• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

C. Efek Hepatoprotektif Infusa Herba Mimosa pigra L

4. Efek hepatoprotektor berdasarkan perhitungan

penelitian ini terlebih dahulu dilakukan perhitungan menggunakan rumus.

Pada penelitian ini seharusnya CMC-Na 1% dosis 25 mg/KgBB digunakan sebagai kontrol positif pemberian Silimarin 25 mg/KgBB, sedangkan aquadest 2,5 mL (volume pemberian maksimal) sebagai kontrol negatif perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. Namun CMC-Na 1% dan aquadest digantikan dengan olive oile 2 mL/KgBB, karena pada penelitan Surendran, Eswaran, Vijayakumar, dan Rao, (2011) CMC-Na 1% tidak menyebabkan peningkatan aktivitas serum ALT dan AST pada hewan uji. Pada penelitian Sujono dan Widiatmoko (2012) menyatakan bahwa aquadest juga tidak meningkatkan

aktivitas serum ALT dan AST. Dari hasil uji statistik kadar serum ALT dan AST pada tikus yang diberikan olive oil dengan kadar serum ALTdan AST pada tikus jam ke-0 memberikan perbedaan yang tidak bermakna sehingga dapat digunakan dalam perhitungan % hepatoprotektif.

Kontrol positif pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberikan suspensi ekstrak Silimarin 25 mg/KgBB dalam CMC-Na 1% selama 6 hari berturut-turut lalu pada hari ke-7 diberikan hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/KgBB, setelah 24 jam diambil darahnya dan diukur kadar serum ALT yang diperoleh sebesar 103,2 ± 12,0 U/l, serum ASTnya sebesar 203,6 ± 38,2 U/l. Hasil uji statistik jika dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida, aktivitas serum ALT (p=0,047) dan AST (p=0,009) menunjukkan perbedaan yang bermakna, kemudian jika dibandingkan dengan kontrol minyak olive oil menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna pada kadar serum ALT (p=0,09), namun terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada kadar AST (0,465). Dengan hasil yang diperoleh tersebut dapat disimpulkan bahwa Silimarin memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar ALT dengan % hepatoprotektif 38,2 % dan tidak dapat menurunkan kadar AST hingga batas normal. Dalam penelitian ini kontrol positif Silimarin merupakan kontrol potensi di pasaran, sehingga dapat diketahui apakah infusa herba Mimosa pigra L. memiliki kemampuan yang lebih buruk, lebih baik, atapun sama dengan Silimarin yang sudah dikonsumsi oleh masyarakat luas.

Kelompok V merupakan kelompok hewan uji yang diberikan perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB secara per oral selama 6 hari

berturut-turut lalu pada hari ke-7 diberikan hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/KgBB secara intraperitonial, setelah 24 jam dilakukan pengukuran kadar

ALT dan AST. Diperoleh kadar ALT sebesar 112,4 ± 11,05 U/l dengan % hepatoprotektif sebesar 29,14%, jika dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin

karbon tetraklorida berdasarkan uji statistik menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p=0,076), kemudian dengan kontrol minyak olive oil memberikan hasil berbeda bermakna (p=0,009), sehingga berdasarkan uji statistik infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB tidak dapat menurunkan kadar serum ALT, namun ketika dibandingkan dengan kontrol positif Silimarin memberikan hasil berbeda tidak bermakna (p=0,675) atau dengan kata lain infusa herba Mimosa pigra L. memiliki efek hepatoprotektif yang sama dengan suspensi ekstrak Silimarin 25 mg/KgBB. Hasil pengukuran kadar AST sebesar 380 ± 37,76 U/l dengan % hepatoprotektif 29,14 %, kemudian dilakukan uji statistik dan dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida memberikan hasil berbeda tidak bermakna (p=0,117), lalu dengan kontrol minyak olive oil memberikan hasil berbeda bermakna (p=0,029). Berdasarkan uji statistik infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB tidak dapat menurunkan kadar serum AST, namun ketika dibandingkan dengan kontrol positif Silimarin memberikan hasil berbeda tidak bermakna (p=0,076) atau dengan kata lain infusa herba Mimosa pigra L. memiliki efek hepatoprotektif yang sama dengan suspensi ekstrak Silimarin 25 mg/KgBB. Dapat disimpulkan bahwa infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,26 g/KgBB tidak dapat menurunkan kadar ALT dan AST tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

