• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2. Efek Pemberian Petidin Terhadap Fungsi Kognitif (Ingatan)

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui pengaruh petidin terhadap ingatan mencit (Mus musculus) (tabel 4.1). Pada fase conditioning dengan pemberian stimulasi paparan LED sebagai rangsangan untuk memberi pola ingatan mencit berdasarkan warna dan posisi pada setiap corner. Mencit memiliki kecenderungan bergerak pada corner 3 dan corner 4 tetapi Pada fase Treatment dengan pemberian stimulasi paparan LED sebagai rangsangan dan diberikan perlakuan petidin, mencit tidak mengikuti pola bergerak pada fase sebelumnya yaitu pada corner 3 dan corner 4. Mencit cenderung bergerak secara acak pada setiap corner Variabel yang digunakan adalah kecendrungan berkunjung, kecenderungan menghendus dan kecenderungan menjilat pada setiap corner (Lampiran 2).

4.2.3. Hasil Perhitungan Otomatis Pada IntelliCage Efek Pemberian Petidin Terhadap Fungsi Kognitif (Ingatan) Berdasarkan Kunjungan Mencit Pada Corner

Berdasarkan data otomatis pada intelliCage persentasi kecenderungan berkunjung mencit ke masing-masing sudut IntelliCage yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.1. Persentase Kunjungan Mencit pada masing-masing Corner/Sudut IntelliCage dengan Pemaparan LED Sebelum dan Sesudah Pemberian Petidin

Corner/

Sudut

IntelliCage

Conditioning 1 Treatment 1 Conditioning 2 Treatment 2

Pemaparan LED Pemaparan LED + petidin

Pemaparan LED Pemaparan LED + Petidin

1 0% 0% 0% 3%

2 0% 0% 10% 36%

3 40% 17% 52% 25%

4 60% 83% 38% 36%

Pada Tabel 4.1. diatas dapat dilihat bahwa pada conditioning 1 yang hanya diberi paparan LED menunjukkan persentase kunjungan yang dominan ke corner/sudut 3 dan 4, pada masa treatment 1 yang dipapari dengan LED dan pemberian petidin masih menunjukkan kecenderungan sudut yang sama yaitu pada corner 3 dan 4. Begitu juga hal nya dengan masa conditioning 2 yang hanya diberi paparan LED, masih kembali menunjukkan kecenderungan sudut corner 3 dan 4. Tetapi masa treatment 2 menunjukkan persentasi yang berbeda atau hampir merata di setiap sudut/corner dan tidak lagi menunjukkan kecenderungan sudut ke 3 dan ke 4 dengan persentasi corner 1 sebanyak 3 %, corner 2 sebanyak 36%, corner 3, sebanyak 25% dan corner 4 sebanyak 36%. Hal ini dikarenakan oleh, pemberian LED sebelumnya telah membentuk rangsangan pada mencit untuk bergerak kearah corner 3 dan 4. Pemberian petidin pada masa treatment 1 masih dapat ditolerir sehingga tidak terjadi perbedaan, mencit tetap bergerak ke corner 3 dan 4. Tetapi setelah petidin di berikan kembali pada masa treatment 2 terjadi perubahan fungsi kognitif sehingga mencit tidak lagi bergerak hanya ke sudut 3 dan 4 melainkan keseluruh sudut/corner (Lampiran 2).

4.2.4. Hasil Perhitungan Otomatis Pada IntelliCage Efek Pemberian Petidin Terhadap Fungsi Kognitif (Ingatan) Berdasarkan Hendusan Mencit Pada Corner

Berdasarkan data otomatis pada intelliCage persentasi kecenderungan mengehendus mencit ke masing-masing sudut IntelliCage yang dapat dilihat dalam tabel 4.2:

Tabel 4.2. Persentase Hendusan Mencit pada masing-masing Corner/Sudut IntelliCage dengan Pemaparan LED Sebelum dan Sesudah Pemberian Petidin

Corner/

Sudut

IntelliCage

Conditioning 1 Treatment 1 Conditioning 2 Treatment 2

Pemaparan LED Pemaparan LED + petidin

Pemaparan LED Pemaparan LED +Petidin

1 0% 0% 0% 12%

2 0% 0% 3% 31%

3 14% 22% 42% 28%

4 86% 78% 55% 29%

Pada Tabel 4.2. diatas dapat dilihat bahwa pada conditioning 1 yang hanya diberi paparan LED menunjukkan persentasi mencit menghendus yang dominan ke sudut/corner 3 dan 4, pada masa treatment 1 yang dipapari dengan LED dan pemberian petidin masih menunjukkan kecenderungan sudut yang sama yaitu pada sudut/corner 3 dan 4. Begitu juga hal nya dengan masa conditioning 2 yang hanya diberi paparan LED, masih kembali menunjukkan kecenderungan mencit menghendus sudut/corner 3 dan 4. Tetapi masa treatment 2 menunjukkan persentase yang berbeda atau hampir merata di setiap sudut/corner dan tidak lagi menunjukkan kecenderungan menghendus ke sudut/corner ke 3 dan ke 4 dengan persentasi corner 1 sebanyak 12 %, corner 2 sebanyak 31%, corner 3 sebanyak 28% dan corner 4 sebanyak 30%. Hal ini dikarenakan oleh, pemberian LED sebelumnya telah membentuk rangsangan pada mencit untuk bergerak kearah corner 3 dan 4. pemberian petidin pada masa treatment 1 masih dapat ditolerir sehingga tidak terjadi perbedaan, mencit tetap bergerak untuk menghendus corner 3 dan 4. Tetapi setelah petidin diberikan kembali pada masa treatment 2 terjadi perubahan fungsi kognitif mencit menghendus/mendeteksi lingkungan sekitar sehingga mencit tidak lagi bergerak untuk menghendus hanya ke sudut 3 dan 4 melainkan keseluruh sudut/corner.

