• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

D. Efek Hepatoprotektif Jangka Waktu 6 jam Ekstrak Etanol Daun M. tanarius

Pada penelitian ini akan dilakukan pembuktian terhadap adanya efek hepatoprotektif dari ekstrak etanol-air daun M. tanarius. Jangka waktu 6 jam diambil dari waktu efektif yang dapat menghasilkan efek hepatoprotektif setelah diinduksi karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB. Pada perlakuan ini digunakan variasi dosis ekstrak etanol-air daun M. tanarius sebesar 3840 ; 1280 ; dan 426 mg/Kg BB dan dosis toksik karbontetraklorida yang digunakan sebesar 2 ml/Kg BB. Pencuplikan darah dilakukan setelah induksi karbontetraklorida selama 24 jam.

41

Berikut merupakan hasil penelitian yang disajikan dalam tabel dan diagram batang :

Tabel 4. Pengaruh perlakuan jangka waktu 6 jam ekstrak etanol daun M. Tanarius dlihat dari aktivitas serum ALT dan AST pada berbagai variasi

dosis terhadap hepatoksisitas karbon tetraklorida

Kelompok Purata nilai ALT ± SE (U/L)

Purata nilai AST ± SE (U/L) Efek hepatoprotektif (%) I 246,4 ± 17,0 596,2 ± 25,3 - II 82,2 ± 2,7 118,6 ± 5,1 - III 68,0 ± 2,4 180,6 ± 6,5 - IV 167,0 ± 7,7 513,2 ± 16,2 32,2 % V 79,0 ± 3,1 130,6 ± 3,7 67,9 % VI 112,4 ± 2,8 467,8 ± 7,0 54,4 % Keterangan :

I : Kelompok kontrol hepatotoksin karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB II : Kelompok kontrol negatif (olive oil) dosis 2 ml/Kg BB

III : Kelompok kontrol perlakuan EEDM 6 jam (dosis 3840 mg/Kg BB)

IV : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 3840 mg/Kg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB

V : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 1280 mg/Kg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB

VI : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 426 mg/Kg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB

EEDM = ekstrak etanol daun M. tanarius ; SE = Standar Error

Gambar 7. Diagram batang aktivitas serum ALT tikus praperlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius pada berbagai variasi dosis

Keterangan : 1 = Kelompok kontrol hepatotoksin ; 2 = Kelompok kontrol negatif ; 3 = Kelompok kontrol perlakuan dosis 3840 mg/Kg BB ; 4 = Kelompok praperlakuan dosis 3840 mg/Kg BB ; 5 = Kelompok praperlakuan dosis 1280 mg/Kg BB ; 6 = Kelompok praperlakuan dosis 426 mg/Kg

42

Gambar 8. Diagram batang aktivitas serum AST tikus praperlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius pada berbagai variasi dosis

Keterangan : 1 = Kelompok kontrol hepatotoksin ; 2 = Kelompok kontrol negatif ; 3 = Kelompok kontrol perlakuan dosis 3840 mg/Kg BB ; 4 = Kelompok praperlakuan dosis 3840 mg/Kg BB ; 5 = Kelompok praperlakuan dosis 1280 mg/Kg BB ; 6 = Kelompok praperlakuan dosis 426 mg/Kg

Tabel 5. Hasil statistik jangka waktu 6 jam ekstrak etanol daun M. Tanarius dlihat dari aktivitas serum ALT pada berbagai variasi dosis terhadap

hepatoksisitas karbontetraklorida Kel I II III IV V VI I - BB BB BB BB BB II BB - BTB BB BTB BTB III BB BTB - BB BTB BB IV BB BB BB - BB BB V BB BTB BTB BB - BTB VI BB BTB BB BB BTB - Keterangan :

I : Kelompok kontrol hepatotoksin karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB II : Kelompok kontrol negatif (olive oil) dosis 2 ml/Kg BB

III : Kelompok kontrol perlakuan EEDM 6 jam (dosis 3840 mg/Kg BB)

IV : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 3840 mg/Kg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB

V : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 1280 mg/Kg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB

VI : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 426 mg/Kg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB

EEDM = ekstrak etanol daun M. tanarius ; BB = berbeda bermakna (p <0,05) ; BTB = tidak berbeda bermakna (p>0,05)

