PENGARUH PENERAPAN PRINSIP – PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI
(Studi Pada Kantor Camat Medan Helvetia)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Oleh:
DODY SYAHDIANTO 070903033
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu
Alhamdulillahirabbil’alamin . segala puji hanya milik allah SWT atas segala nikmat,
rahmat dan karunia-Nya yang tak terhingga sehingga penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah
yang berjudul “Pengaruh Penerapan Prinsip – Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia”.
Karya ilmiah ini merupakan salah satu syarat untuk melengkapi gelar sarjana serta
sebagai wahana untuk mengaktualisasikan diri dan mengembangkan wawasan berfikir dalam
penulisan karya ilmiah ini.
Penulis mengakui bahwa dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Hal
ini disebabkan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penelitian,
pengumpulan literatur, maupun penulisan karya ilmiah. Namun berkat bimbingan, arahan, dan
motivasi dari semua pihak, sehingga kesulitan dan kendala yang penulis alami dapat teratasi dan
karya ilmiah inipun dapat terselesaikan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
Untuk itu penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M. Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,
Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Drs. M. Husni Thamrin, M. Si, selaku Ketua departemen Ilmu Administrasi
dosen pembimbing yang telah memberikan arahan serta membimbing penulis dalam
proses penyelesaian skripsi ini.
3. Ibu Dra. Elita Dewi, M.SP , selaku Sekretaris Departemen Ilmu Adminstrasi Negara,
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara dan sebagai Dosen
Wali yang telah memberikan arahan dan membimbig penulis selama masa perkuliahan.
4. Untuk Kak Mega, Kak Dian dan juga Bang Arza yang telah membantu penulis dalam
urusan administrasi selama masa perkuliahan hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Untuk Dosen – Dosen Departemen Ilmu Administrasi Negara yang telah berperan dalam
membimbing dan berbagi ilmu pendidikan.
6. Arrahman Pane S. STP. MAP selaku Camat Medan Helvetia dan juga Bang Awaluddin
selaku staf Kecamatan yang telah memberikan izin dan banyak membantu kepada
penulis selama masa penelitian.
7. Untuk Para Pegawai Kantor Camat Medan Helvetia yang telah membantu ketika
melakukan penelitian dan wawancara seluruh informan yang telah meluangkan waktu.
8. Teristimewa Ucapan Terima kasih sebesar – besarnya kepada kedua orang tua saya
Ramsuwadi (Bapak) dan Riyani (Mamak) yang telah memberikan kasih sayang dan
mengajari bagaimana santun dalam kehidupan serta nasehat – nasehat yang beliau
berikan kepada penulis, Rasa sabar mereka yang berlebih terhadap penulis hingga
akhirnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. Terima Kasih ya Allah engkau
9. Terima Kasih juga buat kakak Desa Mandasari , abang Dando Suwondo, dan kakak kecil
saya Dian juliani, bahagia bisa hidup dan mempunyai orang – orang sekitar seperti
kalian. Buat keponakan O’om, Zikri dan juga Saif tanpa disadari kalian juga termasuk
pemberi motivasi penulis secara tidak langsung hehe.
10. Terima Kasih Buat Tim Sebelas, Lintang, Fauzy, Boby, Ilham, Afaf, Dewi, Tuti, Tika,
Titin, Via. Aku yakin persahabatan kita tidak akan pernah putus, banyak kenangan
yang pernah kita lalui bersama dan kata pamungkas “Jangan Pernah Pertanyakan Rasa
Kesetiakawananku”
11. Terima Kasih juga buat kawan – kawan Administrasi Negara 2007 lainnya.
12. Buat KAM NEGARA dan juga SPARTA terima kasih udah menjadi wadah bagi aspirasi
kepentingan kita.
13. Terima Kasih Buat kawan – kawan PEMA FISIP USU kepemerintahan Ananta Purba,
maaf ga bisa disebutin satu persatu.
14. Terima Kasih buat Kawan – Kawan seperjuangan AN 08 dan juga AB 09
15. Terima kasih juga buat adik – adik AN 10 dan AN 11 yang telah menemani penulis
selama penyelesaian tugas akhir ini.
16. Buat kawan – kawan rumah Beringin dan juga BERLAND TEAM Mas Erik, Mas Angga,
kk Cypoet, Agung, Weli dan yang lainnya. Tanpa kalian mungkin hidup ini akan terasa
datar dalam pergaulan, terima kasih atas canda tawa dan motivasinya.
17. Nah, yang terakhir ini mungkin agak panjang dalam perkataan, THANKS A LOT buat
dalam penyelesaian pengerjaan tugas akhir ini. Buat si brew Achmad Fauzy Ichsan a.k.a
wk makasih udah jadi sahabat ane baik susah maupun senang, Buat Zikri Akbar udah
bisalah dikurangin spot jantung itu :D Buat Tino Saragih udah bisa ente nok cepat –
cepat tamat dari Fisip.
Medan Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
ABSTRAK ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
I.1Latar Belakang ... 1
I.2. Rumusan Masalah ... 6
I.3..Tujuan Penelitian ... 6
I.4..Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1. Good Governance….………..8
II.1.1. Pengertian Governance ... 8
II.1.2. Pengertian Good Governance. ... 9
II.1.4 Prinsip-prinsip Good Governance ... 13
1I.2. Efektifitas Kerja ... 17
1I.2.1. Pengukuran Efektivitas Kerja ... 18
II.3. Pengaruh Pelaksanaan Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja ... 20
II.4.Hipotesis ... 20
II.5 Defenisi Konsep ... 21
II.6 Defenisi Operasional ... 22
II.7 Sistematika Penulisan ... 24
BAB III METODE PENELITIAN ... 26
III.1 Bentuk Penelitian ... 26
III.2 Lokasi Penelitian ... 26
III.3 Populasi dan Sampel ... 26
III.3.1 Populasi ... 26
III.3.2.Sampel ... 27
III.4. Teknik Pengumpulan Data ... 27
III.5. Teknik Penentuan Skor………. 28
II.6. Teknik Analisis Data………29
1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Helvetia ... 32
2. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Helvetia ... 33
3. Kependudukan ... 36
4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja ... 42
5. Kepegawain ... 46
6. Dinas/Instansi Kecamatan Medan Helvetia ... 50
BAB V PENYAJIAN DATA ... 51
A. Kriteria Responden ... 51
B. Uraian Kuesioner ... 54
C. Pengukuran Skor ... 72
BAB VI ANALISA DATA... 78
i.Koefisien Korelasi Product Moment ... 78
ii.Koefisien Determinan ... 81
iii.Uji Hipotesis (Uji T) ... 83
BAB VI PENUTUP ... 84
A. Kesimpulan ... 84
B. Saran... 85
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DODY SYAHDIANTO 070903033
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN PRINSIP - PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI (Studi Pada Kantor Camat Medan Helvetia)
Good governance merupakan acuan dasar bagi setiap pelayan publik dalam menjalankan tujuan dan fungsi dari pelayan publik itu sendiri. Diharapkan dengan adanya prinsip – prinsip
good governance dapat meningkatkan kualitas dari pelayan publi sehingga masyarakat sebagai objek dari pelayanan tadi dapat mendapatkan pelayanan yang baik dan maksimal dari setiap pelayan publik.
Lokasi penelitian ini adalah Kantor Camat Medan Helvetia yang terletak di Jalan Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah± 1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2 penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah populasi sebanyak 25 orang yang meliputi keseluruhan pegawai yang ada di kantor Camat Medan Helvetia. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.
Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,505 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 2,80 dimana adanya
hubungan antara penerapan prinsip - prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai.
DEPARTEMEN ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DODY SYAHDIANTO 070903033
ABSTRAK
PENGARUH PENERAPAN PRINSIP - PRINSIP GOOD GOVERNANCE TERHADAP EFEKTIVITAS KERJA PEGAWAI (Studi Pada Kantor Camat Medan Helvetia)
Good governance merupakan acuan dasar bagi setiap pelayan publik dalam menjalankan tujuan dan fungsi dari pelayan publik itu sendiri. Diharapkan dengan adanya prinsip – prinsip
good governance dapat meningkatkan kualitas dari pelayan publi sehingga masyarakat sebagai objek dari pelayanan tadi dapat mendapatkan pelayanan yang baik dan maksimal dari setiap pelayan publik.
