• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK TERAPI PERIODONTAL TERHADAP KESEHATAN

EFEK TERAPI PERIODONTAL TERHADAP KESEHATAN BAYI YANG DILAHIRKAN

Kesehatan rongga mulut adalah salah satu hal yang perlu diperhatikan selama masa kehamilan. Ibu hamil dianjurkan melakukan pemeriksaan rutin dan perawatan gigi selama hamil agar tidak terjadi kerusakan pada gigi dan jaringan pendukungnya yang dapat mempengaruhi kesehatan diri dan janinnya.15

4.1 Hubungan perawatan periodontal pada masa kehamilan terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan

Berikut penelitian oleh Jeffcoat dkk.16 yang bertujuan untuk menentukan apakah terdapat kecenderungan skeling dan penyerutan akar (dengan atau tanpa tambahan metronidazole) dalam mengurangi insiden kelahiran prematur, dibandingkan dengan kontrol perawatan minimal ( profilaksis dan polis). Sampel dalam penelitian tersebut sebanyak 366 orang ibu hamil dengan periodontitis. Semua sampel yang termasuk ke dalam penelitian berada pada usia kehamilan antara 21 hingga 25 minggu dan memiliki paling sedikit tiga daerah dengan kehilangan pelekatan klinis lebih dari atau sama dengan tiga milimeter (> 3 mm). Ibu yang berpartisipasi dengan penelitian lainnya dikeluarkan dari sampel. Pasien yang menjalani terapi periodontal, mengkonsumsi antibiotik pada masa kehamilan, atau menggunakan obat kumur antimikrobial tidak termasuk ke dalam sampel.

Sebuah kelompok tambahan lainnya diambil dari populasi yang sama dengan pasien penelitian dan ditetapkan sebagai dasar untuk perbandingan umum (kontrol) dari insiden kelahiran prematur yaitu 723 orang ibu hamil dengan periodontitis.

Sampel dibagi dan ditempatkan secara acak pada salah satu dari ketiga kelompok perawatan berikut:

1. Profilaksis gigi (pembersihan gigi dan polis) ditambah kapsul plasebo tiga kali sehari.

2. Skeling dan penyerutan akar ditambah kapsul plasebo tiga kali sehari.

3. Skeling dan penyerutan akar ditambah metronidazole 250 mg tiga kali sehari selama seminggu.

Sampel juga dikelompokkan atas 3 kelompok berdasarkan riwayat medis pasien yaitu:

1. Kelahiran prematur spontan pada usia kehamilan kurang dari 35 minggu.

2. Indeks massa tubuh (kurang dari 19.8 dibandingkan dengan lebih dari atau sama dengan 19.8)

3. Keberadaan infeksi bacterial vaginosis yang ditentukan melalui skor vaginal gram stain Nugent.

Semua sampel menerima instruksi pelaksanaan oral higiena dan perlengkapan yang terdiri dari sikat gigi, benang gigi, dan pasta gigi. Kelompok profilaksis menerima skeling supragingiva dan polis rubber cup. Pada kelompok skeling dan penyerutan akar dilaksanakan prosedur skeling dan penyerutan akar sesuai dengan prosedur klinis pada umumnya. Melalui riwayat maternal ditentukan usia kehamilan pada saat persalinan oleh para perawat obstetric penelitian yang terlatih dan sama

sekali tidak mengetahui status periodontal dan perawatan periodontal yang diterima sampel. Hasil dari penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 3. Efek dari perawatan gigi terhadap insiden kelahiran prematur (Jeffcoat MK, et.al. J Periodontol 2003;74(8):1217) Profilaksis + plasebo (N=123) Skeling dan penyerutan akar + plasebo ( N=123) Skeling dan penyerutan akar + metronidazole (N=120) Kelahiran prematur < 37 minggu 11 (8.9%) 5 (4.1%)* *P=0.12 15 (12.5%) P=0.37 Kelahiran prematur < 35 minggu 6 (4.9%) 1(0.8%)* *P=0.12 4 (3.3%) P=0.75 *dibandingkan dengan profilaksis ditambah kelompok plasebo (fisher exact test)

catatan : insiden kelahiran prematur pada kelompok yang tidak dirawat adalah 12.7% pada usia kehamilan <37 minggu dan 6.3% pada usia kehamilan <35 minggu.

Tabel 3 menggambarkan nilai insiden kelahiran prematur yang lebih rendah terdapat pada ibu yang menerima skeling dan penyerutan akar ditambah plasebo dibandingkan dengan ibu yang menerima skeling dan penyerutan akar ditambah metronidazole, baik pada usia kelahiran prematur kurang dari 37 minggu dan kurang dari 35 minggu.

