PENGARUH PRINSIP-PRINSIP GOOD GOVERNANCE
TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI
(Studi Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 (S-1)
Di Departemen Ilmu Administrasi Negara
OLEH:
NIM : 080903017
FATMAULIA UMAYA
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan sebaik mungkin. Shalawat beriring salam penulis persembahkan
kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para ahlul bait, yang
senantiasa menjadi tauladan bagi setiap ummat manusia. Semoga kita mendapat
syafa’atnya di yaumil akhir kelak. Amin
Adapun skripsi ini berjudul “Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance
Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara)”. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan program pendidikan Strata 1 (S-1) di Departemen Ilmu Administrasi Negara
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan baik itu dari permasalahan penulisan redaksi maupun dari
substansi penulisan skripsi itu sendiri. Oleh karena itu penulis mengharapakan
saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini selanjutnya.
Selama proses penyusunan skripsi penulis banyak dibantu oleh berbagai
pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan untaian kata terima
kasih yang tidak terhingga kepada kedua orang tua penulis (Ayahanda Mardiono
kasih juga penulis ucapkan kepada Adik penulis (Wilma Zahra) yang selalu setia memberi semangat kepada penulis agar bisa dan yakin dalam menyelesaikan
skripsi ini. Semoga kita bisa membahagiakan dan membanggakan orang tua kita.
Selain itu penulis juga ingin mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini, yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Zakaria, MSP. selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. M. Husni Thamrin Nasution, M.Si. selaku ketua Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara dan juga selaku Dosen Wali yang juga telah banyak
memberikan bimbingannya kepada penulis selama proses perkuliahan
hingga saat ini.
4. Ibu Dra. Elita Dewi, MSP selaku Sekretaris Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
5. Ibu Arlina, SH., M.Hum. selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan penulis
sehingga dapat menyelesikan skripsi ini.
penulis menimba Ilmu di Departemen Ilmu Administrasi Negara Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
7. Terima kasih juga penulis haturkan kepada seluruh Staf Pegawai
Administrasi, yang ada di Departemen Ilmu Administrasi Negara khususnya
Kak Mega dan Kak Dian yang telah banyak membantu segala urusan administratif sejak awal penulis memulai studi hingga saat ini.
8. Bapak Ir. Lukman Hakim Dalimunte, MM selaku Sekretaris Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang membantu dan memudahkan
penulis dalam melaksanakan penelitian di Dinas Pertanian Provinsi
Sumatera Utara.
9. Seluruh Staf Pegawai Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam melaksanakan penelitian dan pengumpulan
data.
10. Terima kasih yang paling dalam untuk Fadly Amshar, S.Sos yang senantiasa meluangkan waktunya untuk penulis, memberi semangat,
motivasi, dukungan, dan arahan serta do’anya.
11. Terima kasih buat seluruh teman-teman AN 08 yang sudah menemani penulis selama 4 tahun mengikuti bangku perkuliahan, Nanda Puteri Cassanovita, Dini Eka Lestari, RR Ayu Siti Trisnawanty, Rahmatika, Rizky Ayuning, Dicky Fahrozy. Terima kasih buat semua persahabatan yang telah kalian berikan. Takkan pernah kulupa manis pahitnya dalam
menjalani masa-masa di bangku perkuliahan, aku harap kita semua pasti bisa
sukses kawan semua bisa jadi orang dan di banggakan orang tua kita
12. Terima kasih juga buat Sachiko Elfira, Zulham Fauwaz Mardika Putra, Khairunnisa, Winda Astari Puteri Pulungan, Rifika Sari dan buat adik kepo Megumi Ufaira yang tak terlupakan.
Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Medan, Juni 2012 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAKSI ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Kerangka Teori ... 9
1.5.1 Pengertian Good Governance ... 9
1.5.1.1 Aspek-Aspek Good Governance ... 13
1.5.1.2 Prinsip-Prinsip Good Governance ... 17
1.5.2 Efektivitas Kerja ... 26
1.5.2.1 Pengukuran Efektivitas Kerja... 29
1.5.3 Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas kerja ... 31
1.6 Hipotesis ... 32
1.7 Definisi Konsep ... 33
1.8 Definisi Operasional ... 34
BAB II METODE PENELITIAN ... 37
II.1 Bentuk Penelitian ... 37
II.2 Lokasi Penelitian ... 37
II.3 Populasi dan Sampel ... 37
II.3.2 Sampel ... 38
II.4 Teknik Pengumpulan Data ... 38
II.5 Teknik Penentuan Skor ... 39
II.6 Teknik Analisa Data... 41
II.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 41
II.6.2 Uji “t” ... 42
II.6.3 Koefisien Determinan ... 42
BAB III DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 44
III.1 Sejarah Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara... 44
III.2 Visi dan Misi Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara ... 46
III.3 Struktur Organisasi Dinas Pertanian ... 47
III.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara ... 47
BAB IV PENYAJIAN DATA ... 59
IV.1 Deskripsi Data Identitas Responden ... 59
IV.2 Deskripsi Data Variabel Penelitian ... 62
IV.2.1 Prinsip-Prinsip Good Governance (Variabel Bebas X) ... 62
IV.2.2 Efektivitas Kerja Pegawai (Variabel Y) ... 77
BAB V ANALISA DATA ... 96
V.1. Klasifikasi Data... 96
V.1.1 Prinsip-Prinsip Good Governance ... 96
V.1.2 Efektivitas Kerja Pegawai ... 99
V.1.3 Hubungan Antara Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance dengan Tingkat Efektivitas Kerja Pegawai ... 101
V.1.3.1 Koefisien Korelasi Product Moment ... 102
V.1.3.2 Uji Signifikan ... 105
V.1.3.3 Koefisien Determinant ... 106
V.2 Interpretasi Hasil Penelitian ... 107
V.2.1.1 Prinsip Akuntabilitas ... 109
V.2.1.2 Prinsip Transparansi ... 110
V.2.1.3 Prinsip Penegakan Hukum ... 111
V.2.1.4 Prinsip Responsivitas ... 112
V.2.1.5 Prinsip Keadilan/Kesetaraan ... 113
V.2.2 Efektivitas Kerja Pegawai ... 113
V.2.2.1 Kesiagaan ... 114
V.2.2.2 Kemangkiran ... 115
V.2.2.3 Motivasi/Semangat Kerja ... 115
V.2.2.4 Kepuasan Kerja ... 116
V.2.2.5 Kemampuan dan Fasilitas Yang Tersedia ... 116
V.2.2.6 Waktu Yang tersedia ... 117
V.2.3 Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai ... 117
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 119
VI.1 Kesimpulan ... 119
VI.2 Saran ... 120
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 60
Tabel 2 : Distribusi Responden Berdasarkan Umur/Usia... 60
Tabel 3 : DistribusiResponden Berdasarkan Pendidikan Terakhir... 61
Tabel 4 : Distribusi Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 62
Tabel 5 : Distribusi Jawaban Responden tentang Pemahaman Tugas, Fungsi dan Wewenang sebagai Pegawai Dinas Pertanian ... 64
Tabel 6 : Distribusi Responden tentang Inisiatif Menyusun Laporan Akuntabilitas Kinerja di Setiap Akhir Tahun Anggaran ... 65
Tabel 7 : Distribusi Jawaban Responden Mengenai Komunikasi Organisasi Dinas Sosial Dengan Masyarakat dalam Pelayanan ... 66
Tabel 8 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Sosialisasi Program Kerja Kepada Masyarakat ... 67
Tabel 9 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Aliran Penggunaan Dana Kas yang Disampaikan Kepada Masyarakat ... 68
Tabel 10 : Distribusi Jawaban Responden tentang Ketegasan yang Diberikan Untuk Para Pegawai yang Melanggar Kedisiplinan ... 69
Tabel 11 : Distribusi Jawaban Responden Tentang Ketegasan Terhadap Pegawai/Pimpinan yang Menyalahgunakan Wewenangnya ... 70
Tabel 12: Distribusi Jawaban Responden Tentang Keadilan Sanksi yang Diberikan Kepada Pegawai dan Pimpinan yang Melanggar Peraturan ... 71
Tabel 13: Distribusi Jawaban Responden Tentang Keaktifan Dinas Pertanian dalam Menanggapi Kebutuhan Masyarakat ... 72
