BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Efek Pemberian Klorpromazin
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, Klorpromazin memiliki banyak efek samping yang dapat dilihat berdasarkan penurunan aktifitas mencit (Mus musculus L.). Efek tersebut antara lain berpengaruh pada aktivitas motorik, aktivitas pernafasan dan aktivitas minum mencit. Dari data yang telah dicatat secara otomatis oleh IntelliCage maka diperoleh hasil sebagai berikut:
4.1.1. Efek Pemberian Klorpromazin Terhadap Aktivitas Motorik Berdasarkan Jumlah Kunjungan dan Durasi Kunjungan
Berdasarkan Gambar 4.1.1.a, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah kunjungan kelompok mencit KB adalah 3,375; KS adalah 2 dan PO adalah 1,25. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway menunjukkan bahwa jumlah kunjungan memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
Gambar 4.1.1.(a). Rata-rata jumlah kunjungan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase pengujian (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Rata-rata jumlah kunjungan (Lampiran 2.1) mencit setelah pemberian obat Klorpromazin mengalami pengurangan dibandingkan dengan kelompok mencit KB dan KS. Klorpromazin merupakan obat yang dapat menginduksi
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 KB KS PO Kelompok Juml ah Kunjunga n ( ka li )
penghambatan pergerakan motorik, sehingga mencit tidak ingin mengunjungi sudut.
Berdasarkan Gambar 4.1.1.b, dapat dilihat bahwa durasi kunjungan pada kelompok mencit KB adalah 8,235 detik; KS adalah 5,030 detik dan PO adalah 3,103 detik. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway menyatakan bahwa durasi kunjungan juga memiliki perbedaan yang tidak signifikan antara kelompok mencit perlakuan dan kelompok mencit kontrol.
Gambar 4.1.1.(b). Rata-rata durasi kunjungan kelompok mencit ke sudut
pembelajaran selama fase pengujian (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Rata-rata durasi kunjungan (Lampiran 2.1) mencit menunjukkan bahwa pemberian obat dapat mengakibatkan kunjungan yang dilakukan mencit lebih singkat dibandingkan kelompok mencit KB dan KS. Pemberian obat ini membuat mencit cenderung lebih kaku dan tidak ingin melakukan aktivitas sosial seperti menggaruk dan berlari. Jumlah kunjungan dan durasi kunjungan membuat pola yang sama pada kelompok perlakuan, semakin tinggi jumlah kunjungan yang dilakukan maka durasi kunjungan akan lebih lama. Mencit yang mengunjungi sudut lebih rendah maka durasi kunjungan yang dihabiskan ke sudut juga akan lebih singkat, ini mengindikasikan terjadi kecemasan pada hewan uji.
Pada alat konvensional dengan menggunakan Open Field Test berdasarkan variabel freezing, dimana perilaku mencit cenderung dalam kondisi diam dan tidak melakukan gerakan apapun. Semakin tinggi frekuensi hewan uji untuk
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 KB KS PO Kelompok Dur as i Kunjunga n (de ti k)
cenderung diam dalam suatu tempat mengindikasikan semakin meningkatnya rasa kecemasan (Brown, 1999).
Menurut Yoganingrum (1996), Klorpromazin merupakan obat yang tidak menyebabkan ketergantungan fisik dan psikis, namun Klorpromazin menimbulkan efek menidurkan yang disertai rasa acuh tak acuh terhadap rangsangan dan lingkungan. Ini dikarenakan menurunnya sekresi dopamin pada ujung-ujung saraf dopaminergik atau menurunkan efek dopamin pada neuron yang selanjutnya (Guyton, 1997). Fungsi hormon dopamin itu sendiri sebagai pergerakan, koordinasi dan emosional (Mary, 1996). Gerakan mempunyai unsur kekuatan, refleks, tonus, keseimbangan dan koordinasi. Gerakan dilaksanakan oleh otot-otot yang melekat pada tulang (Suyanto, 2011).
