• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. DAMPAK DAN TANGGAPAN MASYARAKAT ATAS

4.2. Dampak Ekonomi Atas Keberadaan P.T Inalum

4.2.1. Efek Pengganda Dari PT Inalum

Sebelumnya, perlu kiranya diberikan definisi apa yang dimaksud dengan Efek Pengganda. Efek Pengganda (multiplier effect) adalah bertambahnya kegiatan berusaha penduduk sebagai pengaruh berdirinya Pabrik Peleburan Aluminium PT Inalum. Efek pengganda yang diharapkan sebenarnya ada dua macam yaitu yang pertama: timbulnya industri hilir dan yang kedua bertambahnya kegiatan berusaha penduduk di sekitar pabrik (smelter) terutama di bidang perdagangan.

Efek pengganda yang timbul dengan berdirinya PT Inalum khususnya terhadap timbulnya industri hilir, sampai sekarang pengaruhnya belum ada. Sebenarnya PT Inalum sendiri mengharapkan ada 6 macam pabrik (industri hilir) yang dapat didirikan dengan menggunakan bahan baku aluminium. Keenam jenis pabrik tersebut adalah sebagai berikut:

a. Pabrik yang menghasilkan Billet, sebagai bahan baku untuk pabrik extrusi. b. Pabrik aluminium rod, yang menghasilkan bahan baku untuk pabrik kabel. c. Pabrik rolling mill, yang akan mengolah batangan-batangan aluminium

menjadi lembaran-lembaran.

d. Pabrik pembuat foil (aluminium foil), untuk keperluan kertas pembungkus dan bahan isolasi.

e. Pabrik extrusi yang mengolah Billet, menjadi bahan-bahan bangunan seperti kosen dan lain-lain.

f. Pabrik pengecoran aluminium, {Departemen Perindustrian, 1990)

Maksud didirikannya keenam macam pabrik (industri hilir) tersebut adalah untuk memperkuat sektor industri primer (industri Aluminium PT Inalum). Jadi dengan adanya, industri hilir tersebut diharapkan akan memperkuat pasaran aluminium baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Maksudnya adalah dengan banyaknya berdiri industri hilir di daerah sekitar PT Inalum, maka pasaran aluminium dari PT Inalum tidak bergantung kepada pasaran luar negeri saja. Berdirinya industri hilir diharapkan juga dapat meningkatkan pendapatan dan penyerapan tenaga kerja khususnya di kabupaten Asahan dan Propinsi Sumatera

pada umumnya. Tujuannya agar pendapatan daerah Sumatra Utara akan meningkat dengan banyaknya berdiri industri hilir, disamping pendapatan daerah yang diperoleh dari PT Inalum.

Efek pengganda dari penambahan kegiatan ini diharapkan akan melimpah ke bidang-bidang lain seperti perumahan (sewa- menyewa atau pembangunan rumah baru), pertokoan, restoran, hotel, pengangkutan, pesawat dan catering (makanan pesanan). Jika keenam pabrik di atas bisa didirikan oleh pengusaha- pengusaha setempat atau dari kota lain, tentu akan berkembang pesat daerah sekitar PT Inalum. PT Inalum yang mempunyai potensi untuk mengembangkan ke-6 pabrik tersebut tidak diperbolehkan untuk mendirikannya oleh Pemerintah Indonesia. Hal ini sesuai dengan perjanjian antara PT Inalum dengan Pemerintah Indonesia (Departemen Perindustrian RI), bahwasannya PT Inalum tidak diperbolehkan menjual secara langsung kepada konsumen atau ke pasaran bebas berupa aluminium yang telah diolah. Jadi pihak PT Inalum hanya berhak memproduksi batangan-batangan aluminium sebagai bahan baku saja.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi berdirinya industri hilir dalam kaitannya dengan berdirinya PT Inalum yaitu modal dan pemasaran. Modal merupakan faktor yang paling penting dalam mendirikan sebuah pabrik. Apabila diperhatikan dari 6 macam pabrik yang diharapkan berdiri oleh PT Inalum semuanya memerlukan modal yang besar. Modal yang besar diperlukan untuk membeli mesin-mesin dan juga untuk pembelian/pembebasan tanah sebagai tempat lokasi pabrik yang akan didirikan. Masalah modal ini merupakan penghambat utama bagi pengusaha lokal untuk mendirikan pabrik tersebut.

Walaupun mungkin ditinjau dari segi lainnya tidak ada masalah seperti misalnya, tersedianya tenaga kerja yang muram.

Seperti yang telah diterangkan di atas, bahwasannya modal merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk mendirikan sebuah pabrik. Namun, disamping modal, faktor yang tak kalah pentingnya dalam mendirikan suatu pabrik adalah faktor pemasaran. Pemasaran yang dimaksudkan di sini adalah pasar sebagai tempat pelemparan hasil produksi kepada konsumen. Jauh dekatnya pasar sangat menentukan dalam mendirikan suatu pabrik. Menurut keterangan yang diperoleh dari pihak PT Inalum, enggannya para pengusaha mendirikan pabrik di sekitar lokasi PT Inalum, hal ini terutama disebabkan karena jauhnya jarak pasar dengan lokasi pabrik. Hal ini tidak menguntungkan bagi pengusaha apabila ditinjau dari segi lokasi. Seperti yang dikatakan oleh salah seorang Staf PT Inalum, bahwasannya pasar bagi hasil industri ringan masih tetap berada di Pulau Jawa. Artinya konsumen barang- barang yang dihasilkan oleh industri hilir tersebut mengelompok di Pulau Jawa, karena sebagian besar penduduk Indonesia berdiam di pulau tersebut.

Penjelasan lain yaitu industri-industri proyek bahan baku aluminium akan cenderung mendekati daerah konsumen yang telah memiliki fasilitas industri. Sebagi jalan keluar banyak pengusaha yang sudah mempunyai pabrik di pulau Jawa lebih suka mendatangkan bahan baku daripada mendirikan pabrik yang baru di sekitar industri PT Inalum di Kuala Tanjung, kabupaten Batu Bara. Hal ini tentunya lebih murah karena mengangkut bahan baku lebih mudah, sehingga biaya transportasi (transportation cost) dapat dihemat. Berbeda dengan

mengangkut barang sudah jadi, biaya transportasinya lebih tinggi, karena selain memakan ruangannya lebih banyak, ditambah lagi dengan menjaga keselamatan barang-barang tersebut. Sehingga hal ini menyebabkan biaya transportasinya lebih mahal dari pada mengangkut bahan baku, Jadi, dapat. disimpulkan bahwa dalam mendirikan suatu pabrik yang sifatnya berupa industri hilir dibutuhkan modal yang besar dan tempat pemasaran yang strategis. Kedua faktor tersebut harus saling kait-mengkait dan tidak dapat berdiri sendiri-sendiri.

Dari uraian tersebut di atas jelaslah bahwa belum satupun dari 6 pabrik yang diharapkan oleh PT Inalum berdiri di sekitar industri tersebut. Namun demikian, setelah pasca operasional dan bahkan akhir-akhir ini muncul berdirinya industri-industri lain di luar ó pabrik tersebut. Industri tersebut antara lain industri pengolahan minyak goreng yang bahan bakunya dari kelapa sawit "Sania" yang telah beroperasi sejak tahun 1998, dan bahkan akan disusul munculnya jenis-jenis industri lainnya. Industri ini telah banyak pula menyerap tenaga kerja penduduk lokal.

Dokumen terkait