DAMPAK INDUSTRIALISASI TERHADAP
KEHIDUPAN SOSIAL, EKONOMI DAN BUDAYA
MASYARAKAT
( kajian Deskriptif pada masyarakat Desa Lalang
Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara )
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial
Dalam Bidang Antropologi
Oleh :
MHD DIAN SAFEI 040905054
DEPARTEMEN ANTROPOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SAW Tuhan Yang
Maha Esa. Atas berkat kasih anugerahnya maka penulis dapat melaksanakan
penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Dampak Industrialisasi Terhadap
Kehidupan Sosial, Ekonomi dan Budaya Masyarakat (Studi Deskriptif Pada
Masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara)”.
Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh derajat
sarjana S-1 bidang Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas
perhatian dan peranserta kepada :
1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, M.A. selaku dekan Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Zulkifli B Lubis, M.A. sebagai Ketua Departemen
Antropologi Sosial Fisip USU yang telah mambantu mulai awal
perkuliahan hingga penulisan skripsi.
3. Bapak Nurman Ahmad, Msoc, sc selaku dosen penasehat akademik
yan mengarahkan penulis dengan baik dari awal kuliah sampai ke
tingkat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
4. Bapak Drs. Ermansyah, M.Hum. sebagai pembimbing utama yang
penulis dan telah memberikan bekal ilmu yang sangat berharga
bagi penulis.
5. Seluruh Staf pengejar pada Departemen Antropologi FISIP USU
yang membimbing penulis selama dalam perkuliahan serta Staf
Administrasi FISIP USU.
6. Penghargaan dan terima kasih yang sebesar besarnya penulis
persembahkan untuk orang tua tercinta, Mama dan Ayah yang
telah mamberikan dukungan baik moril maupun materil kepada
penulis dampai penulis meraih gelar sarjana. Buat adik saya Dina,
Iman dan Taufik yang telah memberikan semangat kepada penulis
dalam penyelesaian skripsi.
7. Kepada Ayu Suwita tersayang terima kasih atas dukungan dengan
hati yang tulus dan perhatian penuh yang selama ini diberikan
kepada penulis selama penulisan skripsi ini.
8. Spesial ditujukan buat sahabat sahabatku : Gifari, Kia, Alles,
Arnov, Joseph, Prilmon, Vika, Fais, Hariman, Riki, Cardo, Siwa,
Erwin, Abu, Cory, Tiva, Yani, Mona dan seluruh anak Antropologi
Angkatan 2004 yang tidak pernah berhenti memberikan semangat
kepadaku dan thanks untuk persahabatannya.
9. Semua pihak yang tidak sempat penuls sebutkan pada kesempatan
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
KATA PENGANTAR...iii
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...viii
DAFTAR GAMBAR...ix
ABSTRAK...x
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah --- 1
1.2. Perumusan Masalah --- 5
1.3. Lokasi Penelitian --- 5
1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian --- 6
1.5. Tinjauan Pustaka --- 6
1.6. Metodologi Penelitian --- 17
1.6.1. Tipe Penelitian--- 17
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data--- 17
1.6.3. Analisa Data --- 19
BAB II. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah, Letak dan Kondisi Geografis --- 20
2.2. Kependudukan --- 21
2.3. Sarana Fisik --- 27
2.3.1. Sarana Kesehatan --- 27
2.3.3. Sarana Ibadah --- 28
2.3.4. Sarana Transportasi --- 28
2.3.5. Sarana Hiburan dan Komunikasi --- 29
2.3.6. Sarana Perdagangan --- 29
2.4. Kondisi Sosial Budaya --- 29
BAB III. INDUSTRI PT. INALUM DAN PENGARUHNYA PADA MASYARAKAT DESA 3.1. Gambaran Umum Industri PT. Inalum --- 37
3.1.1. Sejarah Berdirinya PT. Inalum --- 38
3.2. Kebijakan PT. Inalum Terhadap Masyarakat dan Lingkungan -- 41
3.2.1. Pengendalian Dampak Lingkungan --- 42
3.3. Sumbangsih PT. Inalum Terhadap Desa Lalang --- 43
3.3.2. Fasilitas Pelabuhan --- 43
3.3.3. Perumahan Karyawan --- 43
3.3.4. Prasarana Jalan --- 44
3.3.5. Kebijakan Bidang Pendidikan --- 45
BAB IV. DAMPAK DAN TANGGAPAN MASYARAKAT ATAS KEBERADAAN INDUSTRI PT. INALUM 4.1. Dampak Keberadaan P.T Inalum Terhadap Masyarakat --- 47
4.1.1. Interaksi Masyarakat dengan PT. Inalum --- 47
4.1.2. Interaksi Antar Masyarakat Desa --- 49
4.1.3. Perubahan Pemilikan Tanah --- 49
4.2. Dampak Ekonomi Atas Keberadaan P.T Inalum Terhadap Masyarakat --- 50
4.2.1. Efek Pengganda Dari PT. Inalum --- 51
4.2.3. Kesempatan Kerja --- 61
4.2.4. Pengaruh Industri Inalum terhadap
Sektor Pertanian Desa Lalang --- 66
4.2.5. Pengaruh Industri Inalum terhadap
Sektor Perikanan Desa Lalang --- 69
4.3. Bentuk Pergeseran Nilai Budaya --- 74
4.3.1. Kegiatan Tolong Menolong dalam Aktivitas
Pertanian/mata Pencaharian --- 74
4.3.2. Kegiatan Tolong Menolong dalam Aktivitas
Sekitar Rumah Tangga dan Kemasyarakatan --- 78
4.3.3. Kegiatan Tolong Menolong dalam Aktivitas
Pesta dan Upacara --- 79
4.3.4. Kegiatan Tolong Menolong dalam Peristiwa
Kecelakaan dan Bencana --- 82
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan --- 85
5.2. Saran --- 89
DAFTAR PUSTAKA --- 91
Abstrak
Pertumbuhan industri di daerah pedesaan memungkinkan desa tersebut tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya. Hal tersebut akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat, termasuk di sini adalah masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras dengan perkembangan industri Inalumnya. Perkembangan industri Inalum tersebut membawa dampak dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Permasalahan dalam penelitian ini, adalah : bagaimana adalah bagaimana dampak industrialisasi terhadap perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang meliputi: (1) Jenis industrialisasi apa saja yang hadir di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras ? (2) Apa akibat yang ditimbulkan dari kehadiran industri terhadap kehidupan sosial, mata pencaharian, dan nilai budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? (3) Bagaimana tanggapan masyarakat desa atas kehadiran berbagai industri yang ada di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mendeskripsikan berbagai bentuk dampak industrialisasi terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya Masyarakat di Desa Pesisir Lalang. Manfaat dari penelitian ini, antara lain :(1) Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami perubahan kehidupan masyarakat pesisir (2) Manfaat Secara praktis, dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang akhirnya membentuk berbagai aspek kehidupan warga, khususnya masyarakat pedesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitin kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data.
kontinu dengan masyarakat sekitar , berupaya memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan berupa penyuluhan di bidang sosial budaya , bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pendidikan dan latihan agar masyarakat sekitar dapat mendaur ulang limbah industrinya menjadi bermanfaat sebagai barang komoditi
Abstrak
Pertumbuhan industri di daerah pedesaan memungkinkan desa tersebut tumbuh menjadi daerah industri dengan segala akibat positif dan negatifnya. Hal tersebut akan membawa perubahan-perubahan dalam masyarakat, termasuk di sini adalah masyarakat Desa Lalang Kecamatan Medang Deras dengan perkembangan industri Inalumnya. Perkembangan industri Inalum tersebut membawa dampak dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Permasalahan dalam penelitian ini, adalah : bagaimana adalah bagaimana dampak industrialisasi terhadap perubahan sosial, ekonomi dan budaya masyarakat yang meliputi: (1) Jenis industrialisasi apa saja yang hadir di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras ? (2) Apa akibat yang ditimbulkan dari kehadiran industri terhadap kehidupan sosial, mata pencaharian, dan nilai budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? (3) Bagaimana tanggapan masyarakat desa atas kehadiran berbagai industri yang ada di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras? Tujuan dari penelitian ini adalah : untuk mendeskripsikan berbagai bentuk dampak industrialisasi terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya Masyarakat di Desa Pesisir Lalang. Manfaat dari penelitian ini, antara lain :(1) Secara akademis, penelitian ini dapat menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami perubahan kehidupan masyarakat pesisir (2) Manfaat Secara praktis, dapat memberi masukan bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang akhirnya membentuk berbagai aspek kehidupan warga, khususnya masyarakat pedesaan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitin kualitatif yang menghasilkan data deskriptif, berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data.
kontinu dengan masyarakat sekitar , berupaya memberikan kesempatan kerja kepada masyarakat bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk melakukan pembinaan berupa penyuluhan di bidang sosial budaya , bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk memberikan pendidikan dan latihan agar masyarakat sekitar dapat mendaur ulang limbah industrinya menjadi bermanfaat sebagai barang komoditi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Sebagai negara maritim sebagian besar penduduk pesisir di Indonesia
menggantungkan hidupnya dari bidang perikanan. Mewacanakan tentang
kehidupan masyarakat pesisir, mau tidak mau akan bersentuhan dengan
masyarakat nelayan dan pembudi daya ikan. Masyarakat nelayan adalah orang
atau sekelompok orang yang bekerja sebagai nelayan yang bertempat tinggal di
kawasan nelayan dan/atau sekitarnya. Nelayan atau orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan adalah orang yang mata
pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari.
