• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Industrialisasi Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Industrialisasi Terhadap Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi Deskriptif Pada Masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara)"

Copied!
108
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK INDUSTRIALISASI TERHADAP

KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA

MASYARAKAT

( kajian Deskriptif pada masyarakat Desa Lalang

Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi

Oleh :

MHD DIAN SAFEI 040905054

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SAW Tuhan Yang

Maha Esa. Atas berkat kasih anugerahnya maka penulis dapat melaksanakan

penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Dampak Industrialisasi Terhadap

Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi Deskriptif Pada

Masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara)”.

Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat

sarjana S-1 bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas

perhatian dan peranserta kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A. selaku dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Zulkifli B Lubis, M.A. sebagai Ketua Departemen

Antropologi Sosial Fisip USU yang telah mambantu mulai awal

perkuliahan hingga penulisan skripsi.

3. Bapak Nurman Ahmad, Msoc, sc selaku dosen penasehat akademik

yan mengarahkan penulis dengan baik dari awal kuliah sampai ke

tingkat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum. sebagai pembimbing utama yang

(3)

penulis dan telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga

bagi penulis.

5. Seluruh Staf pengejar pada Departemen Antropologi FISIP USU

yang membimbing penulis selama dalam perkuliahan serta Staf

Administrasi FISIP USU.

6. Penghargaan dan terima kasih yang sebesar besarnya penulis

persembahkan untuk orang tua tercinta, Mama dan Ayah yang

telah mamberikan dukungan baik moril maupun materil kepada

penulis dampai penulis meraih gelar sarjana. Buat adik saya Dina,

Iman dan Taufik yang telah memberikan semangat kepada penulis

dalam penyelesaian skripsi.

7. Kepada Ayu Suwita tersayang terima kasih atas dukungan dengan

hati yang tulus dan perhatian penuh yang selama ini diberikan

kepada penulis selama penulisan skripsi ini.

8. Spesial ditujukan buat sahabat sahabatku : Gifari, Kia, Alles,

Arnov, Joseph, Prilmon, Vika, Fais, Hariman, Riki, Cardo, Siwa,

Erwin, Abu, Cory, Tiva, Yani, Mona dan seluruh anak Antropologi

Angkatan 2004 yang tidak pernah berhenti memberikan semangat

kepadaku dan thanks untuk persahabatannya.

9. Semua pihak yang tidak sempat penuls sebutkan pada kesempatan

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

KATA PENGANTAR...iii

DAFTAR ISI...vi

DAFTAR TABEL...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

ABSTRAK...x

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah --- 1

1.2. Perumusan Masalah --- 5

1.3. Lokasi Penelitian --- 5

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian --- 6

1.5. Tinjauan Pustaka --- 6

1.6. Metodologi Penelitian --- 17

1.6.1. Tipe Penelitian--- 17

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data--- 17

1.6.3. Analisa Data --- 19

BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah, Letak dan Kondisi Geografis --- 20

2.2. Kependudukan --- 21

2.3. Sarana Fisik --- 27

2.3.1. Sarana Kesehatan --- 27

(5)

2.3.3. Sarana Ibadah --- 28

2.3.4. Sarana Transportasi --- 28

2.3.5. Sarana Hiburan dan Komunikasi --- 29

2.3.6. Sarana Perdagangan --- 29

2.4. Kondisi Sosial Budaya --- 29

BAB III. INDUSTRI PT. INALUM DAN PENGARUHNYA PADA MASYARAKAT DESA 3.1. Gambaran Umum Industri PT. Inalum --- 37

3.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Inalum --- 38

3.2. Kebijakan PT. Inalum Terhadap Masyarakat dan Lingkungan -- 41

3.2.1. Pengendalian Dampak Lingkungan --- 42

3.3. Sumbangsih PT. Inalum Terhadap Desa Lalang --- 43

3.3.2. Fasilitas Pelabuhan --- 43

3.3.3. Perumahan Karyawan --- 43

3.3.4. Prasarana Jalan --- 44

3.3.5. Kebijakan Bidang Pendidikan --- 45

BAB IV. DAMPAK DAN TANGGAPAN MASYARAKAT ATAS KEBERADAAN INDUSTRI PT. INALUM 4.1. Dampak Keberadaan P.T Inalum Terhadap Masyarakat --- 47

4.1.1. Interaksi Masyarakat dengan PT. Inalum --- 47

4.1.2. Interaksi Antar Masyarakat Desa --- 49

4.1.3. Perubahan Pemilikan Tanah --- 49

4.2. Dampak Ekonomi Atas Keberadaan P.T Inalum Terhadap Masyarakat --- 50

4.2.1. Efek Pengganda Dari PT. Inalum --- 51

(6)

4.2.3. Kesempatan Kerja --- 61

4.2.4. Pengaruh Industri Inalum terhadap

Sektor Pertanian Desa Lalang --- 66

4.2.5. Pengaruh Industri Inalum terhadap

Sektor Perikanan Desa Lalang --- 69

4.3. Bentuk Pergeseran Nilai Budaya --- 74

4.3.1. Kegiatan Tolong Menolong dalam Aktivitas

Pertanian/mata Pencaharian --- 74

4.3.2. Kegiatan Tolong Menolong dalam Aktivitas

Sekitar Rumah Tangga dan Kemasyarakatan --- 78

4.3.3. Kegiatan Tolong Menolong dalam Aktivitas

Pesta dan Upacara --- 79

4.3.4. Kegiatan Tolong Menolong dalam Peristiwa

Kecelakaan dan Bencana --- 82

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan --- 85

5.2. Saran --- 89

DAFTAR PUSTAKA --- 91

(7)

Abstrak

Pertumbuhan industri di daerah pedesaan memungkinkan desa tersebut tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya. Hal tersebut akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat, termasuk di sini adalah masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras dengan perkembangan industri Inalumnya. Perkembangan industri Inalum tersebut membawa dampak dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Permasalahan dalam penelitian ini, adalah : bagaimana adalah bagaimana dampak industrialisasi terhadap perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang meliputi: (1) Jenis industrialisasi apa saja yang hadir di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras ? (2) Apa akibat yang ditimbulkan dari kehadiran industri terhadap kehidupan sosial, mata pencaharian, dan nilai budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? (3) Bagaimana tanggapan masyarakat desa atas kehadiran berbagai industri yang ada di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mendeskripsikan berbagai bentuk dampak industrialisasi terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya Masyarakat di Desa Pesisir Lalang. Manfaat dari penelitian ini, antara lain :(1) Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami perubahan kehidupan masyarakat pesisir (2) Manfaat Secara praktis, dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang akhirnya membentuk berbagai aspek kehidupan warga, khususnya masyarakat pedesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitin kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data.

(8)

kontinu dengan masyarakat sekitar , berupaya memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan berupa penyuluhan di bidang sosial budaya , bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pendidikan dan latihan agar masyarakat sekitar dapat mendaur ulang limbah industrinya menjadi bermanfaat sebagai barang komoditi

(9)

Abstrak

Pertumbuhan industri di daerah pedesaan memungkinkan desa tersebut tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya. Hal tersebut akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat, termasuk di sini adalah masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras dengan perkembangan industri Inalumnya. Perkembangan industri Inalum tersebut membawa dampak dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.

Permasalahan dalam penelitian ini, adalah : bagaimana adalah bagaimana dampak industrialisasi terhadap perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang meliputi: (1) Jenis industrialisasi apa saja yang hadir di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras ? (2) Apa akibat yang ditimbulkan dari kehadiran industri terhadap kehidupan sosial, mata pencaharian, dan nilai budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? (3) Bagaimana tanggapan masyarakat desa atas kehadiran berbagai industri yang ada di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mendeskripsikan berbagai bentuk dampak industrialisasi terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya Masyarakat di Desa Pesisir Lalang. Manfaat dari penelitian ini, antara lain :(1) Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami perubahan kehidupan masyarakat pesisir (2) Manfaat Secara praktis, dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang akhirnya membentuk berbagai aspek kehidupan warga, khususnya masyarakat pedesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitin kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data.