Tabel 4. Risk ratios dan 95% Confidence Intervals pada kelahiran prematur* (Jeffcoat MK, et.al. J Periodontol 2003;74(8):1217)

Skeling dan penyerutan akar + plasebo

(N=123)

Skeling dan penyerutan akar + metronidazole (N=120) Kelahiran prematur < 37 minggu 0.5 (CI 0.2, 1.3) 1.4 (CI 0.7, 2.9) Kelahiran prematur < 35 minggu 0.2 (CI 0.02, 1.4) 0.7 (CI 0.2, 2.4) * Skeling dan penyerutan akar/plasebo dan skeling dan penyerutan akar/metronidazole dibandingkan dengan kelompok profilaksis + plasebo.

Tabel 4 menggambarkan bahwa kelompok skeling dan penyerutan akar ditambah plasebo memperlihatkan kecenderungan jumlah kelahiran yang lebih sedikit

pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu dibandingkan dengan kelompok profilaksis ditambah plasebo. Odd ratio insiden kelahiran prematur pada usia kehamilan kurang dari 35 minggu pada kelompok skeling dan penyerutan akar ditambah plasebo dibandingkan dengan kelompok profilaksis gigi adalah 0.2 (95% CI 0.02, 1.4).

Kesimpulan dari penelitian ini adalah skeling dan penyerutan akar pada ibu hamil dengan periodontitis dapat mengurangi kelahiran prematur. Tambahan terapi metronidazole tidak mempengaruhi insiden kelahiran prematur.

4.2 Pencegahan dan perawatan penyakit periodontal pada kehamilan

Keperluan akan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada masa kehamilan penting untuk diperhatikan. Adanya kerusakan gigi atau perdarahan dan pembengkakan gusi atau gejala lainnya di rongga mulut akan menimbulkan berbagai gangguan terutama pada waktu makan. Untuk mencegah timbulnya gangguan di rongga mulut selama masa kehamilan, perlu diciptakan tingkat kebersihan mulut yang optimal. Pelaksanaan program kontrol plak penting dilakukan untuk mencegah peradangan pada gingiva akibat iritasi lokal, gangguan keseimbangan hormonal dan kelainan-kelainan di rongga mulut selama masa kehamilan.17

Tindakan penanggulangan atau perawatan gingivitis pada kehamilan dapat dibagi dalam empat tahap. Pada tahap jaringan lunak yang dilakukan adalah menghilangkan semua jenis iritasi lokal penyebab gingivitis seperti plak, kalkulus, impaksi makanan dan memperbaiki restorasi yang rusak. Pada tahap fungsional dilakukan perbaikan fungsi gigi dan mulut seperti penambalan karies dan pembuatan

gigi tiruan. Pada tahap sistemik harus diperhatikan kesehatan selama kehamilan secara menyeluruh. Keadaan ini penting diketahui karena sangat menentukan perawatan lain yang dilakukan. Tahap terakhir yaitu tahap pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah kambuhnya penyakit periodontal dengan pemeliharaan kebersihan mulut di rumah dan pemeriksaan kesehatan jaringan periodonsium secara periodik.15

Ada beberapa hal yang perlu ditekankan kepada ibu hamil dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut agar terhindar dari penyakit gigi dan mulut selama masa kehamilan, yaitu: 17

1. Bila ibu hamil mengalami muntah-muntah, setelah ini segera bersihkan mulut dengan berkumur-kumur atau menyikat gigi.

2. Mengatur pola makanan empat sehat lima sempurna dan menghindari makanan yang bersifat kariogenik.

3. Menyikat gigi secara teratur.

4. Memeriksakan keadaan rongga mulut ke dokter gigi. Kunjungan ke dokter gigi pada masa kehamilan bukanlah merupakan hal yang kontraindikasi.

