SKRIPSI
Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility
terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013
OLEH
INDAH KHAIRUNNISAK
110503311
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
DEPARTEMEN STRATA I AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya
bahwa skripsi saya yang berjudul
“
Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada PerusahaanManufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013
“
adalah benar
hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna
menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Sumatera Utara.
Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga,
dan/ atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/ atau
dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam
skripsi ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Medan, Juli 2015
Yang Membuat Pernyataan,
Indah Khairunnisak
NIM: 110503311
ABSTRAK
Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility
terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Jumlah
Dewan Komisaris, Jumlah Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit dan Corporate
Social Responsibility secara parsial dan simultan terhadap Tindakan Pajak
Agresif.
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan
penulis adalah metode dokumenter yaitu pengumpulan data yang dilakukan
dengan mempelajari catatan-catatan atau dokumen perusahaan (data sekunder)
serta studi pustaka dari berbagai literatur dan sumber- sumber lainnya yang
memberikan informasi tentang
Good Corporate Governance
dan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang bersangkutan.
. Metode analisis data yang digunakan metode analisa kuantitatif yaitu
dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh
sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah
yang dihadapi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan
bahwa Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara variabel independen Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran
Dewan Direksi,
Jumlah Komite Audit
, dan
Corporate Sosial Responsibility
(CSR)
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Tindakan Pajak Agresif
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing perusahaan walaupun masih terdapat beberapa
kendala dalam penerapan sistem yang digunakan.
ABSTRACT
Effect of Good Corporate Governance and Corporate Social Responsibility
to Aggressive Tax Measures On Manufacturing Company Listed in
Indonesia Stock Exchange Period 2011 -2013
This study aims to determine how the influence of Total Board of
Commissioners, Board of Directors Number, Number of Audit Committee and
Corporate Social Responsibility partially and simultaneously to Aggressive Tax
Measures.
Types of research by the author is a descriptive study. Data used is secondary
data. Data collection techniques by the author is the documentary method of data
collection is done by studying the records or documents of the company
(secondary data) as well as literature from the literature and other sources that
provide information about good corporate governance and disclosure of
corporate social responsibility concerned.
Data analysis method used quantitative analysis method is to collect,
process, and interpret the data obtained so as to give correct and complete
information for solving the problems encountered.
Based on the results of research conducted, the authors conclude that
Simultaneously, the results of this study indicate that there is a significant
relationship between the independent variable size of the Board of
Commissioners, Board Size, Number of Audit Committee, and the Corporate
Social Responsibility (CSR) have a significant effect on the dependent variable
Actions Aggressive Tax manufacturing companies listed in Indonesia Stock
Exchange, tailored to the needs of each company although there are still some
obstacles in the implementation of the system used.
Keywords:
Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility,
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberi rahmat, berkat, kesehatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat
menyelesaian skripsi ini guna memperoleh Sarjana Ekonomi Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis telah banyak
menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak selama
penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan,
yaitu kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac., Ak., C.A., selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, M.A.F.I.S., Ak., selaku Ketua
Departemen S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera
Utara dan Bapak Drs. Hotmal Jafar, M.M., Ak., selaku Sekretaris Departemen S1
Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
3. Bapak Firman Syarif, S.E., M.Si., selaku Ketua Program Studi S1 Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara . Terima kasih untuk
bimbingan dan arahannya selama ini. Dan Ibu Mutia Ismail, S.E., M.M., Ak.,
selaku Sekretaris Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara sekaligus Dosen Penguji penulis.
kasih sayang yang secara ikhlas diberikan selama proses penyusunan dan
penyelesaian skripsi ini dari Bapak dan Ibu.
5. Kepada semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan skripsi ini,
khususnya David, Gordon, Kosasi, Raffica, Widya dan GP. Terima kasih atas
bimbingan, arahan, dukungan dan bantuan dalam memberikan data penelitian
untuk penulis sehingga skripsi ini bisa diselesaikan dengan baik dan terarah.
6. Kepada kedua orangtua penulis,H. Alharis Lubis S.E dan Hj. Hamidah dan
ketiga adik-adik penulis, Sarah Harisha , Tria Risha dan M. Fauzan Harun .
Terima kasih atas segala curahan kasih sayang melalui perhatian, doa, dukungan,
dan pengorbanan yang selama ini telah diberikan, motivasi utama penulis untuk
terus berprestasi dan berusaha menjadi yang terbaik.
