• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Sanksi Pidana

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Pertambangan

2.3.2 Efektifitas Sanksi Pidana

Pemeriksaan cepat dibagi lagi atas pemeriksaan tindak pidana ringan dan perkara pelanggaran lalu lintas.

Undang-undang tidak memberikan batasan tentang perkara-perkara yang mana yang termasuk pemerisaan biasa. Hanya pada pemeriksaan singkat dan cepat saja diberikan bantuan. Pasal 203 ayat (1) KUHAP memberi batasan tentang apa yan dimaksud dengan pemeriksaan singkat yaitu :

“Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan singkat ialah perkara kejahatan atau pelanggaran yang tidak termasuk ketentuan Pasal 205 dan yang menurut Penuntut Umum pembuktian serta penerapan hukumnya mudah dan sifatnya sederhana”.

Selanjutnya, yang dimaksud dengan pemeriksaan cepat ditentukan oleh Pasal 205 ayat (1) berkaitan dengan tindak pidana ringan yaitu :

“Yang diperiksa menurut acara pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan/atau denda sebanyak-banyaknya tujuh ribu rupiah dan penghinaan ringan, kecuali yang ditentukan dalam paragraph 2 bagian ini”.

tersebut dapat ditinjau atas dasar beberapa tolak ukur efektivitas.Sedangkan menurut Soerjono Soekanto (Baso Madiong, 2014:116-121) bahwa ada lima faktor yang menjadi tolak ukur efektifitas hukum yaitu :

a. Faktor Hukum

Hukum berfungsi untuk keadilan, kepastian dan kemanfaatan.

Dalam praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya terjadi pertentangan antara kepastian hukum dan keadilan. Kepastian hukum sifatnya konkret berwujud nyata, sedangkan keadilan bersifat abstrak sehingga ketika seorang hakim memutuskan suatu perkara secara penerapan undang-undang saja maka ada kalanya nilai keadilan itu tidak tercapai. Maka ketika melihat suatu permasalahan mengenai hukum setidaknya keadilan menjadi prioritas utama.

Karena hukum tidaklah semata-mata dilihat dari sudut hukum tertulis saja, masih banyak aturan-aturan yang hidup dalam masyarakat yang mampu mengatur kehidupan masyarakat. Jika hukum tujuannya hanya sekedar keadilan, maka kesulitannya karena keadilan itu bersifat subjektif dari masing-masing orang.

Mengenai faktor hukum dalam hukum dalam hal ini dapat diambil contoh pada Pasal 363 KUHP yang perumusan tindak pidananya hanya mencantumkan maksimumnya saja, yaitu 7 tahun penjara sehingga hakim untuk menentukan berat ringannya hukuman dimana ia dapat bergerak dalam batas batas maksimal hukuman.

Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap pelaku kejahatan itu terlalu ringan, atau terlalu mencolok perbedaan antara tuntutan dengan pemidanaan yang dijatuhkan. Hal ini merupakan suatu penghambat dalam penegakan hukum tersebut.

b. Faktor Penegak Hukum

Dalam berfungsinya hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi kualitas petugas kurang baik, ada masalah. Oleh karena itu, salah satu kunci keberhasilan dalam penegakan hukum adalah mentalitas atau kepribadian penegak hukum dengan mengutip pendapat J. E. Sahetapy (Baso Madiong, 2014:118) yang mengatakan :

“Dalam rangka penegakan hukum dan implementasi penegakan hukum bahwa penegakan keadilan tanpa kebenaran adalah suatu kebijakan. Penegakan kebenaran tanpa kejujuran adalah suatu kemunafikan. Dalam rangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegakan hukum (inklusif manusianya) keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus terasa dan terlihat, harus diaktualisasikan”.