4.1.2. Efek Pemberian Klorpromazin Terhadap Aktivitas Pernafasan Berdasarkan Jumlah Hendusan dan Durasi Hendusan
Berdasarkan Gambar 4.1.2.a, dapat diketahui bahwa rata-rata jumlah hendusan kelompok mencit KB adalah 3,5; KS adalah 1,5 dan PO adalah 0,75. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway-Bonferroni menyatakan bahwa jumlah hendusan memiliki perbedaan yang signifikan.
Gambar 4.1.2.(a). Rata-rata jumlah hendusan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase pengujian (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa jumlah hendusan kelompok mencit perlakuan obat berbeda secara signifikan dengan kelompok mencit KB dan KS. Sensor nosepoke mendeteksi jumlah hendusan yang dilakukan mencit maka
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 KB KS PO Kelompok Juml ahHe ndus an ( ka li ) a a ab
dari hal tersebut diduga Klorpromazin dapat menurunkan kemampuan bernafas mencit sehingga jumlah hendusan menjadi lebih rendah. Klorpromazin dapat memengaruhi organ-organ yang berhubungan dengan sistem pertukaran gas.
Berdasarkan Gambar 4.1.2.b, dapat dilihat bahwa durasi hendusan pada kelompok mencit KB adalah 3,213 detik; KS adalah 0,914 detik dan PO adalah 0,6 detik. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway-Bonferroni menyatakan bahwa durasi hendusan memiliki perbedaan yang signifikan.
Gambar 4.1.2.(b). Rata-rata durasi hendusan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase pengujian (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Berdasarkan uji statistik menunjukkan bahwa kelompok mencit yang diberikan obat Klorpromazin melakukan hendusan pada sudut yang paling singkat. Kemampuan bernafas dari mencit yang diberikan obat Klorpromazin menjadi cepat seiring dengan penurunan jumlah hendusan. Hal ini yang diduga mencit sedang mengalami kecemasan.
Suatu penyakit kecemasan merupakan respon fisiologis yang normal terhadap situasi atau induksi stres lainnya. Kecemasan merupakan bagian dari respon tubuh dan semua organisme mengalaminya dari waktu ke waktu. Jika suatu kondisi memengaruhi pernafasan, hal itu dipastikan bahwa suatu subyek merasakan kecemasan secara berlebihan (Anonim, 2013).
Klorpromazin mengantagonisasi transmisi di sinapsis-sinapsis dopamin dengan cara yang berbeda. Klorpromazin adalah reseptor blocker di sinapsis dopamin, artinya bahwa Klorpromazin mengikatkan diri pada reseptor-reseptor
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 KB KS PO Kelompok Dur as i He ndus an (de ti k ) a a ab
dopamin tanpa mengaktifkannya (Pinel, 2009). Reseptor dopamin yang berada di perifer seperti di daerah kardiovaskuler, sekresi hormon, gastrointestinal, dan paru-paru mengalami penghambatan aktivitas (Ikawati, 2006). Hal ini yang telah menyebabkan terjadi penghambatan sekresi dopamin pada bagian perifer tubuh yang memengaruhi aktivitas pernafasan menjadi menurun.
4.1.3. Efek Pemberian Klorpromazin Berdasarkan Aktivitas Minum Berdasarkan Jumlah Jilatan dan Durasi Jilatan
Berdasarkan Gambar 4.1.3.a, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah jilatan kelompok mencit KB adalah 4,875; KS adalah 2,375 dan PO adalah 0,875. Uji yang dilakukan dengan metode Oneway ANOVA-Bonferroni menyatakan bahwa jumlah jilatan memiliki perbedaan yang signifikan.