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ... ii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
BAB I PENDAHULUAN... 1
1.1
Latar Belakang ... 1
1.2
Rumusan Masalah ... 6
1.3
Tujuan Penelitian ... 6
1.4
Manfaat Penelitian ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1
Tinjauan Teoritis ... 8
2.1.1 Teori Agensi ... 8
2.1.2 Pajak Agresif ... 8
2.1.3
Good Corporate Governance
... 11
2.1.4
Corporate Social Responsibility
(CSR) ... 23
2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 30
2.3
Kerangka Konseptual ... 32
2.4
Hipotesis ... 35
BAB III METODE PENELITIAN ... 36
3.1
Jenis Penelitian ... 36
3.2
Jenis dan Sumber Data ... 36
3.2.1 Jenis data ... 36
3.2.2 Sumber data ... 36
3.3
Teknik Pengumpulan Data ... 37
3.4
Populasi dan Sampel ... 37
3.5
Metode Penganalisis Data ... 38
3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik ... 39
3.5.2 Uji Hipotesis ... 43
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 45
4.1
Statistik Deskriptif ... 45
4.2
Uji Asumsi Klasik ... 46
4.2.1 Uji Normalitas ... 47
4.2.2 Uji Hipotesis ... 55
4.3
Pembahasan Hasil Penelitian ... 61
4.3.1 Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris terhadap Tindakan Pajak
Agresif ... 61
4.3.2 Pengaruh Ukuran Dewan Direksi terhadap Tindakan Pajak
Agresif ... 62
4.3.3 Pengaruh Komite Audit terhadap Tindakan Pajak Agresif .. 63
4.3.4 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Tindakan
Pajak Agresif ... 63
5.1
Kesimpulan... 65
5.2
Keterbatasan Hasil Penelitian ... 67
5.3
Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA ... 69
DAFTAR TABEL
No.Tabel Judul Halaman
2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
39
3.1
Rekonsiliasi Sampel
45
3.2
Sampel Penelitian
45
4.1
Statistik Deskriptif
60
4.2
Uji Statistik
65
4.3
Uji multikolinearitas
66
4.4
Uji Autokorelasi
68
4.5
Uji Determinasi
71
4.6
Uji F
72
DAFTAR GAMBAR
2.1
Struktur Corporate Governance
………
23
2.2
The Anglo-American system atau Single-board System
26
2.3
Continental Europe System atau Dual-board system
27
2.4
Dual-board sistem yang berlaku di Indonesia
29
2.5
Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40
30
2.6 Kategori Perusahaan Berdasarkan Profit Perusahaan dan
Anggaran CSR
37
2.7
Kategori Perusahaan Berdasarkan Tujuan CSR
38
2.8
Kerangka Konseptual
42
4.1
Grafik Histogram
63
No.Gambar
Judul
Halaman
ABSTRAK
Pengaruh Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility
terhadap Tindakan Pajak Agresif Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011 -2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh Jumlah
Dewan Komisaris, Jumlah Dewan Direksi, Jumlah Komite Audit dan Corporate
Social Responsibility secara parsial dan simultan terhadap Tindakan Pajak
Agresif.
Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian deskriptif. Jenis data
yang digunakan adalah data sekunder. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan
penulis adalah metode dokumenter yaitu pengumpulan data yang dilakukan
dengan mempelajari catatan-catatan atau dokumen perusahaan (data sekunder)
serta studi pustaka dari berbagai literatur dan sumber- sumber lainnya yang
memberikan informasi tentang
Good Corporate Governance
dan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan yang bersangkutan.
. Metode analisis data yang digunakan metode analisa kuantitatif yaitu
dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh
sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap untuk pemecahan masalah
yang dihadapi.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, penulis dapat menyimpulkan
bahwa Secara simultan, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh
yang signifikan antara variabel independen Ukuran Dewan Komisaris, Ukuran
Dewan Direksi,
Jumlah Komite Audit
, dan
Corporate Sosial Responsibility
(CSR)
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen Tindakan Pajak Agresif
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, disesuaikan
dengan kebutuhan masing-masing perusahaan walaupun masih terdapat beberapa
kendala dalam penerapan sistem yang digunakan.
ABSTRACT
Effect of Good Corporate Governance and Corporate Social Responsibility
to Aggressive Tax Measures On Manufacturing Company Listed in
Indonesia Stock Exchange Period 2011 -2013
This study aims to determine how the influence of Total Board of
Commissioners, Board of Directors Number, Number of Audit Committee and
Corporate Social Responsibility partially and simultaneously to Aggressive Tax
Measures.