43

Tabel 6. Hasil statistik jangka waktu 6 jam ekstrak etanol daun M. Tanarius dlihat dari aktivitas serum AST pada berbagai variasi dosis terhadap

hepatoksisitas karbontetraklorida Kel I II III IV V VI I - BB BB BTB BB BB II BB - BB BB BTB BB III BB BB - BB BB BB IV BB BB BB - BB BTB V BB BTB BB BB - BB VI BB BB BB BTB BB - Keterangan :

I : Kelompok kontrol hepatotoksin karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB II : Kelompok kontrol negatif (olive oil) dosis 2 ml/Kg BB

III : Kelompok kontrol perlakuan EEDM 6 jam (dosis 3840 mg/Kg BB) IV : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 3840 mg/Kg BB 6 jam +

karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB

V : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 1280 mg/Kg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB

VI : Kelompok praperlakuan EEDM dosis 426 mg/Kg BB 6 jam + karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB

EEDM = ekstrak etanol daun M. tanarius ; BB = berbeda bermakna (p <0,05) ; BTB = tidak berbeda bermakna (p>0,05)

1. Kontrol negatif (Olive Oil dosis 2 ml/Kg BB)

Kontrol negatif dibuat bertujuan untuk mengetahui pelarut memiliki efek hepatoprotektif atau tidak, memastikan peningkatan aktivitas ALT dan AST-serum akibat pemberian hepatotoksin karbontetraklorida dan memastikan bahwa efek hepatoprotektif pada tikus jantan yang terinduksi hepatotoksin karbontetraklorida akibat pemberian ekstrak etanol daun M. tanarius.

44

Berikut merupakan hasil orientasi waktu pencuplikan darah hewan uji yang disajikan dalam tabel:

Tabel 7. Aktivitas serum ALT dan perbandingan antar waktu pencuplikan darah hewan uji pada olive oil dosis 2 ml/Kg BB

Waktu pencuplikan (jam) Purata aktivitas serum ALT ± SE (U/L) Kebermaknaan terhadap 0 jam 24 jam 0 jam 90,2 ± 4,9 - BTB 24 jam 82,2 ± 2,7 BTB -

Keterangan: BB = berbeda bermakna ; BTB = berbeda tidak bermakna (p<0,05) ; SE = Standar error

Tabel 8. Aktivitas serum AST dan perbandingan antar waktu pencuplikan darah hewan uji pada olive oil dosis 2 ml/Kg BB

Waktu pencuplikan (jam) Purata aktivitas serum AST ± SE (U/L) Kebermaknaan terhadap 0 jam 24 jam 0 jam 122,8 ± 5,7 - BTB 24 jam 118,6 ± 5,1 BTB -

Keterangan: BB = berbeda bermakna ; BTB = berbeda tidak bermakna (p<0,05) ; SE = Standar error

Aktivitas ALT-serum kontrol olive oil pada jam ke-0 sebesar 90,2 ± 4,9 U/L, sedangkan aktivitas ALT-serum pada jam ke-24 sebesar 82,2 ± 2,7 U/L. Nilai ALT ini yang akan dijadikan patokan nilai normal serum ALT untuk penelitian ini selanjutnya. Sebagai data pendukung, dilakukan juga pengukuran terhadap aktivitas AST-serum pada jam ke-0 sebesar 122,8 ± 5,7 U/L sedangkan aktivitas AST-serum pada jam ke-24 sebesar 118,6 ± 5,1 U/L, data ini juga digunakan sebagai patokan nilai normal serum AST untuk penelitian ini selanjutnya. Jika dibandingkan dengan aktivitas serum ALT dan

45

AST kontrol negatif pada jam ke-0, kedua data tersebut menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna (p>0,05). Pada kontrol hepatotoksin, kedua data tersebut menunjukkan hasil berbeda bermakna (p<0,05). Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar enzim aspartate tidak spesifik berada di dalam hati, melainkan berada dalam otot rangka, jantung, hati, serta tersebar ke seluruh jaringan sehingga belum dapat digunakan sebagai patokan kerusakan hati. Selain itu, kombinasi dari kedua enzim tersebut lebih sensitif dibandingkan dengan enzim dehidrogenase lainnya seperti laktat dehidrogenase, glutamate dehidrogenase, isositrat dehidrogenase, dan malat dehidrogenase dalam menunjukkan adanya kerusakan sel hati pada tikus jantan yang terinduksi hepatotoksin karbontetraklorida.