Walaupun mata pencarian orang-orang desa di pesisir beragam, namun
sebagian besar adalah nelayan dan kegiatan nelayan menjadi sumber penghasilan
utama masyarakat desa. Koentjaraningrat (1997) mengatakan :
“Selain berburu dan meramu, mencari ikan juga merupakan
mata pencaharian hidup yang telah ada sejak awal keberadaan
manusia di bumi. Manusia purba yang kebetulan hidup dekat
rawa-rawa, sungai, danau atau laut, telah memanfaatkan sumber alam itu
guna memenuhi kebutuhan hidupnya. Ketika manusia mulai
dijadikan mata pencaharian tambahan. Akan tetapi sebaliknya di
samping menangkap ikan, masyarakat-masyarakat nelayan yang
menggantungkan hidupnya dari menangkap hasil laut itu juga
mengerjakan kebun dan ladang. Dibandingkan berburu, mata
pencaharian menangkap ikan lebih banyak dipengaruhi oleh
perkembangan teknologi. Selain alat-alat yang digunakan misalnya
berbagai jenis kail, tombak, jala, dan perangkap, para nelayan juga
membutuhkan perahu yang selain harus dilengkapi dengan berbagai
jenis peralatan navigasi dan pengamanan, juga menuntut adanya
keterampilan untuk mengemudikan, pengetahuan mengenai ciri-ciri
dan cara hidup berbagai jenis ikan, mengenai cuaca, dan mengenai
bintang-bintang. Di Indonesia metode-metode ilmu gaib dan ilmu
dukun pun masih banyak diterapkan dalam usaha dalam usaha
penangkapan ikan di laut.”
Pembangunan kawasan pesisir pada dasarnya adalah suatu proses
perubahan pada berbagai aspek di desa. Perubahan tersebut tidak hanya berupa
mekanisasi atau teknologi namun lebih jauh lagi pada kelembagaan ekonomi dan
sosial. Dengan demikian proses pembangunan kawasan pesisir dapat dikatakan
sebagai proses transformasi pedesaan. Proses ini menyentuh seluruh lapisan
Proses transformasi mayarakat pedesaan, tentu sangat berkaitan erat
dengan faktor-faktor eksternal yang turut mempengaruhi dan menetukan arah dan
tahapan perkembangan sebuah desa. Salah satu faktor yang sangat mempengaruhi
perubahan saat ini adalah modernisasi. Modernisasi adalah suatu persoalan yang
harus dihadapi oleh masyarakat. Setiap manusia dalam masyarakat sangat sulit
untuk lepas dari pengaruh modernisasi yang melanda dunia saat ini. Menurut
Schoorl (1980), pada dasarnya pengertian modernisasi mencakup suatu
transformasi total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti
teknologi serta organisasi sosial menuju kearah pola-pola ekonomis dan politis
yang menjadi ciri negara Barat yang stabil.
Industrialisasi merupakan aspek dari paham modernisasi yang pada
tingkatan negara-negara berkembang ternyata mempunyai kelemahan-kelemahan
mendasar, walaupun paham modernisasi terlanjur menjadi rujukan utama dalam
proses pembangunan (Dove, 1985:45). Industrialisasi sangat erat kaitannya
dengan teknologi modern. Teknologi merupakan cara yang harus dilakukan
manusia dalam usaha untuk memenuhi kebutuhannya yang makin meningkat baik
kualitas maupun kuantitasnya, oleh karena itu diperlukan alih teknologi (transfer
of technology) dari negara-negara maju ke negara-negara berkembang. Proses
pengambilalihan teknologi ini memerlukan perhitungan yang matang agar
teknologi yang baru dapat diterima dan digunakan oleh masyarakat waktu itu atau
sampai menjadi teknologi yang adaptif.
Sejalan dengan perkembangannya industri justru kemudian memposisikan
Hadirnya industri di wilayah pedesaan mempunyai konsekwensi logis atas
tercerabutnya sumber-sumber maritim, khususnya pada kelautan. Nelayan
kemudian menjadi kehilangan mata pencaharian akibat keberadaan industri di
pedesaan. Itu artinya bahwa fenomena muncunya industri justru membawa
perubahan yang sangat mendasar tidak hanya pada fragmentasi lahan, selebihnya
proses transformasi di pedesaan cenderung berjalan begitu cepat dan membawa
perubahan-perubahan juga secara subtansial di berbagai aspek kehidupan
masyarakat desa (Castles, 2001). Mata pencaharian nelayan pun kurang diminati
lagi, penduduk desa telah menjadikan industri sebagai mata pencaharian.
Perubahan dari nelayan ke industri ini juga terjadi pada masyarakat Desa
Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras. Hal ini bisa dilihat dari catatan Harian
Analisa (Selasa 3/3/2009) bahwa :
“Penurunan luas ini berpotensi mengakibatkan abrasi pada kawasan
pantai. Selain itu, peralihan ke industri juga berakibat pada
pengalihan sistem mata pencaharian nelayan. Sejak lima tahun
belakangan ini diperkirakan ratusan hektar tambak udang produktif
di Kecamatan Medang Deras, Batubara dibiarkan terlantar begitu
saja oleh pemiliknya. Sehingga semua areal pertambakan itu
tertimbun lumpur dan semak-semak. Hasil keterangan yang
diperoleh di lapangan menyebutkan, tak berfungsinya dan
terlantarnya ratusan hektare areal pertambakan itu akibat bibit
(nener) udang pertumbuhannya sudah jauh berkurang, tidak seperti
modal pembibitan selama 3-4 bulan. Wagiran (45) salah seorang
mantan karyawan tambak udang membenarkan, bibit (nener) udang
beberapa tahun belakangan ini kualitas tanah lokasinya jauh
berkurang akibat kesuburan tanah lokasinya, sehingga tak
memungkinkan lagi pertumbuhannya. Dikatakannya, kalaupun
pemilik tambak berminat lagi mau membuka lahan baru terpaksa di
lokasi lain, jauh dari lokasi semula itupun harus sesuai mutu tanah
lumpur di pinggir pantai.”
Dahulu pada tahun 1960 Desa Pesisir Lalang awalnya berbentuk rawa,
mata pencaharian penduduk mayoritas sebagai nelayan yang masih sangat
tradisional. Teknologi yang digunakan sangat sederhana, yaitu perahu sampan
dayung dan jaring kecil hasil rajutan sendiri. Wilayah penangkapan ikan pun
hanya dilakukan di pinggir-pinggir laut.
Pembangunan industri di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batu Bara ini di mulai Pada tahun 1976. Saat itu Jepang masuk ke
Indonesia dan melakukan kerja sama guna membangunan pabrik INALUM
(Indonesia Asahan Alumunium). Sejalan dengan pembangunan INALUM desa
ikut bangkit dan berkembang. Pembangunan yang dilakukan diantaranya jalan
raya, jembatan, rumah-rumah permanen, instalasi listrik dan air. Penduduk
setempat pun mulai beralih mata pencaharian menjadi pekerja pabrik. Mulai tahun
minyak goreng MULTIMAS NABATI ASAHAN dan pabrik minyak goreng
DOMAS mulai membangun pabrik di kawasan tersebut.
Dengan berkembangnya industri dan kegiatan ekonomi, maka
memungkinkan orang hidup dalam lapangan pekerjaan tersebut. Hal tersebut
dapat dilihat bahwa pekerja di pabrik atau perusahaan terus meningkat, sedangkan
yang bekerja di sektor pertanian dan perikanan makin menurun.
1. 2. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka
permasalahan yang diajukan adalah bagaimana dampak industrialisasi perubahan
sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang Permasalahan ini
diuraikan ke dalam 3 (tiga) pertanyaan penelitian yaitu :
1. Jenis industrialisasi apa saja yang hadir di Desa Pesisir Lalang Kecamatan
Medang Deras ?
2. Apa akibat yang ditimbulkan dari kehadiran industri terhadap kehidupan
sosial, mata pencaharian, dan nilai budaya masyarakat Desa Pesisir Lalang
Kecamatan Medang Deras?
3. Bagaimana tanggapan masyarakat desa atas kehadiran berbagai industri
1. 3. Lokasi Penelitian.