Didalam konteks di atas yang menyangkut kepribadian dan mentalitas penegak hukum, bahwa selama ini ada kecenderungan yang kuat di kalangan masyarakat untuk mengartikan hukum sebagai petugas atau penegak hukum, artinya hukum diidentikkan dengan tingkah laku nyata petugas atau petugas hukum. Sayang dalam melaksanakan wewenangnya sering timbul persoalan karena sikap

atau perlakuan yang dipandang melampaui wewenang atau perbuatan lainnya yang dianggap melunturkan citra dan wibawa penegak hukum, hal ini disebabkan oleh kualitas yang rendah dari aparat penegak hukum tersebut dan hal ini merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan efektif atau tidaknya ketentuan hukum yang berlaku.

c. Faktor Sarana Dan Fasilitas

Sarana yang ada di Indonesia sekarang ini memang diakui masih cukup tertinggal jika dibandingkan dengan negara-negara maju yang memiliki sarana lengkap dan teknologi canggih di dalam membantu penegakan hukum. Soerjono Soekanto dan Mustafa Abdullah pernah mengemukakan bahwa bagaimana polisi dapat bekerja dengan baik, kalau tidak dilengkapi dengan kendaraan dan alat-alat komunikasi yang proporsional. Oleh karena itu, sarana atau fasilitas mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penegakan hukum. Tanpa adanya sarana atau fasilitas tersebut, tidak akan mungkin penegak hukum menyerasikan peranan yang seharusnya dengan peranan yang aktual. Namun menurut pendapat Baso Madiong (2014:20) bahwa faktor ini tidaklah menjadi faktor yang dominan untuk segera diperbaiki ketika ingin terwujudnya suatu efektivitas hukum.

d. Faktor Masyarakat

Masyarakat dalam hal ini menjadi suatu faktor yang cukup mempengaruhi juga di dalam efektifitas hukum. Apabila masyarakat

tidak sadar hukum dan/atau tidak patuh hukum maka tidak mungkin ada keefektifan. Kesadaran hukum merupakan konsepsi abstrak di dalam diri manusia, tentang keserasian antara ketertiban dan ketentraman yang dikehendaki atau sepantasnya. Kesadaran hukum sering dikaitkan dengan pentaatan hukum, pembentukan hukum dan efektifitas hukum. Kesadaran hukum merupakan kesadaran atau nilai-nilai yang terdapat dalam manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan.

e. Faktor Kebudayaan

Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto (Baso Madiong, 2014:121), mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain. Dengan demikian, kebudayaan adalah suatu garis pokok tentang perikelakuan yang menetapkan peraturan mengenai apa yang harus dilakukan, dan apa yang dilarang

Kelima faktor di atas saling berkaitan dengan eratnya, karena menjadi hal pokok dalam penegakan hukum, serta sebagai tolak ukur dari efektifitas penegakan hukum. Kelima faktor tersebut tidak ada faktor yang sangat dominan berpengaruh, semua faktor tersebut harus saling mendukung untuk membentuk efektifitas hukum.

Dan dapat disimpulkan bahwa berfungsinya hukum dengan baik sangat ditentukan oleh keserasian kelima faktor tersebut yang akan mengarah pada penegakan hukum, sebab secara sosiologis hukum dan penegakannya serta aspek kemasyarakatan lainnya dipengaruhi oleh faktor-faktor diluar hukum.

BAB 3

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

3 1. Gambaran Umum Lokasi Pertambangan di Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa yang berada pada bagian selatan Provinsi Sulawesi Selatan ini berbatasan dengan 7 kabupaten/kota lain, yaitu di sebelah Utara berbatasan dengan Kota Makassar dan Kabupaten Maros. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sinjai, Bulukumba, dan Bantaeng. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Takalar dan Jeneponto sedangkan di bagian Barat berbatasan dengan Kota Makassar dan Takalar.

Luas wilayah Kabupaten Gowa adalah 1.883,33 km2 atau sama dengan 3,01% dari luas wilayah Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa terbagi dalam 18 Kecamatan dengan jumlah Desa/Kelurahan definitif sebanyak 167 dan 726 Dusun/Lingkungan. Wilayah Kabupaten Gowa sebagian besar berupa dataran tinggi berbukit-bukit, yaitu sekitar 72,26% yang meliputi 9 kecamatan yakni Kecamatan Parangloe, Manuju, Tinggimoncong, Tombolo Pao, Parigi, Bungaya, Bontolempangan, Tompobulu dan Biringbulu. Selebihnya 27,74% berupa dataran rendah dengan topografi tanah yang datar meliputi 9 Kecamatan yakni Kecamatan Somba Opu, Bontomarannu, Pattallassang, Pallangga, Barombong, Bajeng, Bajeng Barat, Bontonompo dan Bontonompo Selatan.