2. Kontrol hepatotoksin (karbon tetraklorida 2 ml/Kg BB)

Kontrol hepatotoksin bertujuan untuk mengetahui pengaruh induksi karbontetraklorida 2 ml/Kg BB terhadap sel hati tikus sekaligus sebagai patokan dalam menganalisa efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun M. tanarius. Aktivitas serum ALT kontrol hepatotoksin karbontetraklorida 2 ml/Kg BB (kelompok I) sebesar 246,4 ± 17,0 U/L sedangkan aktivitas serum AST kontrol hepatotoksin karbontetraklorida 2 ml/Kg BB (kelompok I) sebesar 596,2 ± 25,3 U/L.

Bila dibandingkan dengan aktivitas serum ALT kontrol negatif olive oil sebesar 82,2 ± 2,7 U/L maka terlihat adanya kenaikan aktivitas ALT-serum

46

lebih kurang 2,99 kalinya sedangkan presentase perbedaan sebesar 199,8 % dibandingkan dengan kontrol negatif.

Pada serum AST bila dibandingkan dengan aktivitas serum AST kontrol negatif olive oil sebesar 118,6 ± 5,1 U/L maka terlihat adanya kenaikan aktivitas AST-serum lebih kurang 5,03 kalinya sedangkan presentase perbedaan sebesar 402,7 % dibandingkan dengan kontrol negatif.

Hasil analisis statistik baik aktivitas serum ALT maupun aktivitas serum AST kontrol hepatotoksin karbontetraklorida berbeda bermakna (p<0,05) dengan kontrol negatif olive oil. Aktivitas AST-serum menunjukkan kenaikan yang lebih tinggi daripada aktivitas ALT-serum karena pada aktivitas AST-serum tidak hanya melibatkan sel hati sehingga yang menjadi patokan terutama adalah nilai aktivitas serum. Kenaikan aktivitas ALT-serum cukup signifikan, sehingga dapat dikatakan telah terjadi kerusakan pada hati dengan adanya kenaikan tersebut. Kenaikan dari serum ALT dan AST menegaskan bahwa karbontetraklorida dosis 2 ml/Kg BB memberikan efek hepatotoksik pada tikus jantan.

3. Kontrol ekstrak etanol daun M. tanarius 3840 mg/Kg BB

Kontrol ekstrak etanol daun M. tanarius dibuat bertujuan untuk melihat pengaruh pemberian ekstrak terhadap aktivitas ALT dan AST serum tanpa induksi karbon tetraklorida. Pada tabel 4 dapat dilihat bahwa nilai ALT kontrol ekstrak sebesar 68,0 ± 2,4 U/L. Aktivitas ALT cenderung turun dibandingkan kontrol olive oil sehingga setelah diuji dengan analisis varian

47

satu arah dan dilanjutkan dengan uji Scheffe menunjukkan hasil berbeda tidak bermakna. Hal ini menggambarkan bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius tidak memberikan pengaruh hepatotoksik pada sel hati tikus sehingga dapat diartikan kondisi sama seperti normal. Pada tabel 4 nilai AST kontrol ekstrak sebesar 180,6 ± 6,5 U/L kemudian setelah dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney menunjukkan hasil berbeda bermakna terhadap kontrol hepatotoksin. Tetapi nilai AST tidak dapat menjadi patokan bahwa hati mengalami kerusakan sel. Hal ini dapat disebabkan karena sebagian besar enzim aspartate tidak spesifik berada di dalam hati saja, melainkan berada dalam otot rangka, jantung, hati, serta tersebar ke seluruh jaringan sehingga belum dapat digunakan sebagai patokan kerusakan hati. Untuk itu dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius ini tidak menaikkan aktivitas serum ALT maupun AST.

4. Perlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 3840 ; 1280 ; dan 426 mg/Kg BB jangka waktu 6 jam pada tikus jantan terinduksi karbontetraklorida 2 ml/Kg BB

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh dari praperlakuan jangka pendek yang telah dilakukan pada rentang waktu ½, 1, 2, 4, dan 6 jam dosis 1280 mg/Kg BB (Silli, 2012), pada penelitian ini waktu praperlakuan jangka pendek ekstrak etanol daun M. tanarius sebelum pemejanan karbontetraklorida yang ditentukan adalah pada waktu 6 jam. Evaluasi terhadap efek hepatoprotektif ekstrak etanol daun M. tanarius pada tikus jantan terinduksi karbontetraklorida didasarkan pada penurunan nilai aktivitas

48

serum ALT dan AST akibat praperlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius terhadap nilai aktivitas serum ALT dan AST kontrol hepatotoksin karbontetraklorida.