4.2.5. Hasil Perhitungan Otomatis Jilatan Mencit pada Alat IntelliCage Pengaruh Petidin Terhadap Fungsi Kogintif (Ingatan) Berdasarkan Jilatan Mencit pada Corner

Berdasarkan data otomatis pada intelliCage persentasi kecenderungan mengehndus mencit ke masing-masing sudut IntelliCage yang dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 4.3. Persentase Jilatan Mencit pada masing-masing Corner/Sudut IntelliCage dengan Pemaparan LED Sebelum dan Sesudah Pemberian Petidin

Corner/

Sudut

IntelliCage

Conditioning 1 Treatment 1 Conditioning 2 Treatment 2

Pemaparan LED Pemaparan LED + petidin

Pemaparan LED Pemaparan LED+Petidin

1 0% 0% 0% 0%

2 0% 0% 6% 73%

3 0% 11% 78% 3%

4 100% 89% 16% 24%

Pada Tabel 4.3. diatas dapat dilihat bahwa pada conditioning 1 yang hanya diberi paparan LED menunjukkan persentasi mencit menjilat atau minum ke sudut/corner 4 dengan persentase sebanyak 100%, yang artinya semua mencit melakukan jilatan ke corner 4. pada masa treatment 1 yang dipapari dengan LED dan pemberian petidin masih menunjukkan kecenderungan ke corner 4 sebanyak 89%. Pada masa conditioning 2 yang hanya diberi paparan LED, masih kembali kecenderungan sudut/corner menjadi tinggi pada corner 3. Pada masa treatment 2 menunjukkan persentase yang berbeda, yaitu mencit melakukan jilatan yang cenderung ke sudut/corner 2 sebanyak 73% diikuti dengan corner 4 sebanyak 24% dan corner 3 sebanyak 3%. Tidak ada angka yang jelas untuk membandingkan kecenderungan sudut. tetapi jelas terlihat bahwa terjadi perubahan fumgsi kognitif yang dapat dilihat melalui kecenderungan mencit menjilat dan mencari minum pada fase conditioning 1 dan treatment 2.

Berkowitz (1972), respon akan timbul apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang memberikan kesimpulan nilai terhadap stimulus yang baik atau buruk yang kemudian timbul sebagai potensi reaksi terhadap objek (Azwar & Saifuddin, 1988). Penelitian Mintzer et al., (2005), membandingkan fungsi kognitif pengguna opioid yang sedang dalam terapi pemeliharaan dosis menggunakan methadone menyatakan pengguna opiod yang dalam pemeliharaan

dosis methadone mengalami gangguan kognitif lebih berat dibandingkan dengan kontrol.

Menurut Vainino et al., (1995), Walter et al., (2001), petidin dan morfin merupakan golongan obat opioid. Opioid telah dikenal sebagai obat yang bekerja pada sistem saraf. Farmakodinamik obat ini dapat menimbulkan efek berlanjut sedasi, perubahan mood, pusing, mengaburkan mental, dan hilangnya keterampilan motorik. Efek samping jangka panjang dapat dilihat dalam proses belajar yang memerlukan persepsi, perhatian, memori serta pengambilan keputusan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa golongan obat opioid merusak fungsi kognitif individu.

Menurut Dahlstrom et al., (1975), Blomm et al., (1976), Eidelberg & Erspamer (1975), baik opioid endogen dan eksogen menyebabkan perubahan gerak pada tikus. Hal ini ditunjukkan oleh pemberian morfin dengan pemberian dosis bertingkat menyebabkan dopaminergik pada korpus striatum. Keseluruhan proses dari endogenus opioid b-endorphin mencakup sprektrum yang luas yang seperti pemberian dengan dosis morfin yang rendah pada tikus dapat meningkatkan aktivitas spontan sedangkan dosis tinggi menyebabkan kekauan. Hal ini, menunjukkan bahwa peptida endogen memainkan peran penting dalam regulasi perilaku.

Beberapa gangguan kognitif pada pengguna berbagai macam jenis opioid yaitu penggunaan Methylenedioxymeth amphetamine (MDMA) yang dapat menyebabkan gangguan memori, kemampuan belajar, kecepatan psikomotor, transmisi dan respon untuk menahan diri (Kalechstein et al., 2007). Woicik et al., (2008), menyatakan penggunaan kokain dapat menyebabkan gangguan atensi, verbal, memori, dan fungsi eksekutif. Gangguan dalam working memory, recall, kecepatan proses informasi, dan kesulitan belajar terjadi pada pengguna amphetamine. Efek akut penggunaan cannabis dalam kurun waktu 12-24 jam meliputi gangguan atensi dan short term memory, sedangkan efek jangka panjang setelah 24 jam–28 hari meliputi short term memory dan atensi. Heroin berdampak negatif pada atensi, kontrol diri dan berpikir abstrak.

BAB 5

Dokumen terkait