(10)

kontinu dengan masyarakat sekitar , berupaya memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan berupa penyuluhan di bidang sosial budaya , bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pendidikan dan latihan agar masyarakat sekitar dapat mendaur ulang limbah industrinya menjadi bermanfaat sebagai barang komoditi

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Sebagai negara maritim sebagian besar penduduk pesisir di Indonesia

menggantungkan hidupnya dari bidang perikanan. Mewacanakan tentang

kehidupan masyarakat pesisir, mau tidak mau akan bersentuhan dengan

masyarakat nelayan dan pembudi daya ikan. Masyarakat nelayan adalah orang

atau sekelompok orang yang bekerja sebagai nelayan yang bertempat tinggal di

kawasan nelayan dan/atau sekitarnya. Nelayan atau orang yang mata

pencahariannya melakukan penangkapan ikan adalah orang yang mata

pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup

sehari-hari.

Walaupun mata pencarian orang-orang desa di pesisir beragam, namun

sebagian besar adalah nelayan dan kegiatan nelayan menjadi sumber penghasilan

utama masyarakat desa. Koentjaraningrat (1997) mengatakan :

“Selain berburu dan meramu, mencari ikan juga merupakan

mata pencaharian hidup yang telah ada sejak awal keberadaan

manusia di bumi. Manusia purba yang kebetulan hidup dekat

rawa-rawa, sungai, danau atau laut, telah memanfaatkan sumber alam itu

guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika manusia mulai

(12)

dijadikan mata pencaharian tambahan. Akan tetapi sebaliknya di

samping menangkap ikan, masyarakat-masyarakat nelayan yang

menggantungkan hidupnya dari menangkap hasil laut itu juga

mengerjakan kebun dan ladang. Dibandingkan berburu, mata

pencaharian menangkap ikan lebih banyak dipengaruhi oleh

perkembangan teknologi. Selain alat-alat yang digunakan misalnya

berbagai jenis kail, tombak, jala, dan perangkap, para nelayan juga

membutuhkan perahu yang selain harus dilengkapi dengan berbagai

jenis peralatan navigasi dan pengamanan, juga menuntut adanya

keterampilan untuk mengemudikan, pengetahuan mengenai ciri-ciri

dan cara hidup berbagai jenis ikan, mengenai cuaca, dan mengenai

bintang-bintang. Di Indonesia metode-metode ilmu gaib dan ilmu

dukun pun masih banyak diterapkan dalam usaha dalam usaha

penangkapan ikan di laut.”

Pembangunan kawasan pesisir pada dasarnya adalah suatu proses

perubahan pada berbagai aspek di desa. Perubahan tersebut tidak hanya berupa

mekanisasi atau teknologi namun lebih jauh lagi pada kelembagaan ekonomi dan

sosial. Dengan demikian proses pembangunan kawasan pesisir dapat dikatakan

sebagai proses transformasi pedesaan. Proses ini menyentuh seluruh lapisan

(13)

Proses transformasi mayarakat pedesaan, tentu sangat berkaitan erat

dengan faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi dan menetukan arah dan

tahapan perkembangan sebuah desa. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi

perubahan saat ini adalah modernisasi. Modernisasi adalah suatu persoalan yang

harus dihadapi oleh masyarakat. Setiap manusia dalam masyarakat sangat sulit

untuk lepas dari pengaruh modernisasi yang melanda dunia saat ini. Menurut

Schoorl (1980), pada dasarnya pengertian modernisasi mencakup suatu

transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti

teknologi serta organisasi sosial menuju kearah pola-pola ekonomis dan politis

yang menjadi ciri negara Barat yang stabil.

Industrialisasi merupakan aspek dari paham modernisasi yang pada

tingkatan negara-negara berkembang ternyata mempunyai kelemahan-kelemahan

mendasar, walaupun paham modernisasi terlanjur menjadi rujukan utama dalam

proses pembangunan (Dove, 1985:45). Industrialisasi sangat erat kaitannya

dengan teknologi modern. Teknologi merupakan cara yang harus dilakukan

manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya yang makin meningkat baik

kualitas maupun kuantitasnya, oleh karena itu diperlukan alih teknologi (transfer

of technology) dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang. Proses

pengambilalihan teknologi ini memerlukan perhitungan yang matang agar

teknologi yang baru dapat diterima dan digunakan oleh masyarakat waktu itu atau

sampai menjadi teknologi yang adaptif.

Sejalan dengan perkembangannya industri justru kemudian memposisikan

(14)

Hadirnya industri di wilayah pedesaan mempunyai konsekwensi logis atas

tercerabutnya sumber-sumber maritim, khususnya pada kelautan. Nelayan

kemudian menjadi kehilangan mata pencaharian akibat keberadaan industri di

pedesaan. Itu artinya bahwa fenomena muncunya industri justru membawa

perubahan yang sangat mendasar tidak hanya pada fragmentasi lahan, selebihnya

proses transformasi di pedesaan cenderung berjalan begitu cepat dan membawa

perubahan-perubahan juga secara subtansial di berbagai aspek kehidupan

masyarakat desa (Castles, 2001). Mata pencaharian nelayan pun kurang diminati

lagi, penduduk desa telah menjadikan industri sebagai mata pencaharian.

Perubahan dari nelayan ke industri ini juga terjadi pada masyarakat Desa

Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras. Hal ini bisa dilihat dari catatan Harian

Analisa (Selasa 3/3/2009) bahwa :

“Penurunan luas ini berpotensi mengakibatkan abrasi pada kawasan

pantai. Selain itu, peralihan ke industri juga berakibat pada

pengalihan sistem mata pencaharian nelayan. Sejak lima tahun

belakangan ini diperkirakan ratusan hektar tambak udang produktif

di Kecamatan Medang Deras, Batubara dibiarkan terlantar begitu

saja oleh pemiliknya. Sehingga semua areal pertambakan itu

tertimbun lumpur dan semak-semak. Hasil keterangan yang

diperoleh di lapangan menyebutkan, tak berfungsinya dan

terlantarnya ratusan hektare areal pertambakan itu akibat bibit

(nener) udang pertumbuhannya sudah jauh berkurang, tidak seperti

(15)

modal pembibitan selama 3-4 bulan. Wagiran (45) salah seorang

mantan karyawan tambak udang membenarkan, bibit (nener) udang

beberapa tahun belakangan ini kualitas tanah lokasinya jauh

berkurang akibat kesuburan tanah lokasinya, sehingga tak

memungkinkan lagi pertumbuhannya. Dikatakannya, kalaupun

pemilik tambak berminat lagi mau membuka lahan baru terpaksa di

lokasi lain, jauh dari lokasi semula itupun harus sesuai mutu tanah

lumpur di pinggir pantai.”

Dahulu pada tahun 1960 Desa Pesisir Lalang awalnya berbentuk rawa,

mata pencaharian penduduk mayoritas sebagai nelayan yang masih sangat

tradisional. Teknologi yang digunakan sangat sederhana, yaitu perahu sampan

dayung dan jaring kecil hasil rajutan sendiri. Wilayah penangkapan ikan pun

hanya dilakukan di pinggir-pinggir laut.

Pembangunan industri di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras

Kabupaten Batu Bara ini di mulai Pada tahun 1976. Saat itu Jepang masuk ke

Indonesia dan melakukan kerja sama guna membangunan pabrik INALUM

(Indonesia Asahan Alumunium). Sejalan dengan pembangunan INALUM desa

ikut bangkit dan berkembang. Pembangunan yang dilakukan diantaranya jalan

raya, jembatan, rumah-rumah permanen, instalasi listrik dan air. Penduduk

setempat pun mulai beralih mata pencaharian menjadi pekerja pabrik. Mulai tahun

(16)

minyak goreng MULTIMAS NABATI ASAHAN dan pabrik minyak goreng

DOMAS mulai membangun pabrik di kawasan tersebut.

Dengan berkembangnya industri dan kegiatan ekonomi, maka

memungkinkan orang hidup dalam lapangan pekerjaan tersebut. Hal tersebut

dapat dilihat bahwa pekerja di pabrik atau perusahaan terus meningkat, sedangkan

yang bekerja di sektor pertanian dan perikanan makin menurun.

