• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V ANALISIS DATA

5.2. Efektivitas

1.5.2.1 Pengertian Efektivitas Kerja

Efektivitas adalah suatu kosa kata dalam Bahasa Indonesia yang berasal dari Bahasa Inggris yaitu : “Efective” yang berarti berhasil ditaati, mengesahkan, mujarab dan mujur. Dari sederetan arti di atas, maka yang paling tepat adalah berhasil dengan baik. Jika seseorang dapat bekerja dengan baik maka ia dapat dikatakan bekerja secara efektif. Dalam pelaksanaan kerja selalu memakai 5 sumber usaha yaitu Pikiran, Tenaga, Waktu, Uang dan Benda. Walaupun gabungan yang berbeda untuk masing – masing jenis pekerjaan pada umumnya orang melakukan kegiatan tertentu ingin memperoleh hasil yang maksimal. Tetapi permasalahan efektivitas, bukanlah sesederhana pengertian di atas, karena efektivitas itu menyangkut banyak hal, oleh karena itu para ahli memberikan defenisi yang beragam untuk menjelaskan apa arti batasan dari pengertian efektivitas itu.

Widjaya (2003: 32) mengemukakan efektivitas adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan melakukan sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi suatu perusahan atau pencapaian tujuan. Selanjutnya Wesha (2002:148) mengatakan efektivitas adalah keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh manusia untuk memberikan guna yang diharapkan. Sedangkan

Komaruddin (2002:45) menyebutkan efektivitas adalah suatu keadaan dalam mencapai tujuan manajemen yang efektif perlu disertai dengan manajemen yang efisien. Menunjukkan tingkat keberhasilan yang efisien. Tercapainya tujuan mungkin hanya dapat dilakukan dengan penghamburan dana. Oleh karena itu manajemen tidak boleh diukur dengan efektivitas juga diperlukan efisiensi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan efektivitas merupakan suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan kerja yang ditetapkan. Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan, artinya pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak, sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu. Hal ini lebih menekankan pada penyelesaian tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Sarwoto (2001: 126) mengistilahkan efektivitas dengan “berhasil guna”, yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya benar – benar sesuai kebutuhan dalam pencapaian tujuan organisasi. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja berhubungan dengan hasil dan manfaat yang ingin dicapai sebagaimana yang telah ditentukan sebelumnya. Jadi efektivitas kerja adalah merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Apa yang dimaksud dengan efektifitas kerja dipertegas Siagian yang mengatakan bahwa efektivitas tidak hanya dipandang dari segi pencapaian tujuan saja, tetapi juga dari segi ketepatan waktu dalam mencapai tujuan tersebut. Lebih rinci lagi, Siagian (2002:171), mengatakan bahwa efektivitas adalah tercapainya sasaran yang

telah ditentukan sebelumnya, tepat waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Dari definisi Siagian di atas dapatlah kiranya ditarik kesimpulan bahwa efektivitas kerja mengandung arti tentang penekanan pada segi waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana semakin cepat pekerjaan itu terselesaikan dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, maka akan semakin baik pula efektivitas kerja yang dicapai. Demikian pula sebaliknya dengan semakin lamanya pekerjaan tersebut terselesaikan, maka semakin jauh pula pekerjaan tersebut dikatakan efektif.

Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa efektivitas adalah pencapaian sasaran dengan tepat yang berkaitan dengan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dan mengandung unsur-unsur, seperti:

1. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dengan baik.

2. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Manfaat, yaitu dimana kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat bagi pegawai dan organisasi sesuai dengan kebutuhannya.

4. Hasil, yaitu dimana kegiatan yang dilakukan menunjukkan hasil akhir seperti yang diharapkan.

1.5.2.2 Pengukuran Efektivitas Kerja

mencapai tujuan, maka hal itu dikatakan efektif. Nilai efektifitas pada dasarnya ditentukan oleh tercapainya tujuan organisasai serta faktor kesesuaian dalam melaksanakan tugas atau pekerjaanya. Jadi efektifitas kerja pada tiap–tiap organisasi akan berbeda–beda antara organisasi yang satu dengan ornganisasi yang lainnya, tergantung pada jenis dan sifat dari pada organisasi yang bersangkutan.