Tabel 14 : Distribusi Jawaban Responden dalam Mempertimbangkan Aspirasi Masyarakat ... 73
Tabel 15: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penting Tidaknya Aspirasi Masyarakat ... 74
Tabel 17: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perbedaan Jenis Kelamin
dalam Penempatan Posisi ... 76
Tabel 18: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kemampuan Menyelesaikan Tugas ... 79
Tabel 19: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pencapaian Sasaran Dalam Mengerjakan Tugas yang Diberikan ... 80
Tabel 20: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Meminta Bantuan Kepada Rekan Kerja ... 81
Tabel 21: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Mencari Inisiatif dalam Menghadapi Tugas yang Sulit ... 82
Tabel 22: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kehadiran di Tempat Kerja .. 83
Tabel 23: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keberadaan di Tempat Kerja ... 84
Tabel 24: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Penundaan Pekerjaan ... 85
Tabel 25: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Motivasi yang Diberikan Atasan ... 86
Tabel 26: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Semangat Kerja ... 87
Tabel 27: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kepuasan Setelah Menyelesaikan Tugas ... 88
Tabel 28: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Perasaan Atas Beban Pekerjaan ... 89
Tabel 29: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Keahlian Pegawai... 90
Tabel 30: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Fasilitas yang Tersedia ... 91
Tabel 31: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Dana yang Diberikan ... 92
Tabel 32: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Menyelesaikan Tugas Tepat Waktu ... 93
Tabel 33: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Waktu Menyelesaikan Tugas ... 94
Tabel 34: Distribusi Jawaban Responden Mengenai Kendala Dalam Menyelesaikan Tugas ... 95
DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM
Gambar 3.1: Struktur Organisasi Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara ... 47
Diagram 1 : Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Prinsip-Prinsip Good Governance ... 99 Diagram 2 : Rekapitulasi Jawaban Responden Mengenai Efektivitas Kerja
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Skor Jawaban Responden Tentang Prinsip-Prinsip Good Governance
Lampiran 2 : Data Skor Jawaban Responden Tentang Efektivitas Kerja Pegawai
Lampiran 3 : Statistik Induk Penelitian
Lampiran 4 : Tabel r Product Moment
Lampiran 5 : Tabel Distribusi t (table student’s-t) Lampiran 6 : Tabel Daftar Kuesioner
Lampiran 7 : Struktur Organisasi Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara
Lampiran 8 : Lembar Permohonan Persetujuan Judul Skripsi
Lampiran 9 : Lembar Penunjukan Dosen Pembimbing
Lampiran 10 : Undangan Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi
Lampiran 11 : Jadwal Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi
Lampiran 12 : Daftar Hadir Peserta Seminar Proposal Usulan Penelitian Skripsi
Lampiran 13 : Surat Izin Penelitian dari FISIP USU
ABSTRAKSI
Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai
(Studi pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara) Skripsi ini disusun oleh:
Nama : Fatmaulia Umaya
NIM : 080903017
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum.
Good Governance merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini sejalan dengan konsep-konsep dan terminology demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi manusia, dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Dalam suatu organisasi, pengelolaan manusia sebagai sumber daya organisasi sangat penting agar memiliki kemampuan untuk mewujudkan good governance dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance yang diantaranya adalah akuntabilitas, transparansi, keadilan, responsivitas dan penerapan hukum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 40 responden yang menjadi sampel.
Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa prinsip-prinsip Good Governance di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara berada pada kategori tinggi, sedangkan efektivitas kerja pegawainya berada pada kategori sedang. Adapun pengaruh antara prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai berdasarkan perhitungan rumus koefisien korelasi product moment yaitu sebesar 0,50 atau lebih besar dari r-tabel dengan taraf signifikan (α) 5% untuk N=40 yaitu sebesar 0,312. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Kemudian dari hasil perhitungan koefisien determinan diperoleh bahwa besarnya pengaruh prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 25% dan sisanya 75% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini.
ABSTRAKSI
Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai
(Studi pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara) Skripsi ini disusun oleh:
Nama : Fatmaulia Umaya
NIM : 080903017
Departemen : Ilmu Administrasi Negara Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Dosen Pembimbing : Arlina, SH., M.Hum.
Good Governance merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini sejalan dengan konsep-konsep dan terminology demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi rakyat, hak asasi manusia, dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan. Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Dalam suatu organisasi, pengelolaan manusia sebagai sumber daya organisasi sangat penting agar memiliki kemampuan untuk mewujudkan good governance dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance yang diantaranya adalah akuntabilitas, transparansi, keadilan, responsivitas dan penerapan hukum. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada pengaruh prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada 40 responden yang menjadi sampel.
Berdasarkan hasil analisa data diperoleh bahwa prinsip-prinsip Good Governance di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara berada pada kategori tinggi, sedangkan efektivitas kerja pegawainya berada pada kategori sedang. Adapun pengaruh antara prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai berdasarkan perhitungan rumus koefisien korelasi product moment yaitu sebesar 0,50 atau lebih besar dari r-tabel dengan taraf signifikan (α) 5% untuk N=40 yaitu sebesar 0,312. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara. Kemudian dari hasil perhitungan koefisien determinan diperoleh bahwa besarnya pengaruh prinsip-prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 25% dan sisanya 75% dipengaruhi oleh faktor lain yang belum diperhitungkan dalam penelitian ini.
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Masalah
Pada saat krisis terjadi, ada wacana yang menyebutkan bahwa asal muasal
krisis adalah kurangnya kualitas “governasi” atau governance kita. Baik di sektor
pemerintah maupun di sektor bisnis. Bertolak dari proses reformasi 1998 yang
menginginkan suatu perubahan mendasar dalam penyelenggaraan pemerintahan
yang lebih transparan, berkeadilan dan akuntabel, maka tuntutan akan adanya
pemerintahan yang baik (good governance) menjadi relevan berhubungan satu dengan yang lainnya. Tujuan reformasi untuk penguatan peran masyarakat dengan
penerapan demokrasi rakyat tidak tercapai jika tidak didukung oleh suatu
pemerintahan yang kredibel dan dapat dipertanggungjawabkan.
Menilik dari fungsi utama pemerintah yang merupakan penyelenggara
pelayanan publik, seiring dengan tuntutan perkembangan sudah menjadi
seharusnya pemerintah melakukan perbaikan dalam pelayanan publik tersebut.