1. 2. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka

permasalahan yang diajukan adalah bagaimana dampak industrialisasi perubahan

sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Permasalahan ini

diuraikan ke dalam 3 (tiga) pertanyaan penelitian yaitu :

1. Jenis industrialisasi apa saja yang hadir di Desa Pesisir Lalang Kecamatan

Medang Deras ?

2. Apa akibat yang ditimbulkan dari kehadiran industri terhadap kehidupan

sosial, mata pencaharian, dan nilai budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang

Kecamatan Medang Deras?

3. Bagaimana tanggapan masyarakat desa atas kehadiran berbagai industri

(17)

1. 3. Lokasi Penelitian.

Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang

Deras Kabupaten Batu bara. Hal ini didasari karena banyak pembangunan industri

yang selama ini diyakini sebagai penyebab perubahan pada berbagai aspek

kehidupan masyarakat Desa Pesisir Lalang

1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai bentuk dampak

industrialisasi terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya

Masyarakat di Desa Pesisir Lalang. Secara akademis, penelitian ini dapat

menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami

perubahan kehidupan masyarakat pesisir. Secara praktis, dapat memberi masukan

bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang

akhirnya membentuk berbagai aspek kehidupan warga, khususnya masyarakat

pedesaan.

1. 5. TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Linton (dalam Behrendf, 1974) manusia dewasa ini baru sampai

pada permulaan taraf yang ketiga dari perkembangannya. Pada taraf budaya

pertama yang paling tua umurnya manusia bekerja hanya sebagai pemungut dan

pemburu saja, sedangkan taraf hidup kedua mulai kira2 sejak tahun 8000 atau

6000 SM dicirikan oleh pertanian dan peternakan serta pekerjaan tangan yang

(18)

sanggup membuka sumber tenaga baru yang makin kuat (uap,listrik,motor

ledakan, tenaga atom).

Kebudayaan adalah suatu kelompok cara-cara merasa, berfikir dan

bertingkah laku, yang sudah menjadi kebiasaan dari sejumlah manusia tertentu

sehingga dapat dipandang sebagai ciri2 masyarakat itu. Semua faktor itu saling

mempengaruhi dan mempunyai tugas-tugas tertentu di dalam keseluruhan

hubungan-hubungan kebudayaan itu. Oleh sebab itu, setiap perubahan besar

dalam lingkungan bagian yang satu mempengaruhi lingkungan bagian yang lain

dan dengan demikian mengakibatkan perubahan susunan pula. Jadi kebudayaan

adalah suatu bentuk hidup masyarakat, yang agak tetap dan berlaku untuk

beberapa generasi. (Behrendf, 1974 : 36)

Dinamika berarti suatu cara hidup yang diciri tegaskan oleh pertumbuhan

kebudayaan yang tetap berlangsung dalam perubahan yang menyolok mata, yaitu

perubahan tata nilai, perubahan cara berfikir, dan bertingkah laku, perubahan

peralatan teknis, perubahan alat2 produksi, perubahan syarat organisasi dan

kesemua perubahan itu dalam waktu yang panjang melalui beberapa generasi dan

terutama ditujukan ke arah perbaikan dan penambahan tenaga manusia dan

kebendaan, dan juga ke arah pengluasan lingkungan hubungan kemasyarakatan

dan pelembagaan sosial yang dianggap penting dalam kehidupan manusia.

Untuk itu pembangunan merupakan suatu hal yang penting untuk

dijalankan dalam suatu masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi Meier

(19)

dari suatu negara meningkat dalam suatu masa panjang, dan dalam masa yang

bersamaan jumlah penduduk yang di bawah garis kemiskinan tidak bertambah,

dan distribusi pendapatan tidak makin senjang (dalam Marzali, 2005 : 62)

Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses perubahan pada berbagai

aspek khususnya pada penelitian ini di pedesaan. Perubahan tersebut tidak hanya

berupa mekanisasi atau teknologi namun lebih jauh lagi pada kelembagaan

ekonomi dan sosial, yang mencakup perubahan bentuk, ciri, struktur dan

kemampuan sistem kegiatan pertanian dalam menggairahkan, menumbuhkan dan

mengembangkan, dan menyehatkan perekonomian masyarakat pedesaan (Pranaji,

2000)

Seiring dengan jalannya pembangunan mengarah pada munculnya

industrialisasi. Indonesia sedang dalam proses menuju era industrialisasi, suatu

era yang dipandang sangat penting dalam sejarah kebudayaan bangsa karena pada

era inilah diharapkan Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dari negara lain

sehingga dapat hidup sederajat dengan negara-negara maju yang lain. Era industri

dipandang sebagai era strategis untuk memacu bangsa dalam mencapai cita-cita

kemerdekaan. Pada masa orde baru, pemerintah menetapkan tiga aspek kebijakan

ekonomi untuk menumbuhkan iklim perekonomian menjadi semakin baik. Ketiga

kebijakan tersebut diantaranya adalah: dirombaknya sistem devisa transaksi luar

negeri lebih bagus dan sederhana, dikuranginya fasilitas yang khusus disediakan

bagi perusahaan yang diambil kebijaksaaan pemerintah baru untuk mendorong

pertumbuhan sektor swasta bersama dengan sektor perusahaan negara serta

(20)

Wujud konkrit dari kebijakan tersebut yaitu dengan banyak bermunculan

industri-industri baru.

Pembangunan industri disesuaikan dengan perkembangan masyarakat,

ilmu pengetahuan dan teknologi (Bintarto,1997:86). Industri adalah semua

perubahan atau semua usaha yang melakukan kegiatan merubah bahan mentah

menjadi barang jadi atau setengah jadi yang kurang nilainya menjadi barang jadi

yang lebih tinggi nilainya. Industri juga dapat didefinisikan sebagai suatu usaha

untuk memproduksi barang jadi, bahan baku atau barang mentah melalui proses

penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan

harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin (Sandy, 1985:148).

Industri dapat diartikan dengan seluruh kegiatan manusia yang produktif.

Jadi disini industri meliputi juga industri pertanian, industri peternakan, industri

pertambangan dan sebagainya. Yang dimaksud dengan industri disini adalah

setiap usaha yang merupakan satu unit produksi yang membuat barang atau yang

mengerjakan suatu barang untuk masyarakat di suatu tempat tertentu. Jadi bila

usaha tersebut berpindah-pindah atau tidak memiliki tempat yang tetap untuk

melakukan usaha, belum bisa disebut industri.

Adapun beberapa penggolongan industri menurut Hardjanto dalam

(21)

1. Klasifikasi Industri menurut jenisnya

a. Industri berat.

Merupakan industri yang bergerak di bidang alat-alat berat seperti industri

alat-alat pertanian, logam, mekanik, dan lain-lain.

b. Industri ringan.

Merupakan industri yang bergerak di bidang alat-alat ringan seperti

industri makanan, kosmetik dan lain sebagainya.

2. Klasifikasi Industri berdasarkan ukuran

a. Industri besar

b. Industri sedang

c. Industri ringan

3. Klasifikasi Industri berdasarkan bahan baku yang digunakan

a. Industri primer

b. Industri skunder

c. Industri tersier

4. Klasifikasi Industri menurut tingkatannya

a. Industri dasar c. Industri atas

(22)

Berdasarkan penyelenggaranya, dapat digolongkan menjadi dua yaitu :

1). Industri Rakyat/Industri Kecil yang mempunyai ciri-ciri: produksinya banyak

menggunakan pekerjaan tenaga manusia, menggunakan alat-alat dan teknik

sederhana, tempat produksi dilakukan dirumah. Yang termasuk industri kecil

adalah industri batik, batu bata, dan lain-lain.

2). Industri Besar yang memiliki ciri-ciri : modal yang digunakan besar,

menggunakan mesin modern dalam proses produksi, tenaga kerja yang digunakan

merupakan tenaga yang terdidik.

