• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)

Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara

Skripsi

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh

YUIKE ARTIYANI TARIGAN 100921022

DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STUDI EKSTENSI (S1)

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh : Nama : Yuike Artiyani Tarigan

Nim : 100921022

Departemen : Ilmu Administrasi Negara

Judul : Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai Pada Kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara

Medan,

Ketua Departemen

Dosen Pembimbing Ilmu Administrasi Negara

Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si

NIP. 196401081991021001 NIP. 196401081991021001 Drs. M. Husni Thamrin Nst, M.Si

Dekan FISIP – USU

(3)

KATA PENGANTAR

Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan puji dan syukur kepada

Tuhan Yang Maha Esa karena atas kasih dan karuniaNya yang begitu melimpah

sehingga penulis mampu menyelesaikan study di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Budaya

Universitas Sumatera Utara yakni dengan menyelesaikan skripsi yang merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar kesarjanaan.

Adapun judul skripsi ini adalah Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai pada Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Dengan kemampuan yang masih terbatas, penulis menyadari bahwa

sepenuhnya skripsi ini masih jauh dari sempurna dan sederhana sekali sebagai suatu

karya ilmiah. Hal ini adalah sebagai akibat dari keterbatasan waktu, ilmu, dan

pengetahuan penulis.

Selanjutnya pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan,

bimbingan dan dukungannya baik moril, materil, dan spiritual baik secara langsung

maupun tidak langsung sehingga memungkinkan penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini. Dengan tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Drs. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

(4)

2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si selaku Ketua Departemen Ilmu

Administrasi Negara FISIP USU dan sebagai Dosen Pembimbing saya yang telah

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan, arahan, dan

koreksi dalam proses penyelesaian skripsi, sehingga penulisan skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP selaku sekretaris jurusan Ilmu Administrasi Negara

FISIP USU.

4. Bapak Drs. Rasudyn Ginting, M.Si selaku Dosen Penasehat Akademik.

5. Bapak dan Ibu pegawai staf Ilmu Administrasi Negara FISIP USU yang telah

membantu saya dalam pelayanan administrasi pada masa kuliah terutama kepada

Kak Mega, saya mengucapkan banyak terima kasih.

6. Para Dosen FISIP USU Jurusan Ilmu Administrasi Negara yang telah

membimbing, memotivasi serta mengajarkan banyak hal kepada saya.

7. Bapak Rambe dan seluruh pegawai Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

yang telah memberikan izin penelitian serta banyak membantu dalam memberikan

data maupun informasi sampai dengan skripsi ini selesai.

8. Teristimewa kepada kedua orang tua saya A. Tarigan dan R. Ginting atas kasih

sayang, bimbingan, semangat dan doa yang diberikan kepada saya selama ini. I do

love you Dad! Mom! Thanks for your unconditional love. There’s so much you

both have given me. I hope i have made you proud. You two are everything a Dad

and Mom should be.

9. Kepada kedua adik saya Fernandez Tarigan dan Feronica Tarigan, thanks for

(5)

10. Kepada sahabat-sahabat terbaik saya Melyn, Fachri dan Efa Kepang yang telah

memberikan semangat, doa dan ada dikala saya buntu pada saat penulisan skripsi

ini. Thanks guys! I owe yall a great treat.

11. Kepada Sahabat-sahabat di AN 2010 Tri Utami, Yuni Ginting, Rina Agustina,

Kak Agnes, Kak Tina, Tri Rodiyah, Ema, Rini, dan Agnes Tarihoran. Terima

kasih atas motivasi dan tawa selama bersama di kampus tercinta.

12. Kepada seluruh anak AN 2010, terima kasih atas kebersamaan kita selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam

penyusunan skripsi ini, baik dari isi maupun dalam penulisan. Oleh karena itu, penulis

menerima masukan ataupun kritikan yang sifatnya membangun dari pembaca. Sebagai

penutup penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca.

Medan, Februari 2012

Penulis

Yuike Artiyani Tarigan

(6)

Halaman

1.5.3 Pengaruh Motivasi dengan Efektivitas Kerja Pegawai ... 21

1.6. Hipotesis ... 22

1.7. Defenisi Konsep ... 22

1.8. Defenisi Operasional dan Variabel... 23

(7)

2.6.Teknik Analisis Data ... 30

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 34

3.1. Sejarah Singkat ... 34

3.2. Cabang Dinas ... 36

3.3. Visi dan Misi Dinas ... 40

3.4. Struktur Organisasi ... 41

BAB IV PENYAJIAN DATA ... 48

4.1. Deskripsi Data Identitas Responden ... 48

4.2. Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 52

BAB V ANALISIS DATA ... 76

5.1. Motivasi ... 76

5.2. Efektivitas ... 83

5.3. Klasifikasi Data ... 88

5.4. Pengaruh Motivasi Terhadap Efektivitas ... 91

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 97

6.1. Kesimpulan ... 97

(8)

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 : Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 49

Tabel 4.2 : Distribusi Responden Menurut Usia ... 49

Tabel 4.3 : Distribusi Responden Menurut Pendidikan Terakhir ... 50

Tabel 4.4 : Distribusi Responden Menurut Golongan ... 51

Tabel 4.5 : Distribusi Responden Menurut Masa Kerja... 52

Tabel 4.6 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Menjalankan Pekerjaan Dengan Rasa Senanng ... 53

Tabel 4.7 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Penghargaan Dari Atasan Atas Kreativitas yang Dilakukan ... 54

Tabel 4.8 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Penghargaan Dari Atasan Atas Prestasi Kerja ... 55

Tabel 4.9 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Sesuainya Penghargaan Yang Diberikan Dengan Yang Diharapkan... 55

Tabel 4.10 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesadaran Melaksakan ... Pekerjaan Dengan Baik Apabila Pimpinan Tidak Ada ... 56

Tabel 4.11 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kepercayaan Dari Pimpinan Dalam Melaksanakan Pekerjaan Yang Ditanggung Jawabi ... 57

Tabel 4.12 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Perhatian Yang Diberikan Atasan Dalam Melakukan Pekerjaan ... 58

(10)

Kenaikan Pangkat ... 59 Tabel 4.15 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Semangat Pegawai

Bekerja Dengan Adanya Kenaikan Pangkat ... 60 Tabel 4.16 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Frekuensi Promosi

Jabatan ... 61 Tabel 4.17 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Seringnya Mengikuti

Diklat Untuk Pengembangan Kompetensi ... 62 Tabel 4.18 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesempatan Melanjutkan

Pendidikan Ke jenjang Lebih Tinggi ... 62 Tabel 4.19 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Baiknya Hubungan Kerja

Antara Bagian Yang Satu Dengan Yang Lain ... 63 Tabel 4.20 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Saran Kepada

Rekan Kerja Dalam Penyelesaian Pekerjaan ... 64 Tabel 4.21 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Hubungan Kerjasama

Antara Atasan Dan Bawahan Di lingkungan Kerja ... 65 Tabel 4.22 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Mampu Menyelesaikan

Pekerjaan Tepat Waktu ... 66 Tabel 4.23 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernah Menunda-nunda

Pekerjaan ... 67 Tabel 4.24 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Menyelesaikan Pekerjaan

Sesuai Dengan Tujuan/sasaran Yang Telah Ditetapkan ... 68 Tabel 4.25 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pemberian Nilai

Kemanfaatan Tinggi Terhadap Pencapaian Tujuan ... 68 Tabel 4.26 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pikiran/ide Kreatif Yang

(11)

Tabel 4.27 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Bekerja Sesuai

Dengan Jam Kerja Yang Ditetapkan ... 70 Tabel 4.28 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Pernah Membuat

Kesalahan Dalam Melaksanakan Pekerjaan ... 71 Tabel 4.29 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Kesenangan Dalam

Menyelesaikan Pekerjaan ... 72 Tabel 4.30 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Mampu Membuat

Atasan Senang Dalam Melaksanakan Pekerjaan... 72 Tabel 4.31 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Merasa Puas Terhadap

Hasil Kerja ... 73 Tabel 4.32 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Mampu Meningkatkan

Volume Dan Kualitas Pekerjaan ... 74 Tabel 4.33 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Mampu Memperkecil

Kesalahan Dalam Pekerjaan ... 75 Tabel 5.1 : Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden Untuk

Motivasi Kerja ... 90 Tabel 5.2 : Distribusi Frekuensi Klasifikasi Jawaban Responden Untuk

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 : Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi

(13)

ABSTRAKSI

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA DINAS KEHUTANAN PROVINSI

SUMATERA UTARA

NAMA : YUIKE ARTIYANI TARIGAN

NIM : 100921022

DEPARTEMEN : Ilmu Administrasi Negara

FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PEMBIMBING : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Kita telah mengetahui bahwa umumnya para pegawai akan bekerja lebih baik apabila ada motivasi dari atasan. Dengan adanya motivasi para pegawai menjadi lebih semangat dan giat dalam bekerja. Kuat atau lemahnya motivasi kerja sangat ditentukan oleh terpenuhinya harapan-harapan atau keinginan atau kebutuhan para pegawai.