Akan tetapi dewasa ini, kepercayaan masyarakat/publik terhadap kinerja
pemerintah atau birokrasi mengalami degradasi yang kian semakin parah oleh
akibat dari lemahnya kinerja aparat-aparat pemerintahan/birokrasi. Kepercayaan
dan kehidupan masyarakat menjadi semakin sengsara ketika pemerintah/birokrasi
yang seharusnya berperan menghadirkan pelayanan prima kepada publik menjadi
didominasi dan ditentukan oleh rezim yang berkuasa sehingga menyebabkan
kebalikan daripada pelayanan publik menjadi publiklah yang menjadi pelayan
Dalam waktu terakhir ini, telah terjadi perubahan paradigma organisasi
dalam berbagai aspek, dari segi manajemen perubahan, dari organisasi yang
bersifat sentralisasi ke organisasi yang bersifat desentralisasi, gaya kerja
organisasi yang kaku berubah menjadi lebih fleksibel, kekuatan organisasi yang
sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi kini bergeser pada
kemampuan organisasi untuk mengadaptasi perubahan. Faktor politik yang
mempengaruhi perubahan peran organisasi dalam hal ini dimana organisasi publik
menuntut penerapan Good Governance. Good governance dimaksud adalah
merupakan proses penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan
penyediaan public good and service disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan) sedangkan praktek terbaiknya adalah “good governance”
(kepemerintahan yang baik).
Good Governance merupakan suatu konsep yang akhir-akhir ini sejalan dengan konsep-konsep dan terminology demokrasi, masyarakat sipil, partisipasi
rakyat, hak asasi manusia, dan pembangunan masyarakat secara berkelanjutan.
Pada akhir dasawarsa yang lalu, konsep good governance ini lebih dekat
dipergunakan dalam reformasi sektor publik. Di dalam disiplin atau profesi
manajemen publik, konsep ini dipandang sebagai suatu aspek dalam paradigma
baru ilmu administrasi publik agar memberikan pelayanan yang berkualitas
kepada masyarakat, mendorong meningkatkan otonomi manajerial terutama sekali
mengurangi campur tangan kontrol yang dilakukan oleh pemerintah pusat,
transparansi, akuntabilitas publik, dan diciptakan pengelolaan manajerial yang
Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance.
Penerapan prinsip-prinsip Good Governance bukanlah hanya tugas dan tanggungjawab pemerintah, tetapi juga pelaku bisnis di sektor swasta dan
organisasi civil society. Sebagai bagian dari proses reformasi Indonesia, pelaksanaan good governance di lingkungan pemerintahan tersebut sangat menentukan apakah reformasi akan berjalan terus atau putus di tengah jalan.
Dengan menerapkan prinsip-prinsip good governance, diharapkan dalam menggunakan dan melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif
dapat diselenggarakan dengan baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep
good governance harus ada dukungan komitmen dari semua pihak yaitu negara (state)/pemerintah (government), swasta (private) dan masyarakat (society).
Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas, profesional dan etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian
penerapan good governance dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
merupakan tantangan tersendiri. Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam mencapai tujuan
dan cita-cita bangsa dan Negara. Dalam rangka hal tersebut, diperlukan
pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan
nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya
guna, berhasil guna, bertanggungjawab serta bebas KKN.
Mengingat bahwa kinerja dari suatu organisasi itu adalah untuk mencapai
tujuan tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya, maka informasi tentang kinerja
organisasi merupakan suatu hal yang sangat penting. Informasi tentang kinerja
dilakukan selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan atau belum.
Akan tetapi, dalam kenyataannya banyak organisasi yang justru kurang atau
bahkan tidak jarang ada yang tidak mempunyai informasi tentang kinerja dalam
organisasinya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas organisasi
tidak lepas dari efektivitas kerja pegawai sebagai salah satu unsur organisasi,
memegang peranan penting dalam usaha mencapai tujuan organisasi.
Efektivitas kerja yang didefinisikan sebagai penyelesaian pekerjaan sesuai
dengan yang ditentukan sebelumnya dimana selama dipengaruhi pikirannya,
tenaga, cara yang paling cepat (waktu) serta kondisi ruangan yang dapat
mendukung semangat kerja pegawai. Dengan adanya standar manajemen dapat
merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja agar hasil
akhir memuaskan pada pihak-pihak yang mendapat pelayanan. Dengan semakin
efektifnya kerja para pegawai dapat menjadikan organisasi semakin tangguh
mencapai tujuannya dan berbagai sasarannya. Dengan adanya manajemen suatu
organisasi semakin mampu berperan dengan tingkat efektivitas yang tinggi. Oleh
karena itu tanpa manusia dalam suatu organisasi maka tujuan organisasi yang
telah ditentukan tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan. Selanjutnya
manusia merupakan salah satu unsur organisasi yang paling dinamis, artinya
menginginkan perubahan, dengan demikian kedudukan manusia dalam organisasi
tidak dapat disamakan dengan unsur-unsur lain. Sehingga dalam suatu organisasi,
pengelolaan manusia sebagai sumber daya organisasi sangat penting agar
Berbicara pentingnya pelaksanaan good governance, maka hal ini juga
menjadi sangat penting dalam organisasi atau suatu dinas pemerintahan. Salah
satunya adalah Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara yang mana berdasarkan
Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 58 Tahun 2001 menyebutkan salah satu
fungsi Dinas Pertanian Sumatera Utara yaitu menyelenggarakan urusan
pemerintahan dan pelayanan umum di bidang pembinaan tanaman pangan,
hortikultura, pengelolaan lahan air, sarana dan usaha tani. Berikut adalah salah
satu contoh kasus yang mengemukakan pentingnya peran Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Utara.
"...Pengamatan saya ketika mengelilingi beberapa daerah di Sumut, lahan-lahan yang dulunya merupakan lahan pertanian, ternyata sudah berubah fungsi menjadi lahan perkebunan dan perumahan. Sementara lahan-lahan baru untuk pertanian, nyaris tidak ada bertambah," kata Effendi Sianipar, Minggu (8/1). Kondisi ini tentunya sangat mengkhawatirkan, apabila tidak ada upaya apa pun dari pemerintah. Sehingga apa yang dikatakan Ketum KTNA (Kontak Tani Nasional Andalan) Winarno Tohir beberapa waktu lalu, bahwa sebelum 2030, Indonesia akan kekurangan pangan, karena luas lahan pertanian yang terus menurun, sementara jumlah penduduk meningkat 1,4 persen, tidak tertutup kemungkinan, benar-benar akan menjadi kenyataan. Effendi Sianipar mengaku heran, mengapa sektor pertanian di negara agraria ini, terkesan kurang mendapat perhatian maksimal. "Harusnya sektor pertanian jadi prioritas dan dapat porsi anggaran lebih besar sehingga produktifitas dapat ditingkatkan. Ini semua menyangkut masalah pengadaan lahan baru, di samping penyuluhan, pengadaan pupuk, dan lainnya, yang belakangan cenderung terabaikan," katanya.1
Berdasarkan PP No. 25 Tahun 2000, kewenangan Provinsi di bidang
pertanian antara lain: menetapkan standar pelayanan minimal dalam bidang
pertanian yang wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota, menetapkan standar
pembibitan/ pembenihan pertanian, menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan
sumber daya manusia aparat pertanian, dan sebagainya. Dari potongan artikel di
atas menyatakan bahwa lahan pertanian di Provinsi Sumatera Utara telah
berkurang dan berubah menjadi lahan perkebunan dan perumahan. Hal ini terjadi
1
dikarenakan para petani cenderung menjual sawahnya karena merasa kehidupan
menjadi petani tidak lagi menjanjikan. Sementara pencetakan sawah-sawah baru
nyaris tidak ada. Disini peran dari Dinas Pertanian sangat besar yaitu harus
memberikan penyuluhan kepada masyarakat tani agar tidak gegabah terhadap apa
yang mereka lakukan dan para aparatur harus lebih memperhatikan lahan
pertanian.