Mc. Cawley membagi industri berdasarkan tenaga kerjanya yaitu industri

besar yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri sedang memiliki

tenaga kerja antara 20-99 orang, industri kecil yang memiliki tenaga kerja 5-19

orang, dan industri rumah tangga yang memiliki tenaga kerja kurang dari 4 orang.

Begitu pula bila dilihat dari jenis tenaga kerjanya dibagi menjadi 4 kelompok

yaitu terdidik, terlatih, setengah terlatih dan tidak terlatih (Simanjuntak, 1990:20).

Industrialisasi merupakan proses merubah masyarakat dari sistem mata

pencaharian pertanian ke industri. Di dalam proses ini, segala aspek masyarakat,

kebudayaan dan lingkungannya turut bergeser.Industri terwujud dalam berbagi

bentuk dan cenderung terjadi di wilayah pedesaan baik itu di wilayah pertanian

ataupun perikanan. Sebagai contoh dapat dilihat dari berdirinya pabrik-pabrik di

(23)

Perkembangan yang pesat dari industrialisasi yang terjadi di kawasan Desa

Pesisir Lalang tentunya memiliki dampak terhadap perubahan berbagai aspek

kehidupan masyarakat, baik itu Perubahan sosial dan budaya. Perubahan sosial

dan budaya mempunyai dua konsep yang saling terkait dan tidak terpisahkan.

Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu

diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial dan

perubahan kebudayaan itu sendiri.

Kebanyakan definisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat

luas. Moore mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari

stuktur sosial” dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola

perilaku dan interaksi sosial (Moore, 1967 : 3). Dengan demikian dapat diartikan

bahwa perubahan sosial dalam suatu kajian untuk melihat dan mempelajari

tingkah laku masyarakat dalam kaitannya dengan perubahan.

Soemardjan mengatakan perubahan sosial adalah segala perubahan pada

lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi

sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola

kelakukan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat” (dalam, Soekanto,

1974: 217). Definisi ini menekankan perubahan lembaga sosial, yang selanjutnya

mempengaruhi segi-segi lain struktur masyarakat. Lembaga sosial ialah unsur

yang mengatur pergaulan hidup untuk mencapai tata tertib melalui norma. Artinya

perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga

kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya.

(24)

himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur

masyarakat lainnya.

Davis (1960) berpendapat bahwa perubahan sosial ialah perubahan dalam

struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, dengan timbulnya organisasi buruh

dalama masyarakat kapitalis, terjadi perubahan-perubahan hubungan antara buruh

dengan majikan, selanjutnya perubahan-perubahan organisasi ekonomi dan

politik.

Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang

mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam

unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Sorokin (1957), berpendapat

bahwa segenap usaha untuk mengemukakan suatu kecenderungan yang tertentu

dan tetap dalam perubahan sosial tidak akan berhasil baik.

Ogburn (dalam Soekanto 1990) berpendapat, ruang lingkup perubahan

sosial meliput i unsur-unsur kebudayaan, baik yang material ataupun yang bukan

material. Unsur-unsur material itu berpengaruh besar atas yang bukan material.

Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam

struktur dan fungsi masyarakat.

Dari beberapa definisi di atas dapat dilihat bahwa perubahan sosial adalah

perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas,

perubahan dapat menyangkut struktur sosial atau pola nilai dan norma serta peran.

(25)

karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan

dengan kebudayaan itu sendiri.

Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Soekanto

(1990) mengatakan perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang

meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi

perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang

lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun

demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut

sangat sulit untuk dipisahkan.

Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial.

Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan.

Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan

bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan

bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti

menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan

(Davis, 1960).

Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor (dalam Soekanto,

1990) kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta

kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah

(26)

Soemardjan (1982) mengemukakan bahwa perubahan sosial dan

perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut

paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam

cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.

Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui

sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam

sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu

yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Menurut Soekanto (1990), penyebab

perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu

faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat

sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan

baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi.

Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar,

peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan cara yang sederhana untuk

mengerti perubahan sosial (masyarakat) dan kebudayaan itu adalah mendapatkan

gambaran yang lebih jelas lagi mengenai perubahan mayarakat dan kebudayaan

itu dan mencoba menangkap semua kejadian yang sedang berlangsung di

tengah-tengah masyarakat itu sendiri.

Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat

dianalisa dari berbagai segi diantaranya, ke arah mana perubahan dalam

(27)

meninggalkan faktor yang diubah. Perubahan itu bisa bergerak ke suatu bentuk

yang baru sama sekali, bisa juga bergerak ke suatu bentuk yang sudah ada di masa

sebelumnya.

Perubahan sosial dan budaya yang sedang berlangsung dimasyarakat

merupakan dampak dari modernisasi. Schoorl (1980), melihat modernisasi

sebagai suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala

aspek-aspeknya. Dibidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks

industri dengan pertumbuhan ekonomi sebagai akses utama. Berhubung dengan

perkembangan ekonomi, sebagian penduduk tempat tinggalnya tergeser ke

lingkungan kota-kota. Masyarakat modern telah tumbuh tipe kepribadian tertentu

yang dominan. Tipe kepribadian seperti itu menyebabkan orang dapat hidup di

dalam dan memelihara masyarakat modern.

Sedangkan Dube (1988), berpendapat bahwa terdapat tiga asumsi dasar

konsep modernisasi yaitu ketiadaan semangat pembangunan harus dilakukan

melalui pemecahan masalah kemanusiaan dan pemenuhan standart kehidupan

yang layak, modernisasi membutuhkan usaha keras dari individu dan kerjasama

dalam kelompok, kemampuan kerjasama dalam kelompok sangat dibutuhkan

untuk menjalankan organisasi modern yang sangat kompleks dan organisasi

kompleks membutuhkan perubahan kepribadian (sikap mental) serta perubahan

pada struktur sosial dan tata nilai.

Tujuan akhir dari modernisasi adalah terwujudnya masyarakat modern

(28)

masyarakat. Secara lebih jelas Schoorl (1980) mengatakan proses petumbuhan

struktur sosial yang dimulai dari proses perbesaran skala melalui integrasi. Proses

ini kemudian dilanjutkan dengan diferensiasi hingga pembentukan stratifikasi dan

hirarki.

Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat

berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke

kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya untuk ditiru.

Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas yang terkadang batasannya

tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Modernisasi mencakup suatu transformasi

total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi

serta organisasi sosial menuju ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang

menjadi ciri negara barat yang stabil (Soekanto, 1990).

Dampak sosial muncul ketika terdapat aktivitas modernisasi seperti

proyek, program, atau kebijakan yang diterapkan pada suatu masyarakat.

Aktivitas yang biasanya berasal dari luar masyarakat ini mempengaruhi

keseimbangan pada suatu sistem masyarakat. Pengaruh itu bisa positif bisa pula

negatif. Hal ini hanya dapat di uji seperti yang dikatakan Hadi (1995) dari nilai,

norma, aspirasi, dan kebiasaan dari masyarakat yang bersangkutan.

Dapatlah disimpulkan bahwa dampak sosial merupakan perubahan yang

terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas

pembangunan. Lebih rinci lagi perubahan itu menurut Armour meliputi

(29)

1. Cara hidup (way of life) termasuk di dalamnya bagaimana manusia dan

masyarakat itu hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan yang

lain.

2. Budaya termasuk didalamnya sistem nilai, norma dan kepercayaan.

3. Komunitas meliputi struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas

masyarakat, estetika, sarana dan prasarana yang diakui sebagai “public

falities” adalah gedung sekolah, mushola, balai rukun warga, dan balai

kelurahan. (dalam Hadi, 1995 : 24-25).

1. 6. METODOLOGI PENELITIAN

1. 6.1. Tipe penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan

kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci tentang dampak

industrialisasi terhadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Desa

Pesisir Lalang Kec Medang Deras Kab Batu Bara.

1.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok

yaitu data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh

dari lapangan, melalui observasi dan wawancara mendalam.

Sedangkan data skunder merupakan data yang diperoleh dari Penelitian

(30)

sebagai sumber data sekunder yang bersifat teoritis, dalam hal ini berupa

buku-buku, literature, jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan relevan

lainnya.