Sulawesi Selatan khususnya Kabupaten Gowa, kegiatan pertambangan tanpa izin/illegal mining cenderung meningkat dari tahun ketahun. Hal tersebut didasari atas adanya faktor korelatif antara lain, seperti: Kabupaten Gowa

merupakan sentra produksi material tambang jenis mineral pasir, batuan, dan tanah timbunan, yang mencakup wilayah Kecamatan Bontomarannu, Pallangga, Bajeng, Bontonompo, dan Parangloe yang mana hasil produksinya mensuplai beberapa daerah yang ada di sekitarnya seperti: Kota Makassar dan Kabupaten Takalar, bahkan dilakukan distribusi material antar pulau.

3 2. Proses Hukum Terhadap Pelaku Kejahatan Pertambangan Liar Gol. C di Kabupaten Gowa

Sebagaimana telah diketahui di atas bahwa negara mempunyai hak menguasai atas bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya termasuk tambang sebagaimana dinyatakan dalam konstitusi Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 ayat (3). Berkaitan dengan pengelolaan tambang, setiap orang atau badan usaha yang hendak melakukan penambangan wajib memiliki izin lebih dahulu dari negara atau pemerintah.

Apabila terjadi kegiatan penambangan pelakunya tidak memiliki izin, maka perbuatannya merupakan tindak pidana sebagaimana yang diatur dalam Pasal 158 Undang-Undang No. 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang berbunyi “setiap orang yang melakukan usaha penambangan tanpa IUP, IPR, atau IUPK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau (5) dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah)”

Penulis akan terlebih dahulu menguraikan proses hukum terhadap tindak pidana pertambangan liar berdasarkan Putuan Nomor 1759/Pid.B/2017/PN.Mks ;

A. Identitas Terdakwa

Pengadilan Negeri Makassar yang mengadili perkara pidana dengan acara pemeriksaan biasa dalam tingkat pertama menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara terdakwa :

1. Nama lengkap : ABD. RAHMAN Dg. SIRIWA ; 2. Tempat lahir : Tebakkang, Kabupaten Gowa ; 3. Umur/tanggal lahir : 37 Tahun/ 15 Mei 1980 ; 4. Jenis kelamin : Laki-laki ;

5. Kebangsaan : Indonesia ;

6. Tempat Tinggal : Dusun Tebakkang, Desa Paraikatte, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa ;

7. Agama : Islam ;

8. Pekerjaan : Wiraswasta ; B. Posisi Kasus

Kasus usaha pertambangan tanpa izin di Kabupaten Gowa Sulawesi Selatan, perkara ini diputus di Pengadilan Negeri Makassar dengan pertimbangan bahwa sebagian besar saksi bertempat tinggal di Makassar.

Bahwa ia terdakwa ABD. RAHMAN Dg, SIRIWA, pada sekitar bulan Maret Tahun 2017, atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam tahun 2017, bertempat di Kampung Sogayya, Desa Paraikatte, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, dimana berdasarkan Pasal 84 ayat (2) KUHAP, Pengadilan Negeri Makassar berwenang mengadili, telah melakukan usaha

pertambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK, sebagaimana dalam Pasal 158 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009.

C. Barang Bukti

Menimbang bahwa didalam pemeriksaan perkara ini Penuntut Umum mengajukan barang bukti berupa : 1 (satu) unit mesin penghisap pasir (dompeng), 1 (satu) unit mobil truk izusu warna putih DD 8684 LC, Sample mineral hasil tambang berupa pasir, telah diperlihatkan serta dibenarkan oleh saksi dan terdakwa ;

D. Proses Penyidikan

1. Menerima laporan dari warga sekitar lokasi penambangan illegal.

2. Melakukan tindakan pertama yaitu memerintahkan terdakwa untuk berhenti melakukan kegiatan penghisapan pasir dan menanyakan izinnya serta tanda pengenalnya tetapi tersagka tidak dapat memperlihatkan izinnya oleh sebab itu pihak penyidik memasang police line.