Menurut Steers dalam Tangkilisan (2005:141) mengemukakan lima kriteria dalam pengukuran efektivitas kerja, yaitu:

1. Produktivitas

2. Kemampuan adaptasi kerja 3. Kepuasan kerja

4. Kemampuan berlaba 5. Pencarian sumber daya

Sementara Gibson dalam Tangkilisan (2005:141) mengatakan bahwa efektivitas dapat pula diukur sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai 2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap 4. Perencanaan yang matang

5. Penyusunan program yang tepat 6. Tersedianya sarana dan prasarana

Maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu bentuk usaha yang dilaksanakan oleh para pegawai secara bersama-sama terhadap pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan standart yang berlaku.

1.5.3 Pengaruh Motivasi dengan Efektivitas Kerja Pegawai

Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas kerja adalah dengan pemberian motivasi kepada pegawai. Motivasi kerja merupakan stimulus atau rangsangan bagi setiap pegawai untuk bekerja dan menghasilkan karya. Penting bagi seorang pimpinan untuk mengetahui apa sebenarnya motivasi pegawainya dalam mencapai kepuasan, apa bakat dan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki, harapan pegawai pada masa depan pekerjaannya dan bagiamana cara merangsang pegawai untuk bekerja sama dalam pencapaian sasaran organisasi.

Dengan adanya motivasi yang diberikan, organisasi akan dapat meningkatkan gairah kerja pegawai sehingga tercapai tujuan organisasi. Tercapainya tujuan organisasi diharapkan tercapainya pula tujuan individu para anggota organisasi tersebut. Organisasi akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya, apabila semua komponen organisasi berupaya menampilkan kinerja yang optimal termasuk peningkatan dan efektivitas kerja. Seorang pegawai akan mau dan termotivasi untuk meningkatkan efektiviats kerjanya apabila terdapat keyakinan dalam dirinya bahwa berbagai keinginan, kebutuhan, harapan dan tujuannya dapat tercapai pula.

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono 2006:70).

Adapun pada perumusan masalah dan kerangka teori yang telah dipaparkan diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh yang positif antara motivasi terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.”

1.7 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun2006:33). Agar mendapat pembatasan yang jelas dari setiap konsep yang akan diteliti maka penulis mencoba mengemukakan defenisi dari beberapa konsep yang digunakan, yaitu:

1. Motivasi adalah faktor pendorong atau penggerak seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu dengan upaya tinggi dan usaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi untuk memenuhi kebutuhan individual.

2. Efektivitas adalah suatu bentuk usaha yang dilaksanakan oleh para pegawai secara bersama-sama terhadap pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan standart yang berlaku.

1.8 Defenisi Operasional dan Variabel

Defenisi operasional adalah sebagai petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang membantu penelitian sehingga dari informasi tersebut diketahui bagaimana caranya mengukur variabel penelitian tersebut (Singarimbun 2006:46).

Berikut ini diuraikan variabel yang diteliti beserta indikator-indikator yang dipakai sebagai alat pengukurnya.

a. Motivasi sebagai Variabel bebas (X), diukur dengan menggunakan indikator- indikator sebagai berikut :

a. Prestasi kerja, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh seorang manajer dibawah lingkungan kerja yang sulit sekalipun. Misalnya dalam menyelesaikan tugas yang dibatasi oleh jadwal waktu (deadline) yang ketat yang harus dipenuhi, seseorang pekerja dapat menyelesaikan tugasnya dengan hasil yang memuaskan. b. Pengaruh, yaitu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan gagasan atau

argumentasi sebagai bentuk dari kuatnya pengaruh yang ingin ditanamkan kepada orang lain. Saran – saran atau gagasan yang diterima sebagai bentuk partisipasi dari seseorang pekerja akan menumbuhkan motivasi, apalagi jika gagasan atau pemikiran tersebut dapat diikuti oleh orang lain yang dapat dipakai sebagai metode kerja baru dan ternyata hasilnya positif dan dirasakan lebih baik. c. Pengendalian, yaitu tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap

bawahannya. Untuk menumbuhkan motivasi dan sikap tanggung jawab yang besar dari bawahan, seorang atasan dapat memberikan kesempatan kepada

bawahannya untuk bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan menumbuhkan partisipasi.