Types of research by the author is a descriptive study. Data used is secondary
data. Data collection techniques by the author is the documentary method of data
collection is done by studying the records or documents of the company
(secondary data) as well as literature from the literature and other sources that
provide information about good corporate governance and disclosure of
corporate social responsibility concerned.
Data analysis method used quantitative analysis method is to collect,
process, and interpret the data obtained so as to give correct and complete
information for solving the problems encountered.
Based on the results of research conducted, the authors conclude that
Simultaneously, the results of this study indicate that there is a significant
relationship between the independent variable size of the Board of
Commissioners, Board Size, Number of Audit Committee, and the Corporate
Social Responsibility (CSR) have a significant effect on the dependent variable
Actions Aggressive Tax manufacturing companies listed in Indonesia Stock
Exchange, tailored to the needs of each company although there are still some
obstacles in the implementation of the system used.
Keywords:
Good Corporate Governance, Corporate Social Responsibility,
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk keperluan
negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak penghasilan yang
disetorkan perusahaan kepada negara merupakan proses transfer kekayaan dari
pihak perusahaan (khususnya pemilik) kepada negara, sehingga dapat dikatakan
pembayaran pajak penghasilan ini merupakan biaya bagi perusahaan dan pemilik
perusahaan. Oleh karenanya pemilik perusahaan diduga akan cenderung lebih
suka manajemen perusahaan melakukan tindakan pajak agresif.
“Pajak penghasilan yang disetorkan perusahaan kepada negara merupakan
proses transfer kekayaan dari pihak perusahaan (khususnya pemilik) kepada
negara, sehingga dapat dikatakan pembayaran pajak penghasilan ini merupakan
biaya bagi perusahaan dan pemilik perusahaan. Pemilik perusahaan diduga akan
cenderung lebih suka manajemen perusahaan
melakukan tindakan pajak agresif”
(Chen et al. 2010). “
Tindakan pajak agresif adalah suatu tindakan yang ditujukan untuk
menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak baik menggunakan cara
yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion” (Frank et al. 2009). Walau tidak
semua tindakan yang dilakukan melanggar peraturan, namun semakin banyak
celah yang digunakan perusahaan maka perusahaan tersebut dianggap semakin
agresif.
mempengaruhi tingkat pajak agresif. Masalah keagenan dalam perusahaan tidak
selalu sama tingkatannya. Perbandingan tingkat keagresifan pajak perusahaan
keluarga dengan perusahaan non-keluarga tergantung dari seberapa besar efek
manfaat atau biaya yang timbul dari tindakan pajak agresif tersebut terhadap
pemilik perusahaan yang berasal dari keluarga pendiri (
family owners),
atau efek
yang diterima manajer dalam perusahaan non-keluarga.” ( Sari dan Martani 2010)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ternyata tingkat keagresifan pajak
perusahaan keluarga lebih kecil daripada perusahaan non-keluarga. Hal ini terjadi
karena diduga
family owners
lebih rela membayar pajak lebih tinggi, daripada
harus membayar denda pajak dan menghadapi kemungkinan rusaknya reputasi
perusahaan akibat audit dari fiskus pajak. Fiskus pajak merupakan petugas
pemeriksa pajak. Perusahaan non-keluarga memiliki tingkat keagresifan pajak
yang lebih tinggi daripada perusahaan keluarga, diduga terjadi karena masalah
keagenan lebih besar terjadi pada perusahaan non-keluarga ( Chen et al. 2010).
“Saat kepemilikan dan manajemen terpisah, terjadilah proses kontrak kerja dan
pengawasan yang tidak sempurna. Ketidaksempurnaan ini menimbulkan suatu
kesempatan bagi manajer untuk melakukan tindakan yang oportunis, sehingga
menimbulkan masalah
corporate governance
(Sari dan Martani. 2007).
