• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Determinasi Tanaman

C. Efek Penurunan Kadar Glukosa Darah Jus Buncis

Hewan uji dikelompokkan dan diberi perlakuan seperti pada Gambar 4. Semua perlakuan diberikan secara per oral. Pengukuran kadar glukosa darah dilakukan menggunkan instrument microVitalab-200 dengan metode enzimatis yaitu menggunakan reagen GOD-PAP pada λ 500 nm. Reagen GOD-PAP berisi dapar fosfat 250 mmol/L, fenol 5 mmol/L, 4-amino antipirin 0,5 mmol/L, glukosa oksidase (GOD) ≥10ku/L, dan peroksidase (POD) ≥10ku/L. Prinsip reaksinya adalah adanya GOD akan mengkatalisis oksidasi glukosa menjadi asam glukonat dan hidrogen peroksida. Glukosa akan bereaksi dengan reagen GOD-PAP dan akan membentuk kompleks kuinonimin yang berwarna merah muda.

Pembentukan kompleks kuinonimin memerlukan waktu inkubasi (operating time) selama 20 menit pada suhu ruang agar terjadi reaksi yang optimum antara glukosa dengan enzim yang terdapat dalam reagen GOD-PAP. Selama waktu inkubasi, terjadi perubahan warna dari bening menjadi merah muda yang kemudian dilakukan pembacaan kadar pada microVitalab. Hasil pembacaan kadar dapat dilihat pada Tabel VII dan Gambar 6.

Gambar 5. Reakzi Enzimatik Antara Glukosa dengan Reagen GOD-PAP (Barham dan Trinder, 1972).

Tabel VII menunjukkan nilai rata-rata kadar glukosa darah dan nilai LDDK

0-240

masing-masing kelompok perlakuan. Nilai LDDK0-240 dari tiap kelompok dihitung menggunakan metode trapezoid.

LDDK = t − t2 × C + C + t − t2 × C + C

+ t − t2 × C + C + … !

Keterangan:

t = waktu (menit)

C = konsentrasi zat dalam darah (mg/mL)

LDDKto-tn = luas daerah di bawah kurva dari waktu ke-0 sampai ke-n Kelompok I memiliki nilai LDDK0-240 (19503,0) paling kecil dibandingkan kelompok lainnya. Hal ini dikarenakan kelompok I hanya diberi CMC 1% b/v, dimana CMC 1% b/v tidak memiliki efek terapeutik yang dapat meningkatkan atau menurunkan kadar glukosa darah.

Kelompok II (20862,0) memiliki nilai LDDK0-240 yang lebih tinggi daripada kelompok I (19503,0) namun lebih rendah daripada kelompok III (28206,0). Hal ini menunjukkan bahwa kelompok II dapat menurunkan kadar

glukosa darah. Hewan uji pada kelompok II diberikan suspensi glibenklamid, dimana glibenklamid merupakan obat hipoglikemik oral golongan sulfonilurea yang memiliki efek menurunkan kadar glukosa darah dengan menstimulasi sekresi insulin pada sel ß pankreas, sehingga kadar glukosa yang diperoleh mendekati kadar normal.

Tabel VII. Data Kadar Glukosa Darah Rata-Rata dan LDDK0-240± SD Tiap Kelompok Perlakuan (n=5) Waktu (menit) I II III IV V VI 0 79,8 79,6 87,6 79,4 78,6 79,0 15 81,4 110,4 127,8 109,4 108,8 107,2 30 81,4 115,4 138,2 129,4 128,2 127,4 45 80,6 104,6 132,2 119,0 118,0 117,2 60 81,0 101,2 126,8 109,8 108,4 107,4 90 81,4 92,0 122,6 99,8 98,0 96,6 120 81,4 84,0 118,0 89,6 87,4 85,8 180 81,6 76,0 112,0 80,0 77,6 70,4 240 81,0 64,4 102,4 71,8 72,2 48,6 LDDK0-240 19503,0 ± 177,292 20862,0 ± 337,775 28206,0 ± 507,329 22413,0 ± 675,304 22048,5 ± 1107,913 20727,0 ± 851,285 Keterangan: I : Kontrol normal (CMC 1% b/v)