Lokasi penelitian ini adalah Kantor Camat Medan Helvetia yang terletak di Jalan Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah± 1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2 penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan jumlah populasi sebanyak 25 orang yang meliputi keseluruhan pegawai yang ada di kantor Camat Medan Helvetia. Metode pengumpulan data dilakukan dengan bantuan metode angket dimana jawaban responden diukur dengan menggunakan skala likert yaitu pemberian nilai numerikal dimana setiap skor yang diperoleh akan memiliki tingkat pengukuran ordinal. Nilai numerik tersebut dianggap sebagai objek dan selanjutnya melalui proses transformasi yang ditempatkan kedalam interval.
Data yang diperoleh pada penelitian ini diolah dengan menggunakan teknik analisis data korelasi product moment, dari persamaan tersebut hasil perhitungan yang didapat 0,505 dimana hubungan antara variabel X dan variabel Y berada pada kategori sedang. Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan uji signifikan didapat harga thitung adalah 2,80 dimana adanya
hubungan antara penerapan prinsip - prinsip good governance terhadap efektivitas kerja pegawai.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Otonomi daerah berdasarkan Undang-Undang No. 22 tahun 1999 yang dimulai
pelaksanaannya pada tanggal 1 Januari 2001 yang kemudian direvisi dengan Undang-Undang
No. 32 tahun 2004, membawa implikasi bahwa pemerintah daerah dalam hal ini adalah
Pemerintah Kabupaten/Kota diberikan wewenang yang luas untuk mengatur dan
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri. Sehingga pemerintah daerah harus mendorong
terciptanya prinsip-prinsip pemerintahan yang baik (good governance) dengan melakukan
upaya-upaya untuk memberdayakan masyarakat, mengembangkan peran dan fungsi DPRD
melalui prinsip demokrasi, peran serta masyarakat dalam pembangunan, pemerataan ekonomi
dan kesejahteraan, keadilan sosial dengan memperhatikan keberagaman budaya Indonesia.
Dalam hal ini tujuannya adalah agar daerah otonom lebih mampu meningkatkan pertumbuhan
ekonomi secara adil dan merata, taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, serta terbukanya
kesempatan kerja. Untuk itu Pemerintah daerah (kabupaten/kota) hendaknya dapat
mengefektifkan kinerjanya guna menyelenggarakan ketatapemerintahan yang baik (good
governance) serta memberikan pelayanan publik yang berkualitas.
Dampak pelaksanaan otonomi daerah sangat besar karena pelimpahan kewenangan
pada pemerintahan daerah dapat memberikan keleluasaan untuk melaksanakan pembangunan
daerah sesuai dengan karakteristik serta permasalahan daerah yang bersangkutan. Hal ini juga
memberika kawalan untuk mewujudkan pembangunan yang sesuai dengan karakteristik
masing-masing daerah.
Hakikat otonomi daerah pada dasarnya adalah bagaimana mendekatkan ke pemerintahan
serta meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Kewenangan yang sudah diberikan kepada
daerah itu menjadi urusan dan tanggung jawab pemerintah daerah yang bersangkutan.
Masyarakat tidak lagi hanya menyesuaikan kepada pelayanan yang akan dibuat oleh pemerintah
akan tetapi mereka diharapkan dapat sekaligus ikut dalam proses penetapan perencanaan
pembangunan dan bagaimana pembangunan itu akan dilakukan, masyarakat juga harus diberikan
akses dalam menilai serta mengawal bagaimana pelayanan pemerintah itu dilakukan serta
bagaimana ditingkatkan. Dalam hal ini hubungan pemerintah dengan masyarakat tidak lagi
seperti hubungan top-down tetapi menjadi suatu hubungan yang bersifat partnership. Untuk ini
perlulah penguatan institusi pemerintah daerah dalam hal ini kelembagaan dan kapasitas institusi
pemerintah daerah.
Pada saat krisis terjadi, ada wacana yang menyebutkan bahwa asal muasal krisis adalah
kurangnya kualitas “governasi” atau governance kita. Baik di sektor pemerintah maupun di
sektor bisnis. Bertolak dari proses reformasi 1998 yang menginginkan suatu perubahan mendasar
dalam penyelenggaraan pemerintahan yang lebih tr ansparan, berkeadilan dan akuntabel, maka
tuntutan akan adanya pemerintahan yang baik (good governance) menjadi relevan berhubungan
satu dengan yang lainnya. Tujuan reformasi untuk penguatan peran masyarakat dengan
penerapan demokrasi rakyat tidak tercapai jika tidak didukung oleh suatu pemerintahan yang
Dalam waktu terakhir ini, telah terjadi perubahan paradigma organisasi dalam berbagai
aspek, dari segi manajemen perubahan, dari organisasi yang bersifat sentralisasi ke organisasi
yang bersifat desentralisasi, gaya kerja organisasi yang kaku berubah menjadi lebih
fleksibel, kekuatan organisasi yang sebelumnya dilihat dari tolak ukur stabilitas organisasi
kini bergeser pada kemampuan organisasi untuk mengadaptasi perubahan. Faktor politik
yang mempengaruhi perubahan peran organisasi dalam hal ini dimana organisasi publik
menuntut penerapan Good Governance. Good governance dimaksud adalah merupakan proses
penyelenggaraan kekuasaan negara dalam melaksanakan penyediaan public good and service
disebut governance (pemerintahan atau kepemerintahan) sedangkan praktek terbaiknya adalah
“good governance” (kepemerintahan yang baik).
Pemerintah dituntut untuk menerapkan prinsip-prinsip good governance. Dengan
menerapkan prinsip-prinsip good governance, diharapkan dalam menggunakan dan
melaksanakan kewenangan politik, ekonomi dan administratif dapat diselenggarakan dengan
baik. Oleh sebab itu dalam prakteknya, konsep good governance harus ada dukungan komitmen
dari semua pihak yaitu negara (state)/pemerintah (government), swasta (private) dan masyarakat
(society). Good governance yang efektif menuntut adanya koordinasi yang baik dan integritas,
profesional dan etos kerja dan moral yang tinggi. Dengan demikian penerapan good
governance dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara merupakan tantangan tersendiri.
Terselenggaranya good governance merupakan prasyarat utama untuk mewujudkan aspirasi
masyarakat dalam mencapai tujuan dan cita-cita bangsa dan Negara. Dalam rangka hal tersebut,
diperlukan pengembangan dan penerapan sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas dan
nyata sehingga penyelenggaraan pemerintahan dapat berlangsung secara berdaya guna, berhasil
Efektivitas kerja yang didefinisikan sebagai penyelesaian pekerjaan sesuai dengan yang
ditentukan sebelumnya dimana selama dipengaruhi pikirannya, tenaga, cara yang paling cepat
(waktu) serta kondisi ruangan yang dapat mendukung semangat kerja pegawai. Dengan adanya
standar manajemen dapat merencanakan, melaksanakan, mengawasi dan mengevaluasi kinerja
agar hasil akhir memuaskan pada pihak-pihak yang mendapat pelayanan. Dengan semakin
efektifnya kerja para pegawai dapat menjadikan organisasi semakin tangguh mencapai tujuannya
dan berbagai sasarannya. Dengan adanya manajemen suatu organisasi semakin mampu berperan
dengan tingkat efektivitas yang tinggi. Oleh karena itu tanpa manusia dalam suatu organisasi
maka tujuan organisasi yang telah ditentukan tidak akan tercapai sebagaimana yang diharapkan.
Selanjutnya manusia merupakan salah satu unsur organisasi yang paling dinamis, artinya
menginginkan perubahan, dengan demikian kedudukan manusia dalam organisasi tidak dapat
disamakan dengan unsur-unsur lain. Sehingga dalam organisasi pengelolaan manusia sebagai
sumber daya organisasi agar memiliki kemampuan untuk mewujudkan good governance dengan
menerapkan prinsip-prinsip good governance yang diantaranya adalah akuntabilitas,
transparansi, fairness atau keadilan, responsivitas atau ketanggapan.