Realita yang dapat mendukung sudah merambahnya tindakan pajak agresif
yang dilakukan perusahaan adalah adanya pernyataan yang disampaikan oleh
Direktur Jenderal Pajak Kementerian Keuangan, Fuad Rahmany, menyatakan
beliau mengatakan bahwa “penerimaan pajak seharusnya bisa mencapai kisaran
Semua sektor mengalami perubahan yang signifikan di era globalisasi
sekarang ini terutama adalah sektor ekonomi dan bisnis. Beberapa perubahan yang
terjadi menuntut perusahaan-perusahaan berusaha untuk memperbaiki dan
meningkatan kinerjanya. Sulistyanto & Lidyah (2002) dalam artikelnya
memaparkan bahwa dalam rangka
economy recovery
, pemerintah Indonesia dan
International Monetary Fund (IMF) memperkenalkan konsep
good corporate
governance
(GCG) sebagai tata cara kelola perusahaan yang sehat.
Penerapan
corporate governance
dalam menentukan kebijakan perpajakan
yang akan digunakan oleh perusahaan berkaitan dengan pembayaran pajak
penghasilan perusahaan. Pembayaran pajak penghasilan didasarkan pada besarnya
laba yang diperoleh perusahaan. Perusahaan tentunya selalu menginginkan laba
yang besar, namun laba besar akan dikenakan beban pajak yang besar. Beban
pajak yang besar menyebabkan perusahaan akan berusaha untuk melakukan
penghindaran pajak dengan risiko yang kecil.
Sebuah perusahaan merupakan Wajib Pajak sehingga kenyataannya bahwa
suatu aturan struktur
corporate governance
mempengaruhi cara sebuah
perusahaan dalam memenuhi kewajiban pajaknya, tetapi di sisi lain perencanaan
pajak tergantung pada dinamika
corporate governance
dalam suatu perusahaan
(Friese, Link dan Mayer, 2006).
untuk menciptakan nilai tambah (
value added
) untuk semua
stakeholder
(Dharmapala, 2008 ). Pedoman GCG diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan
Governance
(KNKG) pada tahun 2006 di Indonesia. Pedoman ini diterbitkan
karena adanya dorongan dari kesadaran individu-individu pelaku bisnis untuk
menjalankan praktik bisnis yang mengutamakan kelangsungan hidup perusahaan,
kepentingan
stakeholders
, dan menghindari cara-cara menciptakan keuntungan
sesaat.
Perusahaan yang telah melaksanakan
corporate governance
dengan baik
sudah seharusnya melaksanakan aktivitas
corporate social responbility
(CSR)
sebagai wujud kepedulian perusahaan pada lingkungan sosial (Rustiarini, 2010).
Besarnya bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap lingkungannya,
menimbulkan perhatian dan minat para investor menjadi meningkat karena
mereka cenderung menyukai perusahaan yang memiliki citra yang baik di
masyarakat.
Penerapan
Corporate Sosial Responsibily
(CSR) merupakan salah satu
bentuk implementasi dari konsep GCG. Di Indonesia, CSR diatur ketat dalam
regulasi melalui Pasal 74 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas
yang berbunyi “Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/
atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab
sosial dan lingkungan”. Pasal 15 huruf (b) UU No. 25 Tahun 2007 Tentang
Penanaman Modal juga mengatur mengenai CSR yang berbunyi “Setiap
Pada tanggal 17 Oktober 2013, 7 (tujuh) instansi yang bekerja sama yaitu
Bapepam dan LK, Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Direktorat Jenderal
Pajak, Komite Nasional Kebijakan
Governance
, PT. Bursa Efek Indonesia, dan
Ikatan Akuntan Indonesia menyelenggarakan acara Malam Penganugerahan
Annual Report Award
(ARA) 2012 kepada perusahaan Indonesia. ARA bertujuan
untuk melakukan penilaian atas kualitas keterbukaan informasi dan penerapan
GCG dalam laporan tahunan dengan mengacu pada ketentuan dan pedoman yang
berlaku secara nasional maupun internasional. Prinsip-prinsip dalam GCG yaitu
kewajaran, akuntabilitas, transparansi, kemandirian dan
responsibility
menjadi
penting karena penerapan prinsip GCG secara konsisten terbukti dapat
meningkatkan kualitas laporan keuangan (Wibisono, 2003). Di Indonesia sendiri,
isu-isu
mengenai corporate governance, corporate social responbility,
dan
tax
avoidance
merupakan hal yang sangat menarik untuk diperbincangkan mengingat
Indonesia menganut sistem
self assessment
dalam pembayaran pajaknya sehingga
ada kemungkinan wajib pajak untuk melakukan tindakan perencanaan pajak.