d. Ketergantungan, yaitu kebutuhan dari bawahan terhadap orang – orang yang berada dilingkungan kerjanya, baik terhadap sesama pekerja maupun terhadap atasan. Adanya saran, gagasan ataupun ide dari atasan kepada bawahan yang dapat membantunya memahami suatu masalah atau cara penyelesaian masalah akan menjadi motivasi yang positif.

e. Pengembangan, yaitu upaya yang dilakukan oleh organisasi terhadap pekerja atau oleh atasan terhadap bawahannya untuk memberikan kesempatan guna meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan ataupun pelatihan. Pengembangan ini dapat menjadi motivator yang kuat bagi karyawan. Disamping pengembangan yang menyangkut kepastian karir pekerja. Pengertian pengembangan yang dimaksudkan disini juga menyangkut metode kerja yang dipakai. Adanya perubahan metode kerja yang dirasakan lebih baik karena membantu penyelesaian tugas juga menjadi motivasi bagi pekerja.

f. Afiliasi atau sosialisasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang – orang atas dasar sosial. Keterbukaan orang – orang yang berada di lingkungan kerja yang memungkinkan hubungan antara pribadi dapat berjalan dengan baik, saling membantu masalah pribadi akan menjadi motivasi yang positif dari pekerja.

2. Efektivitas sebagai Variabel terikat (Y), diukur dengan menggunakan indikator- indikator sebagai berikut :

a. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dengan baik.

b. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila pelaksanaan kegiatan tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

c. Manfaat, yaitu dimana kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat bagi pegawai dan organisasi sesuai dengan kebutuhannya.

d. Hasil, yaitu dimana kegiatan yang dilakukan menunjukkan hasil akhir seperti yang diharapkan.

1.9 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional dan variabel, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan data, teknik pengumpulan skor dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian berupa sejarah singkat, visi dan misi, serta struktur organisasi.

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi yang dianalisis.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat kajian dan analisis data yang diperoleh dari lokasi penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian yang dilakukan.

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode-metode penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang rasional dan akurat (Nawawi 2003:64).

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan menjelaskan keadaan dari objek penelitian dan mencoba menganalisis kebenarannya berdasar pada data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara, di jalan Sisingamangaraja Km.5,5 No.14 Marindal Medan 20147.

2.3 Populasi dan Sampel 2.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono 2008:80). Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yaitu sebanyak 133 orang.

2.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Dengan memenuhi sebagian dari populasi, diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat populasi yang bersangkutan. Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga setiap satuan elementer mempunyai kesepakatan dan peluang yang sama untuk dipilih dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol (Singarimbun 2008:149). Mengutip dari pendapat Arikunto (2002:109) yang menyatakan bahwa apabila populasi kurang dari 100 orang, maka sampel diambil secara keseluruhan, sedangkan populasi diatas 100 maka smapel diambil 10%-15% atau 20%-25% dari populasi. Adapun sampel pada penelitian ini adalah 25 % dari 133 orang adalah 33 orang.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan dan data-data yang diperlukan, peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner kepada responden, juga wawancara kepada orang yang dianggap layak memberi keterangan yang diinginkan oleh peneliti.

2. Pengumpulan Data Sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang diperlukan atau diperoleh melalui catatan-catatan tertulis lainnya yang tentunya berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan melalui studi kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan buku-buku, karya ilmiah, makalah yang memiliki relevansi dengan masalah yang sedang diteliti. Studi dokumentasi adalah dilakukan dengan menelaah catatan tertulis, dokumen, dan arsip yang menyangkut masalah yang diteliti berhubungan dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Pengukuran Skor

Melalui penyeberan angket yang berisikan beberapa pertanyaan yang akan diajukan kepada responden, maka ditentukan skor pada setiap pertanyaan. Teknik pengukuran skor yang dilakukan dalam penelitian ini memakai skala Likert untuk menilai jawaban kuesioner (Sugiono 2006:107). Adapun skor yang ditentukan untuk setiap pertanyaan adalah:

1. Untuk jawaban “a” diberi skor 5 2. Untuk jawaban “b” diberi skor 4 3. Untuk jawaban “c” diberi skor 3 4. Untuk jawaban “d” diberi skor 2 5. Untuk jawaban “e” diberi skor 1

Untuk mengetahui kategori jawaban dari responden tersebut tergolong sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah maka terlebih dahulu ditentukan skala intervalnya sebagai berikut:

Maka diperoleh interval sebagai berikut:

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel yaitu:

1. Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.2-5.0 2. Skor untuk kategori tinggi = 3.3-4.1 3. Skor untuk kategori sedang = 2.4-3.2 4. Skor untuk kategori rendah = 1.5-2.3 5. Skor untuk kategori sangat rendah =0.8-1.4

2.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan yaitu secara kuantitatif yang dugunakan untuk menguji pengaruh antara variabel dengan menggunakan perhitungan statistik. Metode yang digunakan adalah:

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Tehnik analisa data dalam penelitian ini adalah tehnik kuantitaif dengan uji statistik, yaitu dengan menerapkan rumus Korelasi Product Moment, yang digunakan untuk menkaji hubungan antara pengaruh antar variabel bebas dan variabel terikat.

Keterangan:

= jumlah sampel

= koefisien korelasi anatara gejala x dan gejala y = jumlah produk x dan y

= jumlah skor x = jumlah skor y

Adalah kesepakatan bahwa derajat kuat atau lemahnya hubungan antara dua variabel selalu diukur dengan hasil yang dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1 atau - 1 dan 0. Jika:

a. Nilai r positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikkan nilai variabel yang satu diikuti oleh variabel lain.

b. Nilai r negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya variabel yang lain.

c. Nilai r sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan, artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Menurut Sugiono (2002:16), untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien relasi), digunakan penafsiran atau interpretasi angka yang dikemukakan yaitu sebagai berikut:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00 – 0.199 Sangat Rendah

0.20 – 0.39 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang

0.60 – 0.799 Tinggi

Dengan nilai r yang diperoleh, maka dapat diketahui apakah nilai r tersebut berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila tersebut signifikan, artinya hipotesis kerja/hipotesis alternatif dapat diterima.

Untuk menguji hipotesis pengaruh motivasi kerja (X) terhadap efektivitas kerja (Y), maka diadakan pengujian dengan rumus “t” (Sugiono 2006:212) yaitu:

t =

2.6.2 Koefisien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan nilai koefisien Produk Moment (rxy)² dikalikan dengan 100%.

Keterangan:

KD = koefisien determinant

rxy = koefisien korelasi Produk Momet antara x dan y

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Sejarah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, dapat diuraikan lebih lanjut yaitu setelah pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949, maka kekuasaan sepenuhnya berada ditangan Pemerintah Indonesia.

Sesuai tentang Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1950 tentang pembentukan Daerah Provinsi, maka terbentuk Provinsi Daerah Swatantra I Sumatera Utara yang berkedudukan di Medan dengan wilayah pemerintahan meliputi:

1. Keresidenan Aceh berkedudukan di Kutaraja.

2. Keresidenan Sumatera Timur berkedaulatan di Medan. 3. Keresidenan Tapanuli berkedaulatan di Sibolga.

Demikian juga pengelolaan kehutanan di daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Utara telah dibentuk lembanganya yang disebut Inspeksi/Djawatan Kehutanan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Utara yang berkedudukan di Medan dipimpin oleh seorang Inspektur Kehutanan. Inspeksi Kehutanan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Utara mempunyai tiga wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yaitu:

1. KPH Aceh berkedudukan di Kutaraja.

3. KPH Tapanuli berkedudukan di Tarutung.

Dengan keluarnya Undang-undang No. 24 Tahun 1956 tentang pembentukan Daerah Otonom Provinsi Aceh dan peraturan pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Utara sejalan dengan berlakunya Undang-undang No. 64 Tahun 1997 tentang penyerahan sebagian dari urusan Pemerintah Pusat dilapangan Perikanan Laut, Kehutanan dan Karet Rakyat kepada daerah-daerah Swatantra Tingkat I, bersamaan dengan itu maka Inspeksi/Djawatan Kehutanan Provinsi Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Utara meliputi wilayah kerja:

1. KPH Sumatera Utara berkedudukan di Medan dengan wilayah kerja Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan dan Labuhan Batu.