Seiring dengan banyaknya keluhan masyarakat terkait dengan kurangnya efektivitas
pelayanan yang diberikan oleh pemerintahan seharusnya menjadi dasar kepada penggunaan
system pemerintahan yang lebih menunjang dalam meningkatat efektifitas kerja dari pegawai itu
sendiri dalam hal memberikan pelayanan publik kepada setiap masyarakat. Seperti misalnya
pada pelayanan identitas masyarakat yang dilakukan di Kantor Camat, baik itu Kartu Tanda
Penduduk, Kartu Keluarga dan pengurusan identitas lainnya.
Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di Wilayah
Sunggal. Sebelum menjadi kecamatan defenitif terlebih dahulu melalui proses Kecamatan
Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor : 138/402/K/1991
tanggal 05 Pebruari 1991 dan Keputusan Walikota Medan Nomor : 138/595/SK/1991 tanggal 20
Maret 1991 dirubah namanya menjadi Perwakilan Kecamatan Medan Helvetiadan berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun 1991 didevinitifkan menjadi kecamatan Medan
Helvetia yang diresmikan pada tanggal 31 Oktober 1991 yang terdiri atas 7 (tujuh) Kelurahan
yaitu : Kelurahan Helvetia, Helvetia Tengah, Helvetia Timur, Dwi Kora, Cinta Damai, Tanjung
Gusta dan Sei Sikambing C-II.
Tentunya tujuan dari pembentukan kecamatan Medan Helvetia guna lebih memberikan
pelayanan yang maksimal kepada masyarakat. Untuk melakukan hal tersebut tentunya harus
memiliki visi yang jelas agar tujuannya dapat tercapai dengan maksimal. Cara pandang jauh
kedepan, kemana instansi pemerintah harus dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif.
Secara umum visi adalah pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan oleh Kantor
Kecamatan Medan Helvetia Kota Medan. Penetapan visi mencerminkan apa yang ingin dicapai,
memberikan arah dan fokus strategis yang jelas, berorientasi terhadap masa depan dan
selanjutnya diharapkan mampu menumbuhkan komitmen dilingkungan kantor Kecamatan
Medan Helvetia.
Berdasarkan uraian diatas maka dapat disebutkan bahwa good governance akan tercapai
apabila setiap organisasi dan orang-orang didalamnya selalu menerapkan prinsip-prinsip good
governance. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pelaksanaan
dengan judul : “Pengaruh Penerapan Prinsip-Prinsip Good Governance Terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi Pada Kantor Camat Medan Helvetia Kota Medan)”
1.2 Rumusan Masalah
Menurut Arikunto (1998 : 17) menguraikan bahwa agar penelitian dapat dilaksanakan
sebaik-baiknya, maka penulis harus merumuskan masalahnya sehingga jelas dari mana harus
memulai, kemana harus pergi, dan dengan apa ia melakukan penelitian. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa pentingnya perumusan masalah adalah agar diketahui arah jalan suatu
penelitian.
Berdasarkan uraian pada latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan diangkat
pada penelitian ini adalah: “Apakah Ada Pengaruh Penerapan Prinsip-prinsip Good Governance
terhadap Efektivitas Kerja Pegawai (Studi pada Kantor Camat Medan Helvetia Kota Medan)?”
I.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan prinsip-prinsip Good Governance di
Kantor Camat Medan Helvetia.
2. Untuk mengetahui bagaimana efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Medan
Helvetia.
3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan prinsip-prinsip Good
I.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Secara Subjektif, sebagai suatu sarana melatih dan mengembangkan kemampuan berpikir
ilmiah dan kemampuan untuk menuliskannya dalam bentuk karya ilmiah berdasarkan
kajian teori dan aplikasinya yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.
2. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik secara umum dan Ilmu Administrasi Negara secara khusus
dalam menambah bahan kajian perbandingan bagi yang menggunakannya.
3. Secara Praktis, bagi Kantor Camat Medan Helveia, penelitian ini diharapkan dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA II.1 Good Governance
II.1.1 Pengertian Governance
Konsep governance bukanlah konsep baru, konsep governance sama luasnya dengan
peradaban manusia, salah satu pembahasan tentang good governance dapat ditelusuri dari tulisan
J.S Endarlin (Setyawan, 2004:223) governance merupakan suatu terminologi yang digunakan
untuk mengganti istilah government, yang menunjuk penggunaan otoritas politik, ekonomi dan
administrasi dalam mengelola masalah-masalah kenegaraan.
Governance yang diterjemahkan menjadi tata pemerintahan adalah penggunaan
wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan negara pada semua
tingkat. Tata pemerintahan mencangkup seluruh mekanisme, proses dan lembaga-lembaga
dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutamakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan
diantara mereka.
Defenisi lain menyebutkan governance adalah mekanisme pengelolaan sumber daya
ekonomi dan social yang melibatkan pengaruh sector negara dan sector non-pemerintah dalam
suatu usaha kolektif. Defenisi ini mengasumsikan banyak aktor yang terlibat dimana tidak ada
yang sangat dominan yang menentukan gerak aktor lain. Pesan pertama dari terminology
governance membantah pemahaman formal tentang berkerjanya institusi-institusi negara.
Governance mengakui bahwa didalam masyarakat terdapat banyak pusat pengambilan keputusan
Governance sebagai proses pengambilan keputusan dan proses yang mana keputusan
itu diimplementasikan, maka analisis governance difokuskan pada faktor-faktor formal dan
informal yang terlibat dalam pengambilan keputusan dan implementasinya serta struktur formal
dan informal yang disususun untuk mendatangkan implementasi keputusan.. Governance dapat
digunakan dalam beberapa konteks seperti coorporate governance, international governance,
national governance dan local governance (Mardiasmo, 2002:14).
Menurut Kooiman (Setyawan, 2004 : 224) mengatakan governance merupakan
serangkaian proses interaksi social politik antara pemerintah dengan masyarakat dalam berbagai
bidang yang berkaitan dengan kepentingan masyarakat dan intervensi pemerintah atas
kepentingan-kepentingan tersebut. Governance merupakan mekanisme-mekanisme,
proses-proses dan institusi-institusi melalui warga negara mengartikulasikan kepentingan-kepentingan
mereka, memediasi perbedaan-perbedaan mereka serta menggunakan hak dan kewajiban legal
mereka (Setyawan, 2004:12). Dalam konteks ini governance memeiliki hakikat yang sesuai
yaitu bebas dari penyalahgunaan wewenang dan korupsi serta dengan pengakuan hak
berlandaskan pada pemerintahan hukum
II.1.2 Pengertian Good Governance
Istilah Good Governance berasal dari induk bahasa Eropa, Latin, yaitu Gubernare yang
diserap oleh bahasa inggris menjadi govern, yang berarti steer (menyetir, mengendalikan), direct
(mengarahkan), atau rule (memerintah). Penggunaan utama istilah ini dalam bahasa inggris
adalah to rule with authority, atau memerintah dengan kewenangan.
Governance pada dasarnya pertama kali digunakan adalah di dunia usaha atau korporat.
“memisahkan kepemilikan dengan kepengelolaan” benar-benar menjadikan setiap korporat
menjadi usaha-usaha yang besar, sehat dan menguntungkan. Gerakan ini dimulai secara
besar-besaran di Amerika, khususnya setelah para titians entrepreneur mengalami kegagalan besar
mempertahankan kebesaran untuk mempertahankan bisnisnya. Salah satu contohnya adalah
Henry Ford II gagal mempertahankan kebesaran bisnisnya karena ia tidak mengenal manajemen
professional.
Good Governance sebagai suatu bentuk manajemen pembangunan, yang juga disebut
sebagai adminstrasi pembangunan, yang menempatkan peran pemerintah sentral yang menjadi
Agent of change dari suatu masyarakat berkembang/developing di dalam Negara berkembang.
Agent of change karena perubahan yang dikehendakinya, menjadi planned change (perubahan
yang berencana), maka disebut juga Agent of Development. Agent of Development diartikan
sebagai pendorong proses pembangunan dan perubahan masyarakat bangsa. Pemerintah
mendorong melalui kebijaksanaan-kebijaksanaan dan program-program, proyek-proyek, dan
peran perencanaan dalam anggaran.
Menurut Bank Dunia yang dikutip Wahab (2002:34) menyebut Good Governance adalah
suatu konsep dalam penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung
jawab sejalan dengan demokrasi dan pasar yang efisien, penghindaran salah alokasi dan investasi
yang langka dan pencegahan korupsi baik secara politik maupun Administrative, menjalankan
disiplin anggaran serta penciptaan legal framework bagi tumbuhnya aktivitas kewiraswastaan.