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara adalah instansi pemerintah yang dalam kegiatannya mengurusi, mengelola, memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya hutan secara maksimal dan lestari, serta untuk memadukan dan menyeimbangkan manfaat hutan dengan fungsi hutan.

(14)
(15)

ABSTRAKSI

PENGARUH MOTIVASI KERJA TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI PADA DINAS KEHUTANAN PROVINSI

SUMATERA UTARA

NAMA : YUIKE ARTIYANI TARIGAN

NIM : 100921022

DEPARTEMEN : Ilmu Administrasi Negara

FAKULTAS : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara PEMBIMBING : Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si

Kita telah mengetahui bahwa umumnya para pegawai akan bekerja lebih baik apabila ada motivasi dari atasan. Dengan adanya motivasi para pegawai menjadi lebih semangat dan giat dalam bekerja. Kuat atau lemahnya motivasi kerja sangat ditentukan oleh terpenuhinya harapan-harapan atau keinginan atau kebutuhan para pegawai.

Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara adalah instansi pemerintah yang dalam kegiatannya mengurusi, mengelola, memanfaatkan dan mendayagunakan sumber daya hutan secara maksimal dan lestari, serta untuk memadukan dan menyeimbangkan manfaat hutan dengan fungsi hutan.

(16)
(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu sumber daya yang sangat penting dalam suatu kegiatan operasional

instansi pemerintah maupun swasta adalah sumber daya manusia. Sumber daya manusia

merupakan faktor penting karena merupakan aset di dalam organisasi yang mampu

memberikan manfaat selain tenaga, juga kreativitas dan semangat yang turut

mewujudkan kinerja organisasi. Karena organisasi dalam hal ini seorang manajer tidak

dapat bekerja sendiri dalam mencapai tujuan yang diinginkan, seorang manajer

membutuhkan tenaga kerja dalam hal ini karyawan atau pegawai. Organisasi akan

sangat tergantung pada bagaimana pegawai dapat mengembangkan kemampuannya baik

di bidang manajerial, hubungan antar manusia maupun teknis operasional.

Untuk itu pegawai harus mendapat perhatian yang khusus dari pihak pimpinan

dalam menjalankan pekerjaan yang diberikan kepadanya. Apabila pekerjaan yang

diberikan dapat dikerjakan dengan baik, maka sesuai dengan keinginan pimpinan. Tetapi

apabila tugas yang diberikan kepada pegawai tidak dapat terlaksana dengan baik, maka

seorang manajer harus perlu mengetahui apa yang menjadi penyebabnya.

Pada dasarnya setiap instansi pemerintah maupun swasta, bukan saja

mengharapkan pegawai yang mampu, cakap dan terampil, tetapi yang terpenting mereka

mau bekerja giat dan berkeinginan mencapai hasil kerja yang optimal dengan seefektif

(18)

Suatu organisasi yang berhasil dapat diukur dengan melihat pada sejauh mana

organisasi tersebut dapat mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Secara umum,

efektivitas dapat diartikan sebagai kemampuan suatu organisasi untuk melakukan tugas

pokoknya sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. Setiap proses kegiatan dan

kelembagaan diarahkan untuk menghasilkan sesuatu benar-benar sesuai dengan

kebutuhan melalui pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan berbagai sumber yang

tersedia.

Efektivitas berasal dari kata efektif, yaitu suatu pekerjaan dikatakan efektif jika

suatu pekerjaan dapat menghasilkan atau mencapai sasaran dan diselesaikan tepat pada

waktunya sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Argris dalam Tangkilisan

(2005:139) mengungkapkan bahwa efektivitas adalah keseimbangan atau pendekatan

optimal pada pencapaian tujuan, kemampuan, dan pemanfaatan tenaga manusia. Jadi

konsep tingkat efektivitas menunjukkan pada tingkat jauh organisasi melaksanakan

kegiatan atau fungi-fungsi sehingga tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai dengan

menggunakan secara optimal alat-alat dan sumber-sumber yang ada.

Salah satu faktor yang mempengaruhi tercapainya peningkatan efektivitas kerja

pegawai adalah dengan menumbuhkan motivasi. Motivasi adalah pemberian daya

penggerak yang menciptakan kegairahan kerja seseorang agar mereka mau bekerja

sama, bekerja efektif dan terintegrasi dengan segala daya upayanya untuk mencapai

kepuasan (Hasibuan 2007:141). Sedangkan menurut Mangkunegara (2002:95), motivasi

adalah kondisi yang berpengaruh membangkitkan, mengarahkan dan memelihara

(19)

Motivasi merupakan suatu dorongan dari kebutuhan dan keinginan individu

yang diarahkan pada tujuan untuk memperoleh kepuasan dari apa yang dibutuhkan dan

diinginkannya tersebut. Untuk itu sudah menjadi kewajiban pimpinan untuk

memberikan dorongan atau motivasi sesuai dengan bidang pekerjaannya

masing-masing, sehingga pegawai dapat bekerja sesuai dengan harapan yang diinginkan

organisasi. Untuk dapat memotivasi pegawai, manajer harus memahami motif dan

motivasi yang menggerakkan pegawai sehingga dengan sendirinya pegawai mau bekerja

secara ikhlas demi tercapainya tujuan organisasi.

Motivasi orang tergantung pada kekuatan motif-motif mereka. Motif-motif

kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan, dorongan atau impuls-impuls

yang muncul dalam diri seorang individu. Motif-motif diarahkan pada tujuan yang

muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi dibawah sadar. Pada intinya dapat

dikatakan, bahwa motif-motif atau kebutuhan-kebutuhan merupakan penyebab

terjadinya tindakan-tindakan. Dalam konteks yang ada, istilah kebutuhan hendaknya

jangan dikaitkan dengan kondisi yang mendesak atau setiap keinginan yang mendesak

untuk melakukan sesuatu hal. Ia hanya berarti sesuatu dalam diri seorang individu yang

mendorongnya melakukan suatu tindakan (Winardi 2001:33).

Ada orang yang termotivasi mengerjakan sesuatu karena uangnya banyak

meskipun kadang-kadang pekerjaan itu secara hukum tidak benar. Ada juga yang

termotivasi karena rasa aman atau keselamatan meskipun bekerja dengan jarak yang

jauh. Ada bahkan orang yang termotivasi bekerja hanya karena pekerjaan tersebut

(20)

Secara singkat, manfaat motivasi yang utama adalah terciptanya gairah kerja

atau semangat kerja keras dengan harapan akan dapat memenuhi kebutuhan dan

keinginan dari hasil pekerjaan.

Melihat pentingnya motivasi kerja bagi setiap pegawai, oleh karena itu dalam

ini kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara juga perlu memperhatikan hal

tersebut agar dapat meningkatkan efektivitas kerja para pegawai karena pada

prakteknya, seringkali ditemukan pegawai yang tidak lagi termotivasi untuk melakukan

tugasnya misalnya saja para pegawai seringkali datang terlambat dari jam masuk kerja

yang telah ditentukan ataupun meninggalkan kantor sebelum jam kerja berakhir.

Berdasarkan hal tersebut, penulis terdorong untuk mengkaji dan meneliti

masalah motivasi yang dikaitkan dengan efektivitas kerja pegawai, dan mengambil judul

studi tentang “Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai pada Kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan diatas, maka

rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Adakah pengaruh motivasi terhadap

efektivitas kerja pegawai di kantor Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara”.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah pengaruh

motivasi tehadap efektivitas kerja pegawai yang ada di kantor Dinas Kehutanan Provinsi

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penilitian ini adalah:

1. Secara Teoritis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan dan

karya ilmiah dibidang administrasi khususnya Administrasi Negara.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah ataupun

lembaga-lembaga lain yang membutuhkan serta menjadi acuan dalam

meningkatkan efektivitas kerja.

1.5 Kerangka Teori

Teori merupakan serangkaian asumsi, konsep, kontruksi, definisi dan proposisi

untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan

hubungan antara konsep.

Kerangka teori adalah bagian dari penelitian tempat peneliti memberikan

penjelasan tentang hal-hal yang berhubungan dengan variabel-variabel pokok,

subvariabel atau pokok masalah yang ada dalam penelitian (Arikunto 2002:92).