2. KPH Aceh dan Aek Nauli berkedudukan di Pematang Siantar dengan wilayah kerja sebagian Tapanuli Utara, sebagian Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo dan Simalungun.

3. KPH Tapanuli berkedudukan di Tarutung dengan wilayah kerja Kabupaten Tapanuli Utara, Dairi, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Nias.

Pada tahun 1970 pimpinan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara beralih dari Bapak Oml. Tobing kepada Bapak Ir. Moh. Fadil Sasro Atmojo, dan pada bulan April 1972 Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara mekar dari 3 KPH menjadi 5 KPH yang sebenarnya hal ini telah dirintis sejak tahun 1965 meskipun baru dapat direalisasi April 1972. Adapun kelima KPH ini adalah:

1. KPH Sumatera Timur I berkedudukan di Medan, dengan wilayah kerja Kabupaten Asahan dan Deli Serdang.

2. KPH Sumatera Timur II berkedudukan di Kisaran, dengan wilayah kerja Kabupaten Asahan dan Labuhan Batu.

3. KPH Aek Nauli berkedudukan di Pematang Siantar, dengan wilayah kerja Kabupaten Karo dan Simalungun, sebagian Tapanuli Utara (DTA Danau Toba) dan Kabupaten Dairi.

4. KPH Tapanuli I berkedudukan di Tarutung, dengan wilayah kerja meliputi sebagian Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Nias.

5. KPH Tapanuli II berkedudukan di Padang Sidempuan, dengan wilayah kerja meliputi Tapanuli Selatan.

3.2 Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Pada tahun 1980 pimpinan Dinas Kehutanan Tingkat I Sumatera Utara beralih dari Bapak Ir. Moh. Fadil Sasro Atmojo kepada Bapak Ir. Hisar Purba dan sesuai dengan perkembangan organisasi dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Tingkat I, maka terbentuklah 9 cabang Dinas Kehutanan, yaitu:

1. Cabang Dinas Kehutanan I Deli Serdang berkedudukan di Medan, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Kodya Medan, Binjai dan Tebing Tinggi.

2. Cabang Dinas Kehutanan II Asahan berkedudukan di Kisaran, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Asahan dan Kodya Tanjung Balai.

3. Cabang Dinas Kehutanan III Labuhan Batu berkedudukan di Rantau Prapat, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Labuhan Batu.

4. Cabang Dinas Kehutanan IV Simalungun berkedudukan di Pematang Siantar, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Simalungun dan Kodya Pematang Siantar.

5. Cabang Dinas Kehutanan V Tanah Karo berkedudukan di Kabanjahe, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tanah Karo.

6. Cabang Dinas Kehutanan VI Dairi berkedudukan di Sidikalang, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Dairi.

7. Cabang Dinas Kehutanan VII Tapanuli Utara berkedudukan di Tarutung, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tapanuli Utara.

8. Cabang Dinas Kehutanan VIII Tapanuli Tengah berkedudukan di Sibolga, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tapanuli Tengah, Nias dan Kodya Sibolga.

9. Cabang Dinas Kehutanan IX Tapanuli Selatan berkedudukan di Padang Sidempuan, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan.

Pada tahun 1989 keluar Peraturan Daerah No. 11 Tahun 1989 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Tingkat I yang telah disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 66 Tahun 1989 pada tanggal 9 Nopember 1989 dan dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 180.341/1617/K/1990 maka terdapat 12 cabang Dinas Kehutanan Sumatera Utara, yaitu:

1. Cabang Dinas Kehutanan I Deli Serdang berkedudukan di Lubuk Pakam meliputi wilayah kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang, Kotamadya Daerah Tingkat II Medan dan Kotamadya Daerah Tingkat II Tebing Tinggi.

2. Cabang Dinas Kehutanan II Asahan berkedudukan di Kisaran meliputi wilayah

Dokumen terkait