Yang penting dilakukan adalah menyikat gigi setelah makan dan berkumur setelah muntah, karena asam dapat mendemineralisasi email dan mengakibatkan karies. Daerah interdental dibersihkan dengan dental floss setiap hari dan kontrol ke dokter gigi minimal satu kali selama masa kehamilan, paling baik setelah triwulan I. Banyak mengkonsumsi makanan yang kaya akan vitamin diperlukan untuk memelihara kesehatan gigi dan gusi.15

Sebagai tindakan pencegahan agar tidak terjadi gingivitis selama kehamilan, setiap perempuan hamil harus memperhatikan kebersihan mulut di rumah dan

pemeriksaan berkala oleh dokter gigi. Dengan demikian semua faktor iritan lokal selama kehamilan dapat dideteksi lebih awal dan dapat dihilangkan sedini mungkin. Hal-hal yang mudah dilakukan adalah menyikat gigi setiap hari, dengan waktu terpenting setelah makan dan sebelum tidur. Berkumur dengan air, mengurangi konsumsi makanan yang banyak menggandung gula dan karbohidrat, dan mengganti sikat gigi dengan yang baru setiap tiga bulan.15

Akademi Periodontologi Amerika dan Assosiasi Dental Amerika menyebutkan pentingnya memelihara kesehatan rongga mulut pada masa kehamilan. Pada suatu survei, diperlihatkan bahwa kebanyakan ibu tidak melakukan kunjungan ke dokter gigi selama masa kehamilan; setengah dari ibu hamil yang dilaporkan memiliki masalah dengan kesehatan rongga mulut, tidak melakukan perawatan karena mereka percaya kesehatan rongga mulut yang jelek pada masa kehamilan merupakan suatu kondisi yang normal; atau mereka takut perawatan gigi dapat membahayakan janinnya.18

Untuk menghindari kemungkinan terjadinya resiko fatal pada perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan, dalam melaksanakan pengelolaan dokter gigi harus berpegang teguh pada prinsip kerja rutin dengan melaksanakan prosedur diagnosa yang sistematis melalui pemeriksaan yang lengkap. Dokter gigi harus menyadari bahwa pasien yang dihadapi bukanlah pasien yang selalu berada dalam kondisi kesehatan yang optimal. Untuk itu ada kalanya dokter gigi harus menunda perawatan gigi dan mulut terutama pada trimester pertama dan di akhir trimester ketiga. Hal ini berhubungan dengan keadaan medis dari ibu hamil.17 Perawatan gigi yang dianggap aman selama masa kehamilan adalah penambalan biasa dan pemasangan gigi tiruan.15

Selain itu, apabila seorang perempuan hamil menjalani perawatan atau pengobatan gigi, perlu diperhatikan kemungkinan komplikasi pasca bedah atau pengobatan yang dapat menimbulkan penjalaran keradangan yang membahayakan janin. Hindari trauma psikis seperti rasa takut dan pemakaian anastetikum yang dapat membahayakan janin. Obat anastesi umum yang mengandung adrenalin dapat mengakibatkan penyempitan pembuluh darah yang berpengaruh pada plasenta dan dinding rahim dan dapat mengakibatkan abortus.15

Penggunaan sinar rontgen dapat mempengaruhi perkembangan janin, oleh sebab itu tubuh harus dilindungi dengan lapisan anti sinar selama pembuatan foto.15 Penggunaan radiografi sebaiknya dihindari terutama pada trimester pertama dari kehamilan. Pada saat ini perkembangan janin sangat peka terhadap radiasi. Bila wanita hamil terkena radiasi akan mengakibatkan keguguran, perubahan bentuk atau kelainan pertumbuhan pada janin dan kematian pada janin yang sedang dikandung. Apabila radiografi diperlukan sekali, terutama untuk membantu menegakkan diagnosa yang tepat, pada pasien hamil harus diberikan pengamanan untuk menghindari terjadinya pengaruh negatif radiasi pada janin. Baju timah atau apron dapat digunakan sebagai perlindungan yang adekuat.17

Pemberian obat-obatan pada masa kehamilan merupakan hal yang penting untuk diperhatikan. Seperti kita ketahui, dalam kedokteran gigi obat-obatan berfungsi untuk menyempurnakan hasil perawatan gigi yang dilakukan. Tetapi pada pasien hamil sebaiknya pemberian obat-obatan sedapat mungkin dihindari, terutama pada trimester pertama. Hal ini bertujuan untuk menghindari kemungkinan terjadinya pengaruh teratogenik obat pada janin. Pengaruh teratogenik yaitu terjadinya

gangguan pertumbuhan janin, merupakan kejadian yang sungguh penting karena dapat menyebabkan kematian janin dalam rahim, keguguran dan cacat bawaan yang sementara ataupun menetap. Faktor penentu terjadinya pengaruh teratogenik pada penggunaan obat bagi wanita hamil yaitu status fisiologi ibu, status patologi ibu, usia kehamilan saat pemberian obat, kemudahan filtrasi obat melalui plasenta, dosis dan lama terapi obat dan daya teratogenik obat.17