II : Kontrol positif (suspensi glibenklamid dosis 0,45mg/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

III : Kontrol negatif (CMC 1% b/v + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v) IV : Sediaan uji dosis I (jus buncis dosis 22,5g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a

dosis 15,0% b/v)

V : Sediaan uji dosis II (jus buncis 50,85g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

VI : Sediaan uji dosis III (jus buncis 115,05g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

Kelompok III (28206,0) memiliki nilai LDDK0-240 yang paling tinggi dari semua kelompok. Hal ini dikarenakan hewan uji pada kelompok III diberi CMC 1% serta pembebanan glukosa monohidrat, dimana CMC 1% tidak memiliki efek untuk menaikkan atau menurunkan kadar glukosa darah.

Kelompok II (2 daripada kelompok IV (

240

yang sama dengan kelompok IV dan V me sebaik glibenklamid. Efe V dapat dilihat dari nil yang lebih rendah dari kesamaan nilai LDDK 0-memiliki efek penurunan

Gambar 6. Kurva Hu Darah Keterangan:

I : Kontrol normal (CM II : Kontrol positif (su

monohidrat p.a dosis III : Kontrol negatif (CM IV : Sediaan uji dosis I (

dosis 15,0% b/v) V : Sediaan uji dosis II (

15,0% b/v) VI : Sediaan uji dosis II

dosis 15,0% b/v) 0 20 40 60 80 100 120 140 160 0 K a d a r g lu k o sa d a ra h ( m g /d L)

(20862,0) memiliki nilai LDDK0-240 yang leb (22413,0) dan V (22048,0), namun memiliki nila n kelompok VI (20727,0). Hal ini menunjukk

emiliki efek penurunan kadar glukosa darah, na fek penurunan kadar glukosa darah pada kelomp nilai LDDK0-240 kelompok IV (22413,0) dan V aripada nilai LDDK0-240 kelompok III (28206,0

-240

kelompok II dan VI menandakan bahwa kel an kadar glukosa darah yang sama dengan gliben

ubungan Antara Waktu dan Rerata Kadar

MC 1% b/v)

suspensi glibenklamid dosis 0,45mg/kgBB + pembeba sis 15,0% b/v)

MC 1% b/v + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 1 I (jus buncis dosis 22,5g/kgBB + pembebanan glukosa mo II (jus buncis 50,85g/kgBB + pembebanan glukosa monohid III (jus buncis 115,05g/kgBB + pembebanan glukosa mo

15 30 45 60 90 120 180 240 Waktu (menit) Kelompo Kelompo Kelompo Kelompo Kelompo Kelompo ebih rendah ilai LDDK 0-kkan bahwa namun tidak pok IV dan V (22048,5) ,0). Adanya elompok VI enklamid. ar Glukosa banan glukosa 15,0% b/v) monohidrat p.a hidrat p.a dosis monohidrat p.a pok I pok II pok III pok IV pok V pok VI

Data LDDK0-240 kemudian dianalisis menggunakan uji statistik (Lampiran 7). Untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data, dilakukan uji normalitas dengan Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas data menunjukkan bahwa data memiliki distribusi yang normal dengan nilai p=0,125 (p>0,05). Uji kemudian dilanjutkan dengan Test of Homogeneity of Variances untuk mengetahui homogenitas data, apakah ada perbedaan nilai LDDK0-240 yang bermakna dari masing-masing kelompok perlakuan. Hasil pengujian homogenitas data menunjukkan nilai p=0,199 (p>0,05) yang berarti bahwa variansi data LDDK0-240 homogen. Dari kedua hasil uji tersebut diatas, uji dapat dilanjutkan menggunakan One Way ANOVA. Hasil uji One Way ANOVA menunjukkan nilai p=0,000 (p<0,05) yang kemudian dilanjutkan dengan Post Hoc Scheffe untuk mengetahui pasangan kelompok yang berbeda secara signifikan.