Teknik pengumpulan data Primer dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipasi yang dilakukan

oleh seorang peneliti tanpa harus ikut terlibat di dalam kehidupan

masyarakat yang diteliti. Observasi non partisipasi dilakukan untuk

mengamati tentang :

• Kondisi rumah.

• Kondisi jalan.

• Kondisi lingkungan maupun kondisi alam

• Aktifitas yang dilakukan oleh para nelayan tradisional dalam kehidupan

sehari- hari, mulai dari melaut, bertani, dan lain sebagainya. Observasi

yang dilakukan dilengkapi dengan kamera photo untuk mengabadikan

hal-hal yang tidak terobservasi di lapangan. Di samping itu, hasil photo yang

dilakukan dapat dijadikan sebagai penegasan data yang diperoleh di

lapangan.

2. Wawancara mendalam ditujukan untuk menggali informasi yang

(31)

kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah orang yang mengetahui

secara luas tentang masalah yang sedang di teliti Dalam penelitian ini yang

menjadi informan kunci adalah kepala desa, tokoh adat dan tokoh

masyarakat. Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah masyarakat

desa Pesisir Lalang yang tinggal di lokasi penelitian.

1.6.3. Analisa Data.

Analisa data merupakan sebuah pengkajian di dalam data yang mencakup

prilaku objek, atau pengetahuan yang teridentifikasi. Hasil pengumpulan data

penelitian akan dianalisis secara kualitatif. Beberapa hal yang dilakukan dalam

analisa data yaitu: pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data. Data

yang diperoleh tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis domain. Teknik

analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara

umum, namun relatif utuh tentang objek penelitian.

Artinya analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh

gambaran penelitian seutuhnya dari dampak industrialisasi terhadap kehidupan

sosial, ekonomi dan budaya pada masyarakat Desa Pesisir Lalang. Analisis data

dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan data

(32)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1. Sejarah, Letak dan Kondisi Geografis.

Desa Lalang dahulu bernama Teluk Baru yang terletak lebih kurang satu

km dari pekan Desa Lalang yang mengarah ke barat. Dahulu daerah ini banyak

ditumbuhi pohon ilalang sehingga di namakan Desa Lalang. Teluk Baru diapit

oleh dua sungai yaitu sungai Kuba Padang dan sungai Desa Lalang yang sekaligus

menjadi batas dari daerah Teluk Baru. Penduduk Teluk Baru dulunya hanya

sekitar 10 KK. Masyarakat asli Desa Lalang merupakan suku bangsa Melayu.

Daerah Teluk Baru juga dihuni oleh masyarakat pendatang dari Tanjung

Limasipurut. Hal ini terjadi karena pada tahun 1942 daerah Limasipurut

tenggelam sehingga masyarakatnya bermigrasi ke daerah Teluk Baru yang

sekarang bernama Desa Lalang.

Posisi desa terletak pada daerah pantai yakni berjarak 0-2 km dari laut.

Pantai yang dekat dengan desa secara alamiah menyebabkan masyarakat

memanfaatkan potensi alam yang ada dengan menjadi nelayan guna untuk

memenuhi kebutuhan hidup. Desa Lalang adalah salah satu desa dari 12 desa yang

ada di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Desa Lalang mempunyai

luas wilayah 697 Ha, yang terbagi atas 10 dusun yang wilayahnya memiliki

(33)

- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Selat Sumatera,

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pakam,

- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang Tanjung,

- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Medang.

Kondisi jalan umum menuju Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kab

Batubara sepanjang 8 (delapan) kilometer sejak beberapa bulan belakangan ini

mengalami rusak parah, sulit dilalui kendaraan bermotor di badan jalan karena

banyak terdapat lobang-lobang besar, jika musim hujan mengakibatkan jalan

menjadi becek dan berlumpur. Batu padas dan kerikil sebagai bahan pengaspalan

hilang terbenam di tanah. Dari observasi peneliti, ketika kendaraan bermotor baik

roda dua, roda tiga dan roda empat bila hendak melintas kawasan jalan tersebut

terpaksa melaju lebih cepat untuk menghindari lobang yang berada di sisi sebelah

kiri arah Desa Lalang.

Jalan umum ini merupakan sarana insfrastruktur yang menghubungkan

beberapa desa dan merupakan jalan pintas menuju ibukota Kabupaten Batubara

yakni Limapuluh dan sebelumnya melalui jalan masuk PT Inalum Kuala Tanjung.

Menurut keterangan Informan (31) warga Desa Lalang mengungkapkan:

”Selama kondisi badan jalan ini berlobang para pengendara sepeda

motor berebutan untuk melintasi jalan yang tidak berlobang sehingga

kadang-kadang hampir mengalami kecelakaan, Selain itu saat hujan

turun jalan yang berlobang tadi tertutup air membuat pengendara

kendaraan bermotor yang tidak mengetahui di mana posisi

(34)

sebaiknya Pemda Batubara melalui instansi terkait segera melakukan

perbaikan ruas jalan umum ini.”

2.2. Kependudukan.

Jumlah penduduk di Desa Lalang adalah 6424 jiwa pada tahun 2009, yang

terdiri dari 1378 kepala keluarga dan tersebar ke dalam 10 dusun yang ada.

Adapun persebaran penduduk menurut dusun dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 1.

Jumlah Penduduk Setiap Dusun

No Dusun Lk Pr Lk + Pr

Rumah yang dihuni

Kepala Keluarga

1 Dusun Berdikari 209 212 421 106 117

2 Dusun Merdeka 257 262 519 107 158

3 Dusun Pekan 225 228 453 106 125

4 Dusun Pengajian 394 395 789 133 202

(35)

6 Dusun Masjid Timur 272 276 548 150 123

7 Dusun Pasak Lama 390 396 789 154 120

8 Dudun Pasak Baru 417 410 827 122 122

9 Dusun Sono 510 511 1021 119 163

10 Dudun Pandau Palas 200 203 403 126 118

Jlh Total 3204 3615 6424 1315 1378

Sumber: Data Februari 2009

Tabel 2.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Pendidikan

No Golongan Umur Jumlah (Jiwa)

1 0-6 tahun 180

2 7-12 tahun 575

3 13-16 tahun 385

4 17-20 tahun 315

5 21 tahun ke atas 190

(36)

Tabel 3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Tenaga Kerja

No Golongan Umur Jumlah (Jiwa)

1 10-14 tahun -

2 15-19 tahun 125

3 20-26 tahun 450

4 27-40 tahun 575

5 41-56 tahun 310

6 57 tahun ke atas 195

Sumber: Data Desember 2007

Tabel 4.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa

No

Suku Angka (Jiwa)

1 Melayu 4039

(37)

3 Batak 199

4 Minang 146

5 Banjar 72

6 Aceh 47

7 Lainnya 82

Sumber: Data Desember 2007

Tabel 5.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Umum

No Pendidikan umum Jumlah (Jiwa)

1 Taman kanak-kanak -

2 Sekolah dasar 575

3 SLTP 365

4 SLTA 245

5 Akademi (D1-D3) 16

6 Sarjana (S1-S2) 5

(38)

Tabel 6.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Khusus

No Pendidikan khusus Jumlah (Jiwa)

1 Pondok pesantren 10

2 Madrasah 30

3 Pendidikan keagamaan -

4 Sekolah luar biasa (SLB) 27

5 Kursus keterampilan 15

Sumber: Data Desember 2007

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang mengenyam

pendidikan formal lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan khusus, namun

dapat dilihat dari keseluruhan jumlah tingkat pendidikan rata-rata paling tinggi

hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA saja, hal tersebut disebabkan

karena keterbatasan ekonomi yang dimiliki, dan akses ke perguruan tinggi yang

mengharuskan penduduk desa merantau ke kota, sehingga banyak dari penduduk

(39)

Tabel 7.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Pendidikan khusus Jumlah (Jiwa)

1 Islam 6440

2 Kristen Protestan 56

3 Kristen Khatolik 58

4 Buddha 66

5 Hindu -

Sumber: Data Desember 2007

Tampak jelas pada tabel agama Islam merupakan agama mayoritas

penduduk yang mendiami di Desa Lalang. Agama Kristen Protestan menduduki

peringkat ke dua terbanyak, setelah itu terdapat agama Kristen Katolik. Dari data

yang beragam di atas, pada kenyataannya mereka dapat hidup harmonis dan

membaur tanpa hadirnya konflik antar agama.