Selain itu Bank Dunia juga mensinonimkan Good Governance sebagai hubungan sinergis dan
Berkaitan dengan good governance, Mardiasmo dalam Tangkilisan (2005:114),
mengemukakan bahwa orientasi pembangunan sektor publik adalah untuk menciptakan good
governance, dimana pengertian dasarnya adalah pemerintahan yang baik. Kondisi ini berupaya
untuk menciptakan suatu penyelenggaraan pembangunan yang solid dan bertanggungjawab
sejalan dengan prinsip demokrasi, efesiensi, pencegahan korupsi, baik secara politik maupun
administrasi. Berdasarkan dokumen kebijakan UNDP, disebutkan : Tata pemerintahan adalah
penggunaan wewenang ekonomi, politik dan administrasi guna mengelola urusan-urusan Negara
pada semua tingkat. Tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme, proses dan
lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok-kelompok masyarakat mengutarakan kepentingan mereka,
menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani perbedaan-perbedaan
diantara mereka. Jelas bahwa good governance adalah masalah perimbangan antara negara, pasar
dan masyarakat.
Dari berbagai pengertian tentang Good Governance dapat disimpulkan bahwa suatu
konsep tata pemerintahan yang baik dalam penyelenggaraan penggunaan otoritas politik dan
kekuasaan untuk mengelola sumber daya demi pembangunan masyarakat yang solid dan
bertanggung jawab secara efektif melalui pembuatan peraturan dan kebijakan yang absah dan
yang merujuk pada kesejahteraan rakyat, pengambilan keputusan, serta tata laksana pelaksanaan
kebijakan.
Pengertian good governance diatas merupakan suatu pemahaman atau pijakan dari akuntabilitas kinerja instansi pemerintah. Good governance sebenarnya mempunyai makna sebagai kepengelolaannya atau kepengarahannya yang baik bukan kepemerintahan yang baik.
Memang pemahaman ini mempunyai perbedaan dengan pemahaman dasar di lingkungan kita
selama ini, antara lain yang diperkenalkan oleh lembaga Administrasi Negara dan Badan
O’Brien (Nugroho:2005:142) mendefinisikan Good Governance adalah penjumlahan dari cara-cara dimana individu-individu dan institusi-institusi baik privat maupun public
mengelola urusan-urusan bersamanya.
II..1.3 Aspek-Aspek Good Governance
Good Governance menurut definisi dari World Bank dalam Kurniawan (2005:14), adalah
“The way state power is used in managing economic and social resources for development and
society”. Sementara UNDP mendefinisikan sebagai “The exercise of political, economic, and
administrative authority to manage a nations affair at all levels”. Dari pengertian tersebut,
secara fungsional aspek-aspek good governance dapat ditinjau dari apakah pemerintah telah
berfungsi secara efektif dalam upaya mencapai tujuan yang telah digariskan, atau justru
sebaliknya dimana pemerintahan tidak berfungsi secara efektif dan terjadi in efisiensi.
Berdasarkan definisi terakhir ini, governance mempunyai tiga kaki (three legs), yaitu:
1. Economic governance meliputi proses pembuatan keputusan (decision making processes)
yang memfasilitasi terhadap equity, poverty dan quality of live.
2. Political governance adalah proses keputusan untuk formulasi kebijakan.
3. Administrative governance adalah sistem implementasi proses kebijakan.
Dari aspek pemerintah (governance), good governance dapat dilihat melalui aspek:
1. Hukum/kebijakan ditujukan pada perlindungan kebebasan sosial, politik dan ekonomi.
2. Administrative competence and tranparency. Kemampuan membuat perencanaan dan
melakukan implementasi secara efisien, kemampuan melakukan penyederhanaan
3. Desentralisasi. Desentralisasi regional dan dekosentrasi di dalam departemen.
4. Penciptaan pasar yang kompetitif. Penyempurnaan mekanisme pasar, peningkatan peran
pengusaha kecil dan segmen lain dalam sektor swasta, deregulasi, dan kemampuan
pemerintah dalam mengelola kebijakan makro ekonomi.
II.1.4 Prinsip-Prinsip Good Governance
Berdasarkan pengertian Good Governance oleh Mardiasmo dan Bank Dunia yang
disebutkan diatas dan sejalan dengan tuntutan reformasi yang berkaitan dengan aparatur Negara
termasuk daerah adalah perlunya mewujudkan administrasi Negara yang mampu mendukung
kelancaran dan keterpaduan pelaksanaan tugas, dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan, maka menuntut penggunaan konsep Good Governance sebagai kepemerintahan
yang baik, relevan dan berhubungan satu dengan yang lainnya. Ide dasarnya sebagaimana
disebutkan Tangkilisan (116) adalah bahwa Negara merupakan institusi yang legal formal dan
konstitusional yang menyelenggarakan pemerintahan dengan fungsi sebagai regulator maupun
sebagai Agent of Change.
Sebagaimana dikemukakan diatas bahwa Good Governance awalnya digunakan dalam
dunia usaha (corporate) dan adanya desakan untuk menyusun sebuah konsep dalam menciptakan
pengendalian yang melekat pada korporasi dan manajemen professionalnya, maka ditetapkan
Good Corporate Governance. Sehingga dikenal prinsip-prinsip utama dalam Governance
Corporate adalah: transparansi, akuntabilitas, fairness, responsibilitas, dan responsivitas.
Prinsip-prinsip Good Governance diatas cenderung kepada dunia usaha, sedangkan bagi
UNDP melalui LAN yang dikutip Tangkilisan (115) menyebutkan bahwa adanya hubungan
sinergis konstruktif di antara Negara, sektor swasta atau privat dan masyarakat yang disusun
dalam sembilan pokok karakteristik Good Governance, yaitu:
1. Partisipasi (Participation)
Setiap warga Negara mempunyai suara dalam formulasi keputusan, baik secara langsung
maupun intermediasi institusi legitimasi yang mewakili kepentingannya. Partisipasi
seperti ini dibangun atas dasar kebebasan berasosiasi dan berbicara secara berpartisipasi
secara konstruktif
2. Penerapan Hukum (Fairness).
Kerangka hukum harus adil dan dilaksanakan tanpa pandang bulu, terutama hukum untuk
hak azasi manusia.
3. Transparansi (Transparency)
Transparansi dibangun atas dasar kebebasan arus informasi secara langsung dapat
diterima oleh mereka yang membutuhkan. Informasi harus dapat dipahami dan dapat
dimonitor.
4. Responsivitas (Responsiveness)
Lembaga-lembaga dan proses-proses kelembagaan harus mencoba untuk melayani setiap
stakeholders.
5. Orientasi (Consensus Oreintation)
Good Governance menjadi perantara kepentingan yang berbeda untuk memperoleh
pilihan terbaik bagi kepentingan yang lebih luas, baik dalam hal kebijakan-kebijakan
6. Keadilan (Equity)
Semua warga Negara, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kesempatan untuk
meningkatkan ataupun menjaga kesejahteraan mereka dan terlibat di dalam
pemerintahan.
7. Efektivitas (Effectivness)
Proses-proses dan lembaga-lembaga menghasilkan sesuai dengan apa yang telah
digariskan dengan menggunakan sumber-sumber yang tersedia sebaik mungkin.
8. Akuntabilitas (Acoountability)
Para pembuat keputusan dalam pemerintahan, sektor swasta dan masyarakat sipil (civil
society) bertanggungjawab kepada publik dan lembaga-lembaga stakeholders.
Akuntabilitas ini tergantung pada organisasi dan sifat keputusan yang dibuat, apakah
keputusan tersebut untuk kepentingan internal atau eksternal organisasi.
9. Strategi visi (Strategic vision)
Para pemimpin dan publik harus mempunyai perspektif good governance dan
pengembangan manusia yang luas dan jauh kedepan sejalan dengan apa yang diperlukan
untuk pembangunan semacam ini.