Tabel VIII. Hasil Uji Post Hoc Scheffe LDDK0-240 Glukosa Darah Tikus yang Terbebani Glukosa 1 2 3 4 5 6 1 - BTB BB BB BB BTB 2 BTB - BB BTB BTB BTB 3 BB BB - BB BB BB 4 BB BTB BB - BTB BTB 5 BB BTB BB BTB - BTB 6 BTB BTB BB BTB BTB - Keterangan: 1 : Kontrol normal (CMC 1% b/v)

2 : Kontrol positif (suspensi glibenklamid dosis 0,45mg/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

3 : Kontrol negatif (CMC 1% b/v + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v) 4 : Sediaan uji dosis I (jus buncis dosis 22,5g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a

dosis 15,0% b/v)

5 : Sediaan uji dosis II (jus buncis 50,85g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

6 : Sediaan uji dosis III (jus buncis 115,05g/kgBB + pembebanan glukosa monohidrat p.a dosis 15,0% b/v)

TBB : Berbeda tidak bermakna (p>0,05) BB : Berbeda Bermakna (p<0,05)

Hasil uji Post Hoc Scheffe pada Tabel VIII menunjukkan bahwa sediaan uji dosis I, II, dan III berbeda bermakna terhadap kontrol negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan uji memiliki kemampuan untuk menurunkan kadar glukosa darah.

Sediaan uji dosis I dan sediaan uji dosis II berbeda tidak bermakna dengan kontrol positif namun berbeda bermakna dengan kontrol normal. Hal ini menunjukkan bahwa jus buncis dosis I (22,5g/kgBB) dan dosis II (50,85g/kgBB) mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus sebaik glibenklamid namun belum dapat menurunkan kadar glukosa darah hingga mencapai normal.

Sediaan uji dosis III berbeda tidak bermakna dengan kontrol normal dan kontrol positif. Hal ini menunjukkan bahwa jus buncis dosis III (115,05g/kgBB) mampu menurunkan kadar glukosa darah tikus sebaik glibenklamid hingga mencapai kadar normal.

Sediaan uji dosis I, II, dan III menunjukkan perbedaan yang tidak bermakna. Hal ini berarti bahwa ketiga peringkat dosis tersebut sama-sama dapat menurunkan kadar glukosa darah.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa buncis (Phaseolus vulgaris L.) dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah tikus jantan galur Wistar yang terbebani glukosa. Namun demikian, perlu dilakukan perhitungan ED50 Menurut Jannah, Sudarma, dan Andayani (2013), senyawa yang bertanggung jawab dalam menurunkan kadar glukosa darah adalah β-sitosterol dan stigmasterol yang termasuk dalam golongan fitosterol. β-sitosterol dan stigmasterol dapat merangsang pelepasan insulin dengan menghambat kerja glukosa-6-fosfatase,

yang di dalam hati merupakan enzim utama untuk konversi karbohidrat menjadi gula darah. Wahyuntari (2011) dalam penelitiannya yang berjudul “Penghambat α-Amilase: Jenis, Sumber, dan Potensi Pemanfaatannya Dalam Kesehatan” menyebutkan bahwa buncis memiliki kandungan flavonoid yang berfungsi sebagai penghambat enzim α-amilase. Enzim ini memegang peranan penting dalam pemecahan karbohidrat kompleks, seperti pati. Beberapa menit setelah asupan pati, akan terjadi hiperglikemia, karena pemecahan pati yang begitu cepat. Penghambatan α-amilase berpengaruh terhadap metabolisme di dalam saluran pencernaan, antara lain memperlambat penyerapan dan pemecahan karbohidrat yang dapat mengurangi konsentrasi glukosa plasma.

39 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dokumen terkait