Saling berbaur dan hormat menghormati antara sesama pemeluk agama di

desa ini, tampak langsung pada saat perayaan hari besar keagamaan. Pada saat

perayaan Hari Raya Idul Fitri serta Natal. Pada waktu tersebut antara sesama

(40)

agama untuk saling mengunjungi rumah mereka masing-masing. Kelompok

mayoritas dan minoritas berdasarkan agama yang dianut tidak berpengaruh

terhadap perlakuan dalam pembangunan desa. Rumah-rumah ibadah berdiri tegak

walaupun dengan jumlah bangunan fisik yang tidak selalu ramai ditangani

pemeluk agama masing guna menjalankan ajaran agamanya

masing-masing. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa sistem kekeluargaan yang mereka

miliki cukup erat dan tidak pernah terjadi konflik antar sesama pemeluk agama,

jika pun terjadi konflik mereka selalu melakukan musyawarah untuk mencari

solusi dan berakhir dengan baik.

Jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 8.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian

No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)

1 Pegawai negeri sipil (PNS) 21

2 TNI 5

3 Pegawai Swasta 127

(41)

5 Tani 988

6 Pertukangan 30

7 Buruh Tani 12

8 Pensiunan 6

9 Nelayan 239

Sumber: Data Desember 2007

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penyebaran mata pencaharian

penduduk Desa Lalang yang memiliki mayoritas mata pencaharian sebagai petani,

nelayan dan wiraswastawan atau pedagang yang tersebar di 10 dusun tersebut.

Mata pencaharian yang berprofesi pada sektor formal sangatlah minim, hal ini

dikarenakan mayoritas penduduk banyak bekerja pada sektor informal. Tampak

langsung pada pola kehidupan masyarakat Desa Lalang yang sangat sederhana.

Hal tersebut juga disebabkan oleh keterbatasan pendidikan formal yang dimiliki,

sehingga menyulitkan mereka untuk bekerja di luar dari sektor perikanan dan

pertanian. Namun, walaupun dengan demikian mata pencaharian yang dimiliki

oleh masyarakat tradisional di Desa Lalang, mampu membuat mereka untuk

bertahan hidup sampai sekarang ini.

Sistem mata pencaharian hidup masyarakat di Desa Lalang umumnya

(42)

alam yang ada di Desa Lalang khususnya pantai yang mereka jadikan sebagai

tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang dikatakan oleh

Koentjaraningrat (1972:33) di samping berburu dan meramu, mencari ikan juga

merupakan suatu mata pencaharian hidup makhluk manusia yang amat tua.

Manusia zaman purba yang kebetulan hidup di dekat sungai, danau atau laut,

pokoknya yang didekat air telah mempergunakan sumber alam itu untuk

keperluan hidupnya. Waktu manusia mengenal bercocok tanam, mencari ikan

sering dilakukan sebagai mata pencaharian tambahan. Sebaliknya, masyarakat

nelayan yang mencari ikan sebagai mata pencaharian hidupnya yang utama, di

samping itu juga bertani atau berkebun.

2.3. Sarana Fisik.

Sarana fisik merupakan suatu aspek pendukung yang sangat penting dalam

kehidupan bermasyarakat. Sarana fisik merupakan sarana umum yang digunakan

oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang

berhubungan dengan kepentingan umum. Di Desa Lalang yang meliputi 10 dusun

di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara terdapat sarana-sarana fisik

yaitu antara lain: sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana

transportasi, sarana hiburan, dan sarana perdagangan

2.3.1. Sarana Kesehatan

Di Desa Lalang terdapat 1 (satu) sarana kesehatan. Sarana kesehatan

tersebut berupa balai pengobatan/poliklinik yang biasanya ditangani oleh bidan.

(43)

untuk mengobati segala macam penyakit. Sarana kesehatan tersebut juga selalu

dikunjungi oleh masyarakat setempat jika mereka mengalami keluhan-keluhan

seperti demam, batuk serta flu. Jika balai pengobatan tersebut tidak mampu

menangani penyakit mereka yang tergolong cukup parah maka akan disarankan

untuk dibawa ke rumah sakit umum yang letaknya di kota kecamatn dengan jarak

tempuh ± 14 km.

2.3.2. Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan di Desa Lalang terdiri dari bangunan sekolah dasar 6

(enam) gedung dengan dukungan 38 guru satu gedung SLTP, 1 (satu) gedung

madrasah dan 1 (satu) gedung taman kanak-kanak, di desa ini juga terdapat

fasilitas pendidikan non formal yaitu kursus menjahit 1 (satu) gedung.. Dari

fasilitas pendidikan yang ada disini diharapkan pemerintah dapat membantu

melalui pembangunan sekolah untuk memudahkan masyarakat agar dapat

bersekolah tanpa membayar biaya apapun.

2.3.3. Sarana Ibadah

Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Lalang adalah 11unit

bangunan yang terdiri dari 2 (dua) Mesjid, 8 (delapan) Mushola dan 1 (satu)

Vihara. Masyarakat menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan

kepercayaan masing-masing. Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Lalang

tidak banyak, karena biaya yang mereka butuhkan untuk membangun sarana

(44)

2.3.4. Sarana Transportasi

Sarana transportasi yang terdapat di Desa Lalang berupa alat angkutan

umum (angkot), becak mesin dan ojek. Perjalanan menuju Desa Lalang ± 14 km

dari pusat kota kecamatan. Sarana transportasi yang sering digunakan oleh

masyarakat di Desa Lalang adalah berupa sepeda dayung, sepeda motor, mobil,

serta sampan dan perahu motor yang digukan untuk trasportasi mencari ikan di

laut.

2.3.5. Sarana Hiburan dan Komunikasi

Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Lalang berupa televisi, radio dan

handphone sebagai alat komunikasi yang hampir semua penduduk desa memiliki

sarana tersebut. Selain itu, jika ada pesta perkawinan tidak lagi menggunakan

musik tradisional yang mereka tampilkan tetapi sudah menggunakan organ

keyboard. Sarana hiburan tersebut sudah berlangsung lama tanpa ada

membeda-bedakan suku diantara mereka. Sarana hiburan lain yang mereka miliki adalah

pantai, karena lokasi tempat tinggal mereka yang juga dijadikan sebagai tempat

wisata bagi mereka yang jika pada hari libur selalu ramai dikunjungi tidak hanya

dari desa tersebut saja tetapi juga dari luar tempat tinggal mereka.

2.3.6. Sarana Perdagangan

Sarana perdagangan yang mereka miliki berupa 10 buah pasar lingkungan,

60 buah, kios, warung, kedai/toko kelontong dengan bentuknya sederhana dan

(45)

rokok, sandal, obat-obatan dan juga sayur-sayuran seadanya. Sarana perdagangan

tersebut mereka buat karena jarak pasar jauh dengan tempat tinggal

2.4. Kondisi Sosial Budaya

Sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli bahwa kebudayaan terdiri

dari kebudayaan materiil yang dapat dilihat berupa hasil material, dan kebudayaan

imateril berupa norma dan ide-ide tentang kehidupan. Perbedaan tempat dan

tantangan kehidupan akan melahirkan bentuk-bentuk kebudayaan yang

mempunyai ciri khas berbeda. Demikian pula dengan kondisi geografis dan

lingkungan yang sangat berbeda pada tiap tempat akan melahirkan pola

kebudayaan yang berbeda pula.

Pada kenyataan lain masyarakat akan selalu dihadapkan pada kondisi

pertentangan akibat berbagai proses yang tidak selamanya adil. Kesenjangan baik

sosial, ekonomi maupun politik membawa masyarakat untuk berhadapan guna

melakukan kompromi dengan keadaan itu. Ada yang beranggapan akan terjadi

perubahan radikal terhadap kesenjangan yang ada dan menggantikannya dengan

nilai baru, ada pula yang hanya melakukan kompromi agar terjadi keseimbangan.