3. Penyidik tidak melakukan penahanan terhadap tersangka ; - dikarenakan selama proses tersangka koperatif

- tidak dilakukan penggeledahan

- dan melakukan penyitaan barang bukti, yaitu ; 1). Alat penghisap pasir ( dompeng )

2). Sebuah unit mobil truk isuzu

4. Tidak melakukan pengambilan sidik jari dan mengambil foto lokasi penambangan liar tersangka

5. Mendatangkan seorang saksi di pemeriksaan penyidikan serta ahli dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sulawesi Selatan.

Demikian proses hukum yang dilaksanakan oleh penyidik terhadap terdakwa kasus pertambangan liar yang dilakukan oleh ABD.RAHMAN Dg. SIRIWA.

E. Dakwaan Jaksa Penuntut Umum

Bahwa ia terdakwa ABDUL RAHMAN Dg SIRIWA, pada sekitar bulan Maret Tahun 2017, atau setidak-tidaknya pada waktu lain dalam Tahun 2017, bertempat di Kampung Sogayya Desa Paraikatte Kec.Bajeng Kab.Gowa, dimana berdasarkan Pasal 84 ayat (2) KUHAP, PN Makassar berwenang mengadili, telah melakukan usaha pertambangan tanpa IUP, IPR atau IUPK, sebagaimana dalam Pasal 37, Pasal 40 ayat (3), Pasal 48, Pasal 67 ayat (1), Pasal 74 ayat (1) atau ayat (5).

Perbuatan terdakwa dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :

- Bahwa berawal ketika terdakwa melakukan kegiatan pertambangan di lokasi milik kakek terdakwa seluas 20 are, dimana jenis mineral yang terdakwa ambil dari kegiatan pertambangan tersebut berupa pasir.

- Bahwa adapun alat yang digunakan dalam penambangan tersebut adalah 1 (satu) Unit mesin penghisap pasir merk Jiandon yang dilengkapi dengan pipa untuk menghisap pasir kurang lebih 3 meter dan pipa untuk pembuangan sebanyak 10 batang serta 1 buah sekop.

- Bahwa kegiatan tersebut terdakwa memperkerjakan 2 (dua) orang atas nama Sdr.Dg.Tayang yang bertugas sebagai pengawas dan operator

dan diberi upah oleh terdakwa sebesar Rp.100.000,- sedang Sdr.Rizal selaku tukang sekop pasir dan diberi upah sebesar Rp.25.000.-

- Bahwa hasil pengerukan /penghisapan pasir tersebut terdakwa jual kepada orang yang membutuhkan material pasir dimana terdakwa jual dengan harga Rp.530.000,- (lima ratus tiga puluh ribu rupiah) sudah termasuk dengan biaya angkutannya dengan menggunakan truk, dimana dalam sehari terdakwa menjual 7 s/d 8 truk.

- Bahwa kegiatan penambangan tersebut dilakukan terdakwa sejak pertengahan bulan Januari 2017.

-

Bahwa untuk kegiatan tersebut diatas, terdakwa tidak memiliki ijin dalam melaksanakan kegiatan penambangan, dimana untuk ijin penambangan tersebut sesuai keterangan ahli Ir.H.Syarifuddin., MH menjelaskan bahwa terdakwa harus mengajukan permohonan Izin Usaha Pertambangan sesuai dengan Undang-undang No.23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, yang berwenang untuk menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP), didaerah adalah Gubernur.

-

Bahwa walaupun terdakwa tidak memiliki IUP tersebut, terdakwa tetap melakukan penambangan jenis pasir hingga ditemukan oleh pihak kepolisian dan saat penambangan dilakukan terdakwa tidak dapat memperlihatkan ijin dimaksud.