Lokasi penelitian ini dilakukan di Desa Pesisir Lalang Kecamatan Medang
Deras Kabupaten Batu bara. Hal ini didasari karena banyak pembangunan industri
yang selama ini diyakini sebagai penyebab perubahan pada berbagai aspek
kehidupan masyarakat Desa Pesisir Lalang
1. 4. Tujuan dan Manfaat Penelitian.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan berbagai bentuk dampak
industrialisasi terhadap perubahan kehidupan sosial, ekonomi dan budaya
Masyarakat di Desa Pesisir Lalang. Secara akademis, penelitian ini dapat
menambah wawasan ke ilmuan khususnya Antropologi, dalam memahami
perubahan kehidupan masyarakat pesisir. Secara praktis, dapat memberi masukan
bagi pihak yang berkepentingan dalam membuat kebijakan pembangunan yang
akhirnya membentuk berbagai aspek kehidupan warga, khususnya masyarakat
pedesaan.
1. 5. TINJAUAN PUSTAKA
Menurut Linton (dalam Behrendf, 1974) manusia dewasa ini baru sampai
pada permulaan taraf yang ketiga dari perkembangannya. Pada taraf budaya
pertama yang paling tua umurnya manusia bekerja hanya sebagai pemungut dan
pemburu saja, sedangkan taraf hidup kedua mulai kira2 sejak tahun 8000 atau
6000 SM dicirikan oleh pertanian dan peternakan serta pekerjaan tangan yang
sanggup membuka sumber tenaga baru yang makin kuat (uap,listrik,motor
ledakan, tenaga atom).
Kebudayaan adalah suatu kelompok cara-cara merasa, berfikir dan
bertingkah laku, yang sudah menjadi kebiasaan dari sejumlah manusia tertentu
sehingga dapat dipandang sebagai ciri2 masyarakat itu. Semua faktor itu saling
mempengaruhi dan mempunyai tugas-tugas tertentu di dalam keseluruhan
hubungan-hubungan kebudayaan itu. Oleh sebab itu, setiap perubahan besar
dalam lingkungan bagian yang satu mempengaruhi lingkungan bagian yang lain
dan dengan demikian mengakibatkan perubahan susunan pula. Jadi kebudayaan
adalah suatu bentuk hidup masyarakat, yang agak tetap dan berlaku untuk
beberapa generasi. (Behrendf, 1974 : 36)
Dinamika berarti suatu cara hidup yang diciri tegaskan oleh pertumbuhan
kebudayaan yang tetap berlangsung dalam perubahan yang menyolok mata, yaitu
perubahan tata nilai, perubahan cara berfikir, dan bertingkah laku, perubahan
peralatan teknis, perubahan alat2 produksi, perubahan syarat organisasi dan
kesemua perubahan itu dalam waktu yang panjang melalui beberapa generasi dan
terutama ditujukan ke arah perbaikan dan penambahan tenaga manusia dan
kebendaan, dan juga ke arah pengluasan lingkungan hubungan kemasyarakatan
dan pelembagaan sosial yang dianggap penting dalam kehidupan manusia.
Untuk itu pembangunan merupakan suatu hal yang penting untuk
dijalankan dalam suatu masyarakat. Dari sudut pandang ekonomi Meier
dari suatu negara meningkat dalam suatu masa panjang, dan dalam masa yang
bersamaan jumlah penduduk yang di bawah garis kemiskinan tidak bertambah,
dan distribusi pendapatan tidak makin senjang (dalam Marzali, 2005 : 62)
Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses perubahan pada berbagai
aspek khususnya pada penelitian ini di pedesaan. Perubahan tersebut tidak hanya
berupa mekanisasi atau teknologi namun lebih jauh lagi pada kelembagaan
ekonomi dan sosial, yang mencakup perubahan bentuk, ciri, struktur dan
kemampuan sistem kegiatan pertanian dalam menggairahkan, menumbuhkan dan
mengembangkan, dan menyehatkan perekonomian masyarakat pedesaan (Pranaji,
2000)
Seiring dengan jalannya pembangunan mengarah pada munculnya
industrialisasi. Indonesia sedang dalam proses menuju era industrialisasi, suatu
era yang dipandang sangat penting dalam sejarah kebudayaan bangsa karena pada
era inilah diharapkan Indonesia dapat mengejar ketertinggalannya dari negara lain
sehingga dapat hidup sederajat dengan negara-negara maju yang lain. Era industri
dipandang sebagai era strategis untuk memacu bangsa dalam mencapai cita-cita
kemerdekaan. Pada masa orde baru, pemerintah menetapkan tiga aspek kebijakan
ekonomi untuk menumbuhkan iklim perekonomian menjadi semakin baik. Ketiga
kebijakan tersebut diantaranya adalah: dirombaknya sistem devisa transaksi luar
negeri lebih bagus dan sederhana, dikuranginya fasilitas yang khusus disediakan
bagi perusahaan yang diambil kebijaksaaan pemerintah baru untuk mendorong
pertumbuhan sektor swasta bersama dengan sektor perusahaan negara serta
Wujud konkrit dari kebijakan tersebut yaitu dengan banyak bermunculan
industri-industri baru.
Pembangunan industri disesuaikan dengan perkembangan masyarakat,
ilmu pengetahuan dan teknologi (Bintarto,1997:86). Industri adalah semua
perubahan atau semua usaha yang melakukan kegiatan merubah bahan mentah
menjadi barang jadi atau setengah jadi yang kurang nilainya menjadi barang jadi
yang lebih tinggi nilainya. Industri juga dapat didefinisikan sebagai suatu usaha
untuk memproduksi barang jadi, bahan baku atau barang mentah melalui proses
penggarapan dalam jumlah besar sehingga barang tersebut dapat diperoleh dengan
harga serendah mungkin tetapi dengan mutu setinggi mungkin (Sandy, 1985:148).
Industri dapat diartikan dengan seluruh kegiatan manusia yang produktif.
Jadi disini industri meliputi juga industri pertanian, industri peternakan, industri
pertambangan dan sebagainya. Yang dimaksud dengan industri disini adalah
setiap usaha yang merupakan satu unit produksi yang membuat barang atau yang
mengerjakan suatu barang untuk masyarakat di suatu tempat tertentu. Jadi bila
usaha tersebut berpindah-pindah atau tidak memiliki tempat yang tetap untuk
melakukan usaha, belum bisa disebut industri.
Adapun beberapa penggolongan industri menurut Hardjanto dalam
1. Klasifikasi Industri menurut jenisnya
a. Industri berat.
Merupakan industri yang bergerak di bidang alat-alat berat seperti industri
alat-alat pertanian, logam, mekanik, dan lain-lain.
b. Industri ringan.
Merupakan industri yang bergerak di bidang alat-alat ringan seperti
industri makanan, kosmetik dan lain sebagainya.
2. Klasifikasi Industri berdasarkan ukuran
a. Industri besar
b. Industri sedang
c. Industri ringan
3. Klasifikasi Industri berdasarkan bahan baku yang digunakan
a. Industri primer
b. Industri skunder
c. Industri tersier
4. Klasifikasi Industri menurut tingkatannya
a. Industri dasar c. Industri atas
Berdasarkan penyelenggaranya, dapat digolongkan menjadi dua yaitu :
1). Industri Rakyat/Industri Kecil yang mempunyai ciri-ciri: produksinya banyak
menggunakan pekerjaan tenaga manusia, menggunakan alat-alat dan teknik
sederhana, tempat produksi dilakukan dirumah. Yang termasuk industri kecil
adalah industri batik, batu bata, dan lain-lain.
2). Industri Besar yang memiliki ciri-ciri : modal yang digunakan besar,
menggunakan mesin modern dalam proses produksi, tenaga kerja yang digunakan
merupakan tenaga yang terdidik.
Mc. Cawley membagi industri berdasarkan tenaga kerjanya yaitu industri
besar yang memiliki tenaga kerja lebih dari 100 orang, industri sedang memiliki
tenaga kerja antara 20-99 orang, industri kecil yang memiliki tenaga kerja 5-19
orang, dan industri rumah tangga yang memiliki tenaga kerja kurang dari 4 orang.
Begitu pula bila dilihat dari jenis tenaga kerjanya dibagi menjadi 4 kelompok
yaitu terdidik, terlatih, setengah terlatih dan tidak terlatih (Simanjuntak, 1990:20).
Industrialisasi merupakan proses merubah masyarakat dari sistem mata
pencaharian pertanian ke industri. Di dalam proses ini, segala aspek masyarakat,
kebudayaan dan lingkungannya turut bergeser.Industri terwujud dalam berbagi
bentuk dan cenderung terjadi di wilayah pedesaan baik itu di wilayah pertanian
ataupun perikanan. Sebagai contoh dapat dilihat dari berdirinya pabrik-pabrik di
Perkembangan yang pesat dari industrialisasi yang terjadi di kawasan Desa
Pesisir Lalang tentunya memiliki dampak terhadap perubahan berbagai aspek
kehidupan masyarakat, baik itu Perubahan sosial dan budaya. Perubahan sosial
dan budaya mempunyai dua konsep yang saling terkait dan tidak terpisahkan.
Dalam menghadapi perubahan sosial budaya tentu masalah utama yang perlu
diselesaikan ialah pembatasan pengertian atau definisi perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan itu sendiri.