Sebagai landasan berpikir dalam menyelesaikan atau memecahkan masalah

yang ada, perlu adanya pedoman teoritis yang dapat membantu dan sebagai bahan

referensi dalam penelitian. Kerangka teori ini diharapkan memberikan pemahaman yang

(22)

1.5.1 Motivasi

1.5.1.1 Definisi Motivasi

Istilah motivasi sudah sangat populer di dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku

manusia ditimbulkan atau dimulai dengan adanya motivasi, karena motivasi yang ada

pada diri seseorang merupakan modal dasar yang besar untuk pencapaian tujuan yang

telah ditetapkan.

Motivasi (motivation) berasal dari kata latin “Movere” yang berarti

“menggerakkan” (to move). Motivasi hanya diberikan kepada manusia, khususnya

kepada bawahan khususnya kepada pengikut.

Motivasi merupakan suatu dorongan yang membuat orang mau bekerja atau

bertindak dengan cara tertentu. Berbicara mengenai masalah motivasi, maka yang

dibicarakan adalah kebutuhan manusia. Hubungan antara motivasi dan kebutuhan

merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Dalam hubungan ini

organisasi berkewajiban menyelaraskan tujuan para pegawai dengan tujuan organisasi

tempat para pegawai tersebut dapat bekerja.

Memotivasi pegawai khususnya para bawahan tidaklah mudah, karena pada

umumnya para bawahan tersebut mempunyai berbagai latar belakang, pengalaman,

harapan, keinginan, ambisi dan lain-lain yang berbeda. Mereka melihat organisasi atau

kejadian dari berbagai sudut pandang yang berlainan dan reaksi-reaksi mereka terhadap

pekerjaan, terhadap para pegawai satu sama lain dan terhadap lingkungan mereka, juga

merupakan masalah dengan variasi yang beraneka ragam.

Menurut Gray yang dikutip Winardi (2001:2), motivasi merupakan hasil

(23)

menyebabkan timbulnya sikap entusiasme dan persistensi dalam hal melaksanakan

kegiatan-kegiatan tertentu.

Motivasi menurut Wiludjeng (2007:154) adalah merupakan proses psikologis

yang mendasar dan merupakan salah satu faktor penentu dalam mencapai tujuan

organisasi. Sedangkan Stanley Vance dalam Sudarwan (2004:15), menyatakan bahwa

pada hakekatnya motivasi adalah perasaan atau keinginan seseorang yang berada dan

bekerja pada kondisi tertentu untuk melaksanakan tindakan-tindakan yang

menguntungkan dilihat dari perspektif pribadi dan terutama organisasi.

Motivasi adalah segala sesuatu yang mengerahkan dan mendorong seseorang

berperilaku tertentu atau paling tidak berkeinginan untuk berperilaku tertentu (Irine

2008:30). Dan menurut Siagian (2002:102), motivasi merupakan daya dorong bagi

seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan

organisasi agar tercapainya tujuan.

Dari beberapa pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa motivasi

adalah faktor pendorong atau penggerak seseorang untuk melakukan kegiatan tertentu

dengan upaya tinggi dan usaha seoptimal mungkin dalam pencapaian tujuan organisasi

untuk memenuhi kebutuhan individual.

1.5.1.2 Tipe-tipe Motivasi

Motivasi merupakan fenomena hidup yang banyak corak dan ragamnya. Secara

umum motivasi dapat diklasifikasikan kedalam empat jenis yang satu sama lain

(24)

1. Motivasi Positif. Motivasi positif didasari atas keinginan manusia untuk

mencari keuntungan-keuntungan tertentu. Motivasi ini merupakan proses

pemberian motivasi atau usaha membangkitkan motif, dimana hal itu diarahkan

pada usaha untuk mempengaruhi ornag lain agar dia bekerja secara baik dan

antusias dengan cara memberikan keuntungan baginya. Jenis-jenis motivasi

positif antara lain imbalan yang menarik, informasi tentang pekerjaan,

kedudukan atau jabatan, perhatian atasan terhadap bawahan, kondisi kerja, rasa

partisipasi, dianggap penting, pemberian tugas berikut tanggung jawabnya dan

pemberian kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.

2. Motivasi Negatif. Motivasi negatif sering dikatakan sebagai motivasi yang

bersumber dari rasa takut, misalnya jika dia tidak bekerja akan muncul rasa

takut dikeluarkan, takut tidak diberi gaji dan takut dijauhi rekan sekerjanya.

3. Motivasi dari Dalam. Motivasi dari dalam timbul pada diri pekerja waktu dia

menjalankan tugas-tugas atau pekerjaan dan bersumber dari dalam diri pekerja

itu sendiri. Motivasi muncul dari dalam individu, karena memang individu itu

mempunyai kesadaran untuk berbuat.

4. Motivasi dari Luar. Motivasi dari luar adalah motivasi yang muncul sebagai

akibat adanya pengaruh yang ada diluar pekerjaaan dan dari luar diri pekerja itu

sendiri. Motivasi dari luar biasanya dikaitkan dengan imbalan. Manusia bekerja

karena semata-mata didorong oleh adanya sesuatu yang ingin dicapai dan dapat

(25)

1.5.1.3 Teori-teori Motivasi

Secara garis besar teori motivasi dibagi kedalam dua kategori, yaitu teori

motivasi kebutuhan atau yang memusatkan perhatian pada kebutuhan dan sasaran

tujuan, dan teori proses yang banyak berkaitan dengan bagaimana orang berperilaku

dengan cara tertentu (Uno 2008:39). Untuk lebih jelasnya, berikut ini dipaparkan teori

tentang motivasi yang dikemukakan diatas.

1. Teori Motivasi Kebutuhan

Teori motivasi kebutuhan disebut juga teori kepuasan, karena teori ini

menjelaskan bahwa yang mendorong terjadinya perilaku ialah adanya kebutuhan yang

harus dipuaskan. Dalam teori ini, ada tiga aliran yakni teori Maslow, teori Alderfer dan

teori McClelland.

a. Teori Hirarki Kebutuhan Maslow.

Dalam teori ini, hal yang tidak dapat dibantah adalah bahwa mayoritas manusia bekerja adalah disebabkan adanya faktor keterbatasan manusia itu sendiri. Oleh karena

itu, manusia bekerja sama dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya dengan

memasuki suatu organisasi. Apabila kebutuhan yang paling mendasar sudah terpenuhi,

manusia akan meningkatkan kebutuhan yang lebih tinggi lagi, misalnya kebutuhan akan

keamanan dan kekayaan materi. Hal inilah yang menjadi dasar bagi Maslow untuk

mengemukakan teori hirarki kebutuhan sebagai salah satu sebab timbulnya motivasi

untuk bekerja lebih giat dalam diri pegawai.

Maslow (dalam Siagian 2002:103) mengklasifikasikan tingkat kebutuhan

(26)

1. Kebutuhan fisiologis yakni kebutuhan yang bersifat materi atau sering disebut

kebutuhan primer, seperti kebutuhan sandang, pangan dan papan.

2. Kebutuhan akan rasa aman seperti kebutuhan akan keamanan jiwa dan harta,

jaminan serta perlindungan terhadap gangguan emosi.

3. Kebutuhan sosial yakni pentingnya penciptaan dan pemeliharaan iklim

kekeluargaan, kebersamaan dan kerjasama dalam kehidupan organisasi. Seperti

rasa kasih sayang, termasuk rasa memiliki, rasa menerima dan persahabatan.

4. Kebutuhan yang mencerminkan harga diri yakni kebutuhan yang mencerminkan

pengakuan atas harkat, martabat dan harga diri, keberhasilan, status pengakuan

dan perhatian.

5. Kebutuhan aktualisasi diri yakni kesempatan untuk menimba ilmu dan

pengetahuan baru dan memperoleh pendidikan, baik di dalam maupun di luar

organisasi termasuk pertumbuhan, pemenuhan potensi dan pemenuhan keinginan

diri sendiri.

Teori Maslow ini mengasumsikan bahwa pegawai lebih dahulu memenuhi

kebutuhan pokoknya sebelum mengarah kepada kebutuhan yang lebih tinggi. Apabila

seperangkat kebutuhan telah terpenuhi, maka kebutuhan tersebut tidak lagi berfungsi

sebagai motivasi.

b. Teori ERG Alderfer.

Alderfer mengemukakan bahwa ada tiga kelompok kebutuhan yang utama,

(27)

1. Kebutuhan akan keberadaan (Existence Needs), berhubungan dengan kebutuhan

dasar.

2. Kebuthan akan afiliasi (Relatedness Needs), menekankan akan pentingnya

hubungan antara individu dan juga bermasyarakat.

3. Kebuthan akan kemajuan (Growth Needs), adalah keinginan intrinsik dalam diri

seseorang untuk maju atau meningkatkan kemampuan pribadinya.

c. Teori Motivasi Berprestasi McClelland.