10.Saling keterkaitan
Bawa keseluruhan ciri good governance tersebut diatas adalah saling memperkuat dan
saling terkait dan tidak berdiri sendiri. Misalnya, informasi semakin mudah diakses
berarti transparasi semakin baik, tingkat partisipasi akan semakin luas, dan proses
pengambilan keputusan akan semakin efektif. Partisipasi yang semakin luas akan
berkontribusi kepada dua hal, yaitu terhadap pertukaran informasi yang diperlukan bagi
keputusan yang ditetapkan. Tingkat legitimasi keputusan yang kuat pada gilirannya akan
mendorong efektifitas pelaksanaanya. Kelembagaan yang responsive harus transparan
dan berfungsi sesuai dengan aturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku agar
keberfungsiannya itu dapat bernilai dan berkeadilan.
Prinsip-prinsip diatas merupakan suatu karakteristik yang harus dipenuhi dalam hal
pelaksanaan good governance yang berkaitan dengan kontrol dan pengendalian, yakni
pengendalian suatu pemerintahan yang baik agar cara dan penggunaan cara sungguh-sugguh
mencapai hasil yang dikehendaki stakeholders.
Good governance berkenaan dengan masalah bagaimana suatu organisasi ditata dan
bagaimana tatanaan tersebut berproses jadi prinsipnya adalah implementasi sudah sesuai dengan
rencana, apakah hasil yang diperoleh benar-benar bermanfaat bagi masyarakat (Winarno,
2002:53).
Berkaitan dengan pemerintah yang dikelola siapa saja yang mempunyai kualifikasi
profesional mengarah kepada kinerja SDM (Sumber Daya Manusia) yang ada dalam organisasi
publik sehingga dalam penyelenggaraan good governance didasarkan pada kinerja organisasi
publik yaitu responsivitas (responsivinies), responsibilitas (responsibility), dan akuntabilitas
(accountability ).
Penerapan Good Governance kepada pemerintah adalah ibarat masyarakat memastikan
mandat, wewenang, hak dan kewajibannya telah dipenuhi dengan sebaik-baiknya. Disini dapat
dilihat bahwa arah ke-delapan dari Good Governance adalah membangun the professional
government, bukan dalam arti pemerintah yang dikelola para teknokrat, namun oleh siapa saja
yang mampu mentransfer ilmu dan pengetahuan menjadi skill dan dalam melaksanakannya
berlandaskan etika dan moralitas yang tinggi.
Agenda selanjutnya adalah good governance sebuah upaya baik untuk meningkatkan
pemerintah disetiap tingkat, namun demikian, harus disadari tujuan dari good governance untuk
menjalankan pekerjaan pemerintah yang baik yang bersih berdasarkan hukum yang berlaku agar
tidak terjadi penyimpangan atau penyelewengan dalam pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan
masyarakat
II.2 Efektivitas Kerja
Efektivitas berasal dari bahasa inggris yaitu: ”effective” yang berarti berhasil ditaati,
mengesahkan, mujarab dan mujur. Dari sederet arti diatas, yang paling tepat adalah berhasil
dengan baik. Jika seseorang dapat bekerja dengan baik maka ia dapat dikatakan bekerja dengan
efektif. Amin Tunggul Widjaya (1993:32) mengemukakan: “Efektivitas adalah hasil membuat
keputusan yang mengarahkan, melakukan sesuatu dengan benar, yang membantu memenuhi misi
suatu perusahaan atau pencapaian tujuan”. Selanjutnya Permata Wesha (1992:148) mengatakan :
Efektivitas adalah keadaan atau kemampuan berhasilnya suatu kerja yang dilakukan oleh
manusia untuk memberikan hasil yang diharapkan. Untuk melihat Efektivitas kerja, pada
umumnya dipakai empat macam pertimbangan, yaitu pertimbangan ekonomi, pertimbangan
fisiologi, pertimbangan psikologi dan pertimbangan sosial.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Efektivitas merupakan suatu
keadaan yang menunjukkan keberhasilan kerja yang ditetapkan. Efektivitas kerja adalah
tugas ditandai baik atau tidak sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana
cara melaksanakannya, dan berapa biaya yang dikeluarkan untuk itu. Hal ini lebih menekankan
pada penyelesaian tugas yang telah ditentukan sebelumnya. Sarwoto (1990:126) mengistilahkan
efektivitas dengan “berhasil guna”, yaitu pelayanan yang baik corak dan mutunya dan
benar-benar sesuai dengan kebutuhan dalam pencapaian tujuan organisasi.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa
Efektivitas kerja berhubungan dengan hasil yang telah ditentukan sebelumnya. Satu hal yang
perlu digaris bawahi adalah efektivitas kerja tidak dapat dipisahkan dengan efisiensi kerja.
Efisiensi kerja berhubungan dengan biaya, tenaga, mutu dan pemikiran. Jadi efektivitas kerja
adalah kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat dalam mencapai suatu tujuan tertentu atau
efektivitas kerja juga dapat diartikan dengan hasil guna penekannya pada efeknya, atau hasil
tanpa perlu memperdulikan pengorbanan yang perlu diberikan oleh hasil tersebut.
II.2.1 Pengukuran Efektivitas Kerja
Pada dasarnya Efektifitas kerja dimaksudkan untuk mengukur hasil pekerjaan yang
dicapai sesuai dengan rencana, sesuai dengan kebijaksanaan atau dengan kata lain mencapai
tujuan, maka hal itu dikatakan efektif. Nilai efektivitas pada dasarnya ditentukan oleh
tercapainya tujuan organisasi serta faktor kesesuaian dalam melaksanakan tugas atau
pekerjaannya. Jadi Efektifitas kerja pada tiap-tiap organisasi akan berbeda-beda antara organisasi
satu dengan organisasi yang lainnya, tergantung pada jenis dan sifat dari organisasi yang
Menurut Campel yang dikutip Richard M, Steers (1998:45)untuk mengukur Efektifitas
kerja, ada beberapa variabel yang biasa dipergunakan, yaitu:
1. Kesiagaan
Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa organisasi mampu
menyelesaikan sebuah tugas khusus jika diminta.
2. Kemangkiran
Frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan pada saat jam kerja.
3. Motivasi
Kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan berarahkan sasaran
dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang relatif terhadap hasil berbagai
pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih merupakan perasaan sedia atau rela
bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan.
4. Kepuasan kerja
Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya dalam organisasi.
Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa dihargai karena pekerjaan mereka.
5. Beban Pekerjaaan
Beban pekerjaan yang diberikan pimpinan kepada bawahan sesuai dengan kemampuan
seseorang dan sesuai dengan jumlah kelompok mereka.
6. Waktu menyelesaikan tugas
Waktu merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat penting sebab
dapat dilihat apakah waktu yang digunakan suatu organisasi sudah dijalankan dengan
II.3 Pengaruh Pelaksanaan Prinsip-Prinsip Good Governance terhadap Efektivitas Kerja
Pengelolaan dan pengendalian yang baik dari suatu organisasi publik menyangkut
pencapaian tujuan organisasi secara bersama-sama, yaitu untuk menciptakan suatu
penyelenggaraan manajemen pembangunan yang solid dan bertanggung jawab sejalan dengan
prinsip demokrasi, efisiensi, pencegahan korupsi baik secara politik maupun secara administratif.
Dengan pengertian lain Good Governance adalah proses penyelenggaraan pemerintahan yang
bersih, transparan, akuntabel oleh organisasi-organisasi pemerintah seperti organisasi publik
pemerintah Provinsi Sumatera Utara yang mencakup kepemimpinan, struktur organisasi dan
sumber daya manusianya.
Berdasarkan kajian teoritis, diindikasikan bahwa apabila pemimpin organisasi publik,
struktur organisasi dan sumber daya manusianya memahami dan menerapkan good governance
dalam melaksanakan tugasnya, maka akan tercipta prinsip Good Governance yang berpengaruh
terhadap efektivitas kerja pegawai dari organisasi itu sendiri.
II.4 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2005:70) menyebutkan “hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian”. Dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru
didasarkan pada fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data dan harus diuji
kebenarannya melalui pengujian hipotesis.
1. Hipotesis Nihil (Ho):
“Tidak ada pengaruh positif antara pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance dan
efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia”.
2. Hipotesis Alternatif (Ha):
“Ada pengaruh positif antara pelaksanaan prinsip-prinsip Good Governance dan
efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia”.
II.5 Definisi Konsep
Menurut Singarimbun, konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk
menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat
perhatian ilmu sosial. Melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan
pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan
satu sama lainnya.