Kebanyakan definisi membicarakan perubahan dalam arti yang sangat
luas. Moore mendefinisikan perubahan sosial sebagai “perubahan penting dari
stuktur sosial” dan yang dimaksud dengan struktur sosial adalah pola-pola
perilaku dan interaksi sosial (Moore, 1967 : 3). Dengan demikian dapat diartikan
bahwa perubahan sosial dalam suatu kajian untuk melihat dan mempelajari
tingkah laku masyarakat dalam kaitannya dengan perubahan.
Soemardjan mengatakan perubahan sosial adalah segala perubahan pada
lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi
sistem sosialnya, termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap-sikap dan pola-pola
kelakukan diantara kelompok-kelompok dalam masyarakat” (dalam, Soekanto,
1974: 217). Definisi ini menekankan perubahan lembaga sosial, yang selanjutnya
mempengaruhi segi-segi lain struktur masyarakat. Lembaga sosial ialah unsur
yang mengatur pergaulan hidup untuk mencapai tata tertib melalui norma. Artinya
perubahan sosial adalah segala perubahan yang terjadi dalam lembaga
kemasyarakatan dalam suatu masyarakat, yang mempengaruhi sistem sosialnya.
himpunan kelompok manusia dimana perubahan mempengaruhi struktur
masyarakat lainnya.
Davis (1960) berpendapat bahwa perubahan sosial ialah perubahan dalam
struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya, dengan timbulnya organisasi buruh
dalama masyarakat kapitalis, terjadi perubahan-perubahan hubungan antara buruh
dengan majikan, selanjutnya perubahan-perubahan organisasi ekonomi dan
politik.
Perubahan sosial terjadi karena adanya perubahan dalam unsur-unsur yang
mempertahankan keseimbangan masyarakat seperti misalnya perubahan dalam
unsur geografis, biologis, ekonomis dan kebudayaan. Sorokin (1957), berpendapat
bahwa segenap usaha untuk mengemukakan suatu kecenderungan yang tertentu
dan tetap dalam perubahan sosial tidak akan berhasil baik.
Ogburn (dalam Soekanto 1990) berpendapat, ruang lingkup perubahan
sosial meliput i unsur-unsur kebudayaan, baik yang material ataupun yang bukan
material. Unsur-unsur material itu berpengaruh besar atas yang bukan material.
Perubahan sosial diartikan sebagai perubahan-perubahan yang terjadi dalam
struktur dan fungsi masyarakat.
Dari beberapa definisi di atas dapat dilihat bahwa perubahan sosial adalah
perubahan dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas,
perubahan dapat menyangkut struktur sosial atau pola nilai dan norma serta peran.
karena memang antara manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan
dengan kebudayaan itu sendiri.
Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan budaya. Soekanto
(1990) mengatakan perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian, yang
meliputi kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi, filsafat dan lainnya. Akan tetapi
perubahan tersebut tidak mempengaruhi organisasi sosial masyarakatnya. Ruang
lingkup perubahan kebudayaan lebih luas dibandingkan perubahan sosial. Namun
demikian dalam prakteknya di lapangan kedua jenis perubahan perubahan tersebut
sangat sulit untuk dipisahkan.
Perubahan kebudayaan bertitik tolak dan timbul dari organisasi sosial.
Pendapat tersebut dikembalikan pada pengertian masyarakat dan kebudayaan.
Masyarakat adalah sistem hubungan dalam arti hubungan antar organisasi dan
bukan hubungan antar sel. Kebudayaan mencakup segenap cara berfikir dan
bertingkah laku, yang timbul karena interaksi yang bersifat komunikatif seperti
menyampaikan buah pikiran secara simbolik dan bukan warisan karena keturunan
(Davis, 1960).
Apabila diambil definisi kebudayaan menurut Taylor (dalam Soekanto,
1990) kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,
kepercayaan, kesenian, moral, hukum adat istiadat dan setiap kemampuan serta
kebiasaan manusia sebagai warga masyarakat, maka perubahan kebudayaan dalah
Soemardjan (1982) mengemukakan bahwa perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan mempunyai aspek yang sama yaitu keduanya bersangkut
paut dengan suatu cara penerimaan cara-cara baru atau suatu perbaikan dalam
cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhannya.
Untuk mempelajari perubahan pada masyarakat, perlu diketahui
sebab-sebab yang melatari terjadinya perubahan itu. Apabila diteliti lebih mendalam
sebab terjadinya suatu perubahan masyarakat, mungkin karena adanya sesuatu
yang dianggap sudah tidak lagi memuaskan. Menurut Soekanto (1990), penyebab
perubahan sosial dalam suatu masyarakat dibedakan menjadi dua macam yaitu
faktor dari dalam dan luar. Faktor penyebab yang berasal dari dalam masyarakat
sendiri antara lain bertambah atau berkurangnya jumlah penduduk, penemuan
baru, pertentangan dalam masyarakat, terjadinya pemberontakan atau revolusi.
Sedangkan faktor penyebab dari luar masyarakat adalah lingkungan fisik sekitar,
peperangan, pengaruh kebudayaan masyarakat lain.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan cara yang sederhana untuk
mengerti perubahan sosial (masyarakat) dan kebudayaan itu adalah mendapatkan
gambaran yang lebih jelas lagi mengenai perubahan mayarakat dan kebudayaan
itu dan mencoba menangkap semua kejadian yang sedang berlangsung di
tengah-tengah masyarakat itu sendiri.
Kenyataan mengenai perubahan-perubahan dalam masyarakat dapat
dianalisa dari berbagai segi diantaranya, ke arah mana perubahan dalam
meninggalkan faktor yang diubah. Perubahan itu bisa bergerak ke suatu bentuk
yang baru sama sekali, bisa juga bergerak ke suatu bentuk yang sudah ada di masa
sebelumnya.
Perubahan sosial dan budaya yang sedang berlangsung dimasyarakat
merupakan dampak dari modernisasi. Schoorl (1980), melihat modernisasi
sebagai suatu proses transformasi, suatu perubahan masyarakat dalam segala
aspek-aspeknya. Dibidang ekonomi, modernisasi berarti tumbuhnya kompleks
industri dengan pertumbuhan ekonomi sebagai akses utama. Berhubung dengan
perkembangan ekonomi, sebagian penduduk tempat tinggalnya tergeser ke
lingkungan kota-kota. Masyarakat modern telah tumbuh tipe kepribadian tertentu
yang dominan. Tipe kepribadian seperti itu menyebabkan orang dapat hidup di
dalam dan memelihara masyarakat modern.
Sedangkan Dube (1988), berpendapat bahwa terdapat tiga asumsi dasar
konsep modernisasi yaitu ketiadaan semangat pembangunan harus dilakukan
melalui pemecahan masalah kemanusiaan dan pemenuhan standart kehidupan
yang layak, modernisasi membutuhkan usaha keras dari individu dan kerjasama
dalam kelompok, kemampuan kerjasama dalam kelompok sangat dibutuhkan
untuk menjalankan organisasi modern yang sangat kompleks dan organisasi
kompleks membutuhkan perubahan kepribadian (sikap mental) serta perubahan
pada struktur sosial dan tata nilai.
Tujuan akhir dari modernisasi adalah terwujudnya masyarakat modern
masyarakat. Secara lebih jelas Schoorl (1980) mengatakan proses petumbuhan
struktur sosial yang dimulai dari proses perbesaran skala melalui integrasi. Proses
ini kemudian dilanjutkan dengan diferensiasi hingga pembentukan stratifikasi dan
hirarki.
Motivasi teori modernisasi untuk merubah cara produksi masyarakat
berkembang sesungguhnya adalah usaha merubah cara produksi pra-kapitalis ke
kapitalis, sebagaimana negara-negara maju sudah menerapkannya untuk ditiru.
Proses modernisasi mencakup proses yang sangat luas yang terkadang batasannya
tidak dapat ditetapkan secara mutlak. Modernisasi mencakup suatu transformasi
total kehidupan bersama yang tradisional atau pra modern dalam arti teknologi
serta organisasi sosial menuju ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang
menjadi ciri negara barat yang stabil (Soekanto, 1990).
Dampak sosial muncul ketika terdapat aktivitas modernisasi seperti
proyek, program, atau kebijakan yang diterapkan pada suatu masyarakat.
Aktivitas yang biasanya berasal dari luar masyarakat ini mempengaruhi
keseimbangan pada suatu sistem masyarakat. Pengaruh itu bisa positif bisa pula
negatif. Hal ini hanya dapat di uji seperti yang dikatakan Hadi (1995) dari nilai,
norma, aspirasi, dan kebiasaan dari masyarakat yang bersangkutan.
Dapatlah disimpulkan bahwa dampak sosial merupakan perubahan yang
terjadi pada manusia dan masyarakat yang diakibatkan oleh aktivitas
pembangunan. Lebih rinci lagi perubahan itu menurut Armour meliputi
1. Cara hidup (way of life) termasuk di dalamnya bagaimana manusia dan
masyarakat itu hidup, bekerja, bermain dan berinteraksi satu dengan yang
lain.