F. Alat Bukti Tindak Pidana Pertambangan Tanpa Izin Gol. C

1. Keterangan Saksi

Menimbang, bahwa selanjutnya dipersidangan telah didengar keterangan saksi-saksi yang diajukan oleh Penuntut Umum yang telah memberikan keterangan dibawah sumpah pada pokoknya sebagai berikut :

a. Saksi INDRA KUSMAWAN AHMAD. SH., menerangkan :

- Bahwa saksi saat ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan mengerti dihadirkan dipersidangan ini ;

- Bahwa pada hari Rabu, taggal 21 Maret 2017, sekitar pukul 11.00 Wita, bertempat di Kampung Sogayya, Desa Julukanaya, Kecamatan Palangga, Kabupaten Gowa, saksi bersama team menemukan terdakwa telah melakukan penambangan pasir tanpa ijin ;

- Bahwa pada awalnya saksi menerima laporan dari masyarakat yang mengatakan bahwa di Kampong Sogayya, Desa Julukanaya, Kecamatan Palangga ada yang melakukan penambangan pasir tanpa ijin dari yang berwenang ;

- Bahwa saksi menemukan kegiatan pertambangan dilakukan diatas lahan seluas 20 are dengan menggunakan 1 unit mesin penghisap pasir dan truk enam roda dan dari hasil wawancara dengan masyarakat setempat diketahui kalua yang bertanggung jawab di lokasi itu adalah Abdul Rahman Daeng Siriwa (terdakwa) ;

- Bahwa kemudian saksi menanyakan langsung kepada terdakwa tentang ijin-ijin yang dimilikinya akan tetapi saat itu diketahui kalua

terdakwa selaku pengelola kegiatan tidak memiliki IUP Operasi Pertambangan dalam melakukan kegiatan pertambangan sehingga atasan saksi memerintahkan untuk mengamankan barang-barang yang ada kaitannya dengan dugaan pertambangan tanpa ijin ;

- Bahwa adapun barang-barang yang diamankan adalah : 1 unit mobil truck, 1 mesin penghisap pasir dan sampel mineral hasil penambangan berupa batukali dan pasir ;

- Bahwa di lokasi penambangan saksi juga bertemu dengan sdr.

Muhammad Rizal sebagai supir truk dan saksi Kamaruddin Dg.

Tayang sebagai operator mesin penghisap pasir ;

Bahwa berdasarkan keterangan saksi tersebut terdakwa membenarkan dan tidak keberatan ;

b. Saksi KAMARUDDIN Dg. TAYANG, menerangkan :

- Bahwa saksi saat ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan mengerti dihadirkan dipersidangan ini ;

- Bahwa pada hari Selasa, Tanggal 22 Maret 2017, sekitar pukul 12.00 Wita, bertempat di Kampung Sogayya, Desa Julukanayya, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, saksi ditemukan oleh Petugas Polisi dari Polda Makassar saat mengoperasikan mesin penghisap pasir untuk kegiatan pertambangan ;

- Bahwa pada awalnya saksi disuruh oleh terdakwa untuk mengoperasikan mesin penghisap pasir karena terdakwa sebagai pengelola kegiatan pertambangan tersebut sejak tanggal 10 Maret

2017 dan saksi disuruh mengoperasikan mesin itu sekali sehari kecuali hari minggu libur ;

- Bahwa adapun cara pengoperasikan mesin penghisap pasir itu yakni dengan cara di engkol (dengan cara diputar) dimana mesin itu mereknya jiandong berwarna merah ;

- Bahwa saksi mengoperasikan mesin itu dengan mendapat upah sebesar Rp. 35.000,00 (tiga puluh lima ribu rupiah) dari terdakwa untuk setiap truk yang diisi pasir di lokasi pertambangan dimana dalam sehari di lokasi pertambangan tersebut mengisi pasir sekitar 4-5 unit truk

Bahwa berdasarkan keterangan saksi tersebut terdakwa membenarkan dan tidak keberatan ;

2. Keterangan Ahli

a. AHLI Ir. H. SYARIFUDDIN. MH., keterangan BAP Penyidik dibacakan:

- Bahwa ahli menjabat sebagai Inspektur Tambang Madya dengan tugas dan tanggung jawab ahli adalah sebagai berikut :