Namun penelitian mengenai pengaruh corporate governance dan
corporate social
responbility
terhadap
tax avoidance
masih terbatas dilakukan di Indonesia.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perlu diadakan penelitian
untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel
good corporate governance,
corporate social responsibility
terhadap tindakan pajak agresif, maka dalam
penelitian ini mengambil kasus pada perusahaan manufaktur selama periode
tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Maka dalam penelitian ini mengambil
Responsibility
terhadap Tindakan Pajak Agresif pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2013
.”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah :
1
Apakah Jumlah Dewan Komisaris berpengaruh terhadap Tindakan
Pajak Agresif?
2
Apakah Jumlah Dewan Direksi berpengaruh terhadap Tindakan
Pajak Agresif?
3
Apakah Jumlah Komite Audit berpengaruh terhadap Tindakan
Pajak Agresif?
4
Apakah
Corporate Social Responsibility
berpengaruh terhadap
Tindakan Pajak Agresif ?
5
Apakah Jumlah Dewan Komisaris, Jumlah Dewan Direksi, Jumlah
Komite Audit dan Corporate Social Responsibility berpengaruh
secara parsial dan simultan terhadap Tindakan Pajak Agresif?
1.3
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah :
1.
Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Dewan Komisaris terhadap Tindakan
Pajak Agresif.
3.
Untuk mengetahui pengaruh Jumlah Komite Audit terhadap Tindakan
Pajak Agresif.
4.
Untuk mengetahui pengaruh
Corporate Social Responsibility
terhadap
Tindakan Pajak Agresif.
5.
Untuk mengetahui Jumlah Dewan Komisaris, Jumlah Dewan Direksi,
Jumlah Komite Audit dan Corporate Social Responsibility berpengaruh
secara parsial dan simultan terhadap Tindakan Pajak Agresif.
1.4
Manfaat Penelitian
Kegunaan Penelitian ini adalah :
1
. Bagi Peneliti
Diharapkan mampu menambah pengetahuan dan wawasan dalam mengenai
pengaruh
Good corporate Governance, Corporate Social Responsibility
terhadap Tindakan Pajak Agresif.
2
. Bagi Para Akademis
Dapat digunakan sebagai informasi dan pengembangan untuk penelitian
selanjutnya, serta sebagai penambah khasanah baca bagi mahasiswa.
3
. Bagi Mahasiswa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tinjauan Teoritis
2.1.1 Teori Agensi
Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan hubungan agensi terjadi
ketika satu orang atau lebih (
principal
) mempekerjakan orang lain (
agent
)
untuk memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang
pengambilan keputusan.
Agency theory
mengasumsikan bahwa setiap
manusia memiliki sifat egois yaitu mementingkan kepentingan diri sendiri.
Pemegang saham akan fokus pada peningkatan nilai sahamnya sedangkan
manajer fokus pada pemenuhan kepentingan pribadi yaitu memaksimalkan
pemenuhan kebutuhan ekonomi dan psikologisnya. Adanya benturan
kepentingan antara keduanya inilah yang memicu munculnya
agency theory
.
2.1.2 Pajak Agresif
Definisi tindakan pajak agresif dalam penelitian ini mengacu pada
pengertian pajak agresif yang digunakan, yaitu suatu tindakan yang
bertujuan untuk menurunkan laba kena pajak melalui perencanaan pajak
baik menggunakan cara yang tergolong atau tidak tergolong tax evasion.
Tax evasion merupakan hambatan-hambatan yang terjadi dalam
pemungutan pajak sehingga berkurangnya penerimaan kas negara. Dalam
penelitian ini, tindakan pajak agresif mempunyai lima komponen
pengukuran, yaitu effective tax rate (ETR), cash effective tax rate (CETR),
book-tax difference Manzon-Plesko (BTD_MP), book-tax difference
Desai-Dharmapala (BTD_DD) dan tax planning (TAXPLAN). ETR digunakan
karena dianggap dapat merefleksikan perbedaan tetap antara perhitungan
laba buku dengan laba fiskal (Frank et al. 2009).
kemungkinan perusahaan mendapatkan sanksi/ penalti dari fiskus pajak, dan
turunnya harga saham perusahaan, rusaknya reputasi perusahaan akibat
audit dari fiskus pajak, penurunan harga saham dikarenakan pemegang
saham lainnya mengetahui tindakan pajak agresif yang dijalankan manajer
dilakukan dalam rangka rent extraction.