2. Budaya termasuk didalamnya sistem nilai, norma dan kepercayaan.
3. Komunitas meliputi struktur penduduk, kohesi sosial, stabilitas
masyarakat, estetika, sarana dan prasarana yang diakui sebagai “public
falities” adalah gedung sekolah, mushola, balai rukun warga, dan balai
kelurahan. (dalam Hadi, 1995 : 24-25).
1. 6. METODOLOGI PENELITIAN
1. 6.1. Tipe penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan pendekatan
kualitatif yang bertujuan untuk menggambarkan secara terperinci tentang dampak
industrialisasi terhadap kondisi sosial, ekonomi dan budaya masyarakat Desa
Pesisir Lalang Kec Medang Deras Kab Batu Bara.
1.6.2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok
yaitu data primer dan data skunder. Data primer merupakan data yang diperoleh
dari lapangan, melalui observasi dan wawancara mendalam.
Sedangkan data skunder merupakan data yang diperoleh dari Penelitian
sebagai sumber data sekunder yang bersifat teoritis, dalam hal ini berupa
buku-buku, literature, jurnal, tesis, laporan penelitian, skripsi, serta bahan-bahan relevan
lainnya.
Teknik pengumpulan data Primer dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1. Observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipasi yang dilakukan
oleh seorang peneliti tanpa harus ikut terlibat di dalam kehidupan
masyarakat yang diteliti. Observasi non partisipasi dilakukan untuk
mengamati tentang :
• Kondisi rumah.
• Kondisi jalan.
• Kondisi lingkungan maupun kondisi alam
• Aktifitas yang dilakukan oleh para nelayan tradisional dalam kehidupan
sehari- hari, mulai dari melaut, bertani, dan lain sebagainya. Observasi
yang dilakukan dilengkapi dengan kamera photo untuk mengabadikan
hal-hal yang tidak terobservasi di lapangan. Di samping itu, hasil photo yang
dilakukan dapat dijadikan sebagai penegasan data yang diperoleh di
lapangan.
2. Wawancara mendalam ditujukan untuk menggali informasi yang
kunci dan informan biasa. Informan kunci adalah orang yang mengetahui
secara luas tentang masalah yang sedang di teliti Dalam penelitian ini yang
menjadi informan kunci adalah kepala desa, tokoh adat dan tokoh
masyarakat. Sedangkan yang menjadi informan biasa adalah masyarakat
desa Pesisir Lalang yang tinggal di lokasi penelitian.
1.6.3. Analisa Data.
Analisa data merupakan sebuah pengkajian di dalam data yang mencakup
prilaku objek, atau pengetahuan yang teridentifikasi. Hasil pengumpulan data
penelitian akan dianalisis secara kualitatif. Beberapa hal yang dilakukan dalam
analisa data yaitu: pemilihan, pemilahan, kategorisasi dan evaluasi data. Data
yang diperoleh tersebut dianalisis menggunakan teknik analisis domain. Teknik
analisis domain digunakan untuk menganalisis gambaran objek penelitian secara
umum, namun relatif utuh tentang objek penelitian.
Artinya analisis hasil penelitian ini hanya ditargetkan untuk memperoleh
gambaran penelitian seutuhnya dari dampak industrialisasi terhadap kehidupan
sosial, ekonomi dan budaya pada masyarakat Desa Pesisir Lalang. Analisis data
dilakukan mulai pada saat meneliti atau selama proses pengumpulan data
BAB II
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
2.1. Sejarah, Letak dan Kondisi Geografis.
Desa Lalang dahulu bernama Teluk Baru yang terletak lebih kurang satu
km dari pekan Desa Lalang yang mengarah ke barat. Dahulu daerah ini banyak
ditumbuhi pohon ilalang sehingga di namakan Desa Lalang. Teluk Baru diapit
oleh dua sungai yaitu sungai Kuba Padang dan sungai Desa Lalang yang sekaligus
menjadi batas dari daerah Teluk Baru. Penduduk Teluk Baru dulunya hanya
sekitar 10 KK. Masyarakat asli Desa Lalang merupakan suku bangsa Melayu.
Daerah Teluk Baru juga dihuni oleh masyarakat pendatang dari Tanjung
Limasipurut. Hal ini terjadi karena pada tahun 1942 daerah Limasipurut
tenggelam sehingga masyarakatnya bermigrasi ke daerah Teluk Baru yang
sekarang bernama Desa Lalang.
Posisi desa terletak pada daerah pantai yakni berjarak 0-2 km dari laut.
Pantai yang dekat dengan desa secara alamiah menyebabkan masyarakat
memanfaatkan potensi alam yang ada dengan menjadi nelayan guna untuk
memenuhi kebutuhan hidup. Desa Lalang adalah salah satu desa dari 12 desa yang
ada di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara. Desa Lalang mempunyai
luas wilayah 697 Ha, yang terbagi atas 10 dusun yang wilayahnya memiliki
- Sebelah Utara berbatasan dengan Laut Selat Sumatera,
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Pakam,
- Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Karang Tanjung,
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Medang.
Kondisi jalan umum menuju Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kab
Batubara sepanjang 8 (delapan) kilometer sejak beberapa bulan belakangan ini
mengalami rusak parah, sulit dilalui kendaraan bermotor di badan jalan karena
banyak terdapat lobang-lobang besar, jika musim hujan mengakibatkan jalan
menjadi becek dan berlumpur. Batu padas dan kerikil sebagai bahan pengaspalan
hilang terbenam di tanah. Dari observasi peneliti, ketika kendaraan bermotor baik
roda dua, roda tiga dan roda empat bila hendak melintas kawasan jalan tersebut
terpaksa melaju lebih cepat untuk menghindari lobang yang berada di sisi sebelah
kiri arah Desa Lalang.
Jalan umum ini merupakan sarana insfrastruktur yang menghubungkan
beberapa desa dan merupakan jalan pintas menuju ibukota Kabupaten Batubara
yakni Limapuluh dan sebelumnya melalui jalan masuk PT Inalum Kuala Tanjung.
Menurut keterangan Informan (31) warga Desa Lalang mengungkapkan:
”Selama kondisi badan jalan ini berlobang para pengendara sepeda
motor berebutan untuk melintasi jalan yang tidak berlobang sehingga
kadang-kadang hampir mengalami kecelakaan, Selain itu saat hujan
turun jalan yang berlobang tadi tertutup air membuat pengendara
kendaraan bermotor yang tidak mengetahui di mana posisi
sebaiknya Pemda Batubara melalui instansi terkait segera melakukan
perbaikan ruas jalan umum ini.”
2.2. Kependudukan.
Jumlah penduduk di Desa Lalang adalah 6424 jiwa pada tahun 2009, yang
terdiri dari 1378 kepala keluarga dan tersebar ke dalam 10 dusun yang ada.
Adapun persebaran penduduk menurut dusun dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 1.
Jumlah Penduduk Setiap Dusun
No Dusun Lk Pr Lk + Pr
Rumah yang dihuni
Kepala Keluarga
1 Dusun Berdikari 209 212 421 106 117
2 Dusun Merdeka 257 262 519 107 158
3 Dusun Pekan 225 228 453 106 125
4 Dusun Pengajian 394 395 789 133 202
6 Dusun Masjid Timur 272 276 548 150 123
7 Dusun Pasak Lama 390 396 789 154 120
8 Dudun Pasak Baru 417 410 827 122 122
9 Dusun Sono 510 511 1021 119 163
10 Dudun Pandau Palas 200 203 403 126 118
Jlh Total 3204 3615 6424 1315 1378
Sumber: Data Februari 2009
Tabel 2.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Pendidikan
No Golongan Umur Jumlah (Jiwa)
1 0-6 tahun 180
2 7-12 tahun 575
3 13-16 tahun 385
4 17-20 tahun 315
5 21 tahun ke atas 190
Tabel 3.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia Tenaga Kerja
No Golongan Umur Jumlah (Jiwa)
1 10-14 tahun -
2 15-19 tahun 125
3 20-26 tahun 450
4 27-40 tahun 575
5 41-56 tahun 310
6 57 tahun ke atas 195
Sumber: Data Desember 2007
Tabel 4.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa
No
Suku Angka (Jiwa)
1 Melayu 4039
3 Batak 199
4 Minang 146
5 Banjar 72
6 Aceh 47
7 Lainnya 82
Sumber: Data Desember 2007
Tabel 5.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Umum
No Pendidikan umum Jumlah (Jiwa)
1 Taman kanak-kanak -
2 Sekolah dasar 575
3 SLTP 365
4 SLTA 245
5 Akademi (D1-D3) 16
6 Sarjana (S1-S2) 5
Tabel 6.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan Khusus
No Pendidikan khusus Jumlah (Jiwa)
1 Pondok pesantren 10
2 Madrasah 30
3 Pendidikan keagamaan -
4 Sekolah luar biasa (SLB) 27
5 Kursus keterampilan 15
Sumber: Data Desember 2007
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk yang mengenyam
pendidikan formal lebih tinggi dibandingkan dengan pendidikan khusus, namun
dapat dilihat dari keseluruhan jumlah tingkat pendidikan rata-rata paling tinggi
hanya mengenyam pendidikan sampai tingkat SLTA saja, hal tersebut disebabkan
karena keterbatasan ekonomi yang dimiliki, dan akses ke perguruan tinggi yang
mengharuskan penduduk desa merantau ke kota, sehingga banyak dari penduduk
Tabel 7.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama
No Pendidikan khusus Jumlah (Jiwa)
1 Islam 6440
2 Kristen Protestan 56
3 Kristen Khatolik 58
4 Buddha 66
5 Hindu -
Sumber: Data Desember 2007
Tampak jelas pada tabel agama Islam merupakan agama mayoritas
penduduk yang mendiami di Desa Lalang. Agama Kristen Protestan menduduki
peringkat ke dua terbanyak, setelah itu terdapat agama Kristen Katolik. Dari data
yang beragam di atas, pada kenyataannya mereka dapat hidup harmonis dan
membaur tanpa hadirnya konflik antar agama.