1. Melakukan pengawasan dibidang keselamatan kerja dan lingkungan, konservasi mineral, keselamatan operasi pertambangan dan teknis pertambangan ;

2. Penyelidikan kecelakaan tambang ; 3. Melakukan pengujian peralatan tambang ;

- Bahwa ahli pernah memberikan keterangan sebagai ahli kepada Penyidik dimana kesemuanya terkait dalam penyidikan perkara tindak pidana pertambangan tanpa izin ;

- Bahwa ahli tidak kenal dan tidak ada hubungan keluarga dengan terdakwa yang diduga melakukan kegiatan pertambangan tanpa izin ; - Bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang

Mineral dan Batubara, dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan, dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang

;

- Bahwa dalam Pasal 1 angka 1 yang dimaksud IUP adalah Izin Usaha Pertambangan yakni izin untuk melaksanakan usaha pertambangan sedangkan yang dimaksud Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian termasuk pengangkutan dan penjualan serta sarana pengendalian dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan;

- Bahwa yang berwenang menerbitkan Izizn Usaha Pertambangan adalah Walikota atau Bupati, Gubernur atau Menteri sesuai dengan kewenangannya namun sejak diterbitkan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, saat ini kewenangan Bupati/Walikota untuk menerbitkan Izin Usaha Pertambangan (IUP) dianulir dalam hal ini kewenangan menerbitkan IUP di daerah ada pada Gubernur ;

- Bahwa setiap kegiatan pertambangan adapun Izin yang wajib dimiliki adalah Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi (IUP-OP) atau apabila kegiatan pertambangan yang dilakukan bukan merupakan usaha pokok/utama dapat menggunakan IUP-OP khusus penjualan ; - Bahwa untuk IUP-OP maupun IUP-OP khusus penjualan diajukan

kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan melalu Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Provinsi Sulawesi Selatan kemudian diteruskan ke Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Sulawesi Selatan untuk dilakukan evaluasi teknis dan setelah permohonan tersebut dianggap layak oleh Dinas ESDM maka BKPMD atas nama Gubernur dapat menerbitkan IUP ;

- Bahwa perbuatan terdakwa Abdul Rahman Dg. Siriwa yang melakukan penambangan batuan tanpa Izin Usaha Pertambangan, begitu juga kegiatan penghisapan dan pengangkutan pasir serta membawa untuk menjual yang dilakukan oleh terdakwa sudah jelas bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara Pasal 158 ;

Bahwa berdasarkan keterangan ahli tersebut terdakwa membenarkan tidak keberatan ;

3. Keterangan Terdakwa

Menimbang bahwa dipersidangan telah pula didengar keterangan Terdakwa yang pada pokoknya menerangkan sebagai berikut :

- Bahwa terdakwa saat ini dalam keadaan sehat jasmani dan rohani dan mengerti diajukan dipersidangan ini karena melakukan pertambangan tanpa ijin lokasi penambangan yang bertempat di Kampung Sogayya, Desa Julukanayya, Kecamatan Bajeng, Kabupaten Gowa, pada hasi Selasa, tanggal 22 Maret 2017, sekitar 12.00 Wita ;

- Bahwa terdakwa melakukan kegiatan penambangan dilahan milik kakeknya seluas 20 are yang dimulai sejak 2 bulan yang lalu yaitu pertengahan Januari dan jenis mineral yang diambil adalah pasir ; - Bahwa alat yang digunakan dalam melakukan penambangan pasir di

lokasi tersebut adalah 1 (satu) unit mesin penghisap pasir merek Jiandon yang dilengkapi dengan pipa untuk menghisap pasir kurang lebih 3 meter dan pipa untuk pembuangan 10 batang dan 1 buah sekop;

- Bahwa dalam berusaha penambangan pasir itu terdakwa mempekerjakan saksi kamaruddin Dg. Tayang sebagai pengawas dan operator mesin sedangkan sdr. Rizal sebagai sopir yang secara bergantian sebagai pengawas dari tukang sekop pasir ;

- Bahwa untuk gaji terhadap dua orang pekerja tersebut terdakwa membayar Rp. 100.000,- kepada Kamaruddin dan kepada sdr. Rizal diberikan upah sebesar RP. 25.000,- ;