Dinas Pertanian yang memberikan pelayanan umum di bidang pembinaan
tanaman pangan, hortikultura, pengelolaan lahan air, sarana dan usaha tani, sudah
seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat dan bagi para
petani. Untuk memberikan pelayanan yang demikian, maka pegawai kantor Dinas
Pertanian harus memiliki motivasi untuk mengerjakan pekerjaannya agar
efektivitas organisasi dapat tercapai. Setiap organisasi harus menerapkan
prinsip-prinsip good governance agar menciptakan suatu pelayanan yang baik dan menerapkan kedisiplinan khususnya bagi para pegawainya. Hal ini sangat
mempengaruhi mutu atau kualitas pelayanan yang akan diberikan oleh para
aparatur kepada masyarakat nantinya.
Apabila di suatu organisasi banyak pegawai yang datang terlambat dan
menunda pekerjaannya, sudah pasti tentu berdampak pada pemberian pelayanan
yang tidak memuaskan. Kapabilitas kebijakan yang rendah, manajemen keuangan
yang lemah, peraturan yang terlalu berbelit-belit dan sewenang-wenang, alokasi
sumber-sumber yang kurang tepat juga akan menjadi suatu masalah dalam
mewujudkan efektivitas kerja pegawai. Mutu atau kualitas pelayanan di Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara dapat dicapai apabila orang-orang yang bekerja
semangat, mulai dari pejabat yang tinggi sampai pelaksana digaris terdepan yang
menghadapi masyarakat.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disebutkan bahwa good governance
akan tercapai apabila setiap organisasi dan orang-orang didalamnya selalu
menerapkan prinsip-prinsip good governance. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pelaksanaan good governane dan efektivitas
kerja pegawai dan menyusunnya dalam bentuk karya ilmiah dengan judul :
“Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara)”
I.2 Rumusan Masalah
Arikunto2
2
Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Hal. 17 menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana
harus memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah
adalah agar diketahui arah jalan suatu penelitian.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang
akan diangkat pada penelitian ini adalah: “Apakah ada Pengaruh Prinsip-Prinsip
Good Governance terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Dinas
Pertanian Provinsi Sumatera Utara)?”
I.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good
Governance di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kerja pegawai di Dinas
Pertanian Sumatera Utara.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh prinsip-prinsip Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian
Provinsi Sumatera Utara.
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam
bentuk karya ilmiah berdasarkan kajian teori dan aplikasinya yang
diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi
bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu
Administrasi Negara secara khusus dalam menambah bahan kajian
perbandingan bagi yang menggunakannya.
3. Secara Praktis, bagi Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara, penelitian
ini diharapkan dapat mampu memberikan sumbangsih pemikiran,
informasi dan saran.
Sebelum melakukan penelitian lebih lanjut, penulis perlu mengemukakan
teori-teori sebagai kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana
penelitian menyoroti masalah yang dipilih. Singarimbun3
Pada tahun 1980 an mulai terlihat sisi buruk dari manajemen professional,
khususnya di Amerika Serikat. Dengan model manajemen one tieer system, menyebutkan teori
adalah serangkaian asumsi, konsep dan konstruksi, defenisi dan proposisi untuk
menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan
hubungan antar konsep. Dalam penelitian ini yang menjadi kerangka teori adalah :
I.5.1 Pengertian Good Governance
Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu
Gubernare yang diserap oleh bahasa inggris menjadi govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan), direct (mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris adalah to rule with authority,
atau memerintah dengan kewenangan.
Governance pada dasarnya pertama kali digunakan adalah di dunia usaha atau korporat. Manajemen professional yang diperkenalkan pasca perang dunia II
dengan prinsip dasar “memisahkan kepemilikan dengan kepengelolaan”
benar-benar menjadikan setiap korporat menjadi usaha-usaha yang besar, sehat dan
menguntungkan. Gerakan ini dimulai secara besar-besaran di Amerika, khususnya
setelah para titians entrepreneur mengalami kegagalan besar mempertahankan kebesaran untuk mempertahankan bisnisnya. Salah satu contohnya adalah Henry
Ford II gagal mempertahankan kebesaran bisnisnya karena ia tidak mengenal
manajemen professional.
3
dimana lembaga komisaris menjadi satu dengan lembaga direksi. Meskipun
terdapat direksi independent namun tetap saja kontrol tidak bisa efektif. Para
eksekutif korporat kemudian menjadi pemilik modal baru, dimana mereka
menjalankan organisasi sesuka hati, mengambil keuntungan terbesar untuk
mereka sendiri melalui mekanisme gaji, tunjangan, bonus, hak atas saham dan
deviden dan sebagainya. Berbeda dengan model Eropa yang masih banyak
menggunakan pola two tieer system, dimana terdapat pemisahan yang tegas antara lembaga kekomisarisan dan lembaga kedireksian. Seperti halnya dalam politik,
masalahnya adalah siapa yang mengawasi pengawas. Para manajemen
professional bukan saja pengelola yang diberi kepercayaan pemiliknya untuk
menjadikan korporat menjadi sehat dan menguntungkan, namun mereka adalah
pengawas dari korporat.
Berdasarkan uraian diatas jelaslah bahwa perkataaan governance pada mulanya digunakan dalam dunia usaha dan konsep governance ini mempunyai
arti yang penting dalam keberhasilan usaha, sehingga konsep Good Governance menjadi populer, dan lembaga-lembaga dunia seperti PBB, Bank Dunia dan IMF
meletakkan Good Governance sebagai kriteria Negara-Negara yang baik dan berhasil dalam pembangunan, bahkan dijadikan semacam kriteria untuk
memperoleh bantuan optimal dan Good Governance dianggap sebagai istilah
standar untuk organisasi publik hanya dalam arti pemerintahan.
Bintoro Tjokroamidjojo4
4
http://khafidsociality.blogspot.com/2011/07/penerepan-prinsip-prinsip-good.html
memandang Good Governance sebagai suatu
bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut sebagai adminstrasi
of change dari suatu masyarakat berkembang/developing di dalam Negara
berkembang. Agent of change karena perubahan yang dikehendakinya, menjadi planned change (perubahan yang berencana), maka disebut juga Agent of
Development. Agent of Development diartikan sebagai pendorong proses pembangunan dan perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah mendorong melalui
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program, proyek-proyek, dan peran
perencanaan dalam anggaran.
Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab5 menyebut Good Governance
adalah suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid
dan bertanggung jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien,
penghindaran salah alokasi dan investasi yang langka dan pencegahan korupsi
baik secara politik maupun Administrative, menjalankan disiplin anggaran serta
penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan. Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan Good Governance sebagai hubungan sinergis
dan konsturktif diantara Negara, sektor swasta dan masyarakat.6
Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan
7
5
Wahab, Solihin Abdul. 2002. Analisis Kebijakan Negara. Jakarta: Rieneka Cipta. Hal. 34 6
Effendi, Sofian. 1996. Membangun Martabat Manusia; Peranan Ilmu-Ilmu Sosial Dalam Pembangunan. Yogyakarta: Gajah Mada University. Hal. 47
7
Tangkilisan, Hessel Nogi S. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Grassindo. Hal. 114
,
mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk
menciptakan good governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya untuk menciptakan suatu penyelenggaraan
pembangunan yang solid dan bertanggungjawab sejalan dengan prinsip
administrasi. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP8
Good Governance menurut definisi dari World Bank dalam Kurniawan , disebutkan : Tata
pemerintahan adalah penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi
guna mengelola urusan-urusan Negara pada semua tingkat. Tata pemerintahan
mencakup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga dimana warga dan
kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan diantara mereka. Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar dan masyarakat.
Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan bahwa suatu konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan
penggunaan otoritas politik dan kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi
pembangunan masyarakat yang solid dan bertanggung jawab secara efektif
melalui pembuatan peraturan dan kebijakan yang absah dan yang merujuk pada
kesejahteraan rakyat, pengambilan keputusan, serta tata laksana pelaksanaan
kebijakan.
I.5.1.1 Aspek-Aspek Good Governance
9
8
Dikutip dari artikel “Dokumen Kebijakan UNDP : Tata Pemerintahan Menunjang Pembangunan Manusia Berkelanjutan”, dalam Buletin Informasi Program Kemitraan untuk Pembaharuan Tata Pemerintahan di Indonesia (Partnership for governance Reform in Indonesia). 2000
9
Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Penerbit Pembaruan. Hal. 14 ,
adalah “The way state power is used in managing economic and social resources for development and society”. Sementara UNDP mendefinisikan sebagai “The
exercise of political, economic, and administrative authority to manage a nations affair at all levels”. Dari pengertian tersebut, secara fungsional aspek-aspek good
dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan, atau justru sebaliknya
dimana pemerintahan tidak berfungsi secara efektif dan terjadi in efisiensi.
Berdasarkan definisi terakhir ini, governance mempunyai tiga kaki (three
legs), yaitu:
1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan (decision making processes) yang memfasilitasi terhadap equity, poverty dan quality
of live.
2. Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan.
3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.
Dari aspek pemerintah (governance), good governance dapat dilihat melalui aspek:
1. Hukum/kebijakan ditujukan pada perlindungan kebebasan sosial, politik
dan ekonomi.
2. Administrative competence and tranparency. Kemampuan membuat perencanaan dan melakukan implementasi secara efisien, kemampuan
melakukan penyederhanaan organisasi, penciptaan disiplin dan model
administrasi serta keterbukaan informasi.
3. Desentralisasi. Desentralisasi regional dan dekosentrasi di dalam
departemen.
4. Penciptaan pasar yang kompetitif. Penyempurnaan mekanisme pasar,
peningkatan peran pengusaha kecil dan segmen lain dalam sektor swasta,
deregulasi, dan kemampuan pemerintah dalam mengelola kebijakan makro
Oleh karena itu institusi dari governance meliputi tiga domain, yaitu state
(negara atau pemerintah), private sector (sektor swasta atau dunia usaha), dan society (masyarakat), yang saling berinteraksi dan menjalankan fungsinya
masing-masing. State (negara atau pemerintah) berfungsi menciptakan lingkungan politik dan hukum yang kondusif, private sector (sektor swasta atau dunia usaha) menciptakan pekerjaan dan pendapatan, sedangkan society (masyarakat) berperan
positif dalam interaksi sosial, ekonomi dan politik, termasuk mengajak kelompok
dalam masyarakat untuk berpartisipasi dalam aktivitas ekonomi, sosial dan
politik.
Negara (state) sebagai salah satu unsur governance, didalamnya termasuk lembaga-lembaga politik dan lembaga-lembaga sektor publik. Sektor swasta
meliputi perusahaan swasta yang bergerak di berbagai sektor informal lain di
pasar. Ada anggapan bahwa sektor swasta adalah bagian dari masyarakat. Namun
demikian, sektor swasta dapat dibedakan dengan masyarakat karena sektor swasta
mempunyai pengaruh terhadap kewajiban sosial, politik dan ekonomi yang dapat
menciptakan lingkungan yang lebih kondusif bagi pasar dan perusahaan itu
sendiri. Sedangkan masyarakat (society) terdiri dari individual maupun kelompok (baik yang terorganisasi maupun tidak) yang berinteraksi secara sosial, politik,
ekonomi dengan aturan formal maupun tidak formal. Society (masyarakat)
merupakan lembaga swadaya masyarakat, organisasi profesi dan lain-lain.
Jika dilihat dari ketiga domain dalam governance, tampaknya domain state
menjadi domain yang paling memegang peranan penting dalam mewujudkan
pemerintahan melekat pada domain ini. Peran pemerintah melalui kebijakan
publiknya sangat penting dalam memfasilitas berjalannya mekanisme pasar yang
benar sehingga pertimpangan yang terjadi di dalam pasar dapat dihindari. Oleh
karena itu, upaya perwujudan ke arah good governance dapat dimulai dengan membangun landasan demokratisasi penyelenggaraan negara dan dilakukan upaya
pembenahan penyelenggara pemerintahan sehingga dapat terwujud good
governance.
Konsep good governance akan dapat diimplementasikan bila pemerintah
telah mempunyai mekanisme untuk melakukan itu semua. Dalam hal ini,
Sinambela10
1. Adanya legitimasi dari dukungan yang kuat dari masyarakat terhadap
institusi publik baik yang berwujud lembaga birokrasi maupun institusi
lainnya yang dibentuk masyarakat secara swadaya.
mengingatkan bahwa ada 8 (delapan) kriteria yang harus dipenuhi
untuk dapat menghasilkan mekanisme yang menghasilkan good governance.
Kriteria-kriteria tersebut adalah sebagai berikut:
2. Adanya kebebasan dalam berpendapat untuk menyampaikan aspirasi atau
kepentingan bagi setiap institusi maupun kelompok masyarakat yang ada
sehingga seluruh stakeholders dapat berpartisipasi aktif dalam semua proses pembangunan.
3. Adanya keadilan serta kerangka legal berupa kepastian hukum untuk
menjamin upaya penegakan keadilan tersebut.
4. Adanya akuntabilitas dan transparansi dalam mekanisme birokrasi.
10
5. Tersedianya informasi pembangunan yang dapat diakses oleh masyarakat
dengan mudah dan bebas.
6. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam penyediaan pelayanan publik.
7. Terbentuknya kerja sama yang baik antara pemerintah dan civil society organization.
8. Tersedianya kesempatan luas untuk mengoreksi, memperbaiki, dan atau
menganulir setiap kebijakan pemerintahan dan pembangunan, karena pada
kenyataan tidak bersesuaian dengan kepentingan masyarakat lokal,
nasional, regional, ataupun dalam konteks kepentingan global.
I.5.1.2 Prinsip-Prinsip Good Governance
Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia yang disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang
berkaitan dengan aparatur Negara termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan
administrasi Negara yang mampu mendukung kelancaran dan keterpaduan
pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan,
maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya
sebagaimana disebutkan Tangkilisan11
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya digunakan dalam dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun
adalah bahwa Negara merupakan institusi
yang legal formal dan konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan
dengan fungsi sebagai regulator maupun sebagai Agent of Change.