Gambar 4.1.3.(a). Rata-rata jumlah jilatan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase pengujian (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Berdasarkan uji statistik, mencit yang diberikan obat menjadi lebih rendah keinginannya untuk minum karena kelompok mencit PO memiliki jumlah jilatan yang paling rendah dibandingkan kelompok KB dan KS. Hal ini sejalan dengan gangguan motorik yang menyebabkan mencit tidak ingin mengunjungi sudut, akibatnya sensor jilatan atau lickometer yang berfungsi untuk mendeteksi jilatan juga mengalami penurunan. Klorpromazin mampu menurunkan keinginan untuk konsumsi air sehingga mencit mengalami kecemasan.
0 1 2 3 4 5 6 KB KS PO Kelompok Juml ah Jil atan ( ka li ) a a b
Berdasarkan Gambar 4.1.3.b, dapat dilihat bahwa rata-rata durasi jilatan pada kelompok mencit KB adalah 3,36 detik; KS adalah 1,13 detik dan PO adalah 0,25 detik. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway menyatakan bahwa durasi jilatan memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
Gambar 4.1.3.(b). Rata-rata durasi jilatan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase pengujian (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat
Rata-rata durasi jilatan (Lampiran 2.1) kelompok mencit PO memiliki durasi yang paling singkat untuk menjilat dibandingkan dengan kelompok mencit KB dan KS. Ini dikarenakan jumlah jilatan yang dilakukan juga rendah sehingga dapat membuktikan bahwa efek obat Klorpromazin mampu menurunkan keinginan mencit untuk melakukan aktivitas menjilat. Hal ini menyebabkan mencit mengalami kecemasan akibat pemberian obat.
Cemas adalah suatu kondisi dimana suatu organisme berinteraksi dengan sesuatu yang kurang menguntungkan baik berasal secara internal dan eksternal. Hal ini akan mengganggu sistem keseimbangan tubuh dengan mengaktifkan sistem saraf dan sistem endokrin. Hipotalamus-Pituitari-Adrenal adalah bagian penting penting dalam respon stres biologis. Hipotalamus merupakan daerah pengatur sistem limbik. Sistem limbik selain mengatur emosi dan tingkah laku, sistem ini juga mengatur suhu tubuh, osmolalitas cairan tubuh, dorongan konsumsi makan dan minum serta mengatur berat badan (Guyton, 1997).
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 KB KS PO Kelompok Dur as i Jil atan ( de ti k)
Klorpromazin merupakan obat yang mempunyai afinitas tinggi untuk menghambat hormon reseptor dopamin 2 (Tjay & Rahardja, 2002). Reseptor D-2 dapat ditemukan di daerah hipokampus dan hipotalamus (Katzung, 2002). Terjadinya gangguan saraf di bagian hipotalamus inilah yang diduga menyebabkan penurunan aktivitas minum mencit.
4.2. Pengaruh Musik Klasik Mozart
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, musik klasik Mozart mampu memengaruhi aktifitas mencit (Mus musculus L.) antara lain terhadap aktivitas motorik dan aktivitas pernafasan. Dari data yang telah dicatat secara otomatis oleh
IntelliCage maka diperoleh hasil sebagai berikut:
4.2.1. Pengaruh Musik Klasik Mozart Terhadap Aktivitas Motorik Berdasarkan Jumlah Kunjungan dan Durasi Kunjungan
Berdasarkan Gambar 4.2.1.a, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah kunjungan kelompok KB mencit adalah 2,215; KS adalah 0,875 dan PO adalah 4,5. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway menunjukkan bahwa jumlah kunjungan memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
Gambar 4.2.1.(a). Rata-rata jumlah kunjungan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase pengujian (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Rata-rata jumlah kunjungan (Lampiran 2.2) mencit menunjukkan bahwa aktivitas kelompok mencit PO lebih tinggi dari kelompok mencit KB dan KS. Musik klasik Mozart dapat memberikan pengaruh secara tidak signifikan untuk
0 1 2 3 4 5 6 KB KS PO Kelompok Juml ah Kunjunga n (ka li )
aktivitas motorik mencit yang diberikan obat Klorpromazin sehingga kecemasan mencit berkurang dan lebih berani mengunjungi sudut.