Maka berdasarkan judul yang dipilih oleh peneliti, yang menjadi konsep dari peneliti ini
adalah:
1. Prinsip-prinsip Good Governance, adalah suatu karakteristik atau ukuran pokok dari
pelaksanaan penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
2. Efektivitas Kerja pegawai, adalah kemampuan menyelesaikan pekerjaan tepat waktu
sesuai yang telah diharapkan, dimana pelaksanaan suatu tugas ditandai baik atau tidak
sangat tergantung pada penyelesaian tugas tersebut, bagaimana cara melaksanakannya,
II.6 Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana variabel diukur. Adapun
variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yakni satu variabel bebas yaitu variabel
yang mempengaruhi dan satu variabel terikat yaitu variabel yang dipengaruhi.
1. Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini adalah Penerapan prinsip-prinsip Good
Governance, yang dimana penulis hanya mengambil 5 indikator dari prinsip-prinsip good
governance yaitu:
a. Akuntabilitas.
yaitu terukurnya kinerja, sumber daya dan kewenangan yang digunakan oleh
Kantor Camat Medan Helvetia.
b. Transparansi atau keterbukaan
yaitu keterbukaan informasi kepada masyarakat terkait seluruh kegiatan Kantor
Camat Medan Helvetia.
2. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah Efektivitas Kerja Pegawai, yaitu
pencapaian atau hasil kinerja dengan tingkat prestasi yang ditunjukkan pegawai.
Efektivitas kerja pegawai dapat diukur melalui indikator sebagai berikut:
Menurut Campel yang dikutip Steers untuk mengukur efektivitas kerja ada beberapa
variabel yang bisa digunakan, yaitu:
a. Kesiagaan
Penilaian menyeluruh sehubungan dengan kemungkinan bahwa organisasi
b. Kemangkiran
yaitu frekuensi kejadian-kejadian pekerja bolos dari pekerjaan pada saat jam
kerja.
c. Semangat kerja
yaitu kecenderungan anggota kerja organisasi berusaha lebih keras mencapai
sasaran organisasi termasuk perasaan terikat. Semangat kerja adalah gejala
kelompok yang melibatkan kerja sama dan perasaan memiliki.
d. Motivasi
yaitu kecenderungan seseorang individu melibatkan diri dalam kegiatan
berarahkan sasaran dalam pekerjaan. Ini bukanlah perasaan senang yang relatif
terhadap hasil berbagai pekerjaan sebagaimana halnya kepuasan, tetapi lebih
merupakan perasaan sedia atau rela bekerja untuk mencapai tujuan pekerjaan.
e. Kepuasan kerja
yaitu tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peran pekerjaannya
dalam organisasi. Tingkat rasa puas individu bahwa mereka merasa dihargai
karena pekerjaan mereka.
f. Keahlian dan fasilitas yang tersedia
yaitu kemampuan pegawai untuk menyelesaikan pekerjaannya, dan fasilitas
yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaannya.
yaitu merupakan salah satu pengukuran efektivitas kerja yang sangat penting
sebab dapat dilihat apakah waktu yang digunakan suatu organisasi sudah
dijalankan dengan sebaik-baiknya oleh setiap anggota berorganisasi.
II.7 SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan yang disusun dalam rangka memaparkan keseluruhan hasil
penelitian ini secar singkat dapat diketahui sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
penelitian,
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini memuat kerangka teori, hipotesis, defenisi konsep, defenisi operasional dan
systematika penulisan.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini terdiri dari bentuk penelitian, lokasi penelitian, populasi dan Sample teknik
pengumpulan data, teknik penentuan skor dan teknik Analisis data.
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisi gambaran umum tentang objek atau lokasi penelitian yang relefan dengan
BAB V PENYAJIAN DATA
Bab ini berisi hasil data yang diperoleh dari lapangan dan atau berupa dokumen yang
akan dianalisis.
BAB VI ANALISA DATA
Bab ini berisi tentang uraian data-data yang diperoleh setelah melaksanakan penelitian.
BAB VII PENUTUP
BAB III
METODE PENELITIAN
III.1 Bentuk Penelitian
Bentuk penelitian yang penulis gunakan adalah bentuk penelitian korelasional, yaitu
penelitian yang tujuannya adalah untuk melihat apakah ada pengaruh variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat (Y). Dan untuk memperkuat hipotesis tersebut, maka penulis menggunakan
analisis kuantitatif sehingga diharapkan dapat menjelaskan apakah ada pengaruh pelaksanaan
Good Governance terhadap efektivitas kerja pegawai di Kantor Camat Medan Helvetia.
III.2 Lokasi Penelitian
Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah Kantor Camat Medan Helvetia yang
terletak di Jalan Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas
tanah± 1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2.
III.3 Populasi dan Sampel III.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian yang dapat berupa manusia, benda,
hewan, tumbuhan, gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki
karakteristik tertentu dalam suatu penelitian. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini
III.3.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Pengambilan sebagian itu dimaksudkan sebagai refresentatif dari seluruh populasi, sehingga
kesimpulan juga berlaku bagi keseluruhan populasi.
Menurut Arikunto, bila populasi kurang dari 100 orang, maka diambil keseluruhannya,
sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika populasi lebih dari 100
orang, maka dapat diambil 10-15 persen atau 20-25 persen sampel atau lebih.
III.4 Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder, dimana dalam
pengumpulan data dilakukan dengan cara:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala yang dapat diamati dari objek penelitian. Cara-cara yang dilakukan adalah:
a) Angket (kuesioner), yaitu mengajukan pertanyaan secara tertutup yang disebarkan
kepada pegawai Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara.
b) Metode wawancara(interview), yaitu mengadakan tanya jawab langsung kepada
pihak-pihak yang terkait dan memiliki relevansi terhadap masalah penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mendukung data primer yang diperoleh dari:
a) Penelitian kepustakaan yang bersumber dari buku-buku.
b) Dokumentasi dari Dinas Pertanian Provinsi Sumatera Utara dan sumber-sumber
III.5 Teknik Penentuan Skor
Untuk menganalisa data yang diperoleh, dianalisis dengan analisis kuantitatif dengan
melihat korelasi antara variabel X dengan variabel Y. Teknik penentuan skor dalam penelitian ini
adalah dengan memakai skala ordinat untuk menilai secara umum jawaban dari angket. Adapun
penentuan skor adalah:
Untuk penentuan klasifikasi jawaban variable didasarkan atas skala interval dengan
terlebih dahulu menghitung panjang kelas (p) yang ditentukan dengan:
s banyakkela
g ren
p= tan ….
Rentang = skor maksimum – skor minimum
5
Sehingga dapat diketahui kategori jawaban responden untuk masing-masing variabel,
Kategori jawaban responden
III.6.1 Koefisien Korelasi Product Moment
Selanjutnya untuk mengetahui hubungan antara variable digunakan analisis korelasi
Product Moment sebagaiman disebutkan Sugiyono dengan rumus sebagai berikut:
(
)( )
Y = Skor Variabel terikat (Efektifitas Kerja)
n = Jumlah Responden
Untuk mengetahui adanya hubungan yang tinggi, sedang atau rendah antara kedua
variabel berdasarkan nilai r (koefisien korelasi) digunakan penafsiran atau interpretasi angka
sebagai berikut:
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00 – 0,199
0,20 – 0,399
0,40 – 0,599
0,60 – 0,799
0,80 – 1,00
Sangat Rendah
Rendah
Sedang
Kuat
Sangat Kuat
Dengan nilai r yang diperoleh, maka dapat diketahui apakah nilai r yang diperoleh berarti
atau tidak dan bagaimana tingkat hubungannya melalui tabel korelasi. Tabel korelasi
menentukan batas-batas r yang signifikan. Bila nilai r tersebut signifikan, artinya hipotesis
alternatif (Ha) diterima.
III.6.2 Koefisien Determinan
Selanjutnya untuk mengetahui besarnya hubungan variable bebas dengan variable terikat,
( )
r 2x100%D= xy
Keterangan:
D = Koefisien Determinan
r = Koefisien korelasi Product Moment antara X dan Y
III.6.3 Uji “t”
Untuk menguji keberartian koefisien antara variable, digunakan uji statistic t dengan
rumus:
2
1 2
r n r t
− − =
(Sutrisno hadi,2001:365) Kriteria pengujian adalah:
- jika harga t hitung < t tabel maka hipotesis alternatif ditolak.