Sari dan Martani (2010) juga menyatakan suatu agresivitas pelaporan
pajak adalah situasi ketika perusahaan melakukan kebijakan pajak tertentu
dan suatu hari terdapat kemungkinan tindakan pajak tersebut tidak akan
diaudit atau dipermasalahkan dari sisi hukum, namun tindakan ini berisiko
karena ketidakjelasan posisi akhir ( apakah tindakan pajak tersebut dianggap
melanggar atau tidak melanggar hukum yang berlaku).
2.1.2.1 Keuntungan dan Kerugian dari Tindakan Pajak Agresif
Sebelum memutuskan untuk melakukan suatu tindakan pajak agresif
pembuat keputusan (manajer) akan memperhitungkan keuntungan dan
kerugian dari tindakan yang akan dilakukan. Ada tiga keuntungan tindakan
pajak agresif menurut Chen et al. 2010 adalah :
1. Keuntungan berupa penghematan pajak yang akan dibayarkan perusahaan
kepada negara, sehingga jumlah kas yang dinikmati pemilik/pemegang saham
dalam perusahaan menjadi lebih besar.
2. Keuntungan bagi manajer (baik langsung maupun tidak langsung) yang
mendapatkan kompensasi dari pemilik/pemegang saham perusahaan atas tindakan
pajak agresif yang dilakukannya.
3. Keuntungan bagi manajer adalah mempunyai kesempatan untuk melakukan
rent extraction.
1. Kemungkinan perusahaan mendapatkan sanksi/penalti dari fiskus pajak, dan
turunnya harga saham perusahaan.
2. Rusaknya reputasi perusahaan akibat audit dari fiskus pajak.
3. Penurunan harga saham dikarenakan pemegang saham lainnya mengetahui
tindakan pajak agresif yang dijalankan manajer dilakukan dalam rangka
rent
extraction
.
Zuber (2007) menyatakan:
“
Between tax avoidance and tax evasion, there exist potential gray area of
aggressiveness. This gray area exists because there are tax shelters beyond what
is specifically allowed by the tax law and the tax law does not specifically address
all possible tax transaction. A bright line does not exist between tax avoidance
and tax evasion because neither term adequately describes all transactions.
Therefore, aggressive transactions and decision-making may potentially become
either tax avoidance or tax evasion i
ssues.”
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa transaksi dan pengambilan
keputusan yang agresif mungkin secara potensial dapat menjadi masalah
penghindaran pajak maupun penggelapan pajak.
2.1.3
Good Corporate Governance
proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan etika berusaha.
Menurut
Surat
Keputusan
Menteri
BUMN
Nomor.
KEP-01/MBU/2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik
(
Good Corporate Governance
) terdapat 5 prinsip yang dikemukan yaitu
transparansi
(
transparency
),
akuntabilitas
(
accountability
),
pertanggungjawaban (
responsibility
), kemandirian (
independency
) dan
kewajaran (
fairness
). Prinsip-prinsip tersebut sangat diperlukan dalam
penerapan GCG dikarenakan sangat berkaitan dengan penyajian laporan
keuangan suatu perusahaan.
Organization for Economic Cooperation and Development
(OECD)
menyatakan bahwa
corporate governance
adalah suatu struktur hubungan
yang memiliki keterkaitan dengan tanggung jawab diantara pihak-pihak
terkait yang terdiri dari pemegang saham, anggota dewan direksi dan
komisaris termasuk manajer yang dibentuk untuk mendorong terciptanya
suatu kinerja yang kompetitif yang diperlukan dalam mencapai tujuan utama
suatu perusahaan.
Manfaat penerapan GCG ini tidak akan didapat oleh perusahaan tanpa
terlaksananya prinsip-prinsip dalam GCG tersebut. Namun prinsip-prinsip
GCG tersebut juga tidak akan terlaksana dengan baik tanpa adanya organ
perusahaan sebagai pelaksana kegiatan dalam perusahaan. Organ
perusahaan tersebut yang nantinya akan melaksanakan tugas dan fungsinya
sehingga bisa mencapai tujuan bersama perusahaan.
Menurut Komite Nasional Kebijakan
Governance
(KNKG) (2006),
organ perusahaan terdiri dari:
1.
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Penyelenggaraan RUPS
merupakan tanggung jawab Direksi. Untuk itu, Direksi harus
mempersiapkan dan menyelenggarakan RUPS dengan baik dan
dengan berpedoman pada butir 1 dan 2 diatas. Dalam hal Direksi
berhalangan, maka penyelenggaraan RUPS dilakukan oleh
Dewan Komisaris atau pemegang saham sesuai dengan
peraturan perundang-undangan dan anggaran dasar perusahaan.