Berdasarkan Gambar 4.2.1.b., dapat dilihat bahwa rata-rata durasi kunjungan pada kelompok mencit KB adalah 8,580 detik; KS adalah 1,145 detik dan PO adalah 12,33 detik. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway menunjukkan bahwa durasi kunjungan memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
Gambar 4.2.1.(b). Rata-rata durasi kunjungan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase pengujian (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Berdasarkan rata-rata durasi kunjungan (Lampiran 2.2) mencit menunjukkan bahwa kelompok mencit PO melakukan kunjungan ke sudut lebih lama dari kelompok mencit KS dan KB. Hal ini karena musik klasik Mozart mampu memengaruhi lamanya mencit ingin berkunjung, mencit menjadi lebih berani dan tetap tenang ketika terkena semburan angin (air puff).
Mencit yang melakukan kunjungan lebih tinggi maka durasi yang dibutuhkan untuk menghabiskan waktu ke sudut lebih lama menunjukkan bahwa kecemasan pada hewan uji sudah berkurang. Efek dari mendengarkan musik secara luas sudah diketahui kemampuannya dalam mengurangi tingkat stres dan mengatur tingkat perasaan suatu subyek. Umumnya musik yang bertempo lambat, titik nada yang rendah dan tidak memiliki lirik digunakan untuk mengurangi stres dan kecemasan serta menggiatkan kerja sistem saraf. Musik dapat berperan sebagai penenang dan memberikan pengaruh positif bagi (Chanda & Levitin, 2013). Hal
0 1 2 3 4 5 6 7 KB KS PO Kelompok Dur as i Kunjunga n (de ti k)
ini yang menyebabkan pengamatan yang dilakukan pada mencit di tahap sebelumnya lebih acuh sedangkan pada tahapan ini menjadi lebih aktif untuk berinteraksi sosial dengan mencit lainnya.
Pada kelompok mencit yang diberikan saline melakukan jumlah kunjungan lebih rendah dan durasi kunjungan lebih singkat untuk mengunjungi sudut. Pada tahap sebelumnya mencit pada kelompok tersebut lebih aktif untuk mencari minum namun sangat berbeda dengan tahapan ini, mencit tidak aktif dan cenderung ingin berada di luar sudut. Kontrol negatif dengan pemberian agen kecemasan yang sedikit berbeda dapat memberikan efek yang lebih menyimpang dari yang diharapkan. Faktor eksternal yang berganda meliputi keadaan kandang, penanganan hewan coba, visual dan auditori. Perbedaan agen cemas yang berbeda memberikan respon yang berbeda juga (Sanchez, 1996).
Tubuh merespon setiap perubahan kondisi internal dengan berbagai refleks yang dirancang untuk memulihkannya seperti keadaan sebelumnya. Keseimbangan dilakukan dengan mengaktifkan siklus umpan balik negatif. Hal ini memungkinkan untuk tetap berada di dalam keadaan dinamik, dimana tubuh akan secara terus menerus akan berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan untuk mempertahankan kestabilan emosi (Corwin, 2009).
Penelitian tingkah laku hewan uji yang menggunakan Open Field Test pada pengukuran parameter line crossing dan rearing untuk mengukur aktivitas lokomotor, eksplorasi ruang dan kecemasan menyatakan bahwa semakin tinggi frekuensi parameter menandakan semakin meningkatnya aktivitas lokomotor dan eksplorasi serta menurunnya rasa kecemasan (Brown, 1999).