Kondisi-kondisi inilah yang akan selalu mewarnai kehidupan masyarakat.

Kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat istiadat/aturan mengenai

berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan dimana ia hidup dan bergaul tiap

harinya (Soerjono Soekanto,2000:39).

Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti

(46)

penduduk di desa ini adalah Bahasa Melayu. Untuk bahasa nasional yaitu bahasa

Indonesia tidak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari

walaupun sebagian masyarakat sudah mulai mengetahuinya. Bahasa ini digunakan

pada waktu-waktu tertentu saja misalnya pada saat musyawarah desa ataupun

pemberian pengarahan oleh instansi pemerintah pada masyarakat.Namun

demikian, pemakaiannya tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli,

tetapi dicampur dengan menggunakan bahasa Melayu, hal ini biasanya dilakukan

untuk lebih memudahkan penerimaan oleh warga masyarakat terhadap isi pesan

yang ingin disampaikan. Bahasa Indonesia campuran ini juga memiliki kesan

akrab dan komunikatif dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia yang

sebenarnya.

Selain bahasa, unsur kebudayaan lainnya adalah organisasi kemasyarakatan.

Organisasi masyarakat ini berfungsi sebagai pedoman segala perilaku masyarakat

agar menjadi mudah untuk seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat

sehari-hari. Organisasi masyarakat ini merupakan wujud dari norma-norma dalam

masyarakat yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata

tertib. Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat

dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat

pedesaan lainnya.

Golongan orang tua dalam masyarakat desa umumnya memegang peranan

penting. Orang akan selalu meminta nasehat kepada mereka apabila ada

kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Demikian halnya yang terjadi di masyarakat desa Lalang.

(47)

demikian, ada juga aturan atau norma-norma yang berfungsi mengatur seluruh

perilaku seseorang di dalam masyarakat, dimana hal itu sangat dipatuhi oleh

penduduk desa. Aturan-aturan itu biasanya berupa hukum-hukum yang tidak

tertulis yang sudah ada sejak dulu dan secara turun temurun dipatuhi oleh warga

masyarakat.

Musyawarah desa juga dilakukan sebagai salah satu cara menjaga

kerukunan antar warga. Agar hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat

terlaksana sebagaimana yang diharapkan maka dirumuskan suatu norma-norma

masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja.

Namun lama kelamaan norma-norma tersebut telah melembaga dan dilaksanakan

secara sadar oleh masyarakat. Norma-norma yang ada di desa Lalang adalah

kebiasaan. Salah satu bentuk kebiasaan yang ada di desa ini adalah hormat dan

patuh pada orang yang lebih tua ataupun orang yang disegani. Apabila seseorang

tidak melaksanakan hal ini maka orang tersebut dianggap telah melakukan

penyimpangan terhadap kebiasaan yang sudah ada. Anggota masyarakat yang

melanggar adat kebiasaan ini akan mendapat sanksi dari masyarakat lain berupa

pengucilan atau cemoohan.

Masyarakat desa Lalang adalah masyarakat Melayu maka tradisi yang

berlaku di masyarakat ini adalah tradisi yang berasal dari budaya Melayu. Tradisi

ini masih dilakukan dengan baik oleh masyarakat walaupun tidak sepenuhnya

sama seperti pada masyarakat Melayu pesisir zaman dulu. Dahulu sebelum

adanya pembangunan pabrik sekitar tahun 1979, masyarakat sering mengadakan

(48)

jamu laut dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan memotong seekor kerbau di tepi

laut dengan tujuan untuk mendapatkan hasil ikan yang melimpah. Tetapi lambat

laun upacara jamu laut sudah berkurang menjadi 6 bulan sekali, lalu berlanjut

menjadi 1 tahun sekali, lalu lama ke lamaan menjadi hilang. Hal tersebut di

sebabkan oleh faktor ekonomi, karena perekonomian menurun akibat

tangggkapan ikan menurun di sebabkan oleh limbah pabrik sehingga mereka tidak

mampu lagi untuk membeli kerbau sebagai syarat dalam acara jamu laut.

Dahulunya juga sempat ada adat istiadat tentang nikah tamu yang dilakukan

masyarakat dengan pesta besar, dengan mengadakan pertunjukkan khas melayu.

Sekarang acara tersebut sudah tidak ada lagi yang dikarenakan perekonomian

masyarakat yang tidak mampu lagi mambuat acara tersebut. Aturan anak

perempuan tidak boleh keluar malam, berbahasa santun, berprilaku sopan.

Aturan-aturan tersebut mulai pudar dan tidak lagi dipergunakan oleh masyarakat.

Tradisi-tradisi yang juga masih berlaku dalam masyarakat Lalang adalah

tradisi mengenai ritus lingkaran hidup. Ritus lingkaran hidup ini dimulai dengan

upacara kehamilan yaitu pada waktu usia kehamilan tujuh bulan. Upacara ini

dimaksudkan supaya dalam proses kelahiran nanti baik ibu maupun bayi yang

akan dilahirkan mendapat keselamatan dan kesehatan. Keselamatan dalam hal ini

yaitu selamat dari cacat fisik ataupun psikis/mental. Upacara ini adalah upacara

utama sehingga sering dibuat secara besar-besaran terutama bagi kehamilan

pertama. Yang paling menonjol dalam upacara ini adalah adanya rujak dari

(49)

oleh masyarakat setempat sebagai penanda jenis kelamin bayi yang akan

dilahirkan.

Tujuh hari setelah bayi lahir, diadakan upacara puputan yaitu lepasnya

ari-ari dari-ari pusar bayi. Kemudian setelah bayi berumur 40 hari-ari diadakan upacara

kekahan. Pada upacara ini biasanya ditandai dengan penyembelihan kambing.

Apabila bayi itu laki-laki maka akan disembelih dua kambing dan jika perempuan

maka hanya satu kambing. Namun, biasanya upacara ini dilakukan apabila orang

tua sudah merasa mampu menyelenggarakannya, jadi tidak berpatokan pada umur

bayi.

Upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup masih terus dilakukan

diantaranya adalah khitanan/sunatan. Upacara khitanan ini biasanya diadakan bagi

seorang anak laki-laki yang sudah memasuki masa akil baligh/dewasa. Biasanya

khitanan ini dilaksanakan ketika anak berusia 10-13 tahun. Dalam upacara ini

diadakan suatu pesta dengan mengundang sanak saudara dan kerabat serta

tetangga sebagai pemberitahuan dan rasa syukur bahwa anak mereka telah

mencapai tingkat kedewasaan. Upacara yang lain adalah upacara perkawinan.

Upacara perkawinan merupakan upacara yang dianggap paling penting dalam

siklus kehidupan manusia, karena setelah perkawinan tersebut seseorang akan

menjalani kehidupan yang baru bersama dengan pasangan hidupnya.

Pelaksanaan Upacara perkawinan yang diadakan oleh masyarakat di desa

ini tidak jauh berbeda dengan upacara perkawinan yang dilakukan orang Jawa

(50)

dilalui seperti, lamaran, dan masih banyak lagi tahap-tahap lain yang harus dilalui

baik oleh kedua mempelai maupun keluarga kedua belah pihak. Dalam upacara

perkawinan ini biasanya juga digunakan sebagai ajang untuk mempererat tali

silaturahmi antar keluarga dan kerabat, karena biasanya dalam upacara

perkawinan ini seluruh kerabat baik yang dekat ataupun kerabat jauh diundang

untuk memberikan doa restu pada kedua mempelai. Karena upacara perkawinan

ini merupakan upacara paling penting dalam siklus hidup seseorang maka

biasanya upacara ini diadakan semeriah mungkin. acaranya biasanya berlangsung

dua hari satu malam. apabila yang memiliki hajat ini berasal dari keluarga mampu

maka biasanya upacara ini diselenggarakan secara meriah dengan mengadakan

suatu pertunjukan dangdutan/orkesan.