2.
Dewan Komisaris sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan
dan memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan
bahwa perusahaan melaksanakan GCG. Dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya, dewan komisaris dapat membentuk suatu
komite. Adapun komite penunjang dewan komisaris yaitu
komite audit, komite Nominasi dan Remunerasi, Komite
Kebijakan
Risiko,
dan
Komite
Kebijakan
Corporate
Governance
.
3.
Dewan Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan
bertanggung jawab secara kolegial dalam mengelola perusahaan.
2.1.3.1 Prinsip-Prinsip Corporate Governance
Dalam Hardikasari (2011), secara umum, penerapan
Corporate
Governance
secara konkret, memiliki tujuan terhadap perusahaan
sebagai berikut:
1.
Memudahkan akses terhadap investasi domestik
maupun asing.
2.
Mendapatkan
cost of capital
yang lebih murah.
3.
Memberikan kepuasan yang lebih baik dalam
meningkatkan kinerja ekonomi perusahaan.
5.
Melindungi direksi dan komisaris dari tuntutan hukum.
Dari berbagai tujuan tersebut pemenuhan kepentingan seluruh
stakeholder
secara seimbang berdasarkan peran dan fungsinya
masing-masing dalam suatu
perusah aan merupakan tujuan utama
yang hendak dicapai. Prinsip-prinsip dari
Corporate Governance
yang
menjadi indikator, sebagaimana dijelaskan oleh
Organization for
Economic Cooperation and Development (OECD)
, adalah:
a.
Fairness
(Keadilan)
b.
Transparancy
(Transparansi)
c.
Accountability
(Akuntabilitas)
d.
Responsibility
(Pertanggungjawaban)
e.
Independensi
(independen)
Pengertian dari prinsip – prinsip diatas tersebut adalah :
a.
Fairness (Keadilan)
Prinsip keadilan
(fairness)
merupakan prinsip perlakuan
yang adil bagi seluruh pemegang saham. Keadilan disini
diartikan sebagai perlakuan yang sama terhadap para
pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas
dan pemegang saham asing dari kecurangan, dan kesalahan
perilaku
insider.
Dalam
melaksanakan
kegiatannya,
perusahaan harus senantiasa memperhatikan kepentingan
pemegang saham dan kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.
b.
Transparancy
(Transparansi)
Transparansi
adalah
adanya
pengungkapan
suatu
informasi yang terbuka, tepat waktu, serta jelas dan dapat
dibandingkan dengan keadaan yang menyangkut tentang
keuangan,
pengelolaan
perusahaan
dan
kepemilikan
perusahaan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan
bisnis, perusahaan harus menyediakan informasi yang materiil
dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami
oleh pemakai kepentingan.
c.
Accountability
(Akuntabilitas)
Akuntabilitas menekankan pada pentingnya penciptaan
system pengawasan yang efektif berdasarkan pembagian
kekuasaan antara komisaris, direksi, dan pemegang saham
yang meliputi monitoring, evaluasi, dan pengendalian terhadap
manajemen untuk meyakinkan bahwa manajemen bertindak
sesuai dengan kepentingan pemegang saham dan pihak-pihak
berkepentingan lainnya.
d.
Responsibility
(Pertanggung jawaban)
bahwa tanggung jawab merupakan konsekuensi logis dari
adanya wewenang, menyadari akan adanya tanggung jawab
sosial,menghindari penyalahgunaan wewenang kekuasaan,
menjadi profesional dan menjunjung etika dan memelihara
bisnis yang kuat.
e.
Independensi
(independen)
Untuk
melancarkan
asas
Corporate
Governance,
perusahaan harus dikelola secara independen sehingga
masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak
dapat diintervensi oleh pihak lain. Independen diperlukan
untuk menghindari adanya potensi konflik kepentingan yang
mungkin timbul oleh para pemegang saham mayoritas.
Mekanisme ini menuntut adanya rentang kekuasaan antara
komposisi komite dalam komisaris, dan pihak luar seperti
auditor. Keputusan yang dibuat dan proses yang terjadi harus
obyektif tidak dipengaruhi oleh kekuatan pihak-pihak tertentu.