Saling berbaur dan hormat menghormati antara sesama pemeluk agama di
desa ini, tampak langsung pada saat perayaan hari besar keagamaan. Pada saat
perayaan Hari Raya Idul Fitri serta Natal. Pada waktu tersebut antara sesama
agama untuk saling mengunjungi rumah mereka masing-masing. Kelompok
mayoritas dan minoritas berdasarkan agama yang dianut tidak berpengaruh
terhadap perlakuan dalam pembangunan desa. Rumah-rumah ibadah berdiri tegak
walaupun dengan jumlah bangunan fisik yang tidak selalu ramai ditangani
pemeluk agama masing guna menjalankan ajaran agamanya
masing-masing. Dari hal tersebut dapat dilihat bahwa sistem kekeluargaan yang mereka
miliki cukup erat dan tidak pernah terjadi konflik antar sesama pemeluk agama,
jika pun terjadi konflik mereka selalu melakukan musyawarah untuk mencari
solusi dan berakhir dengan baik.
Jumlah penduduk berdasarkan jenis mata pencaharian dapat dilihat pada
tabel di bawah ini:
Tabel 8.
Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian
No Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa)
1 Pegawai negeri sipil (PNS) 21
2 TNI 5
3 Pegawai Swasta 127
5 Tani 988
6 Pertukangan 30
7 Buruh Tani 12
8 Pensiunan 6
9 Nelayan 239
Sumber: Data Desember 2007
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa penyebaran mata pencaharian
penduduk Desa Lalang yang memiliki mayoritas mata pencaharian sebagai petani,
nelayan dan wiraswastawan atau pedagang yang tersebar di 10 dusun tersebut.
Mata pencaharian yang berprofesi pada sektor formal sangatlah minim, hal ini
dikarenakan mayoritas penduduk banyak bekerja pada sektor informal. Tampak
langsung pada pola kehidupan masyarakat Desa Lalang yang sangat sederhana.
Hal tersebut juga disebabkan oleh keterbatasan pendidikan formal yang dimiliki,
sehingga menyulitkan mereka untuk bekerja di luar dari sektor perikanan dan
pertanian. Namun, walaupun dengan demikian mata pencaharian yang dimiliki
oleh masyarakat tradisional di Desa Lalang, mampu membuat mereka untuk
bertahan hidup sampai sekarang ini.
Sistem mata pencaharian hidup masyarakat di Desa Lalang umumnya
alam yang ada di Desa Lalang khususnya pantai yang mereka jadikan sebagai
tempat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti yang dikatakan oleh
Koentjaraningrat (1972:33) di samping berburu dan meramu, mencari ikan juga
merupakan suatu mata pencaharian hidup makhluk manusia yang amat tua.
Manusia zaman purba yang kebetulan hidup di dekat sungai, danau atau laut,
pokoknya yang didekat air telah mempergunakan sumber alam itu untuk
keperluan hidupnya. Waktu manusia mengenal bercocok tanam, mencari ikan
sering dilakukan sebagai mata pencaharian tambahan. Sebaliknya, masyarakat
nelayan yang mencari ikan sebagai mata pencaharian hidupnya yang utama, di
samping itu juga bertani atau berkebun.
2.3. Sarana Fisik.
Sarana fisik merupakan suatu aspek pendukung yang sangat penting dalam
kehidupan bermasyarakat. Sarana fisik merupakan sarana umum yang digunakan
oleh suatu masyarakat untuk melakukan aktifitas sehari-hari, khususnya yang
berhubungan dengan kepentingan umum. Di Desa Lalang yang meliputi 10 dusun
di Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batu Bara terdapat sarana-sarana fisik
yaitu antara lain: sarana kesehatan, sarana pendidikan, sarana ibadah, sarana
transportasi, sarana hiburan, dan sarana perdagangan
2.3.1. Sarana Kesehatan
Di Desa Lalang terdapat 1 (satu) sarana kesehatan. Sarana kesehatan
tersebut berupa balai pengobatan/poliklinik yang biasanya ditangani oleh bidan.
untuk mengobati segala macam penyakit. Sarana kesehatan tersebut juga selalu
dikunjungi oleh masyarakat setempat jika mereka mengalami keluhan-keluhan
seperti demam, batuk serta flu. Jika balai pengobatan tersebut tidak mampu
menangani penyakit mereka yang tergolong cukup parah maka akan disarankan
untuk dibawa ke rumah sakit umum yang letaknya di kota kecamatn dengan jarak
tempuh ± 14 km.
2.3.2. Sarana Pendidikan
Sarana pendidikan di Desa Lalang terdiri dari bangunan sekolah dasar 6
(enam) gedung dengan dukungan 38 guru satu gedung SLTP, 1 (satu) gedung
madrasah dan 1 (satu) gedung taman kanak-kanak, di desa ini juga terdapat
fasilitas pendidikan non formal yaitu kursus menjahit 1 (satu) gedung.. Dari
fasilitas pendidikan yang ada disini diharapkan pemerintah dapat membantu
melalui pembangunan sekolah untuk memudahkan masyarakat agar dapat
bersekolah tanpa membayar biaya apapun.
2.3.3. Sarana Ibadah
Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Lalang adalah 11unit
bangunan yang terdiri dari 2 (dua) Mesjid, 8 (delapan) Mushola dan 1 (satu)
Vihara. Masyarakat menjalankan ibadahnya sesuai dengan agama dan
kepercayaan masing-masing. Jumlah sarana ibadah yang terdapat di Desa Lalang
tidak banyak, karena biaya yang mereka butuhkan untuk membangun sarana
2.3.4. Sarana Transportasi
Sarana transportasi yang terdapat di Desa Lalang berupa alat angkutan
umum (angkot), becak mesin dan ojek. Perjalanan menuju Desa Lalang ± 14 km
dari pusat kota kecamatan. Sarana transportasi yang sering digunakan oleh
masyarakat di Desa Lalang adalah berupa sepeda dayung, sepeda motor, mobil,
serta sampan dan perahu motor yang digukan untuk trasportasi mencari ikan di
laut.
2.3.5. Sarana Hiburan dan Komunikasi
Sarana komunikasi yang terdapat di Desa Lalang berupa televisi, radio dan
handphone sebagai alat komunikasi yang hampir semua penduduk desa memiliki
sarana tersebut. Selain itu, jika ada pesta perkawinan tidak lagi menggunakan
musik tradisional yang mereka tampilkan tetapi sudah menggunakan organ
keyboard. Sarana hiburan tersebut sudah berlangsung lama tanpa ada
membeda-bedakan suku diantara mereka. Sarana hiburan lain yang mereka miliki adalah
pantai, karena lokasi tempat tinggal mereka yang juga dijadikan sebagai tempat
wisata bagi mereka yang jika pada hari libur selalu ramai dikunjungi tidak hanya
dari desa tersebut saja tetapi juga dari luar tempat tinggal mereka.
2.3.6. Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan yang mereka miliki berupa 10 buah pasar lingkungan,
60 buah, kios, warung, kedai/toko kelontong dengan bentuknya sederhana dan
rokok, sandal, obat-obatan dan juga sayur-sayuran seadanya. Sarana perdagangan
tersebut mereka buat karena jarak pasar jauh dengan tempat tinggal
2.4. Kondisi Sosial Budaya
Sebagaimana telah dikemukakan oleh para ahli bahwa kebudayaan terdiri
dari kebudayaan materiil yang dapat dilihat berupa hasil material, dan kebudayaan
imateril berupa norma dan ide-ide tentang kehidupan. Perbedaan tempat dan
tantangan kehidupan akan melahirkan bentuk-bentuk kebudayaan yang
mempunyai ciri khas berbeda. Demikian pula dengan kondisi geografis dan
lingkungan yang sangat berbeda pada tiap tempat akan melahirkan pola
kebudayaan yang berbeda pula.