Menurut teori ini ada tiga macam kebutuhan yang perlu diperhatikan apabila

pimpinan akan memotivasi para pegawai, yaitu:

1. Kebutuhan akan prestasi (Need for Achievement). Motif yang mendorong serta

menggerakkan seseorang untuk berprestasi dengan selalu menunjukkan

peningkatan ke arah standart excellence serta selalu ingin menonjol dikalangan

sesamanya.

2. Kebutuhan akan afiliasi (Need for Affiliation). Motif yang menyebabkan

seseorang mempunyai keinginan untuk berada bersama-sama dengan orang lain

atau selalu bergabung dengan kelompok bersama-sama orang lain. Kebutuhan

berafiliasi ini adalah kebutuhan yang bersifat sosial, senang bergaul dengan

sesama dan bersifat penolong terhadap sesama.

3. Kebuthan akan kekuasaan (Need for Power). Motif yang mendorong seseorang

untuk bertingkah laku sedemikian rupa sehingga mampu memberi pengaruh

kepada orang lain. Kebutuhan ini merangsang dan memotivasi gairah kerja

seseorang serta menggerakkan semua kebutuhan demi mencapai kekuasaan atau

(28)

2. Teori Motivasi Proses

Ada dua teori yang termasuk sebagai teori proses, ialah teori harapan menurut

Vroom dan teori keadilan menurut Adams.

a. Teori Harapan (Expectancy Theory)

Teori harapan ini menyatakan bahwa kekuatan yang memotivasi seseorang

untuk bekerja giat dalam mengerjakan pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal

balik antara apa yang ia inginkan dan ia butuhkan dari hasil pekerjaan itu. Berapa besar

ia yakin perusahaan akan memberikan pemuasan bagi keinginannya sebagai imbalan

atas usaha yang dilakukannya itu. Teori ini dikemukakan oleh Victor H. Vroom.

b. Teori Keadilan (Equity Theory)

Teori ini mengemukakan bahwa ego manusia selalu mendambakan keadilan

dalam pemberian hadiah maupun hukuman terhadap perilaku yang relatif sama.

Bagaimana perilaku bawahan dinilai oleh atasan akan mempengaruhi semangat kerja

mereka.

Keadilan merupakan daya penggerak yang memotivasi semangat kerja

seseorang, jadi atasan harus betindak adil terhadap semua bawahannya. Pemberian

(29)

c. Teori Pembentukan Perilaku (Operant Conditioning Theory)

Teori ini menyatakan bahwa perilaku pegawai dapat dibentuk dan diarahkan

kepada kebutuhan arah aktivitas pencapaian tujuan. Pendekatan perilaku ini didasarkan

atas hukum pengaruh (law of effect) yaitu perilaku pegawai yang diikuti

konsekuensi-konsekuensi pemuasan cenderung berulang, sedangkan perilaku yang diikuti

konsekuensi-konsekuensi hukuman cenderung tidak diulang. Perilaku pegawai di masa

yang akan datang dapat diperkirakan dan dipelajari berdasarkan pengalaman di masa

lalu. Dalam teori ini, perilaku pegawai dipengaruhi oleh kejadian di masa lalu. Jika

konsekuensi perilaku tersebut bersifat positif, pegawai akan memberikan tanggapan

yang sama terhadap situasi tersebut. Namun jika konsekuensi perilaku tersebut negatif,

maka pegawai akan mengubah perilakunya dan menghindari konsekuensi tersebut.

Contohnya, seorang pegawai yang sering datang terlambat, dapat dimotivasi dengan

memberikan penghargaan (misalnya pujian dari atasan) saat datang tepat.

1.5.1.4 Tujuan dan Indikator yang mempengaruhi Motivasi

Adapun tujuan dari pemberian motivasi dapat diketahui sebagai berikut:

1. Mendorong gairah dan semangat kerja pegawai.

2. Menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik.

3. Meningkatkan kreatifitas dan partisipasi pegawai.

4. Mempertinggi rasa tanggung jawab pegawai terhadap tugasnya.

5. Meningkatkan produktivitas kerja pegawai.

(30)

7. Mempertahankan loyalitas dan kestabilan pegawai perusahaan.

8. Meningkatkan efisiensi penggunaan alat-alat dan bahan baku.

Parrek (2005:158) mengemukakan enam indikator yang lazim digunakan

untuk mengukur motivasi kerja, yaitu:

1. Prestasi kerja, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh seorang manajer dibawah

lingkungan kerja yang sulit sekalipun. Misalnya dalam menyelesaikan tugas

yang dibatasi oleh jadwal waktu (deadline) yang ketat yang harus dipenuhi,

seseorang pekerja dapat menyelesaikan tugasnya dengan hasil yang memuaskan.

2. Pengaruh, yaitu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan gagasan atau

argumentasi sebagai bentuk dari kuatnya pengaruh yang ingin ditanamkan

kepada orang lain. Saran – saran atau gagasan yang diterima sebagai bentuk

partisipasi dari seseorang pekerja akan menumbuhkan motivasi, apalagi jika

gagasan atau pemikiran tersebut dapat diikuti oleh orang lain yang dapat dipakai

sebagai metode kerja baru dan ternyata hasilnya positif dan dirasakan lebih baik.

3. Pengendalian, yaitu tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap

bawahannya. Untuk menumbuhkan motivasi dan sikap tanggung jawab yang

besar dari bawahan, seorang atasan dapat memberikan kesempatan kepada

bawahannya untuk bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan

menumbuhkan partisipasi.

4. Ketergantungan, yaitu kebutuhan dari bawahan terhadap orang – orang yang

berada dilingkungan kerjanya, baik terhadap sesama pekerja maupun terhadap

(31)

dapat membantunya memahami suatu masalah atau cara penyelesaian masalah

akan menjadi motivasi yang positif.

5. Pengembangan, yaitu upaya yang dilakukan oleh organisasi terhadap pekerja

atau oleh atasan terhadap bawahannya untuk memberikan kesempatan guna

meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan ataupun pelatihan.

Pengembangan ini dapat menjadi motivator yang kuat bagi karyawan.

Disamping pengembangan yang menyangkut kepastian karir pekerja. Pengertian

pengembangan yang dimaksudkan disini juga menyangkut metode kerja yang

dipakai. Adanya perubahan metode kerja yang dirasakan lebih baik karena

membantu penyelesaian tugas juga menjadi motivasi bagi pekerja.

6. Afiliasi atau sosialisasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang –

orang atas dasar sosial. Keterbukaan orang – orang yang berada di lingkungan

kerja yang memungkinkan hubungan antara pribadi dapat berjalan dengan baik,

saling membantu masalah pribadi akan menjadi motivasi yang positif dari

pekerja.

1.5.1.5 Metode-Metode Motivasi

Ada dua metode yang digunakan untuk memotivasi pegawai, yaitu:

1. Metode Langsung (Direct Motivation), adalah motivasi (materiil dan

nonmateriil) yang diberikan secara langsung kepada setiap individu

karyawan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasaannya. Jadi sifatnya

khusus separti memberikan pujian, penghargaan, bonus, piagam, dan lain

(32)

2. Motivasi Tidak Langsung (Indirect Motivation), adalah motivasi yang

diberikan hanya merupakan fasilitas-fasilitas yang mendukung serta

menunjang gairah kerja atau kelancaran tugas sehingga para karyawan

betah dan bersemangat melakukan pekerjaannya.

1.5.2 Efektivitas

1.5.2.1 Pengertian Efektivitas Kerja

Efektivitas adalah suatu kosa kata dalam Bahasa Indonesia yang berasal dari

Bahasa Inggris yaitu : “Efective” yang berarti berhasil ditaati, mengesahkan, mujarab

dan mujur. Dari sederetan arti di atas, maka yang paling tepat adalah berhasil dengan

baik. Jika seseorang dapat bekerja dengan baik maka ia dapat dikatakan bekerja secara

efektif. Dalam pelaksanaan kerja selalu memakai 5 sumber usaha yaitu Pikiran, Tenaga,

Waktu, Uang dan Benda. Walaupun gabungan yang berbeda untuk masing – masing

jenis pekerjaan pada umumnya orang melakukan kegiatan tertentu ingin memperoleh

hasil yang maksimal. Tetapi permasalahan efektivitas, bukanlah sesederhana pengertian

di atas, karena efektivitas itu menyangkut banyak hal, oleh karena itu para ahli

memberikan defenisi yang beragam untuk menjelaskan apa arti batasan dari pengertian

efektivitas itu.

Widjaya (2003: 32) mengemukakan efektivitas adalah hasil membuat

keputusan yang mengarahkan melakukan sesuatu dengan benar, yang membantu

memenuhi misi suatu perusahan atau pencapaian tujuan. Selanjutnya Wesha (2002:148)

mengatakan efektivitas adalah keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang

(33)

Komaruddin (2002:45) menyebutkan efektivitas adalah suatu keadaan dalam mencapai

tujuan manajemen yang efektif perlu disertai dengan manajemen yang efisien.