4.2.2. Pengaruh Musik Klasik Mozart Terhadap Aktivitas Pernafasan Berdasarkan Jumlah Hendusan dan Durasi Hendusan
Berdasarkan Gambar 4.2.2.a, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah hendusan kelompok mencit KB adalah 3,5; KS adalah 1 dan PO adalah 3,5. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway menyatakan bahwa jumlah hendusan memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
Rata-rata jumlah hendusan (Lampiran 2.2) mencit menunjukkan bahwa kelompok mencit yang diberikan obat memiliki hasil yang sama dengan kelompok mencit KB. Hal ini dikarenakan pengaruh musik klasik juga mampu memengaruhi
sistem pernafasan pada tubuh. Pernafasan menjadi stabil dan tidak terganggu, meskipun ketika mencit menghendus akan diberikan semburan angin (air puff). Hal ini membuktikan bahwa potensi musik klasik Mozart dapat menstabilkan sistem pernafasan.
Gambar 4.2.2.(a). Rata-rata jumlah hendusan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase perlakuan (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Berdasarkan Gambar 4.2.2.b, durasi hendusan pada kelompok mencit KB adalah 3,02 detik; KS adalah 0,15 detik dan PO adalah 5,35 detik. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway menyatakan bahwa durasi hendusan memiliki perbedaan yang tidak signifikan. Rata-rata durasi hendusan (Lampiran 2.2) yang dilakukan kelompok mencit PO lebih lama dari kelompok mencit KS dan KB. Ini menunjukkan bahwa mencit pada kelompok pemberian obat mengalami ketenangan sehingga aktivitasnya meningkat dari kelompok lain.
Musik memberikan sensasi ketenangan memberikan pengaruh pada aliran darah pada otak sehingga memengaruhi denyut jantung, pernafasan, keseimbangan cairan tubuh dan lain lain. Musik dapat mencegah induksi stres dengan cara mengatur kecepatan denyut jantung dan tekanan darah. Hal ini telah diuji pada suatu penelitian, bagian-bagian dari lagu yang dapat memberikan efek secara signifikan akan berasosiasi dengan pelepasan hormon dopamin pada bagian nukleus akumben. Periode waktu musik klasik dengan segera mengawali perasaan tenang ketika bergabung dengan hormon dopamin yang dilepaskan oleh kaudatus
0 0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.5 4 4.5 KB KS PO Kelompok Juml ah He ndus an (ka li )
(Chanda & Levitin, 2013). Ini yang mendasari bahwa musik klasik Mozart dapat memengaruhi sistem pernafasan untuk menjaga keseimbangan tubuh lewat hidung dengan cara mengatur dan menstabilkan fungsi organ pernafasan lewat kecepatan menghendus.
Gambar 4.2.2.(b). Rata-rata durasi hendusan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase perlakuan (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Kelompok KS melakukan jumlah hendusan paling rendah dan durasi hendusan lebih singkat jika dibandingkan KB dan PO. Hal ini diduga karena pemberian saline pada tahap sebelumnya dapat memengaruhi aktivitas bernafas. Frekuensi nafas yang pendek merupakan penyebab kecemasan dan memicu serangan panik, yang dapat lebih memperburuk keadaan suatu organisme. Ketidakmampuan bernafas secara normal dapat mengkahwatirkan kesehatan (Anonim, 2013).
4.2.3. Pengaruh Musik Klasik Mozart Terhadap Aktivitas Minum Berdasarkan Jumlah Jilatan dan Durasi Jilatan
Berdasarkan Gambar 4.2.3.a, dapat dilihat bahwa rata-rata jumlah jilatan kelompok mencit KB adalah 24,25; KS adalah 0,57 dan PO adalah 3,87. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway-Bonferroni menyatakan bahwa jumlah jilatan memiliki perbedaan yang signifikan antara kelompok mencit PO dan KB terhadap KS.
Berdasarkan uji statistik, jumlah jilatan yang dilakukan kelompok mencit PO lebih rendah jika dibandingkan kelompok mencit KB. Hal ini diduga pengaruh
0 1 2 3 4 5 6 7 KB KS PO Kelompok Dur as iHe ndus an (de ti k)
musik klasik tidak memberikan efek yang begitu besar terhadap aktivitas minum mencit.