Pada kenyataan lain masyarakat akan selalu dihadapkan pada kondisi
pertentangan akibat berbagai proses yang tidak selamanya adil. Kesenjangan baik
sosial, ekonomi maupun politik membawa masyarakat untuk berhadapan guna
melakukan kompromi dengan keadaan itu. Ada yang beranggapan akan terjadi
perubahan radikal terhadap kesenjangan yang ada dan menggantikannya dengan
nilai baru, ada pula yang hanya melakukan kompromi agar terjadi keseimbangan.
Kondisi-kondisi inilah yang akan selalu mewarnai kehidupan masyarakat.
Kehidupan masyarakat diorganisasi atau diatur oleh adat istiadat/aturan mengenai
berbagai macam kesatuan di dalam lingkungan dimana ia hidup dan bergaul tiap
harinya (Soerjono Soekanto,2000:39).
Dalam sebuah masyarakat terdapat berbagai unsur kebudayaan seperti
penduduk di desa ini adalah Bahasa Melayu. Untuk bahasa nasional yaitu bahasa
Indonesia tidak digunakan oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari
walaupun sebagian masyarakat sudah mulai mengetahuinya. Bahasa ini digunakan
pada waktu-waktu tertentu saja misalnya pada saat musyawarah desa ataupun
pemberian pengarahan oleh instansi pemerintah pada masyarakat.Namun
demikian, pemakaiannya tidak seutuhnya menggunakan bahasa Indonesia asli,
tetapi dicampur dengan menggunakan bahasa Melayu, hal ini biasanya dilakukan
untuk lebih memudahkan penerimaan oleh warga masyarakat terhadap isi pesan
yang ingin disampaikan. Bahasa Indonesia campuran ini juga memiliki kesan
akrab dan komunikatif dibandingkan dengan pemakaian bahasa Indonesia yang
sebenarnya.
Selain bahasa, unsur kebudayaan lainnya adalah organisasi kemasyarakatan.
Organisasi masyarakat ini berfungsi sebagai pedoman segala perilaku masyarakat
agar menjadi mudah untuk seluruh kegiatan yang dilakukan masyarakat
sehari-hari. Organisasi masyarakat ini merupakan wujud dari norma-norma dalam
masyarakat yang mengatur pergaulan hidup dengan tujuan untuk mencapai tata
tertib. Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang lebih erat
dan lebih mendalam daripada hubungan mereka dengan warga masyarakat
pedesaan lainnya.
Golongan orang tua dalam masyarakat desa umumnya memegang peranan
penting. Orang akan selalu meminta nasehat kepada mereka apabila ada
kesulitan-kesulitan yang dihadapi. Demikian halnya yang terjadi di masyarakat desa Lalang.
demikian, ada juga aturan atau norma-norma yang berfungsi mengatur seluruh
perilaku seseorang di dalam masyarakat, dimana hal itu sangat dipatuhi oleh
penduduk desa. Aturan-aturan itu biasanya berupa hukum-hukum yang tidak
tertulis yang sudah ada sejak dulu dan secara turun temurun dipatuhi oleh warga
masyarakat.
Musyawarah desa juga dilakukan sebagai salah satu cara menjaga
kerukunan antar warga. Agar hubungan antara manusia di dalam suatu masyarakat
terlaksana sebagaimana yang diharapkan maka dirumuskan suatu norma-norma
masyarakat. Mula-mula norma-norma tersebut terbentuk secara tidak sengaja.
Namun lama kelamaan norma-norma tersebut telah melembaga dan dilaksanakan
secara sadar oleh masyarakat. Norma-norma yang ada di desa Lalang adalah
kebiasaan. Salah satu bentuk kebiasaan yang ada di desa ini adalah hormat dan
patuh pada orang yang lebih tua ataupun orang yang disegani. Apabila seseorang
tidak melaksanakan hal ini maka orang tersebut dianggap telah melakukan
penyimpangan terhadap kebiasaan yang sudah ada. Anggota masyarakat yang
melanggar adat kebiasaan ini akan mendapat sanksi dari masyarakat lain berupa
pengucilan atau cemoohan.
Masyarakat desa Lalang adalah masyarakat Melayu maka tradisi yang
berlaku di masyarakat ini adalah tradisi yang berasal dari budaya Melayu. Tradisi
ini masih dilakukan dengan baik oleh masyarakat walaupun tidak sepenuhnya
sama seperti pada masyarakat Melayu pesisir zaman dulu. Dahulu sebelum
adanya pembangunan pabrik sekitar tahun 1979, masyarakat sering mengadakan
jamu laut dilakukan setiap 3 bulan sekali dengan memotong seekor kerbau di tepi
laut dengan tujuan untuk mendapatkan hasil ikan yang melimpah. Tetapi lambat
laun upacara jamu laut sudah berkurang menjadi 6 bulan sekali, lalu berlanjut
menjadi 1 tahun sekali, lalu lama ke lamaan menjadi hilang. Hal tersebut di
sebabkan oleh faktor ekonomi, karena perekonomian menurun akibat
tangggkapan ikan menurun di sebabkan oleh limbah pabrik sehingga mereka tidak
mampu lagi untuk membeli kerbau sebagai syarat dalam acara jamu laut.
Dahulunya juga sempat ada adat istiadat tentang nikah tamu yang dilakukan
masyarakat dengan pesta besar, dengan mengadakan pertunjukkan khas melayu.
Sekarang acara tersebut sudah tidak ada lagi yang dikarenakan perekonomian
masyarakat yang tidak mampu lagi mambuat acara tersebut. Aturan anak
perempuan tidak boleh keluar malam, berbahasa santun, berprilaku sopan.
Aturan-aturan tersebut mulai pudar dan tidak lagi dipergunakan oleh masyarakat.
Tradisi-tradisi yang juga masih berlaku dalam masyarakat Lalang adalah
tradisi mengenai ritus lingkaran hidup. Ritus lingkaran hidup ini dimulai dengan
upacara kehamilan yaitu pada waktu usia kehamilan tujuh bulan. Upacara ini
dimaksudkan supaya dalam proses kelahiran nanti baik ibu maupun bayi yang
akan dilahirkan mendapat keselamatan dan kesehatan. Keselamatan dalam hal ini
yaitu selamat dari cacat fisik ataupun psikis/mental. Upacara ini adalah upacara
utama sehingga sering dibuat secara besar-besaran terutama bagi kehamilan
pertama. Yang paling menonjol dalam upacara ini adalah adanya rujak dari
oleh masyarakat setempat sebagai penanda jenis kelamin bayi yang akan
dilahirkan.
Tujuh hari setelah bayi lahir, diadakan upacara puputan yaitu lepasnya
ari-ari dari-ari pusar bayi. Kemudian setelah bayi berumur 40 hari-ari diadakan upacara
kekahan. Pada upacara ini biasanya ditandai dengan penyembelihan kambing.
Apabila bayi itu laki-laki maka akan disembelih dua kambing dan jika perempuan
maka hanya satu kambing. Namun, biasanya upacara ini dilakukan apabila orang
tua sudah merasa mampu menyelenggarakannya, jadi tidak berpatokan pada umur
bayi.
Upacara yang berkaitan dengan lingkaran hidup masih terus dilakukan
diantaranya adalah khitanan/sunatan. Upacara khitanan ini biasanya diadakan bagi
seorang anak laki-laki yang sudah memasuki masa akil baligh/dewasa. Biasanya
khitanan ini dilaksanakan ketika anak berusia 10-13 tahun. Dalam upacara ini
diadakan suatu pesta dengan mengundang sanak saudara dan kerabat serta
tetangga sebagai pemberitahuan dan rasa syukur bahwa anak mereka telah
mencapai tingkat kedewasaan. Upacara yang lain adalah upacara perkawinan.
Upacara perkawinan merupakan upacara yang dianggap paling penting dalam
siklus kehidupan manusia, karena setelah perkawinan tersebut seseorang akan
menjalani kehidupan yang baru bersama dengan pasangan hidupnya.
Pelaksanaan Upacara perkawinan yang diadakan oleh masyarakat di desa
ini tidak jauh berbeda dengan upacara perkawinan yang dilakukan orang Jawa
dilalui seperti, lamaran, dan masih banyak lagi tahap-tahap lain yang harus dilalui
baik oleh kedua mempelai maupun keluarga kedua belah pihak. Dalam upacara
perkawinan ini biasanya juga digunakan sebagai ajang untuk mempererat tali
silaturahmi antar keluarga dan kerabat, karena biasanya dalam upacara
perkawinan ini seluruh kerabat baik yang dekat ataupun kerabat jauh diundang
untuk memberikan doa restu pada kedua mempelai. Karena upacara perkawinan
ini merupakan upacara paling penting dalam siklus hidup seseorang maka
biasanya upacara ini diadakan semeriah mungkin. acaranya biasanya berlangsung
dua hari satu malam. apabila yang memiliki hajat ini berasal dari keluarga mampu
maka biasanya upacara ini diselenggarakan secara meriah dengan mengadakan
suatu pertunjukan dangdutan/orkesan.