Menunjukkan tingkat keberhasilan yang efisien. Tercapainya tujuan mungkin hanya

dapat dilakukan dengan penghamburan dana. Oleh karena itu manajemen tidak boleh

diukur dengan efektivitas juga diperlukan efisiensi.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan efektivitas

merupakan suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan kerja yang ditetapkan.

Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang telah ditentukan,

artinya pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak, sangat tergantung pada

penyelesaian tugas tersebut bagaimana cara melaksanakannya dan berapa biaya yang

dikeluarkan untuk itu. Hal ini lebih menekankan pada penyelesaian tugas yang telah

ditentukan sebelumnya. Sarwoto (2001: 126) mengistilahkan efektivitas dengan

“berhasil guna”, yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya benar – benar sesuai

kebutuhan dalam pencapaian tujuan organisasi. Berdasarkan pendapat yang

dikemukakan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas kerja

berhubungan dengan hasil dan manfaat yang ingin dicapai sebagaimana yang telah

ditentukan sebelumnya. Jadi efektivitas kerja adalah merupakan kemampuan untuk

memilih tujuan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan tertentu.

Apa yang dimaksud dengan efektifitas kerja dipertegas Siagian yang

mengatakan bahwa efektivitas tidak hanya dipandang dari segi pencapaian tujuan saja,

tetapi juga dari segi ketepatan waktu dalam mencapai tujuan tersebut. Lebih rinci lagi,

(34)

telah ditentukan sebelumnya, tepat waktunya dengan menggunakan sumber-sumber

tertentu yang sudah dialokasikan untuk melakukan berbagai kegiatan.

Dari definisi Siagian di atas dapatlah kiranya ditarik kesimpulan bahwa

efektivitas kerja mengandung arti tentang penekanan pada segi waktu yang dibutuhkan

untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana semakin cepat pekerjaan itu terselesaikan

dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, maka akan semakin baik pula

efektivitas kerja yang dicapai. Demikian pula sebaliknya dengan semakin lamanya

pekerjaan tersebut terselesaikan, maka semakin jauh pula pekerjaan tersebut dikatakan

efektif.

Dari uraian diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa efektivitas adalah

pencapaian sasaran dengan tepat yang berkaitan dengan tujuan-tujuan yang telah

ditetapkan sebelumnya dan mengandung unsur-unsur, seperti:

1. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dengan baik.

2. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila pelaksanaan

kegiatan tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

3. Manfaat, yaitu dimana kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat bagi

pegawai dan organisasi sesuai dengan kebutuhannya.

4. Hasil, yaitu dimana kegiatan yang dilakukan menunjukkan hasil akhir seperti

yang diharapkan.

1.5.2.2 Pengukuran Efektivitas Kerja

(35)

mencapai tujuan, maka hal itu dikatakan efektif. Nilai efektifitas pada dasarnya

ditentukan oleh tercapainya tujuan organisasai serta faktor kesesuaian dalam

melaksanakan tugas atau pekerjaanya. Jadi efektifitas kerja pada tiap–tiap organisasi

akan berbeda–beda antara organisasi yang satu dengan ornganisasi yang lainnya,

tergantung pada jenis dan sifat dari pada organisasi yang bersangkutan.

Menurut Steers dalam Tangkilisan (2005:141) mengemukakan lima kriteria

dalam pengukuran efektivitas kerja, yaitu:

1. Produktivitas

2. Kemampuan adaptasi kerja

3. Kepuasan kerja

4. Kemampuan berlaba

5. Pencarian sumber daya

Sementara Gibson dalam Tangkilisan (2005:141) mengatakan bahwa

efektivitas dapat pula diukur sebagai berikut:

1. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai

2. Kejelasan strategi pencapaian tujuan

3. Proses analisis dan perumusan kebijaksanaan yang mantap

4. Perencanaan yang matang

5. Penyusunan program yang tepat

6. Tersedianya sarana dan prasarana

(36)

Maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu bentuk usaha yang

dilaksanakan oleh para pegawai secara bersama-sama terhadap pencapaian tujuan

organisasi sesuai dengan standart yang berlaku.

1.5.3 Pengaruh Motivasi dengan Efektivitas Kerja Pegawai

Salah satu cara untuk meningkatkan efektivitas kerja adalah dengan pemberian

motivasi kepada pegawai. Motivasi kerja merupakan stimulus atau rangsangan bagi

setiap pegawai untuk bekerja dan menghasilkan karya. Penting bagi seorang pimpinan

untuk mengetahui apa sebenarnya motivasi pegawainya dalam mencapai kepuasan, apa

bakat dan kemampuan serta ketrampilan yang dimiliki, harapan pegawai pada masa

depan pekerjaannya dan bagiamana cara merangsang pegawai untuk bekerja sama dalam

pencapaian sasaran organisasi.

Dengan adanya motivasi yang diberikan, organisasi akan dapat meningkatkan

gairah kerja pegawai sehingga tercapai tujuan organisasi. Tercapainya tujuan organisasi

diharapkan tercapainya pula tujuan individu para anggota organisasi tersebut. Organisasi

akan berhasil mencapai tujuan dan sasarannya, apabila semua komponen organisasi

berupaya menampilkan kinerja yang optimal termasuk peningkatan dan efektivitas

kerja. Seorang pegawai akan mau dan termotivasi untuk meningkatkan efektiviats

kerjanya apabila terdapat keyakinan dalam dirinya bahwa berbagai keinginan,

(37)

1.6 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara suatu penelitian yang mana

kebenarannya perlu untuk diuji serta dibuktikan melalui penelitian. Dikatakan

sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan,

belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data

(Sugiyono 2006:70).

Adapun pada perumusan masalah dan kerangka teori yang telah dipaparkan

diatas, maka hipotesis pada penelitian ini adalah: “Terdapat pengaruh yang positif antara

motivasi terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera

Utara.”

1.7 Defenisi Konsep

Konsep merupakan istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan

secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian

ilmu sosial (Singarimbun2006:33). Agar mendapat pembatasan yang jelas dari setiap

konsep yang akan diteliti maka penulis mencoba mengemukakan defenisi dari beberapa

konsep yang digunakan, yaitu:

1. Motivasi adalah faktor pendorong atau penggerak seseorang untuk melakukan

kegiatan tertentu dengan upaya tinggi dan usaha seoptimal mungkin dalam

pencapaian tujuan organisasi untuk memenuhi kebutuhan individual.

2. Efektivitas adalah suatu bentuk usaha yang dilaksanakan oleh para pegawai

secara bersama-sama terhadap pencapaian tujuan organisasi sesuai dengan

(38)

1.8 Defenisi Operasional dan Variabel

Defenisi operasional adalah sebagai petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya

mengukur suatu variabel atau suatu informasi ilmiah yang membantu penelitian

sehingga dari informasi tersebut diketahui bagaimana caranya mengukur variabel

penelitian tersebut (Singarimbun 2006:46).

Berikut ini diuraikan variabel yang diteliti beserta indikator-indikator yang

dipakai sebagai alat pengukurnya.

a. Motivasi sebagai Variabel bebas (X), diukur dengan menggunakan

indikator-indikator sebagai berikut :

a. Prestasi kerja, yaitu sesuatu yang ingin dicapai oleh seorang manajer dibawah

lingkungan kerja yang sulit sekalipun. Misalnya dalam menyelesaikan tugas

yang dibatasi oleh jadwal waktu (deadline) yang ketat yang harus dipenuhi,

seseorang pekerja dapat menyelesaikan tugasnya dengan hasil yang memuaskan.

b. Pengaruh, yaitu upaya yang dilakukan untuk mempertahankan gagasan atau

argumentasi sebagai bentuk dari kuatnya pengaruh yang ingin ditanamkan

kepada orang lain. Saran – saran atau gagasan yang diterima sebagai bentuk

partisipasi dari seseorang pekerja akan menumbuhkan motivasi, apalagi jika

gagasan atau pemikiran tersebut dapat diikuti oleh orang lain yang dapat dipakai

sebagai metode kerja baru dan ternyata hasilnya positif dan dirasakan lebih baik.

c. Pengendalian, yaitu tingkat pengawasan yang dilakukan oleh atasan terhadap

bawahannya. Untuk menumbuhkan motivasi dan sikap tanggung jawab yang

(39)

bawahannya untuk bekerja sendiri sepanjang pekerjaan itu memungkinkan dan

menumbuhkan partisipasi.

d. Ketergantungan, yaitu kebutuhan dari bawahan terhadap orang – orang yang

berada dilingkungan kerjanya, baik terhadap sesama pekerja maupun terhadap

atasan. Adanya saran, gagasan ataupun ide dari atasan kepada bawahan yang

dapat membantunya memahami suatu masalah atau cara penyelesaian masalah

akan menjadi motivasi yang positif.

e. Pengembangan, yaitu upaya yang dilakukan oleh organisasi terhadap pekerja

atau oleh atasan terhadap bawahannya untuk memberikan kesempatan guna

meningkatkan potensi dirinya melalui pendidikan ataupun pelatihan.