11
sebuah konsep dalam menciptakan pengendalian yang melekat pada korporasi dan
manajemen professionalnya, maka ditetapkan Good Corporate Governance. Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance Corporate adalah:
transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas.12
Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkan bagi suatu organisasi publik bahkan dalam skala Negara
prinsip-prinsip tersebut lebih luas menurut UNDP melalui LAN yang dikutip
Tangkilisan
13
1. Partisipasi (Participation)
menyebutkan bahwa adanya hubungan sinergis konstruktif di antara
Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun dalam sembilan
pokok karakteristik Good Governance, yaitu:
Dalam pengertian sehari-hari, partisipasi merupakan keikutsertaan atau
keterlibatan seseorang (individu atau warga masyarakat) dalam suatu
kegiatan tertentu. Keikutsertaan atau keterlibatan yang dimaksud di sini
bukanlah bersifat pasif tetapi secara aktif ditujukan oleh yang
bersangkutan. Oleh karena itu, partisipasi akan lebih tepat diartikan
sebagai keikutsertaan seseorang di dalam suatu kelompok sosial untuk
mengambil bagian dalam kegiatan masyarakatnya, di luar pekerjaan atau
profesinya sendiri. Setiap warga Negara mempunyai suara dalam
formulasi keputusan, baik secara langsung maupun intermediasi institusi
legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi seperti ini dibangun
atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi secara
konstruktif.
12
Nugroho. T. Rianto. 2004. Kebijakan Publik, Formulas, Implementasi dan Evaluasi. Jakarta: Gramedia. Hal. 216
13
2. Penerapan Hukum (Fairness).
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu,
terutama hukum untuk hak azasi manusia.Sebagai stakeholder dalam
penerapan hukum, masyarakat selalu dituntut partisipasi aktifnya dalam
menghidupkan cahaya hukum, agar hukum tetap memberikan pencerahan
dalam realita kehidupan masyarakat dan memberikan arah bagi perjalanan
peradaban bangsa. Masyarakat yang sehat dituntut untuk selalu
menyediakan bahan bakar keadilan yaitu kejujuran dan keberanian agar
perjalanan masyarakat dan negara tidak menyimpang dari tujuan bersama.
Dalam pemahaman terhadap good governance maka aparat hukum tidak mungkin bekerja sendiri di dalam penegakan hukum tersebut, peran serta
masyarakat mutlak diperlukan atau kita harus memilih tenggelam dalam
keterpurukan akibat pesatnya arus globalisasi.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau kebebasan bagi
setiap orang untuk memperoleh informasi tentang penyelenggaraan
pemerintahan dan kegiatan lainnya, yakni informasi tentang kebijakan,
proses pembuatan dan pelaksanaan serta hasil-hasil yang dicapai.14
14
Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional & Departemen Dalam Negeri. 2002. Hal:18
Transparansi merupakan upaya menciptakan kepercayaan timbal balik
antara pemerintah dan masyarakat melalui penyediaan informasi dan
menjamin kemudahan dalam memperoleh informasi yang akurat dan
secara langsung dapat diterima oleh mereka yang membutuhkan.
Informasi harus dapat dipahami dan dapat dimonitor.
4. Responsivitas (Responsiveness)
Responsivitas adalah daya tanggap birokrasi pemerintah untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat sehingga tidak terdapat keluhan dari
masyarakat pengguna jasa. Responsivitas juga menunjuk pada keselarasan
antar program dan kegiatan pelayanan dengan kebutuhan dan aspirasi
masyarakat.15
5. Orientasi (Consensus Oreintation)
Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus
mencoba untuk melayani setiap stakeholders.
Setiap karyawan yang tergabung dalam suatu organisasi memiliki orientasi
kerja masing-masing dan kemungkinan besar karyawan satu dengan
lainnya mempunyai orientasi kerja yang berbeda pula, dan apabila
orientasi yang dipersepsikannya ini dapat tercapai maka karyawan akan
merasakan kepuasan kerja dan bekerja dengan maksimal. Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam
hal kebijakan-kebijakan maupun prosedur-prosedur.
6. Keadilan (Equity)
Keadilan adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak
dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan
15
menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan
bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Semua warga
Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di
dalam pemerintahan.
7. Efektivitas (Effectivness)
Efektivitas merupakan penilaian hasil pengukuran dalam arti tercapainya
tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Efektivitas perlu diperhatikan
sebab mempunyai efek yang besar terhadap kepentingan orang banyak.16
8. Akuntabilitas (Acoountability)
Dalam artian setiap organisasi dan lembaga-lembaga harus memberikan
pelayanan yang dibutuhkan masyarakat luas dengan menggunakan sumber
daya yang ada semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan berdasarkan
visi dan misi yang sudah diterapkan.
Akuntabilitas menurut Lawton dan Rose17
16
Soewarno Handayaningrat. 1985. Sistem Birokrasi Pemerintah. Hal. 16
dapat dikatakan sebagai sebuah
proses dimana seorang atau sekelompok orang yang diperlukan untuk
membuat laporan aktivitas mereka dan dengan cara yang mereka sudah
atau belum ketahui untuk melaksanakan pekerjaan mereka. Akuntabilitas
dapat diartikan sebagai kewajiban-kewajiban dari individu-individu atau
penguasa yang dipercayakan untuk mengelola sumber-sumber daya publik
17
dan yang bersangkutan dengannya untuk dapat menjawab hal-hal yang
menyangkut pertanggung jawabannya. Para pembuat keputusan dalam
pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat sipil (civil society)
bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders. Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang
dibuat, apakah keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau
eksternal organisasi.
9. Strategi visi (Strategic vision)
Para pimpinan dan masyarakat memiliki perspektif yang luas dan jangka
panjang tentang penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan
pembangunan manusia, bersamaan dengan dirasakannya kebutuhan untuk
pembangunan tersebut.
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi
dalam hal pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan
penggunaan cara sungguh-sugguh mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders. Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan mandat, wewenanang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan
sebaik-baiknya. Disini dapat dilihat bahwa arah ke-sembilan dari Good Governance adalah membangun the professional government, bukan dalam arti
pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja yang mempunyai
yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam
melaksanakannya berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.
Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai
kualifikasi professional mengarah kepada kinerja SDM yang ada dalam organisasi
publik sehingga dalam penyelenggaraan good governance didasarkan pada kinerja organisasi publik, yakni responsivitas (Responsiveness), responsibilitas
(Responsibility), dan akuntabilitas (Accountability).18
1. Akuntabilitas mengacu pada seberapa besar pejabat politik dan kegiatan
organisasi publik tunduk pada pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.
Asumsinya adalah bahwa para pejabat politik tersebut karena dipilih oleh
rakyat, maka dengan sendirinya akan selalu mempresentasikan
kepentingan rakyat. Dalam konteks ini kinerja organisai publik dinilai baik
apabila sepenuhnya atau setidaknya sebagian besar kegiatannya didasarkan
pada upaya-upaya untuk memenuhi harapan dan keinginan para wakil
rakyat. Semakin banyak tindak lanjut organisasi atas harapan dan aspirasi
pejabat politik, maka kinerja organisasi tersebut akan semakin baik.
Konsep akuntabilitas publik dapat digunakan untuk melihat seberapa besar
kebijakan dan kegiatan organisasi publik atau pemerintah seperti
pencapaian target. Kinerja sebaiknya harus dinilai dari ukuran eksternal
juga seperti nilai-nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Suatu
kegiatan organisasi publik memiliki akuntabilitas yang tinggi kalau Dalam penelitian ini,
penulis mengambil 5 prinsip good governance sebagai indikator dari
prinsip-prinsip good governance, yaitu:
18
kegiatan itu dianggap benar dan sesuai dengan nilai dan norma yang
berkembang di dalam masyarakat.