Kelompok VI pada penelitian ini merupakan kelompok tikus yang diberikan perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB secara per oral selama 6 hari berturut-turut lalu pada hari ke-7 diberikan hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/KgBB secara intraperitonial, setelah 24 jam dilakukan pengukuran kadar ALT dan AST. Diproleh kadar ALT sebesar 135,2 ± 11,3 U/l dengan % hepatoprotektif 6,38%, ketika dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida menggunakan uji statistik diperoleh hasil terdapat perbedaan yang tidak bermakna (p=0,465), kemudian jika dibandingkan dengan kontrol minyak olive oil memberikan hasil berbeda bermakna (p=0,009). Artinya infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB tidak dapat menurunkan kadar serum ALT. Selanjutnya, kadar serum ALT infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB dibandingkan dengan kontrol positif Silimarin 25 mg/KgBB memberikan hasil berbeda tidak bermakna (p=0,076), infusa herba Mimosa pirga L. memiliki kemampuan yang sama dengan suspensi ekstrak Silimarin 25 mg/KgBB. Hasil pengukuran kadar AST yang diperoleh yaitu 427 ± 11,44 U/l dengan % hepatoprotektif 16,67%. Hasil uji statistik kadar serum AST perlakuan infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/KgB memberikan hasil berbeda tidak bermakna (p=0,175), dan ketika dibandingkan dengan kontrol minyak olive oil menunjukkan perbedaan yang bermakna (p=0,009) sehingga infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB tidak dapat menurun kadar AST pada tikus jantan galur Wistar. Hasil uji statistik ketika infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB dibandingkan dengan kontrol positif Silimarin 25 mg/KgBB memberikan

hasil berbeda bermakna (p=0,009), hal ini menunjukkan bahwa infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB tidak memiliki efek hepatoprotektif yang sama dengan suspensi ekstrak Silimarin. Dapat disimpulkan bahwa infusa herba Mimosa pigra L. dosis 1,89 g/KgBB memiliki kemampuan menurunkan kadar ALT dan AST pada tikus jantan terinduksi karbon tetraklorida.

Kelompok VII merupakan kelompok hewan uji pada penelitian ini yang diberikan peringkat dosis paling tinggi yaitu 2,835 g/KgBB selama 6 hari selama 6 hari berturut-turut lalu pada hari ke-7 diberikan hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/KgBB secara intraperitonial, setelah 24 jam dilakukan pengukuran kadar

ALT dan AST. Diperoleh kadar ALT sebesar 60,6 ± 2,92 U/l dengan % hepatoprotektif 80,84 %. Uji statistik dilakukan untuk membandingkan dengan

kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/KgBB, hasilnya terdapat perbedaan yang bermakna (p=0,009) dengan kata lain infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB dapat menurunkan kadar ALT. Jika dibandingkan dengan kontrol minyak olive oil menunjukkan hasil yang berbeda bermakna juga (p=0,009), artinya infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB dapat menurunkan kadar ALT namun belum mencapai batas normal. Kemudian dibandingkan juga dengan kontrol positif Silimarin 25 mg/KgBB memberikan hasil berbeda bermakna (p=0,012), maka dapat disimpulkan bahwa infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB memiliki efek hepatoprotektif yang lebih besar dibandingkan dengan suspensi ekstrak Silimarin 25 mg/KgBB, dilihat dari perhitungan % hepatoprotektif infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB memiliki persentase lebih tinggi daripada kontrol positif Silimarin 25 mg/KgBB.

Aktivitas serum AST juga dilakukan pengukuran, hasilnya sebesar 97 ± 6,79 U/l dengan % hepatoprotektif 104,25%. Berdasarkan hasil uji statistik dibandingkan dengan kontrol hepatotoksin karbon tetraklorida 2 mL/KgBB diperoleh hasil berbeda bermakna (p=0,009) sedangkan ketika dibandingkan dengan kontrol minyak olive oil diperoleh hasil berbeda tidak bermakna (p=0,075), maka dapat dikatakan bahwa infusa herba Mimosa pigra L. memiliki kemampuan menurunkan kadar serum AST sampai ke batas normal. Meskipun parameter aktivitas serum AST bukan yang utama namun dilihat dari hasil penelitian ini dicurigai infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB memiliki kemampuan sebagai kardioprotektor dan neuroprotektor karena dapat menurunkan kadar AST sampai batas normal, dimana AST tidak hanya diproduksi di hati saja namun juga diproduksi di otot rangka dan otot jantung. Uji statistik juga dilakukan untuk membandingkan dengan kontrol positif Silimarin 25 mg/KgBB, diperoleh hasil berbeda bermakna (p=0,047). Hal ini menunjukkan bahwa infusa herba Mimosa pigra L. memiliki kemampuan sebagai hepatoprotektif yang lebih baik dalam menurunkan kadar AST jika dibandingkan Silimarin 25 mg/KgBB. Dapat disimpulkan bahwa infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB memiliki kemampuan menurunkan kadar ALT dan AST dengan prosentase yang cukup besar dan lebih baik dari kontrol positif Silimarin 25 mg/KgBB.

Dibandingkan dengan dosis 1,26 g/KgBB dan 1,89 g/KgBB, dosis 2,835 g/KgBB merupakan dosis optimum dalam menurunkan kadar ALT dan AST yang meningkat akibat radikal bebas triklorometil peroxi dari karbon tetraklorida yang menyebabkan peroksidasi lipid. Kandungan kimia Mimosa pigra

L. yang bertindak sebagai hepatoprotektif adalah golongan flavonoid mirisitrin dan kuersetin, untuk mengetahui seberapa besar kandungan flavonoid dalam infusa herba Mimosa pigra L. dosis 2,835 g/KgBB yang dapat menurunkan kada ALT dan AST maka dapat dilakukan uji flavonoid total.

Dokumen terkait