Pengembangan ini dapat menjadi motivator yang kuat bagi karyawan.

Disamping pengembangan yang menyangkut kepastian karir pekerja. Pengertian

pengembangan yang dimaksudkan disini juga menyangkut metode kerja yang

dipakai. Adanya perubahan metode kerja yang dirasakan lebih baik karena

membantu penyelesaian tugas juga menjadi motivasi bagi pekerja.

f. Afiliasi atau sosialisasi, yaitu dorongan untuk berhubungan dengan orang –

orang atas dasar sosial. Keterbukaan orang – orang yang berada di lingkungan

kerja yang memungkinkan hubungan antara pribadi dapat berjalan dengan baik,

saling membantu masalah pribadi akan menjadi motivasi yang positif dari

pekerja.

2. Efektivitas sebagai Variabel terikat (Y), diukur dengan menggunakan

(40)

a. Pencapaian tujuan, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila tujuan yang

telah ditetapkan sebelumnya dapat dicapai dengan baik.

b. Ketepatan waktu, yaitu suatu kegiatan dikatakan efektif apabila pelaksanaan

kegiatan tersebut sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

c. Manfaat, yaitu dimana kegiatan yang dilakukan memberikan manfaat bagi

pegawai dan organisasi sesuai dengan kebutuhannya.

d. Hasil, yaitu dimana kegiatan yang dilakukan menunjukkan hasil akhir seperti

yang diharapkan.

1.9 Sistematika Penulisan

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian,

manfaat penelitian, kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi

operasional dan variabel, dan sistematika penulisan.

BAB II METODE PENELITIAN

Bab ini memuat bentuk penelitian, lokasi penelitian, teknik pengumpulan

data, teknik pengumpulan skor dan teknik analisis data.

BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

(41)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan

dokumentasi yang dianalisis.

BAB V ANALISIS DATA

Bab ini memuat kajian dan analisis data yang diperoleh dari lokasi penelitian.

BAB VI PENUTUP

Bab ini memuat kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian

(42)

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

2.1 Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian

deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Metode deskriptif yaitu metode-metode

penelitian yang memusatkan perhatian pada masalah-masalah atau fenomena yang

bersifat aktual pada saat penelitian dilakukan, kemudian menggambarkan fakta-fakta

tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya diiringi dengan interprestasi yang

rasional dan akurat (Nawawi 2003:64).

Dengan demikian penelitian ini akan menggambarkan fakta-fakta dan

menjelaskan keadaan dari objek penelitian dan mencoba menganalisis kebenarannya

berdasar pada data yang diperoleh.

2.2 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kantor Dinas Kehutanan Propinsi Sumatera Utara, di

jalan Sisingamangaraja Km.5,5 No.14 Marindal Medan 20147.

2.3 Populasi dan Sampel

2.3.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang

(43)

dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiono 2008:80). Maka yang menjadi populasi

dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai yaitu sebanyak 133 orang.

2.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi. Dengan memenuhi sebagian dari

populasi, diharapkan bahwa hasil yang diperoleh akan dapat menggambarkan sifat

populasi yang bersangkutan. Sebuah sampel haruslah dipilih sedemikian rupa sehingga

setiap satuan elementer mempunyai kesepakatan dan peluang yang sama untuk dipilih

dan besarnya peluang tersebut tidak boleh sama dengan nol (Singarimbun 2008:149).

Mengutip dari pendapat Arikunto (2002:109) yang menyatakan bahwa apabila populasi

kurang dari 100 orang, maka sampel diambil secara keseluruhan, sedangkan populasi

diatas 100 maka smapel diambil 10%-15% atau 20%-25% dari populasi. Adapun

sampel pada penelitian ini adalah 25 % dari 133 orang adalah 33 orang.

2.4 Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data atau informasi, keterangan-keterangan dan data-data

yang diperlukan, peneliti menggunakan tehnik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Pengumpulan Data Primer, yaitu data yang diperoleh melalui kegiatan penelitian

langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data-data yang lengkap dan berkaitan

dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan dengan penyebaran kuesioner

kepada responden, juga wawancara kepada orang yang dianggap layak memberi

(44)

2. Pengumpulan Data Sekunder, yaitu teknik pengumpulan data dan informasi yang

diperlukan atau diperoleh melalui catatan-catatan tertulis lainnya yang tentunya

berkaitan dengan masalah yang diteliti. Hal ini dilakukan melalui studi kepustakaan

(Library Research) yaitu mengumpulkan buku-buku, karya ilmiah, makalah yang

memiliki relevansi dengan masalah yang sedang diteliti. Studi dokumentasi adalah

dilakukan dengan menelaah catatan tertulis, dokumen, dan arsip yang menyangkut

masalah yang diteliti berhubungan dengan instansi terkait.

2.5 Teknik Pengukuran Skor

Melalui penyeberan angket yang berisikan beberapa pertanyaan yang akan

diajukan kepada responden, maka ditentukan skor pada setiap pertanyaan. Teknik

pengukuran skor yang dilakukan dalam penelitian ini memakai skala Likert untuk

menilai jawaban kuesioner (Sugiono 2006:107). Adapun skor yang ditentukan untuk

setiap pertanyaan adalah:

1. Untuk jawaban “a” diberi skor 5

2. Untuk jawaban “b” diberi skor 4

3. Untuk jawaban “c” diberi skor 3

4. Untuk jawaban “d” diberi skor 2

5. Untuk jawaban “e” diberi skor 1

Untuk mengetahui kategori jawaban dari responden tersebut tergolong sangat

tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah maka terlebih dahulu ditentukan skala

(45)

Maka diperoleh interval sebagai berikut:

Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel

yaitu:

1. Skor untuk kategori sangat tinggi = 4.2-5.0

2. Skor untuk kategori tinggi = 3.3-4.1

3. Skor untuk kategori sedang = 2.4-3.2

4. Skor untuk kategori rendah = 1.5-2.3

5. Skor untuk kategori sangat rendah =0.8-1.4

2.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang dilakukan yaitu secara kuantitatif yang dugunakan

untuk menguji pengaruh antara variabel dengan menggunakan perhitungan statistik.

Metode yang digunakan adalah:

2.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment

Tehnik analisa data dalam penelitian ini adalah tehnik kuantitaif dengan uji

statistik, yaitu dengan menerapkan rumus Korelasi Product Moment, yang digunakan

(46)

Keterangan:

= jumlah sampel

= koefisien korelasi anatara gejala x dan gejala y

= jumlah produk x dan y

= jumlah skor x

= jumlah skor y

Adalah kesepakatan bahwa derajat kuat atau lemahnya hubungan antara dua

variabel selalu diukur dengan hasil yang dinyatakan dalam bilangan antara 0 dan 1 atau

-1 dan 0. Jika:

a. Nilai r positif menunjukkan hubungan kedua variabel positif, artinya kenaikkan nilai

variabel yang satu diikuti oleh variabel lain.

b. Nilai r negatif menunjukkan hubungan kedua variabel negatif, artinya menurunnya

nilai variabel yang satu diikuti dengan meningkatnya variabel yang lain.

c. Nilai r sama dengan nol menunjukkan kedua variabel tidak mempunyai hubungan,

artinya variabel yang satu tetap meskipun yang lainnya berubah.

Menurut Sugiono (2002:16), untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi

atau rendah antara kedua variabel berdasarkan nilai r (koefisien relasi), digunakan

penafsiran atau interpretasi angka yang dikemukakan yaitu sebagai berikut:

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0.00 – 0.199 Sangat Rendah

0.20 – 0.39 Rendah

0.40 – 0.599 Sedang

0.60 – 0.799 Tinggi

(47)

Dengan nilai r yang diperoleh, maka dapat diketahui apakah nilai r tersebut

berarti atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel

korelasi menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila tersebut signifikan, artinya

hipotesis kerja/hipotesis alternatif dapat diterima.

Untuk menguji hipotesis pengaruh motivasi kerja (X) terhadap efektivitas kerja

(Y), maka diadakan pengujian dengan rumus “t” (Sugiono 2006:212) yaitu:

t =

2.6.2 Koefisien Determinant

Teknik ini digunakan untuk mengetahui berapa persen besarnya pengaruh

variabel bebas terhadap variabel terikat. Perhitungan dilakukan dengan mengkuadratkan

nilai koefisien Produk Moment (rxy)² dikalikan dengan 100%.