Pada tabel 5 menunjukkan obat-obatan yang diindikasikan dan kontraindikasi pasien hamil. Obat ini harus diketahui dokter gigi agar dapat memakai obat yang diindikasikan dan tidak menggunakan obat yang kontraindikasi.17

Tabel 5. Pemberian obat-obatan pada pasien hamil(Hasibuan S. Bagian ilmu

penyakit mulut FKG USU, 2004:6)

Ya Tidak

Analgesik Paracetamol Aspirin

As.Mefenamat Diamorphine Pentazocine Antibiotik Penisilin Eritromisin Sefalosporin Strepmisin Tetrasiklin Rifampisin Anastesi Lokal Lidokain

Lain-lain Kortikosteroid Karbamazepin Danazol Thalidomide Diazepam

---oOo---BAB 5

DISKUSI DAN KESIMPULAN

Mekanisme biologis hubungan antara periodontitis dan kelahiran prematur dimulai dari endotoksin yang dihasilkan oleh bakteri anaerob gram negatif yang berkolonisasi pada daerah subgingiva pada periodontitis. Kerusakan periodontal yang terjadi dihubungkan dengan aktivasi sel mediator imunitas, yang memicu produksi dari sitokin (Interleukin IL-1, IL-6, tumor necrosis factor alpha (TNF-α)); C- reactive protein; dan merangsang sintesis dan pelepasan prostalglandin (khususnya prostalglandin E2). Molekul-molekul ini diproduksi di dalam periodonsium dan dapat mencapai sirkulasi darah, melewati membran plasenta menuju cairan amniotik. Pada kehamilan normal, level intra amniotik dari mediator-mediator ini akan meningkat secara fisiologis hingga tercapai level puncak. Pada level tersebut dilatasi servikal dan persalinan diinduksi. Produksi abnormal dari mediator-mediator ini (sebagai respon dari kenaikan infeksi periodontal), kontraksi uterin dan rupturnya membran secara prematur, akan memicu terjadinya kelahiran prematur.

Sejumlah peneliti telah meneliti hubungan antara periodontitis dengan kelahiran prematur dan berat badan bayi lahir rendah. Namun, hasil penelitian memperlihatkan hubungan kontroversial. Berikut ini hasil penelitian Jeffcoat dkk., dan Pitiphat dkk. yang memperlihatkan adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan; serta hasil penelitian Davenport dkk. yang menolak adanya efek periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan.

Jeffcoat dkk. dalam penelitiannya menyatakan bahwa sampel yang menderita penyakit periodontal generalisata, nilai odd ratio kelahiran prematur terbesar terdapat pada ibu yang melahirkan bayi dengan kelas prematuritas terburuk. Pitiphat dkk. dalam penelitiannya menyatakan bahwa periodontitis dapat meningkatkan resiko kelahiran prematur bahkan juga di antara ibu yang tidak merokok ataupun mengkonsumsi alkohol. Kedua hasil penelitian diatas disebabkan karena periodontitis dapat mengaktivasi sel mediator imunitas, yang memicu produksi sitokin (yang berfungsi untuk melawan proses infeksi, namun juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan ikat) dan pelepasan prostalglandin (yang berfungsi memicu kontraksi uterin dan dilatasi servikal). Produksi abnormal dari mediator-mediator ini, kontraksi uterin dan rupturnya membran secara prematur, akan memicu terjadinya kelahiran prematur. Davenport dkk. dalam penelitiannya menyatakan tidak ditemukan adanya bukti bahwa penyakit periodontal maternal memiliki hubungan dengan kenaikan resiko PLBW. Kenaikan nilai rata-rata kedalaman saku periodontal pada saat persalinan memperlihatkan hubungan dengan penurunan resiko PLBW yang terjadi. Hasil negatif yang diperlihatkan pada penelitian ini disebabkan oleh pemakaian indeks CPITN (Community Periodontal Index of Treatment Need). Pemakaian indeks CPITN ini memungkinan munculnya hasil penelitian yang meragukan karena indeks CPITN memiliki keterbatasan sensitivitas dalam mendeteksi penyakit yang ada.

Sebuah penelitian oleh Jeffcoat dkk. untuk melihat efektivitas dari penambahan metronidazole pada skeling dan penyerutan akar, memperlihatkan bahwa nilai insiden kelahiran prematur terendah terdapat pada ibu yang menerima skeling dan penyerutan akar ditambah plasebo. Tidak ditemukan adanya

kecenderungan yang menguntungkan dengan penambahan metronidazole pada skeling dan penyerutan akar. Alasan dari penurunan efektivitas perawatan skeling dan penyerutan akar dalam mengurangi insiden kelahiran prematur dengan penambahan metronidazole masih tidak diketahui.