- Bahwa hasil pengerukan tersebut terdakwa jual kepada orang yang mencari bahan material dengan harga pasir sebesar Rp. 530.000,- (lima ratus tiga puluh ribu rupiah) dengan biaya mobil dimana dalam sehari penjualan pasir sekitar 7 sampai 8 truk ;

- Bahwa terdakwa tidak memiliki izin dalam melaksanakan kegiatan pertambangan tersebut dimana terdakwa berani melakukan penambangan pasir ini karena terdakwa benyak melihat di sekitarnya ada kegiatan pertambangan ;

- Bahwa terdakwa merasa bersalah dan menyesal atas perbuatannya dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi ;

G. Tuntutan Jaksa

MENUNTUT

Supaya Majelis Hakim Pengadilan Negeri Makassar yang memeriksan dan mengadili perkara ini, memutuskan :

1) Menyatakan terdakwa Abd. Rahman Dg. Siriwa, bersalah melakukan usaha pertambangan tanpa izin dari Instansi yang berwenang, sesuai dengan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara ;

2) Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa Abd. Rahman Dg. Siriwa, dengan pidana penjara selama 10 bulan (sepuluh) bulan, dikurangi selama berada dalam tahanan kota, dengan perintah terdakwa tetap ditahan ;

3) Menyatakan barang bukti berupa :

- 1 (satu) unit mesin penghisap pasir (dompeng) ;

- 1 (satu) unit mobil truk izusu warna putih DD 8684 LC ; Dirampas untuk negara ;

- Sample mineral hasil tambang berupa pasir ;

4) Menetapkan supaya terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp.

5.000,- (lima ribu rupiah);

H. Amar Putusan MENGADILI

1) Menyatakan Terdakwa Abd. Rahman Dg. Siriwa, telah terbukti secara sah meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana “Usaha Pertambangan tanpa izin dari instansi yang berwenang” ;

2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa Abd. Rahman Dg. Siriwa, oleh karena itu dengan pidana penjara selama 6 (enam) bulan ;

3) Menetapkan masa penahanan kota yang telah dijalani Terdakwa dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

4) Menetapkan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ; 5) Memerintahkan barang bukti berupa :

- 1 (satu) unit mesin penghisap pasir (dompeng) ;

- 1 (satu) unit mobil truk Izusu warna putih DD 8684 LC;

Dirampas untuk Negara ;

- Sample mineral hasil tambang berupa pasir ; Dirampas untuk dimusnahkan ;

6) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu rupiah);

Upaya yang dilakukan oleh penyidik dalam menindak lanjuti dugaan tindak pidana pertambangan di Kabupaten Gowa, terlebih dahulu harus melakukan penyidikan dengan cara mengumpulkan alat bukti yang terkait misalnya memanggil saksi-saksi, ahli dan memeriksa dokumen-dokumen yang dimiliki oleh pelaku, tetapi pada saat proses penyidikan pelaku tidak ditahan dengan pertimbangan koperatif saat proses penyidikan, kemudian apabila telah rampung atau lengkap bukti-buktinya minimal dua alat bukti yang sah ditambah dengan keyakinan penyidik maka penyidik harus melimpahkan berkas perkara, barang bukti beserta tersangka kepada kejaksaan untuk dilakukan penuntutan dan apabila jaksa telah menerima keseluruhan berkas perkara disertai dengan barang bukti maka diteruskan ke pengadilan untuk dilakukan penuntutan lalu kemudian dilakukan persidangan dengan menghadirkan saksi-saksi, ahli dan memeriksa barang bukti yang ditemukan didalam penyidikan, maka diputuskan dalam persidangan mengenai salah tidaknya seorang yang didakwa melakukan tindak pidana dibidang pertambangan.

Kasus yang Penulis uraikan di atas merupakan proses hukum kasus pertambangan liar yang di duga dilakukan oleh ABD. RAHMAN Dg Siriwa telah melakukan kegiatan pertambangan di lokasi milik kakek terdakwa seluas 20 are, dimana jenis mineral yang terdakwa ambil dari kegiatan

Dokumen terkait