2. Transparansi dapat diartikan sebagai sikap membuka diri terhadap hak
masyarakat untuk memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak
diskriminatif. Transparansi adalah prinsip yang menjamin akses atau
kebebasan bagi setiap orang untuk memperoleh informasi tentang
penyelenggaraan pemerintahan, yakni informasi tentang kebijakan, proses
pembuatan dan pelaksanaannya, serta hasil-hasil yang dicapai19.
Transparansi harus seimbang dengan kebutuhan akan kerahasiaan lembaga
yang memberikan informasi maupun informasi-informasi yang
mempengaruhi hak privasi individu. Keterbukaan turut membawa
konsekuensi adanya pengawasan dan penilaian yang berlebih-lebihan dari
masyarakat dan bahkan oleh media massa untuk memastikan alokasi dan
peruntukan sebuah kebijakan secara tepat, efisien, serta sesuai dengan
kerangka anggaran yang ditentukan. Kewajiban akan keterbukaan harus
diimbangi dengan nilai pembatasan, yang mencakup kriteria yang jelas
dari para aparat publik tentang jenis informasi apa saja yang bisa mereka
berikan pada siapa informasi tersebut diberikan20
3. Tujuan penegakan hukum antara lain adalah untuk menjamin adanya
kepastian hukum yang juga merupakan salah satu asas umum
penyelenggaraan negara. Setiap tidakan aparat hukum baik pada tingkat
penyelidikan, penyidikan, penuntutan, maupun upaya hukum, eksekusi
dan eksaminasi harus selalu berpegang kepada aturan hukum (rule of law) .
19
Buku Pedoman Penguatan Pengamanan Program Pembangunan Daerah, Ibid.
20
yang juga merupakan ciri dari good governance. Penegakan hukum tidak
hanya dimaksudkan untuk menjatuhkan hukuman kepada setiap pelanggar
hukum; penegakan hukum juga dimaksudkan agar pelaksanaannya harus
selalu berpedoman kepada tata cara atau prosedur yang telah digariskan
oleh undang-undang dengan memperhatikan budaya hukum yang hidup di
masyarakat terutama harus mampu menangkap rasa keadilan yang hidup
di masyarakat21
4. Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan
masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan
mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan
kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
. Dalam pemahaman terhadap good governance, maka aparat hukum tidak mungkin bekerja sendiri di dalam penegakan hukum
tersebut, peran serta masyarakat mutlak diperlukan atau kita harus memilih
tenggelam dalam keterpurukan akibat pesatnya arus globalisasi.
22
21
Noor, Azamul Fadhly.2007. Good Governance dan Penegakan Hukum.
http://azamul.wordpress.com/2007/06/13/good-governance-dan-penegakan-hukum/. Diakses pada tanggal 02/02/2012 Pukul 11:40 WIB
22
Tangkilisan, Hessel Nogi S. Ibid. Hal. 117
Berdasarkan pernyataan Tangkilisan
tersebut maka disebutkan bahwa responsivitas mengacu pada keselarasan
antara program dan kegiatan pelayanan yang diberikan oleh organisasi
publik dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat yang diprogramkan
dan dijalankan oleh organisasi publik, maka kinerja organisasi tersebut
akan semakin baik. Responsivitas dimasukkan sebagai salah satu indikator
Good Governance karena responsivitas secara langsung menggambarkan kemampuan suatu organisasi publik dalam menjalankan misi dan
Responsivitas yang sangat rendah ditunjukkan dengan ketidakselarasan
antara pelayanan dan kebutuhan masyarakat. Hal tersebut jelas
menunjukkan kegagalan organisasi dalam mewujudkan misi dan tujuan
organisasi publik. Organisasi yang memiliki tingkat responsivitas yang
rendah dengan sendirinya juga akan memiliki kinerja yang rendah.
5. Keadilan adalah pengakuan dan pelakuan yang seimbang antara hak-hak
dan kewajiban. Keadilan terletak pada keharmonisan menuntuk hak dan
menjalankan kewajiban. Atau dengan kata lain, keadilan adalah keadaan
bila setiap orang memperoleh apa yang menjadi hak nya dan setiap orang
memperoleh bagian yang sama dari kekayaan bersama. Semua warga
Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di
dalam pemerintahan.
I.5.2 Efektivitas Kerja
Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu: ”effective” yang berarti
berhasil ditaati, mengesahkan, mujarab dan mujur. Dari sederet arti diatas, yang
paling tepat adalah berhasil dengan baik. Jika seseorang dapat bekerja dengan
baik maka ia dapat dikatakan bekerja dengan efektif. Amin Tunggul Widjaya23
mengemukakan: “Efektivitas adalah hasil membuat keputusan yang mengarahkan,
melakukan sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi suatu
perusahaan atau pencapaian tujuan”. Selanjutnya Permata Wesha24
23
Wijaya, Amin Tunggul. 1993. Manajemen Suatu Pengantar. Cetakan Pertama. Jakarta: Rineka Cipta Jaya. Hal. 32
24
Wesha, Permata. 1992. Kinerja Organisasi. Yogyakarta: Pembaharuan. Hal. 148
mengatakan :
dilakukan oleh manusia untuk memberikan hasil yang diharapkan. Untuk melihat
Efektivitas kerja, pada umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu
pertimbangan ekonomi, pertimbangan fisiologi, pertimbangan psikologi dan
pertimbangan sosial.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Efektivitas
merupakan suatu keadaan yang menunjukkan keberhasilan kerja yang ditetapkan.
Efektivitas kerja adalah penyelesaian pekerjaan tepat waktu sesuai yang telah
diharapkan, artinya pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak sangat
tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakannya,
dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu. Hal ini lebih menekankan pada
penyelesaian tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Sarwoto25
25
Sarwoto. 1990. Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Ghalia Indonesia. Hal. 126
mengistilahkan
efektivitas dengan “berhasil guna”, yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya
dan benar-benar sesuai dengan kebutuhan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan ahli diatas, maka dapat
disimpulkan bahwa Efektivitas kerja berhubungan dengan hasil yang telah
ditentukan sebelumnya. Satu hal yang perlu digaris bawahi adalah efektivitas
kerja tidak dapat dipisahkan dengan efisiensi kerja. Efisiensi kerja berhubungan
dengan biaya, tenaga, mutu dan pemikiran. Jadi efektivitas kerja adalah
kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan
tertentu atau efektivitas kerja juga dapat diartikan dengan hasil guna penekannya
pada efeknya, atau hasil tanpa perlu memperdulikan pengorbanan yang perlu
Jadi, efektivitas kerja dalam organisasi merupakan usaha untuk mencapai
prestasi yang maksimal dengan menggunakan sumber daya yang masih tersedia
dalam waktu yang relatif singkat tanpa menunggu keseimbangan tujuan alat dan
tenaga serta waktu. Apa yang dimaksud efektivitas kerja dipertegas Siagian26
Dari definisi diatas dapatlah kiranya diinterpretasikan bahwa efektivitas
kerja mengandung arti tentang penekanan pada segi waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan, dimana semakin cepat pekerjaan itu terselesaikan
dengan baik sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan, maka akan semakin baik
pula efektivitas kerja yang dicapai. Demikian pula sebaliknya dengan semakin
lamanya pekerjaan tersebut terselesaikan, maka semakin jauh pula pekerjaan
tersebut dari keefektifannya. Menurut Handoko
yaitu “ penyelesaian pekerjaan tepat pada waktu yang ditentukan, artinya apabila
pelaksanaan tugas dinilai baik atau tidak adalah sangat tergantung pada bilamana
tugas tersebut diselesaikan dan bukan terutama menjawab tetang bagaimana
melaksanakan serta berapa biaya yang dikeluarkan untuk pekerjaan tersebut”.