BAB IV
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. GAMBARAN UMUM WILAYAH KECAMATAN MEDAN HELVETIA 1. Sejarah Terbentuknya Kecamatan Medan Helvetia
Kecamatan Medan Helvetia adalah salah satu dari 21 kecamatan yang berada di
Wilayah Kota Medan memiliki luas 1.156,147 Hadanmerupakan pecahan dari Kecamatan
Medan Sunggal.
Sebelum menjadi kecamatan defenitif terlebih dahulu melalui proses Kecamatan
Perwakilan. Sesuai dengan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor :
138/402/K/1991 tanggal 05 Pebruari 1991 dan Keputusan Walikota Medan Nomor :
138/595/SK/1991 tanggal 20 Maret 1991 dirubah namanya menjadi Perwakilan
Kecamatan Medan Helvetiadan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor : 50 Tahun
1991 didevinitifkan menjadi kecamatan Medan Helvetia yang diresmikan pada tanggal 31
Oktober 1991 yang terdiri atas 7 (tujuh) Kelurahan yaitu : Kelurahan Helvetia, Helvetia
Tengah, Helvetia Timur, Dwi Kora, Cinta Damai, Tanjung Gusta dan Sei Sikambing
C-II.
Adapun kantornya telah menempati bangunan permanen yang terletak di Jalan
Beringin X No 2 Kelurahan Helvetia Kecamatan Medan Helvetia dengan luas tanah±
1.800 m2 dan luas bangunan 375 m2 dan dibangun atas bantuan partisipasi pihak
Sejak terbentuknya Perwakilan Kecamatan Medan Helvetia dari tahun 1991
sampai sekarang, wilayah ini telah dipimpin oleh beberapa Camat. Daftar nama Camat
yang pernah memimpin di Kecamatan Medan Helvetia sejak mulai terbentuk hingga
sekarang adalah :
Tabel 1
Nama Camat yang Memimpin Kecamatan Medan Helvetia Dari Tahun 1991 - Sekarang
No Nama Pejabat Masa Bakti
1 NURHANA SIAGIAN BA 1991 – 1997
2 Drs. ZAINAL AZHAR 1997 – 2001
3 Drs. SAID CHAIDIR 2001 – 2003
4 Dra. SITI MAHRANI HASIBUAN 2003 – Desember 2009
5 M. REZA HANAFI S.STP.M.AP 2009 –2012
6 ARRAHMAAN PANE, S.STP. MAP 2012 - SEKARANG
2. Letak Geografis dan Luas Wilayah Kecamatan Medan Helvetia
Wilayah-wilayah yang berdekatan yang berbatasan langsung dengan Kecamatan
- Sebelah Utara : Kecamatan Sunggal Kab Deli Serdang
- Sebelah Selatan : Kecamatan Medan Sunggal
- Sebelah Timur : Kecamatan Medan Barat dan Medan Petisah
- Sebelah Barat :Kecamatan Sunggal Kab Deli Serdang
Kecamatan Medan Helvetia terbagi menjadi 7 (tujuh) Kelurahan dan 88
lingkungan dengan status Kelurahan Swasembada. Adapun luas wilayah Kecamatan
Berikut ini kami tampilkan Tabel Kelurahan, Lurah, Luas Lahan dan Jumlah Lingkungan di
Kecamatan Medan Helvetia hingga saat ini, yaitu:
Tabel 2
Nama Kelurahan, Lurah, Luas Lahan dan Jumlah Kepala Lingkungan Di Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011
No Kelurahan Nama Lurah
Luas wilayah
(Ha)
Lingkungan
1 Helvetia SYARIFUDDIN S, S.Sos 125 12
2 Helvetia Tengah IRFAN JAMAL ZEBUA, SE 150 22
3 Helvetia Timur ANDRY FEBRIANSYAH, S.STP, MAP 182,25 13
4 Tanjung Gusta RISWAN SIHOMBING 220 7
5 Cinta Damai RANTO NAINGGOLAN 180 8
6 Dwi Kora IRFAN ABDILLA, S.STP 200 12
7 Sei Sikambing C-II HALOMOAN PANGARIBUAN, SE 98,90 14
Salah satu faktor penting di wilayah Kecamatan Medan Helvetia secara geografis juga
berbatasan dengan wilayah Kabupaten Deli Serdang dan ini adalah letak yang sangat
strategis yaitu merupakan pintu masuk dan keluar dari wilayah Deli Serdang maupun
Kota Binjai.
3. Kependudukan
Data penduduk merupakan salah satu data pokok dalam perencanaan
pembangunan karena penduduk merupakan objek dan subjek dalam pembangunan.
a. Jumlah dan Kepadatan Penduduk
Sesuai dengan hasil registrasi penduduk Kelurahan Tahun 2008 ada kenaikan jumlah penduduk di Kecamatan Medan Helvetia dari tahun – tahun sebelumnya. Pada bulan Desember tahun 2012 jumlah penduduk yang teregritasi berjumlah 191,475 jiwa yang terdiri dari laki-laki 96,060jiwa dan perempuan 95,415 jiwa
0
Berikut ini grafik perkembangan penduduk Kecamatan Medan Helvetia dari
Tahun 2008, 2009, 2010, dan 2012.
140.000
Grafik Jumlah Penduduk Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2008 - 2012
No Nama Wilayah Jumlah Pemilik Kartu
Keluarga
Jumlah Anggota Kartu
Tabel 3
Keadaan Penduduk Kecamatan Medan HelvetiaTAHUN 2012
Sumber : data Kecamatan Medan Helvetia
b. Tenaga Kerja
Berikut ini grafik jumlah penduduk yang bekerja berdasarkan mata pencaharian di
Kecamatan Medan Helvetia pada tahun 2012.
c. Agama
Mayoritas penduduk di Kecamatan Medan Helvetia ini pada tahun 2012.
Islam berjumlah 125.518 jiwa (65,47%),
Protestan 54.415 jiwa (28,51%),
Katolik 6.352 jiwa (3,46%),
Hindu 516 jiwa (0,26%),
Budha 3.771 jiwa (2.31%),
0,24% 8,95%
35,69% 0,12%
0,29%
0,16% 54,55%
Berikut ini Grafik persentase penduduk berdasarkan agama di Kecamatan Medan
Helvetia Tahun 2012.
Kecamatan / Kelurahan Islam Kristen Katholik Hindu Budha Konghuchu Aliran
Fasilitas Rumah Ibadah di Kecamatan Medan Helvetia
Tahun 2012
No Rumah Ibadah Jumlah Keterangan
1 MESJID 51
2 MUSHOLLA 20
3 GEREJA 31
4 PURA -
JUMLAH 102
Islam
Protestan
Katolik
Hindu
d. Etnis
Penduduk Kecamatan Medan Helvetia cukup heterogen, terbukti dengan
banyaknya suku/etnis yang hidup dan tinggal di wilayah Kecamatan Medan Helvetia ini.
Adapun suku bangsa yang terbesar adalah :
Suku Jawa dengan jumlah 56.267 jiwa (34.42%),
Suku Tapanuli Utara 42952 jiwa (26,28%),
Suku Mandailing 14813 jiwa (9,06 %),
Suku Melayu 12876 jiwa ( 7,88 %),
Suku Karo 10511 jiwa (6,43 %),
Suku Aceh 8899 jiwa (5,44 %),
Suku Minang 8745 jiwa (5,35 %),
Suku Dairi 3780 jiwa (2.31 %),
dansuku lainnya sebesar 2.82%.
4. Struktur Organisasi dan Tata Kerja
Di dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, Camat Kecamatan Medan Helvetia selalu berpedoman kepada Tugas dan Fungsi serta Visi dan Misi yang ada.
a. Tugas Pokok dan Fungsi
Camat mempunyai tugas melaksanakan kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan
oleh Walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah dan menyelenggarakan
tugas umum pemerintahan.Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada pasal
Camat mempunyai fungsi :
1. Mengkoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
2. Mengkoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum.
3. Mengkoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan.
4. Mengkoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.
5. Mengkoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat
Kecamatan.