Gambar 4.2.3.(a). Rata-rata jumlah jilatan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase perlakuan (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
Penelitian yang dilakukan oleh Xu et al., (2009), menyatakan bahwa stimulasi audio musik dapat meningkatkan jumlah jilatan dan durasi jilatan pada mencit setelah pemajanan selama 4 hari. Studi yang dilakukan dengan mencari tahu hubungan antara aliran darah pada daerah otak (rCBF) dan mendengarkan musik (Jeffries, 2003). Efek ini bergabung dengan aliran darah pada struktur yang terdiri dari sistem mesokortikolimbik, ventral striatum, nukleus akumben dan otak tengah seperti talamus, cerebelum, insula Anterior Cingulate Cortex (ACC),
Orbitofrontal Cortex (OFC) (Brown, 2004). Pada penelitian ini musik klasik
diperdengarkan hanya selama 2 hari secara bertahap, sehingga pengaruhnya tidak begitu terlihat. Musik klasik harus diperdengarkan selama 4 hari agar mendapatkan hasil yang lebih berarti.
Berdasarkan Gambar 4.2.3.b, dapat dilihat bahwa rata-rata durasi jilatan pada kelompok mencit KB adalah 1,663 detik; KS adalah 0,361 detik dan PO adalah 0,55 detik. Uji yang dilakukan dengan metode ANOVA Oneway menyatakan bahwa durasi jilatan memiliki perbedaan yang tidak signifikan.
Rata-rata durasi jilatan (Lampiran 2.2) yang dilakukan oleh kelompok mencit PO lebih singkat dari kelompok mencit KB. Hal ini karena musik klasik tidak memicu bagian otak yang mengatur keinginan untuk minum. Stimulasi
0 5 10 15 20 25 30 KB KS PO Juml ah Jil atan (ka li ) a b a
musik klasik dengan jangka waktu yang lebih lama akan memberikan pengaruh yang lebih signifikan.
Gambar 4.2.3.(b). Rata-rata durasi jilatan kelompok mencit ke sudut pembelajaran selama fase perlakuan (pengamatan selama 6 jam). Keterangan KB: Kontrol Blank ; KS: Kontrol Saline ; PO: Perlakuan Obat.
KS melakukan aktivitas minum yang paling rendah, dimana jumlah jilatan yang dilakukan lebih rendah dan durasi jilatan yang lebih singkat dibandingkan kelompok KB dan PO. Suatu cairan dikatakan sebagai cairan isotonis apabila osmolalitasnya sama dengan plasma sel sebagai cairan fisiologis NaCl yang dapat mencegah dehidrasi (Kurniawan, 2010). Cairan dan elektrolit sangat diperlukan di dalam tubuh, pemberian NaCl fisiologis yang bersifat isotonis dapat memenuhi kebutuhan cairan tubuh dan mengganti jumlah cairan yang hilang karena kompoosisi yang terdiri dari Klorida 1,17:1 dan konsentrasi Natrium lebih rendah (130 mEq/L) serta mengandung Ca, K+ dan laktat (Juffrie, 2004). Hal ini diduga karena pemberian saline pada tahap sebelumnya tetap menjaga keseimbangan tubuh mencit sehingga tidak merasa haus. Aktivitas motorik mencit juga memengaruhi keinginan untuk minum pada kelompok saline sehingga menjadi jauh lebih rendah dari kelompok perlakuan lainnya
4.3. Perbandingan Variabel Aktivitas Mencit (Mus musculus L.) Pada Kelompok Perlakuan Obat (PO) di Masing-Masing Tahapan.