27
Dari uraian diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pemilihan alternatif
yang tepat sangat menentukan tingkat efektivitas kerja yang sangat tinggi dan pegawai mampu mencapai
efektivitas kerja apabila pegawai menunjukkan kemampuan mengakumulasikan
pemilihan tujuan yang dilaksanakan dengan peralatan yang akan dipergunakan
untuk melaksanakan tujuan tersebut sehingga pekerjaan tersebut terselenggara
sebagaimana yang diharapkan.
26
Siagian Sondang. P. 1996. Organisasi, Kepemimpinan dan Perilaku Administrasi. Jakarta: Gunung agung. Hal. 19
27
tentunya akan sangat berpengaruh besar terhadap kualitas dari hasil pekerjaan dan
kualitas pekerjaan itu sendiri.
I.5.2.1 Pengukuran Efektivitas Kerja
Pada dasarnya Efektifitas kerja dimaksudkan untuk mengukur hasil
pekerjaan yang dicapai sesuai dengan rencana, sesuai dengan kebijaksanaan atau
dengan kata lain mencapai tujuan, maka hal itu dikatakan efektif. Nilai efektivitas
pada dasarnya ditentukan oleh tercapainya tujuan organisasi serta faktor
kesesuaian dalam melaksanakan tugas atau pekerjaannya. Jadi Efektifitas kerja
pada tiap-tiap organisasi akan berbeda-beda antara organisasi satu dengan
organisasi yang lainnya, tergantung pada jenis dan sifat dari organisasi yang
bersangkutan.
Menurut Campel yang dikutip Richard M, Steers28
1. Kesiagaan
untuk mengukur
Efektifitas kerja, ada beberapa variabel yang biasa dipergunakan, yaitu:
Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa organisasi
mampu menyelesaikan sebuah tugas khusus jika diminta.
2. Kemangkiran
Frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan pada saat jam
kerja.
3. Motivasi
Kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan
berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang
relatif terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan,
28
tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai
tujuan pekerjaan.
4. Kepuasan kerja
Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya
dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa
dihargai karena pekerjaan mereka.
5. Beban Pekerjaaan
Beban pekerjaan yang diberikan pimpinan kepada bawahan sesuai dengan
kemampuan seseorang dan sesuai dengan jumlah kelompok mereka.
6. Waktu menyelesaikan tugas
Waktu merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat
penting sebab dapat dilihat apakah waktu yang digunakan suatu organisasi
sudah dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh setiap anggota
berorganisasi.29
Pengukuran Efektifitas kerja berdasarkan banyaknya tugas yang dipikul
dan jumlah pegawai yang melaksanakan tugas tersebut dapat berarti bahwa bila
Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya tidak dapat
melepaskan diri dari perlunya pembagian kerja yang tepat supaya setiap pegawai
bisa melaksanakan tugas-tugasnya secara efektif. Pengukuran Efektifitas kerja
yang penulis lakukan didasarkan atas banyaknya tugas yang dipikul dan jumlah
pegawai yang melaksanakan tugas tersebut, sehingga dari kedua hal tersebut dapat
disusun sesuai dengan kebutuhan perusahaan/organisasi sehingga menghasilkan
Efektifitas kerja sebagaimana diharapkan.
29
tugas yang dibebankan kepada pegawai sedikit, sementara jumlah pegawai yang
melaksanakan tugas tersebut lebih banyak, maka akan terjadi banyak pegawai
yang menganggur sehingga menjadi tidak efektif. Sebaliknya jika tugas yang di
bebankan banyak sedangkan banyak pegawai yang melaksanakannya terbatas,
maka akan terjadi penumpukan pekerjaan dimana hal ini akan mengakibatkan
banyaknya pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan atau tertunda sehingga terjadi
ketidakefektifan.
I.5.3 Pengaruh Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja
Dinas Pertanian adalah salah satu lembaga pemerintah yang berfungsi
untuk melayani kebutuhan masyarakat di bidang pertanian. Dalam melayani
masyarakat, aparatur dinas pertanian dituntut untuk melaksanakan tugas dengan
baik, yakni efektifitas kerjanya harus tinggi. Tercapainya efektifitas kerja bukan
saja ditentukan dari banyaknya jumlah pegawai, akan tetapi juga dipengaruhi oleh
faktor lain, seperti pengelolaan organisasi, pengendalian yang baik yang disebut
dengan Good Governance.
Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi publik
menyangkut pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama, yaitu untuk
menciptakan suatu penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan
bertanggung jawab sejalan dengan prinsip demokrasi, efisiensi, pencegahan
korupsi baik secara politik maupun secara administratif. Dengan pengertian lain
publik pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang mencakup kepemimpinan,
struktur organisasi dan sumber daya manusianya.
Berdasarkan kajian teoritis, diindikasikan bahwa apabila pemimpin
organisasi publik, struktur organisasi dan sumber daya manusianya memahami
dan menerapkan good governance dalam melaksanakan tugasnya, maka akan tercipta prinsip Good Governance yang berpengaruh terhadap efektivitas kerja
pegawai dari organisasi itu sendiri30
Sugiyono
. Dengan demikian jelaslah prinsip-prinsip
Good Governance akan berpengaruh terhadap efektivitas kerja pegawai.
I.6 Hipotesis
31
1. Hipotesis Nihil (Ho):
menyebutkan “hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian”. Dikatakan sementara karena jawaban yang
diberikan baru didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data dan harus diuji kebenarannya melalui pengujian hipotesis.
Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:
“Tidak ada pengaruh positif antara pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Governance dan efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara”.
2. Hipotesis Alternatif (Ha):
30
Yesi Mutia Basri.Pengaruh Pemahaman Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Kinerja Pemerintah Daerah.http://webcache.googleusercontent.com/search?q=cache:mmwt1g7eJWEJ:journal.aktfebuinjkt.ac.id/
%3Fpage_id%3D65+pengaruh+penerapan+prinsip-prinsip+good+governanc+terhadap+efektivitas+kinerja+pegawai&cd=6&hl=id&ct=clnk&gl=id. Diakses pada tanggal 15 Februari 2012
31
“Ada pengaruh positif antara pelaksanaan prinsip-prinsip Good
Governance dan efektivitas kerja pegawai di Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara”.
I.7 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun32
1. Prinsip-prinsip Good Governance, adalah suatu karakteristik atau ukuran pokok dari pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
, konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan
untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu
yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial. Melalui konsep peneliti diharapkan
akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah
untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu sama lainnya.
Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep
dari peneliti ini adalah:
2. Efektivitas Kerja pegawai, adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan
tepat waktu sesuai yang telah diharapkan, dimana pelaksanaan suatu tugas
ditandai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas
tersebut, bagaimana cara melaksanakannya, dan berapa biaya yang
dikeluarkan untuk itu.
I.8 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana variab