6. Membina penyelenggaraan pemerintahan kelurahan.
7. Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup tugasnya
dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan kelurahan.
8. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan tugas dan
fungsinya.
b. Visi dan Misi • Visi
Visi adalah cara pandang jauh kedepan, kemana instansi pemerintah harus
dibawa agar dapat eksis, antisipatif dan inovatif. Secara umum visi adalah
pandangan ideal masa depan yang ingin diwujudkan oleh Kantor Kecamatan
Medan Helvetia Kota Medan. Penetapan visi mencerminkan apa yang ingin
dicapai, memberikan arah dan fokus strategis yang jelas, berorientasi terhadap
masa depan dan selanjutnya diharapkan mampu menumbuhkan komitmen
dilingkungan kantor Kecamatan Medan Helvetia.
Dengan berpedoman pada visi RPJMD Pemko Medan 2011-2015dan
mendukung pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan tahun 2011-2015, maka
visi Kecamatan Medan Helvetia Tahun 2011-2015 ditetapkan sebagai berikut:
MEWUJUDKAN KECAMATAN MEDAN HELVETIA SEBAGAI MINIATUR
KOTA MEDAN YANG BERDAYA SAING, NYAMAN, PEDULI, DAN
SEJAHTERA
Miniatur Kota Medan yang berdaya saing, nyaman, peduli, dan sejahtera
mengandung makna bahwa seluruh masyarakat Medan Helvetia mampu
menghadapi tantangan globalisasi di tengah-tengah masyarakat luas serta mampu
menciptakan kenyamanan lingkungan sekitarnya walaupun masyarakat
Kecamatan Medan Helvetia terdiri dari berbagai macam ragam suku etnis dan
agama serta tingginya kepedulian kepada sesama tanpa membeda-bedakan satu
dengan lainnya sehingga tercipta kesejahteraan di tengah-tengah masyarakat
Kecamatan Medan Helvetia.
• Misi
Misi adalah sesuatu yang harus diemban atau dilaksanakan oleh
organisasi, sesuai visi yang telah ditetapkan, agar tujuan organisasi dapat
terlaksana dan berhasil dengan baik.Untuk mencapai visi tersebut di atas, maka
Kecamatan Medan Helvetiamenjabarkannya dalam beberapa Misi yang akan
dilaksanakan selama periode Renstra Tahun 2011-2015 adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan Pelayanan prima kepada masyarakat.
• Tujuan Dan Sasaran Kecamatan Medan Helvetia
Dengan memperhatikan Visi dan Misi Kecamatan Medan Helvetia Tahun
2011-2015, tujuan dan sasaran yang akan dicapai dalam lima tahun mendatang adalah
sebagai berikut:
1. MisiPertama:Meningkatkan pelayanan prima kepada masyarakat. Dengan
tujuan :
a. Meningkatkan Kualitas pelayanan administrasi Pemerintahan bagi
masyarakat kecamatan Medan Helvetiadengan sasaran :
Meningkatkan pembinaan dan pengawasan terhadap kinerja aparatur
pelayanan publik di Kelurahan dan Kecamatan Medan Helvetia.
b. Meningkatkan SDM Aparatur Pelayanan Publik dengan sasaran:
Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan aparatur pelayanan publik di
Kelurahan dan Kecamatan Medan Helvetia.
c. Meningkatkan koordinasi dan konsulidasi lintas sektoral dibidang
Pemerintahan dan Pembangunan Kecamatan Medan Helvetia dengan
sasaran :
Meningkatkan peran serta instansi lintas sektoral dalam pembangunan
kecamatan.
2. Misi Kedua :
Meningkatkan keamanan dan ketertiban masyarakat Kecamatan Medan
a. Meningkatkan situasi kehidupan yang nyaman di tingkat Kelurahan dan
Kecamatan dengan sasaran :
Meningkatnya efektivitas implementasi pelaksanaan ketentuan
perundang-undangan tentang hewan berkaki empat
b. Meningkatnya efektivitas implementasi pelaksanaan peraturan daerah
tentang IMB
c. Meningkatnya kerukunan, suasana kehidupan yang harmonis dan saling
menghormati baik intern maupun antar umat beragama.
c. Struktur Organisasi 5. Kepegawaian
Daftar Nama Pegawai pada Kantor Camat Medan Helvetia Tahun 2013
NO Nama/NIP JABATAN
1. ARRAHMAA PANE, S.STP. MAP
19790621 199711 1 0001
CAMAT
2. SUSI AGUSTINA, S.Sos
19690823 198903 2 002
SEKCAM
3. UNTUNG S MANURUNG, S.Sos
19770709 199803 1 002
KASI PMK
19630202 198602 1 003
5. ERWIN SALEH, SSTP
19830324 200212 1 003
KASI PEMERINTAHAN
6 ABDILLAH H. PURBA, SSTP
19830714 200112 1 001
KASI KESSOS
7 MUHAMMAD LUDFI, ST
19740606 200903 1 004
KASUBBAG
UMUM
8. NORA SONDANG, SH
19820610 200604 2 007
KASUBBAG
PENRAM
9. MUHAMMAD RIDHOI PURBA, SE
19820508 200902 1 007
KASUBBAG
KEUANGAN
10. TIROSMA SILITONGA
19701111 199403 2 002
BENDAHARA
11. ZAIRUL LAHMY LUBIS, SE
19770630 201101 1 014
STAF KESOS
12. SEPTIKA EKA RAHAYU
19860901 201001 2 018
STAF PEMERINTAHAN
19720111 200801 1 003
14. ZULFIKAR, Amd
19751224 201001 1 008
STAF KESOS
15. NELIWATI
19730912 200701 2 006
STAF UMUM
16. DIANA VIERA
19720525 200701 2 029
BEND. PENYIMPAN
BARANG
17. SRI HANIFAH
19730928 200701 2 002
STAF PEMERINTAHAN
18. MUHAMMAD FADLI
19840930 201101 1 021
STAF TRANTIB
19. R. DEDI HANDOKO
19781128 200701 1 023
STAF TRANTIB
20. ABDULLAH
19620615 200701 1 019
STAF TRANTIB
21. SAID STAF TRANTIB
(HONORER)
23. ANDHIKA PRIHATIN STAF PEMERINTAHAN
(HONORER)
24. SYAHRIL RAMADHAN
SEMBIRING KELOKO, SE
STAF KECAMATAN
(HONORER)
25. AWALLUDDIN STAF KECAMATAN
(HONORER)
Personil Kelurahan, Lurah dan Jumlah PNS Kelurahan Di Kecamatan Medan Helvetia
No Kelurahan Nama Lurah Jlh
PNS
Keterangan
1 Helvetia Syarifuddin S, S.Sos 7
2 Helvetia Tengah Irfan Zamal Zebua, SE 9
3 Helvetia Timur Andry Febriansyah, S.STP, MAP 6
4 Tanjung Gusta Riswan Sihombing 6
Irfan Abdilla, S.STP
Halomoan Pangaribuan, SE
8
6
6. Dinas/Instansi Kecamatan Medan Helvetia
Dalam melaksanakan tugas tersebut di atas, tidak terlepas dari unsur Muspika serta
instansi vertikal dan lintas sektoral sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun
1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah.
• Koramil 07/MT
• Kapolsekta Medan Helvetia
• Kacabdiknas
• Puskesmas/Puskesmas Pembantu
• Kantor Urusan Agama
• Pengawas PLKB
• Mantri Statistik
BAB V
PENYAJIAN DATA
Penulis akan menyajikan hasil penelitian yang telah dilakukan selama penulisan skripsi
ini dengan menyebarkan kuesioner. Adapun variabel penelitian yaitu
a. Variabel bebas / Good Governance (X) terdiri atas 12 pertanyaan.
b. Variabel terikat / Efektifitas Kerja (Y) terdiri atas 14 pertanyaan.
Dalam bab ini digambarkan data – data yang diperoleh. Penguraian berupa data
karakteristik responden dan data variabel penelitian yang menggunakan tabel tunggal. Data yang
diperoleh tergolong dalam skala ordinal yang didapat dari sampel sebanyak 25 orang.
A. Kriteria Responden
Penyajian karakteristik responden bertujuan untuk mengenal ciri – ciri khusus yang dimiliki
responden sehingga meudahkan untuk mengadakan analisis.