Upacara yang bernuansa kesedihan adalah upacara kematian. Bagi
masyarakat Desa Lalang yang masih mempercayai akan adanya
kekuatan-kekuatan. roh nenek moyang, akan selalu melakukan suatu ritual upacara apabila
ada kematian. Upacara ini dilaksanakan sebagai tanda penghormatan dan untuk
mendoakan keluarga atau orang yang meninggal tersebut. Upacara ini dilakukan
sejak prosesi pemakaman dan berlanjut sampai hari ke 1000 orang tersebut
meninggal. Selamatan ini dilakukan untuk menjaga kesinambungan antara
keluarga dengan orang yang sudah meninggal itu. Menurut kepercayaan mereka
sebelum hari keseribu orang tersebut meninggal, arwahnya masih berada disekitar
keluarga yang ditinggalkan sehingga supaya arwah orang yang meninggal tersebut
tidak mengganggu dan tenang dialamnya maka diadakan upacara tahlilan dan
Hal ini seperti yang disampaikan oleh salah seorang informan.
“Kalau ada orang meninggal tidak diselamati nanti arwahnya
mengganggu orang yang masih hidup karena minta dikirimi doa.”
Pada hari pertama orang meninggal sebelum jenazah dimakamkan, warga
berdatangan kerumah duka sebagai wujud rasa bela sungkawa atas meninggalnya
anggota keluarga tersebut. Biasanya para perempuan datang dengan membawa
beras atau uang untuk membantu meringankan beban keluarga yang ditinggalkan.
Kemudian pada malam harinya diadakan tahlilan di rumah duka dengan membaca
yasin, dzikir dan tahlil untuk mendoakan arwah orang yang meninggal agar
diampuni dan diterima disisi Allah SWT. Tahlilan ini dilakukan selama tiga
malam berturut-turut. Selamatan kemudian dilanjutkan pada hari. ke-7 setelah
kematian, kemudian berturut-turut adalah 40 hari, 100 hari, dan yang terakhir
BAB III
INDUSTRI PT. INALUM DAN PENGARUHNYA
PADA MASYARAKAT DESA
3.1Gambaran Umum Industri PT. Inalum
PT. Inalum berada Di Desa Kuala Tanjung Indah, Kecamatan Sei Suka,
Kabupaten Batu Bara, Propinsi Sumatera Utara. Kecamatan Sei Suka adalah
pemekaran dari Kecamatan Medang Deras, yang diresmikan pada akhir tahun
2002. Pemekaran ini dilakukan karena daerah ini mengalami perkembangan yang
sangat pesat. meningkatnya pertambahan penduduk di sekitar kawasan industri
dan pembangunan di sektor perindustrian termasuk Desa Lalang yang lokasinya
sangat dekat dengan industri Inalum. Sebelumnnya daerah ini terisolir, jalan yang
adapun masih merupakan jalan setapak dan tanah liat. Areal pabrik PT. Inalum
sekarang sebelumnya adalah rawa milik masyarakat setempat yang dibebaskan
oleh PT.Inalum dengan harga yang relatif murah. Setelah dilakukan pengurukan
sedalam kurang lebih 2 meter, baru PT. Inalum membangun pabriknya dan sarana
penunjangnya di atas lahan seluas 200 Ha. Sejak itu daerah ini mengalami
perubahan secara fisik.
Perkembangan di daerah ini makin meningkat setelah PT. Inalum
melakukan proyek pembangunan jalan dan sarana lainnya untuk kepentingan
pabrik peleburan Aluminium. Dengan adanya pembangunan sarana jalan, jarak
antara lokasi pabrik PT. Inalum dengan Ibukota Propinsi Sumatera Utara adalah
wilayahnya relatif dekat dengan lokasi PT. Inalum. Sebelum PT. Inalum berdiri,
pada umumnya mata pencaharian masyarakat setempat berasal dari pertanian
sawah, tegalan, perkebunan karet dan nelayan yang dilakukan secara tradisional.
Tingkat pendidikan masyarakat pun masih relatif rendah. Pada saat itu, hanya 4
orang yang berpendidikan tamat SMU.
3.3.1. Sejarah Berdirinya PT. Inalum.
Setelah upaya memanfaatkan potensi Sungai Asahan yang mengalir dari
Danau Toba untuk menghasilkan tenaga listrik mengalami kegagalan pada masa
pemerintahan Hindia Belanda, pemerintah Republik Indonesia bertekad
mewujudkan pembagian Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di Sungai
tersebut. Tekad itu semakin kuat ketika tahun 1992 Pemerintah menerima studi
kelayakan proyek PLTA dan Alumunium Asahan dari Nippon Koei, seluruh
perusahaan konsultan Jepang.
Laporan tersebut menyatakan bahwa PLTA layak dibagian dengan sebuah
peleburan alumunium sebagai pemakai utama dari listrik yang dihasilkan. Setelah
melalui perundingan yang panjang dan dengan adanya bantuan ekonomi dari
pemerintah Jepang untuk proyek ini, maka pada 7 Juli 1975 di Tokyo dan 12
perusahaan penanam modal Jepang menandatangani perjanjian induk untuk PLTA
dan pabrik peleburan alumunium Asahan yang kemudian dikenal dengan sebutan
Proyek Asahan. Selanjutnya kedua belas perusahaan penanam modal tersebut
Asahan Alumunium Co, Ltd (NAA) yang berkedudukan di Tokyo pada tanggal 25
Nopember 1975.
Pada pada tanggal 6 Januari 1976 didirikanlah PT. Indonesia Asahan
Alumunium (INALUM) sebuah perusahaan antara pmerintah Indonesia depan
NAA Co, Ltd Di Jakarta. Perusahaan inilah yang membangun dan
mengoperasikan proyek Asahan sesuai dengan perjanjian Induk. Perbandingan
saham antara pemerintah Indonesia dengan NAA Co, Ltd pada waktu perusahaan
didirikan adalah 10% depan 90%. Pada bulan Oktober 1978. perbandingan
tersebut berubah menjadi 25% dengan 75% sejak bulan Juni 1987 menjadi
41,13% dengan 58,87%. Untuk melaksanakan ketentuan dalam perjanjian Induk,
pemerintah Indonesia kemudian mengeluarkan Sk Presiden No. 5 tahun 1976
yang melandasi terbentuknya Otorita Pembagian Proyek Asahan sebagai wakil
Pemerintah yang bertanggung jawab atas lancarnya pembangunan dan
pengembangan Proyek Asahan.
Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di Indonesia
yang bergerak dalam bidang industri peleburan alumunium dengan investasi
sebesar 411 miliyar Yen, Investasi tersebut untuk membiayai pembangunan
Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) di PLTA Sigura-gura dan dengan
kapasitas terpanjang 603 MW, out put tetap sebesar 426 MW di out put puncak
sebesar 513 MW. Tenaga listrik yang dihasilkan dipakai untuk industri
alumunium di Kuala Tanjung. Sesuai dengan perjanjian Induk, kelebihan tenaga
listrik dari kebutuhan perusahaan untuk operasi PLTA, pabrik peleburan dan
batasan beban puncak 50 MW dan energi listrik sebesar 2186 Wh setiap tahun.
Selesai bulan Oktober 1982, dan pembangunan kedua stasiun PLTA ini berada di
wilayah Kabupaten Toba Samosir tenaga listrik yang dihasilkan kedua stasiun
PLTA disalurkan ke pabrik pelebaran alumunium di Kula Tanjung melalui
Jaringan Transmisi bertegangan tinggi 275 KV sepanjang 120 Km menembus
daerah pegunungna, perkebunan dan dataran rendah yang melintasi Kabupaten
Toba Samosir, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Asahan. Jaringan transmisi
ini mempunyai 271 menara dengan sistem 2 saluran (circuit) digunakan untuk
interkoneksi dengan jaringan 150 KV milik PLN Sumatera Utara yang titik
Interkoreksinya berada di Kuala Tanjung.
Inalum membangun pabrik peleburan alumunium beserta prasarana
pendukung produksinya diatas area seluas 20 ha di Kuala Tanjung, Kecamatan Sei
Suka, Kabupaten Batu Bara yang berjarakk lebih kurang 110 km daripada Ibukota
Sumatera Utara. Pabrik peleburan denga kapasitas 225.000 ton alumunium per
tahun, dibangun menghadap Selat Malaka. Pembangunannya dimulai tanggal 8
Juli 1979 sedang tahap operasinya dimulai tanggal 20 Januari 1982. Pada tanggal
14 Oktober 1982, Inalum mengekspor produk perdananya sebesar 4.800 ton
alumunium ingot ke Jepang. Sejak itu Indonesia tercatat sebagai salah satu negara
pengekspor alumunium di dunia produksi ke sejuta ton dicapai pada tanggal 8
Februari 1988, produksi kedua juta ton tanggal 2 Juni 1993 dan pada tanggan 12
Desember 1997 dihasilkan produksi ketiga juta ton.
Produk Inalum menjadi komoditas ekspor depan tujuan utama ke Jepang