Perbandingan ini dilakukan untuk melihat perubahan setiap variabel (aktivitas motorik, aktivitas pernafasan dan aktivitas minum) oleh mencit (Mus
0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 KB KS PO Kelompok Dur as i Jil atan (de ti k)
musculus L.) pada tahap pembelajaran, pengujian (Testing) dan perlakuan
(Treatment).
4.3.1. Aktivitas Motorik Berdasarkan Jumlah Kunjungan dan Durasi Kunjungan
Perbandingan aktivitas motorik mencit (Mus musculus L.) pada kelompok mencit Perlakuan Obat (PO) berdasarkan jumlah dan durasi kunjungan pada masa pengamatan periode ke-1 dan periode ke-2 di masing-masing tahapan.
Berdasarkan Gambar 4.3.1.a, dapat dilihat bahwa pergerakan mencit saat tahap awal pembelajaran (Learning) sangat aktif bergerak dan masih menjelajah setiap sudut. Pada periode ke-1 mencit melakukan kunjungan sebanyak 21 kali, pada periode ke-2 sebanyak 13 kali.
Gambar 4.3.1.a. Perbandingan Aktivitas Motorik Mencit (Mus musculus L.) PO Berdasarkan Jumlah Kunjungan.
Pemberian obat Klorpromazin di tahap pengujian (Testing) mengakibatkan aktivitas motorik menjadi menurun. Hal ini dipicu karena pemberian obat dapat menginduksi kecemasan. Pada pengamatan periode ke-1 melakukan kunjungan sebanyak 3 kali, pada periode ke-2 sebanyak 7 kali. Perlakuan (Treatment) dengan musik klasik pada periode ke-1, mencit melakukan kunjungan sebanyak 28 kali, pada periode ke-2 sebanyak 8 kali, mengakibatkan aktivitas motorik yang dilihat dari jumlah kunjungan mengalami peningkatan.
Berdasarkan Gambar 4.3.1.b menunjukkan bahwa pada durasi kunjungan yang dilakukan oleh mencit pada tahap pembelajaran (Learning) lebih lama yaitu
0 2 4 6 8 10 12 14 16 18
Learning 1 Learning 2 Testing 1 Testing 2 Treatment 1 Treatment 2
Juml ah Kunjunga n ( ka li ) Tahap (Periode)
pada periode ke-1 adalah 100,839 detik dan pada periode ke-2 adalah 59,046 detik. Pada tahap pemberian obat Klorpromazin (Testing) mencit menghabiskan waktu lebih singkat yaitu selama 7,81 detik selama masa periode 1, periode ke-2 selama 17,0ke-2 detik. Pada tahap musik klasik Mozart mencit melakukan kunjungan di periode ke-1 selama 81,32 detik dan periode ke-2 selama 17,37 detik, dimana terjadi peningkatan durasi sehingga mencit berkunjung lebih lama. Hal ini membuktikan bahwa musik klasik Mozart dapat meningkatkan kerja sistem saraf dengan memengaruhi sistem pengendali gerak di otak.
Gambar 4.3.1.b. Perbandingan Aktivitas Motorik Mencit (Mus musculus L.) PO Berdasarkan Durasi Kunjungan.
Menurut Pellow et al., (1985) pada penelitian yang dilakukan dengan menggunakan Elevated Plus Maze menyatakan bahwa mencit yang tidak mengalami kecemasan akan menghabiskan waktu untuk menjelajahi area terbuka lebih lama, sedangkan mencit yang mengalami kecemasan akan menghabiskan waktu yang lebih lama pada daerah tertutup. Pada penelitian yang dilakukan oleh Cruz pada tahun 2010, menyatakan bahwa musik klasik mampu mengurangi tingkat kecemasan berdasarkan peningkatan gerakan lokomotor dan waktu yang dihabiskan untuk bergerak menjadi lebih lama. Musik juga mampu melepaskan hormon dopamin yang telah diketahui erat hubungannya dengan fungsi motorik,
mood, depresi dan kecemasan. Dopamin terlibat dalam memengaruhi perilaku dan