Pada masa kehamilan, dokter gigi dapat melakukan perawatan gigi dan mulut, tetapi harus dengan mempertimbangkan perlindungan terhadap ibu hamil dan janin yang sedang berkembang. Waktu perawatan yang terbaik adalah pada trimester kedua. Perawatan gigi dan mulut pada masa kehamilan dapat melibatkan beberapa hal yang berbahaya seperti radiografi dan pemberian obat-obatan.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jaringan periodonsium yang buruk pada masa kehamilan merupakan salah satu resiko terjadinya kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah. Perawatan jaringan periodonsium pada masa kehamilan dapat mengurangi resiko terjadinya kelahiran prematur dan bayi lahir dengan berat badan rendah. Namun, masalah ini masih memperlihatkan hubungan kontroversial dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menegaskan pengaruh periodontitis terhadap kesehatan bayi yang dilahirkan, sehingga dapat diupayakan tindakan penanggulangan dini untuk mencegah insiden kelahiran prematur.

---oOo---DAFTAR PUSTAKA

1. Yiorgos AB, Silvana PB, Offenbacher S. Exploring the relationship between periodontal disease and pregnancy complications. J Am Dent Assoc 2006;137:7S-13S.

2. Gaw MC. Periodontal Disease and Preterm Delivery of Low Birth Weight Infants. J Can Dent Assoc 2002; 68(3):165-9.

3. Pretorius C, Jagaat A, Lamont FL. The relationship between periodontal disease, bacterial vaginosis and preterm birth. J Perinat Med 2007;35:93-9. 4. Klebanoff M, Searle K. The role of inflammation in preterm birth-focus on

periodontitis. BJOG 2006;133(Suppl.3):43-5.

5. Khashan AS, McNamee R, Abel KM, Mortensen PB, et.al. Rates of preterm birth following antenatal maternal exposure to severe life events: a population based cohort study. Human Reproduction 2009;24(2):429-37.

6. Lopez NJ, Smith PC, Gutierrez J. Higher risk of preterm birth and low birth weight in women with periodontal disease. J Dent Res 2002;81(1):58-63.

7. Goldenberg RL, Culhane JF. Low birth weight in the united states. Am J Clin Nutr 2007;85(Suppl):584S-90S.

8. Hass JS, Afflick EF, Stewart AL, Jackson RA, et.al. Prepregnancy health status and the risk of preterm delivery. Arch Pediatr Adolesc Med 2005;159:58-63. 9. Martina Pirie, Inez Cooke, Gerard Linden, Chris Irwin. Review dental

manifestations of pregnancy. Royal college of obstretricians and gynaecologists 2007;9:21-26.

10. Rajapakse PS, Nagarathne M, Chandrasekra KB, Dasanayake AP. Periodontal disease and prematurity among non-smoking Sri-Lankan Women. J Dent Res 2005;84(3):274-7.

11. Agueda A, Echeverria A, Manau C. Association between periodontitis in pregnancy and preterm or low birth weight: review of literature. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2008;13(9):E609-15.

12. Jeffcoat MK, Geurs NC, Reddy MS, et.al. Periodontal infection and preterm birth: results of a prospective study. J Am Dent Assoc 2001;132:875-80.

13. Le HTT, Jareinpituk S, Kaewkungwal J, Pitiphat W. Increased risk of preterm birth among non-smoking, non-alkohol drinking women with maternal periodontitis. Southeast Asian J Trop Med Public Health 2007;38(3):586-93. 14. Davenport ES, William CECS, Sterne JAC, Murad S, Sivapathasundram V,

Curtis MA. Maternal periodontal disease and preterm low birthweight: case control study. J Dent Res 2002;81(5):313-8.

15. Zubardiah L, Dewi MD. Kelahiran prematur dan berat bayi lahir rendah pada perempuan hamil dengan penyakit periodontal. J Dentika 2003;8(2):113-8. 16. Jeffcoat MK, et.al. Periodontal disease and preterm birth: results of a pilot

intervention study. J Periodontol 2003;74(8):1214-8.

17. Hasibuan S. Perawatan dan pemeliharaan kesehatan gigi-mulut pada masa

kehamilan. 2004.

Oktober 2009).

18. Wrzosek T, Einarson A. Dental care during pregnancy. Canadian family physician 2009;55:598-9.

Dokumen terkait