung dalam hatinya.

Sedangkan unsur-unsur objektif, itu ialah unsur-unsur yang berhubungan dengan keadaan-keadaan, yaitu di mana keadaan tindakan- tindakan dari si pelaku itu harus dilakukan.

2. Di dalam hukum pidana islam tidak dikenal kata pembajakan pesawat, yang ada adalah perampokan terjemahan dari kata al-hirabah, Secara etimologi al- hirabah diambil dari kata al-harb (بﺮ - بﺮ - ﺎ ﺮ ) dengan memberi baris atas (fathah) pada huruf “ر” yang bermakna perang/ancaman terhadap keselamatan. Dengan menambahkan huruf )( diantara huruf “ا ح” dan “ر” menjadi (برﺎ ـبرﺎ ـﺎ اﺮ ـﺔ اﺮ ـﺔ رﺎ ). Namun, bila huruf “ر” diberi huruf

79

baris bawah (kasroh), maka bermakna mengambil harta.80 Secara terminologi, jumhur ulama berpendapat bahwa al-hirabah berarti sekelompok orang yang melakukan tindak pengerusakan (perusuh) dan pengganggu keamanan. Al-hirabah atau dengan nama lain qath’u al-thariq (pembajak/perampok/penyamun) sesungguhnya adalah tindakan melakukan berbagai tindakan pembunuhan yang disertai perampokan harta benda secara sewenang-wenang dan mengakibatkan kerusakan serta kerusuhan dalam suatu negeri muslim, tanpa didasari suatu ta’wil (penjelasan) apapun.81 Pengertian ini difahami dalam konteks adanya tindakan sekelompok orang, atau perorangan, sebagai penyamun yang sengaja mencegat orang-orang yang melalui sebuah jalan secara menakutkan untuk mengambil barang bawaannya.82 Pendefinisian ini sangat sesuai dengan dan setelah kita menelusuri akar katanya, yaitu bermakna perang (membunuh) dan juga dapat berarti merampok atau membajak.

Pembajakan pesawat disebut juga pembajakan udara dan perompakan pesawat, adalah pengambilan alih sebuah pesawat terbang, oleh satu orang atau berkelompok, umumnya bersenjata. Dalam beberapa kasus, pilot dipaksa terbang berdasarkan aturan si pembajak.83 Tidak seperti pembajakan

80

Ibnu Manzur, Lisan al-Arab. (Beirut: Dar al-fikr, tt), jilid ke-1, h. 302-304

81

M. Luthfi, skripsi Al-Hirabah Ditinjau Menurut Tafsir Al-Mannar, Jurusan tafsir hadis. (Jakarta: UIN Jakarta, 2002), h. 37

82

M. Amin Suma dkk, Pidana Islam di Indonesia : peluang, prospek, dan tantangan (Jakarta: pustaka firdaus, 2001), cet. 1, h. 130

83

Artikel ini di akses pada tanggal 12 desember 2007. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembajakan_pesawat

kendaraan darat atau kapal laut, pembajakan udara biasanya tidak diorder untuk merampok barang kargo. Agaknya, beberapa pembajakan pesawat menggunakan penumpang sebagai sandera untuk mengirim pembajak ke tujuan yang diinginkan, menahan mereka untuk tebusan.

3. Mengenai sanksi pidana yang dijatuhkan atas pelaku tidak pidana al-hirabah, maka para fuqaha sependapat bahwa hukumannya tersebut berkaitan dengan hak Allah dan hak Adami (manusia). Disepakati pula bahwa hak Allah tersebut adalah hukuman mati, hukuman salib, potong tangan dan kakinya secara bersilang, dan hukuman pengasingan, sebagaimana telah ditegaskan oleh Allah dalam surat al-Maidah ayat 33:84

⌧ ⌧

Artinya:

“Sesungguhnya pembalasan terhadap orang-orang yang memerangi Allah dan rasul-Nya dan membuat kerusakan di muka bumi, hanyalah mereka dibunuh atau disalib, atau dipotong tangan dan kaki mereka dengan bertimbal balik, atau dibuang dari negeri (tempat kediamannya). yang demikian itu (sebagai) suatu penghinaan untuk mereka didunia, dan di akhirat mereka beroleh siksaan yang besar”

84

Sebagian ulama berpendapat, bahwa maksud penyaliban adalah disalib sampai mati kerena lapar. Ulama yang lainnya mengatakan bahwa maksud penyaliban adalah dihukum mati dan disalib bersama- sama. Sebagian lagi berpendapat, dihukum mati terlebih dahulu baru kemudian setelah itu di salib. Ibn Rusyd, Bidayatul Mujtahid, h. 671

Atau untuk masing-masing perbuatan diterapkan hukuman tertentu yang sesuai dengan bentuk kejahatannya.85

Pada UU No. 15 Tahun 2003 pasal 6: Setiap orang yang dengan sengaja mengunakan kekerasan atau ancaman kekerasan menimbulkan suasana teror atau rasa takut terhadap orang secara meluas atau menimbulkan korban yang bersifat massal, dengan cara merampas kemerdekaan atau hilangnya nyawa dan harta benda orang lain, atau mengakibatkan kerusakan atau kehancuran terhadap obyek- obyek vital yang strategis atau lingkungan hidup atau fasilitas publik atau fasilitas internasional, dipidana dengan pidana mati atau pidana seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun.

B. Saran-saran

1. Untuk Departemen Direktorat Jenderal Perhubungan Udara, diharapkan mampu merevisi ulang undang-undang No.15 Tahun 1992, dengan mengedepankan keselamatan adalah faktor utama dalam penerbangan, dan juga menegaskan lebih jauh tentang sanksi pidana pembajakan pesawat.

2. untuk seluruh pemilik maskapai penerbangan agar lebih (tegas) kepada pegawainya yang kurang disiplin, memeriksa barang bawaan penumpang dan perlu adanya alat yang canggih mendeteksi langsung terjadinya kejahatan diatas pesawat udara.

3. Perlu pembentukan suatu lembaga yang menangani terorisme pembajakan pesawat udara secara nasional yang bersifat tetap (Mahkamah Penerbangan).

85