Keterangan:

KD = koefisien determinant

rxy = koefisien korelasi Produk Momet antara x dan y

(48)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Singkat Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Sejarah Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara, dapat diuraikan lebih lanjut

yaitu setelah pengakuan kedaulatan dari Pemerintah Belanda kepada Pemerintah

Republik Indonesia tanggal 27 Desember 1949, maka kekuasaan sepenuhnya berada

ditangan Pemerintah Indonesia.

Sesuai tentang Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 1950 tentang pembentukan

Daerah Provinsi, maka terbentuk Provinsi Daerah Swatantra I Sumatera Utara yang

berkedudukan di Medan dengan wilayah pemerintahan meliputi:

1. Keresidenan Aceh berkedudukan di Kutaraja.

2. Keresidenan Sumatera Timur berkedaulatan di Medan.

3. Keresidenan Tapanuli berkedaulatan di Sibolga.

Demikian juga pengelolaan kehutanan di daerah Swatantra Tingkat I Sumatera

Utara telah dibentuk lembanganya yang disebut Inspeksi/Djawatan Kehutanan Daerah

Swatantra Tingkat I Sumatera Utara yang berkedudukan di Medan dipimpin oleh

seorang Inspektur Kehutanan. Inspeksi Kehutanan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera

Utara mempunyai tiga wilayah Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) yaitu:

1. KPH Aceh berkedudukan di Kutaraja.

(49)

3. KPH Tapanuli berkedudukan di Tarutung.

Dengan keluarnya Undang-undang No. 24 Tahun 1956 tentang pembentukan

Daerah Otonom Provinsi Aceh dan peraturan pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I

Sumatera Utara sejalan dengan berlakunya Undang-undang No. 64 Tahun 1997 tentang

penyerahan sebagian dari urusan Pemerintah Pusat dilapangan Perikanan Laut,

Kehutanan dan Karet Rakyat kepada daerah-daerah Swatantra Tingkat I, bersamaan

dengan itu maka Inspeksi/Djawatan Kehutanan Provinsi Daerah Swatantra Tingkat I

Sumatera Utara meliputi wilayah kerja:

1. KPH Sumatera Utara berkedudukan di Medan dengan wilayah kerja Kabupaten

Langkat, Deli Serdang, Asahan dan Labuhan Batu.

2. KPH Aceh dan Aek Nauli berkedudukan di Pematang Siantar dengan wilayah

kerja sebagian Tapanuli Utara, sebagian Kabupaten Dairi, Kabupaten Karo dan

Simalungun.

3. KPH Tapanuli berkedudukan di Tarutung dengan wilayah kerja Kabupaten

Tapanuli Utara, Dairi, Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan dan Nias.

Pada tahun 1970 pimpinan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara beralih

dari Bapak Oml. Tobing kepada Bapak Ir. Moh. Fadil Sasro Atmojo, dan pada bulan

April 1972 Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara mekar dari 3 KPH menjadi 5

KPH yang sebenarnya hal ini telah dirintis sejak tahun 1965 meskipun baru dapat

direalisasi April 1972. Adapun kelima KPH ini adalah:

1. KPH Sumatera Timur I berkedudukan di Medan, dengan wilayah kerja

(50)

2. KPH Sumatera Timur II berkedudukan di Kisaran, dengan wilayah kerja

Kabupaten Asahan dan Labuhan Batu.

3. KPH Aek Nauli berkedudukan di Pematang Siantar, dengan wilayah kerja

Kabupaten Karo dan Simalungun, sebagian Tapanuli Utara (DTA Danau Toba)

dan Kabupaten Dairi.

4. KPH Tapanuli I berkedudukan di Tarutung, dengan wilayah kerja meliputi

sebagian Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah dan Nias.

5. KPH Tapanuli II berkedudukan di Padang Sidempuan, dengan wilayah kerja

meliputi Tapanuli Selatan.

3.2 Cabang Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Pada tahun 1980 pimpinan Dinas Kehutanan Tingkat I Sumatera Utara beralih

dari Bapak Ir. Moh. Fadil Sasro Atmojo kepada Bapak Ir. Hisar Purba dan sesuai

dengan perkembangan organisasi dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera

Utara Tingkat I, maka terbentuklah 9 cabang Dinas Kehutanan, yaitu:

1. Cabang Dinas Kehutanan I Deli Serdang berkedudukan di Medan, wilayah

kerjanya meliputi Kabupaten Deli Serdang, Langkat, Kodya Medan, Binjai dan

Tebing Tinggi.

2. Cabang Dinas Kehutanan II Asahan berkedudukan di Kisaran, wilayah

kerjanya meliputi Kabupaten Asahan dan Kodya Tanjung Balai.

3. Cabang Dinas Kehutanan III Labuhan Batu berkedudukan di Rantau Prapat,

(51)

4. Cabang Dinas Kehutanan IV Simalungun berkedudukan di Pematang Siantar,

wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Simalungun dan Kodya Pematang

Siantar.

5. Cabang Dinas Kehutanan V Tanah Karo berkedudukan di Kabanjahe, wilayah

kerjanya meliputi Kabupaten Tanah Karo.

6. Cabang Dinas Kehutanan VI Dairi berkedudukan di Sidikalang, wilayah

kerjanya meliputi Kabupaten Dairi.

7. Cabang Dinas Kehutanan VII Tapanuli Utara berkedudukan di Tarutung,

wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tapanuli Utara.

8. Cabang Dinas Kehutanan VIII Tapanuli Tengah berkedudukan di Sibolga,

wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tapanuli Tengah, Nias dan Kodya

Sibolga.

9. Cabang Dinas Kehutanan IX Tapanuli Selatan berkedudukan di Padang

Sidempuan, wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Tapanuli Selatan.

Pada tahun 1989 keluar Peraturan Daerah No. 11 Tahun 1989 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara Tingkat I yang

telah disahkan dengan Keputusan Menteri Dalam Negeri No. 66 Tahun 1989 pada

tanggal 9 Nopember 1989 dan dituangkan dalam Surat Keputusan Gubernur Kepala

Daerah Tingkat I Sumatera Utara No. 180.341/1617/K/1990 maka terdapat 12 cabang

Dinas Kehutanan Sumatera Utara, yaitu:

1. Cabang Dinas Kehutanan I Deli Serdang berkedudukan di Lubuk Pakam

meliputi wilayah kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang, Kotamadya

(52)

2. Cabang Dinas Kehutanan II Asahan berkedudukan di Kisaran meliputi wilayah

kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Asahan dan Kotamadya Daerah Tingkat II

Tanjung Balai.

3. Cabang Dinas Kehutanan III Labuhan Batu berkeduduka n di Rantau Prapat

meliputi wilayah kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Labuhan Batu.

4. Cabang Dinas Kehutanan IV Simalungun berkedudukan di Pematang Siantar

meliputi wilayah kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun dan

Kotamadya Daerah Tingkat II Pematang Siantar kecuali sebagian dari

kecamatan-kecamatan Silima Kuta, Purba, Dolok Pardamean, Sidamanik,

Siantar, Girsang Sipanganbolon dan Tanah Jawa.

5. Cabang Dinas Kehutanan V Tanah Karo berkedudukan di Kabanjahe meliputi

wilayah kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Karo kecuali sebagian dari

Kecamatan Tiga Panah.

6. Cabang Dinas Kehutanan VI Dairi berkedudukan di Sidikalang meliputi

wilayah kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Dairi kecuali sebagian dari

kecamatan Sumbul.

7. Cabang Dinas Kehutanan VII Tapanuli Utara berkedudukan di Tarutung

meliputi wilayah kerja Daerah Tingkat II Tapanuli Utara kecuali

kecamatan-kecamatan Balige, Laguboti, Muara, Onan Runggu, Simanindo, Palopo,

Pangururan dan sebagian dari kecamatan-kecamatan Harian, Dolok Sanggul,

Lintong Nihuta, Siborong-borong, Silaen, Lumban Julu, Porsen dan

(53)

8. Cabang Dinas Kehutanan VIII Tapanuli Tengah berkedudukan di Sibolga

meliputi wilayah kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli Tengah dan

Kotamadya Daerah Tingkat II Sibolga.

9. Cabang Dinas Kehutanan IX Tapanuli Selatan berkedudukan di Padang

Sidempuan meliputi wilayah kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Tapanuli

Selatan.

10. Cabang Dinas Kehutanan X Langkat berkedudukan di Stabat meliputi wilayah

kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Langkat dan Kotamadya Daerah Tingkat II

Binjai.

11. Cabang Dinas Kehutanan XI Nias berkedudukan di Gunung Sitoli meliputi

wilayah kerja Kabupaten Daerah Tingkat II Nias.