Kelompok IV adalah kelompok perlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 3840 mg/Kg BB. Aktivitas serum ALT pada kelompok ini sebesar 167,0 ± 7,7 U/L. Dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbontetraklorida, terjadi penurunan sebesar 1,45 kalinya atau 32,2 % dan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada uji statistik. Dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 3840 mg/Kg BB memiliki efek penghambatan terhadap peningkatan aktivitas serum ALT yang terinduksi karbontetraklorida sebesar 32,2 %. Aktivitas serum ALT pada kelompok IV ini jika dibandingkan dengan kontrol negatif menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada uji statistik.

Aktivitas serum AST pada kelompok IV sebesar 513,2 ± 16,2 U/L. Dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbontetaklorida menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada uji statistik. Dibandingkan dengan kontrol negative, aktivitas serum AST pada kelompok ini menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada uji statistik. Dapat diartikan bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 3840 mg/Kg BB memiliki efek penghambatan terhadap peningkatan aktivitas serum AST yang terinduksi karbontetraklorida. Hal ini menunjukkan bahwa praperlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 3840 mg/Kg BB pada tikus jantan terinduksi CCl4

49

mempunyai efek hepatoprotektif, namun kondisi hepar belum kembali seperti normal.

Kelompok V adalah kelompok perlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 1280 mg/Kg BB. Aktivitas serum ALT pada kelompok ini sebesar 79,0 ± 3,1 U/L. jika dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida, terjadi penurunan sebesar 3,12 kalinya atau 67,9 % dan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada uji statistik. Dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 1280 mg/Kg BB memiliki efek penghambatan terhadap peningkatan aktivitas serum ALT yang terinduksi karbontetraklorida sebesar 67,9 %. Aktivitas serum ALT pada kelompok V ini jika dibandingkan dengan kontrol olive oil menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05) pada uji statistik.

Aktivitas serum AST pada kelompok V sebesar 130,6 ± 3,7 U/L. Dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbontetaklorida menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada uji statistik. Dibandingkan dengan kontrol negatif, aktivitas serum AST pada kelompok ini menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05) pada uji statistik. Dapat diartikan bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 1280 mg/Kg BB memiliki efek penghambatan terhadap peningkatan aktivitas serum AST yang terinduksi karbontetraklorida. Hal ini menunjukkan bahwa praperlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 1280 mg/Kg BB pada tikus jantan terinduksi CCl4

50

Kelompok VI adalah kelompok perlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 426 mg/Kg BB. Aktivitas serum ALT pada kelompok ini sebesar 112,4 ± 2,8 U/L. jika dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbontetraklorida, terjadi penurunan sebesar 2,19 kalinya atau 54,4 % dan menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada uji statistik. Dapat dikatakan bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 426 mg/Kg BB memiliki efek penghambatan terhadap peningkatan aktivitas serum ALT yang terinduksi karbontetraklorida sebesar 54,38 %. Aktivitas serum ALT pada kelompok VI ini jika dibandingkan dengan kontrol negatif menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05) pada uji statistik.

Aktivitas serum AST pada kelompok VI sebesar 467,8 ± 7,0 U/L. Dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbontetaklorida menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada uji statistik. Dibandingkan dengan kontrol negatif, aktivitas serum AST pada kelompok ini menunjukkan perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada uji statistik. Dapat diartikan bahwa ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 426 mg/Kg BB memiliki efek penghambatan terhadap peningkatan aktivitas serum AST yang terinduksi karbontetraklorida. Hal ini menunjukkan bahwa praperlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 426 mg/Kg BB pada tikus jantan terinduksi hepatotoksin karbon tetraklorida dosis 2 ml/Kg BB mempunyai efek hepatoprotektif.

Analisis statistik aktivitas serum ALT pada kelompok IV terhadap kelompok V dan kelompok VI menunjukkan perbedaan yang bermakna

51

(p<0,05). Pada kelompok V terhadap kelompok VI menunjukkan perbedaan tidak bermakna (p>0,05). Hal ini menunjukkan bahwa praperlakuan ekstrak etanol daun M. tanarius dosis 426 mg/Kg BB selama selang waktu 6 jam merupakan dosis efektif hepatoprotektif pada tikus terinduksi CCl4. Jika dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan oleh Silli (2012), pada jangka waktu 6 jam dosis hepatoprotektif ekstrak etanol daun M. tanarius yang efektif sebesar 1280 mg/Kg BB.

Dokumen terkait