Upacara yang bernuansa kesedihan adalah upacara kematian. Bagi

masyarakat Desa Lalang yang masih mempercayai akan adanya

kekuatan-kekuatan. roh nenek moyang, akan selalu melakukan suatu ritual upacara apabila

ada kematian. Upacara ini dilaksanakan sebagai tanda penghormatan dan untuk

mendoakan keluarga atau orang yang meninggal tersebut. Upacara ini dilakukan

sejak prosesi pemakaman dan berlanjut sampai hari ke 1000 orang tersebut

meninggal. Selamatan ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan antara

keluarga dengan orang yang sudah meninggal itu. Menurut kepercayaan mereka

sebelum hari keseribu orang tersebut meninggal, arwahnya masih berada disekitar

keluarga yang ditinggalkan sehingga supaya arwah orang yang meninggal tersebut

tidak mengganggu dan tenang dialamnya maka diadakan upacara tahlilan dan

(51)

Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan.

“Kalau ada orang meninggal tidak diselamati nanti arwahnya

mengganggu orang yang masih hidup karena minta dikirimi doa.”

Pada hari pertama orang meninggal sebelum jenazah dimakamkan, warga

berdatangan kerumah duka sebagai wujud rasa bela sungkawa atas meninggalnya

anggota keluarga tersebut. Biasanya para perempuan datang dengan membawa

beras atau uang untuk membantu meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.

Kemudian pada malam harinya diadakan tahlilan di rumah duka dengan membaca

yasin, dzikir dan tahlil untuk mendoakan arwah orang yang meninggal agar

diampuni dan diterima disisi Allah SWT. Tahlilan ini dilakukan selama tiga

malam berturut-turut. Selamatan kemudian dilanjutkan pada hari. ke-7 setelah

kematian, kemudian berturut-turut adalah 40 hari, 100 hari, dan yang terakhir

(52)

BAB III

INDUSTRI PT. INALUM DAN PENGARUHNYA

PADA MASYARAKAT DESA

3.1Gambaran Umum Industri PT. Inalum

PT. Inalum berada Di Desa Kuala Tanjung Indah, Kecamatan Sei Suka,

Kabupaten Batu Bara, Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sei Suka adalah

pemekaran dari Kecamatan Medang Deras, yang diresmikan pada akhir tahun

2002. Pemekaran ini dilakukan karena daerah ini mengalami perkembangan yang

sangat pesat. meningkatnya pertambahan penduduk di sekitar kawasan industri

dan pembangunan di sektor perindustrian termasuk Desa Lalang yang lokasinya

sangat dekat dengan industri Inalum. Sebelumnnya daerah ini terisolir, jalan yang

adapun masih merupakan jalan setapak dan tanah liat. Areal pabrik PT. Inalum

sekarang sebelumnya adalah rawa milik masyarakat setempat yang dibebaskan

oleh PT.Inalum dengan harga yang relatif murah. Setelah dilakukan pengurukan

sedalam kurang lebih 2 meter, baru PT. Inalum membangun pabriknya dan sarana

penunjangnya di atas lahan seluas 200 Ha. Sejak itu daerah ini mengalami

perubahan secara fisik.

Perkembangan di daerah ini makin meningkat setelah PT. Inalum

melakukan proyek pembangunan jalan dan sarana lainnya untuk kepentingan

pabrik peleburan Aluminium. Dengan adanya pembangunan sarana jalan, jarak

antara lokasi pabrik PT. Inalum dengan Ibukota Propinsi Sumatera Utara adalah

(53)

wilayahnya relatif dekat dengan lokasi PT. Inalum. Sebelum PT. Inalum berdiri,

pada umumnya mata pencaharian masyarakat setempat berasal dari pertanian

sawah, tegalan, perkebunan karet dan nelayan yang dilakukan secara tradisional.

Tingkat pendidikan masyarakat pun masih relatif rendah. Pada saat itu, hanya 4

orang yang berpendidikan tamat SMU.

3.3.1. Sejarah Berdirinya PT. Inalum.

Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari

Danau Toba untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan pada masa

pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad

mewujudkan pembagian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sungai

tersebut. Tekad itu semakin kuat ketika tahun 1992 Pemerintah menerima studi

kelayakan proyek PLTA dan Alumunium Asahan dari Nippon Koei, seluruh

perusahaan konsultan Jepang.

Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak dibagian dengan sebuah

peleburan alumunium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan. Setelah

melalui perundingan yang panjang dan dengan adanya bantuan ekonomi dari

pemerintah Jepang untuk proyek ini, maka pada 7 Juli 1975 di Tokyo dan 12

perusahaan penanam modal Jepang menandatangani perjanjian induk untuk PLTA

dan pabrik peleburan alumunium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan

Proyek Asahan. Selanjutnya kedua belas perusahaan penanam modal tersebut

(54)

Asahan Alumunium Co, Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25

Nopember 1975.

Pada pada tanggal 6 Januari 1976 didirikanlah PT. Indonesia Asahan

Alumunium (INALUM) sebuah perusahaan antara pmerintah Indonesia depan

NAA Co, Ltd Di Jakarta. Perusahaan inilah yang membangun dan

mengoperasikan proyek Asahan sesuai dengan perjanjian Induk. Perbandingan

saham antara pemerintah Indonesia dengan NAA Co, Ltd pada waktu perusahaan

didirikan adalah 10% depan 90%. Pada bulan Oktober 1978. perbandingan

tersebut berubah menjadi 25% dengan 75% sejak bulan Juni 1987 menjadi

41,13% dengan 58,87%. Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian Induk,

pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan Sk Presiden No. 5 tahun 1976

yang melandasi terbentuknya Otorita Pembagian Proyek Asahan sebagai wakil

Pemerintah yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan

pengembangan Proyek Asahan.

Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia

yang bergerak dalam bidang industri peleburan alumunium dengan investasi

sebesar 411 miliyar Yen, Investasi tersebut untuk membiayai pembangunan

Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di PLTA Sigura-gura dan dengan

kapasitas terpanjang 603 MW, out put tetap sebesar 426 MW di out put puncak

sebesar 513 MW. Tenaga listrik yang dihasilkan dipakai untuk industri

alumunium di Kuala Tanjung. Sesuai dengan perjanjian Induk, kelebihan tenaga

listrik dari kebutuhan perusahaan untuk operasi PLTA, pabrik peleburan dan

(55)

batasan beban puncak 50 MW dan energi listrik sebesar 2186 Wh setiap tahun.

Selesai bulan Oktober 1982, dan pembangunan kedua stasiun PLTA ini berada di

wilayah Kabupaten Toba Samosir tenaga listrik yang dihasilkan kedua stasiun

PLTA disalurkan ke pabrik pelebaran alumunium di Kula Tanjung melalui

Jaringan Transmisi bertegangan tinggi 275 KV sepanjang 120 Km menembus

daerah pegunungna, perkebunan dan dataran rendah yang melintasi Kabupaten

Toba Samosir, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan. Jaringan transmisi

ini mempunyai 271 menara dengan sistem 2 saluran (circuit) digunakan untuk

interkoneksi dengan jaringan 150 KV milik PLN Sumatera Utara yang titik

Interkoreksinya berada di Kuala Tanjung.

Inalum membangun pabrik peleburan alumunium beserta prasarana

pendukung produksinya diatas area seluas 20 ha di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei

Suka, Kabupaten Batu Bara yang berjarakk lebih kurang 110 km daripada Ibukota

Sumatera Utara. Pabrik peleburan denga kapasitas 225.000 ton alumunium per

tahun, dibangun menghadap Selat Malaka. Pembangunannya dimulai tanggal 8

Juli 1979 sedang tahap operasinya dimulai tanggal 20 Januari 1982. Pada tanggal

14 Oktober 1982, Inalum mengekspor produk perdananya sebesar 4.800 ton

alumunium ingot ke Jepang. Sejak itu Indonesia tercatat sebagai salah satu negara

pengekspor alumunium di dunia produksi ke sejuta ton dicapai pada tanggal 8

Februari 1988, produksi kedua juta ton tanggal 2 Juni 1993 dan pada tanggan 12

Desember 1997 dihasilkan produksi ketiga juta ton.

Produk Inalum menjadi komoditas ekspor depan tujuan utama ke Jepang

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 4.
Tabel 5.
+4

Referensi

Dokumen terkait