12. Cabang Dinas Kehutanan XII Toba Samosir berkedudukan di Pangururan

meliputi wilayah kerja kecamatan-kecamatan Laguboti, Balige, Muara,

Pangururan, Simanindo, Palipi, Onan Runggu serta sebagian

kecamatan-kecamatan Harian, Dolok Sanggul, Lintongnihuta, Siborong-borong,

Habinsaran, Silaen, Porsen dan Lumban Julu di Kabupaten Derah Tingkat II

Tapanuli Utara sebagian dari kecamatan-kecamatan Silima Kuta, Purba, Dolok

Pardamean, Sidamanik, Siantar, Girsangsipanganbolon dan Tanah Jawa di

Kabupaten Daerah Tingkat II Simalungun sebagian dari kecamatan-kecamatan

Sumbul di Daerah Tingkat II Dairi dan sebagian kecamatan-kecamatan Tiga

Panah di Kabupaten Daerah Tingkat II Karo.

Dengan keluarnya Surat Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I

(54)

Pembubaran Cabang Dinas Kehutanan Simalungun pada Dinas Kehutanan Provinsi

Daerah Tingkat I Sumatera Utara, maka cabang Dinas Kehutanan menjadi 11 cabang

dinas.

3.3 Visi dan Misi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara 3.3.1 Visi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Visi dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara adalah: “Terwujudnya

penyelenggaraan kehutanan menuju kelestarian hutan bagi kemakmuran rakyat”.

3.3.2 Misi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

Adapun yang menjadi misi dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

adalah:

• Menetapkan status wilayah tertentu sebagai kawasan hutan atau kawasan hutan

sebagai bukan kawasan hutan.

• Mengatur dan mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan hutan dan hasil

hutan.

• Mengatur dan menetapkan hubungan-hubungan hukum antara orang dengan

hutan, serta mengatur perbuatan-perbuatan hukum mengenai kehutanan.

• Menyerahkan sebagian kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk

meningkatkan efektivitas pengurusan hutan dalam rangka pengembangan

otonomi daerah.

(55)

3.4 Struktur Organisasi

Dalam organisasi, diketahui struktur organisasi. Struktur organisasi diperlukan

untuk membedakan batas-batas wewenang dan tanggung jawab secara sistematis yang

menunjukkan adanya hubungan/keterkaitan antara setiap bagian untuk mencapai tujuan

yang telah ditetapkan.

Demi tercapainya tujuan umum suatu instansi diperlukan suatu wadah untuk

mengatur seluruh aktifitas maupun kegiatan instansi tersebut. Pengaturan ini

dihubungkan dengan pencapaian tujuan instansi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Wadah tersebut disusun dalam suatu struktur organisasi dalam instansi.

Struktur organisasi yang baik akan mengatur pelaksanaan kegiatan, sehingga

efisiensi dan efektifitas kerja dapat diwujudkan melalui kerjasama dan koordinasi yang

baik dengan demikian tujuan organisasi dapat dicapai. Suatu instansi terdiri dari

berbagai unit kerja yang dapat dikelola dan berfungsi untuk melakukan serangkaian

kegiatan tertentu.

Adapun susunan organisasi pada Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara

terdiri atas:

1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, membawahkan:

a. Sub Bagian Umum

b. Sub Bagian Keuangan

c. Sub Bagian Program

3. Bidang Inventarisasi dan Penatagunaan Hutan, membawahkan:

(56)

b. Seksi Pengukuran dan Perpetaan Hutan

c. Seksi Penatagunaan Hutan

4. Bidang Pengusahaan Hutan, membawahkan:

a. Seksi Pemanfaatan Hutan

b. Seksi Pengolahan Hasil Hutan

c. Seksi Peredaran Hasil Hutan

5. Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan, membawahkan:

a. Seksi Perbenihan dan Aneka Guna Hutan

b. Seksi Reboisasi

c. Seksi Perhutanan Masyarakat

6. Bidang Perlindungan Hutan, membawahkan:

a. Seksi Pengamanan Hutan

b. Seksi Pelestarian Hutan

c. Seksi Pemanfaatan Jasa Lingkungan

(57)
(58)

Berikut ini adalah job description dari setiap unit pada Dinas Kehutanan

Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari:

1. Kepala Dinas

Kepala Dinas Kehutanan mempunyai tugas membantu Gubernur dalam

melaksanakan tugas otonomi, tugas dekonsentrasi serta tugas pembantuan

dibidang Kehutanan.

2. Sekretariat

Sekretariat mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pelayanan

administratif, koordinasi dan pengendalian internal lingkup ketatausahaan yang

meliputi pengelolaan administrasi umum, keuangan dan program.

3. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan surat

menyurat kearsipan, penggandaan, rumah tangga, administrasi perjalanan

dinas, perlengkapan, pemeliharaan dinas dan inventarisasi sarana dan

prasaranadinas serta pengelolaan perpustakaan dinas.

4. Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas pokok melaksanakan pengelolaan

administrasi keuangan, meliputi:

a. Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/data untuk penyusunan

dan penyempurnaan rencana pemantapan prosedur dan akuntabilitas

pengelolaan keuangan.

b. Menyusun dan menyampaikan konsep Rencana Belanja Dinas, konsep usul

(59)

administrasi keuangan dan menyusun laporan keuangan, sesuai ketentuan

dan standar yang ditetapkan.

c. Melaksanakan administrasi gaji, Surat Perintah Perjalanan Dinas (SPPD)

rutin dan urusan administrasi keuangan belanja rutin dan gaji Unit Pelaksana

Teknis Dinas.

d. Melaksanakan monitoring adminstrasi keuangan belanja rutin dan gaji pada

UPT Dinas, melaksanakan tugas lain, memberikan masukan yang perlu serta

melaporkan dan mempertanggung-jawabkan pelaksanaan tugasnya kepada

Kepala Bagian Tata Usaha, sesuai standar yang ditetapkan.

5. Sub Bagian Program

Sub Bagian Program mempunyai tugas pokok membantu Kepala Dinas dalam

pengumpulan dan pengolahan data, pelayanan data internal dan eksternal,

penyusunan rencana umum kehutanan, serta evaluasi dan pelaporan.

6. Bidang Inventarisasi dan Penatagunaan Hutan

Bidang Inventarisasi dan Penatagunaan Hutan mempunyai tugas pokok

merencanakan operasional, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan

inventarisasi dan penatagunaan hutan meliputi inventarisasi hutan dan

informasi sumber daya hutan, pengukuhan hutan serta pengkajian kehutanan,

penatagunaan hutan dan pembentukan wilayah pengolahan berdasarkan

ketentuan dan prosedur yang berlaku untuk meningkatkan pemantapan kawasan

(60)

7. Bidang Pengusahaan Hutan

Bidang Pengusahaan Hutan mempunyai tugas pokok merencanakan

operasional, mengendalikan dan mengevaluasi kegiatan pengusahaan hutan

meliputi pemanfaatan hutan, peredaran hasil hutan, sarana produksi dan

perizinan serta pengelolaan hasil hutan berdasarkan ketentuan dan prosedur

yang berlaku agar terlaksananya regulasi pengelolaan hutan.

8. Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan

Bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan mempunyai tugas pokok melaksanakan

pembinaan dan bimbingan di bidang Rehabilitasi Hutan dan Lahan meliputi

penyiapan perumusan kebijakan dibidang pemolaan rehabilitasi hutan dan

lahan, penyiapan pelaksanaan serta pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah

tangga direktorat.

9. Bidang Perlindungan Hutan

Bidang Perlindungan Hutan mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan

pengelolaan, pembinaan dan bimbingan teknis perlindungan hutan dan

Gambar

Gambar 3.1 Struktur Organisasi Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara
Tabel 4.1
Tabel 4.4 : Distribusi Responden Menurut Golongan
Tabel 4.5 :Distribusi Responden Menurut Masa Kerja
+7

Referensi

Dokumen terkait

Terdapat 22 orang (73%) menyatakan setuju, dan terdapat 8 orang (22%) menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai kantor dinas pendapatan

hidayah-Nya, sehingga dalam penulisan tesis yang berjudul “Pengaruh Motivasi, Kompensasi dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pertanian, Perkebunan dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai negeri sipil di Kantor Dinas Kehutanan Dan Perkebunan

Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, motivasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motivasi kerja dan budaya organisasi terhadap kinerja pegawai negeri sipil di Kantor Dinas Kehutanan Dan Perkebunan

prestasi kerja pegawai pada Bagian Tanaman Pangan Dinas Pertanian Provinsi.

Hasil analisis secara parsial menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh terhadap kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara, motivasi

Terdapat 22 orang (73%) menyatakan setuju, dan terdapat 8 orang (22%) menyatakan sangat setuju. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar pegawai kantor dinas pendapatan