Prinsip-prinsip
transparansi,
keadilan,
akuntabilitas,
responsibilitas dan independen
Corporate Governance
dalam
mengurus perusahaan, sebaiknya diimbangi dengan
Good Faith
(bertindak atas iktikad baik) dan kode etik perusahaan serta pedoman
Corporate Governance,
agar visi dan misi perusahaan dapat terwujud.
Pedoman
Corporate Governance
yang telah dibuat oleh komite
nasional
Corporate Governance
hendaknya dijadikan kode etik
perusahaan yang dapat memberikan acuan pada pelaku usaha untuk
melaksanakan
Corporate
Governance
secara
konsisten
dan
konsekuen. Hal ini penting karena mengingat kecenderungan aktifitas
usaha yang semakin mengglobal dan dapat dijadikan sebagai ukuran
perusahaan untuk menghasilkan suatu kinerja perusahaan yang lebih
baik.
dikontrol sedemikian rupa, sehingga tidak menyebabkan timbulnya
kerugian bagi suatu perusahaan. Berbagai macam korelasi antara
implementasi prinsip-prinsip
Corporate Governance
di dalam suatu
perusahaan dengan kepentingan para pemegang saham, kreditor,
manajemen perusahaan, karyawan perusahaan, dan tentunya para
anggota masyarakat, merupakan indikator tercapainya keseimbangan
kepentingan.
2.1.3.2 Struktur Corporate Governance
Struktur didefinisikan sebagai suatu cara bagaimana aktifitas
dalam suatu organisasi dibagi, di organisir, dan dikoordiasi. Struktur
merupakan suatu bentuk kerangka untuk mengimplementasikan
prinsip-prinsip yang ada agar dapat digunakan, bekerja dan
melaksanakan suatu fungsi.Struktur Corporate Governance merupakan
bentuk penggambaran hubungan berbagai kepentingan, baik internal
maupun eksternal perusahaan.
Gambar 2.1
Struktur
Corporate Governance
keputusan dengan pihak yang melakukan kontrol terhadap
keputusan
tersebut. Kedua mekanisme tersebut yaitu:
2.
Stuktur mekanisme pengendalian
external
. Struktur mekanisme
pengendalian
external
terdiri
dari
stakeholder
yang
berkepentingan dan berhubungan dengan perusahaan antara lain:
pasar modal, pasar uang, auditor, paralegal dan regulator.
Struktur
mekanisme
pengendalian
eksternal
merupakan
mekanisme pengendalian pasar. Karena mekanisme ini
terbentuk oleh hubungan perusahaan dengan pasar, sehingga
pengendalian perusahaan dilakukan oleh pasar sendiri. Menurut
teori pasar untuk pengendalian perusahaan (
market for
corporate control),
pada saat diketahui bahwa manajemen
berperilaku menguntungkan diri sendiri, kinerja perusahaan
akan menurun yang direfleksikan menurunnya nilai perusahaan.
Pada saat terja di kondisi yang demikian, pasar akan merespon
dengan mengambil kebijakan untuk melakukan perombakan
struktur manajerial yang telah menjabat.
anggota dewan komisaris (
board of commissioners)
juga merangkap
anggota direksi. Tidak ada pemisahan antara kedua dewan ini. Dalam
struktur
Single-board,
kedua dewan ini sama-sama disebut sebagai
board of directors.
Perusahaan-perusahaan di Inggris, Amerika,
Kanada serta Negara-negara lain umumnya berbasis
singleboard
system
yang dipengaruhi langsung oleh model
Anglo-Saxon.
[image:32.595.212.415.289.559.2]Gambar 2.2
The Anglo-American system
atau
Single-board System
komisaris. Dalam hal ini, keanggotaan
board of
commissioners
(dewan komisaris) sebagai dewan pengawas, dan
board of
directors
(dewan direksi) atau manajemen sebagai eksekutif perusahaan. Model
Continental Europe
merupakan model yang digunakan di Jepang,
Jeman, Prancis, Denmark dan Belanda.
Gambar 2.3
Continental Europe System
atau
Dual-board system
kewenangan untuk megangkat dan memberhentikan dewan direksi
serta melakukan tugas pengawasan terhadap kegiatan direksi dalam
menjalankan perusahaan. Posisi dewan komisaris dalam model ini
relatif kuat terhadap direksi sehingga fungsi pengendalian/kontrol
terhadap manajemen dapat berjalan dengan efektif.
KNKG (2006) Menyatakan bahwa kepengurusan Perseroan
Terbatas di Indonesia menganut
two-board system
dimana Dewan
Komisaris dan Dewan Direksi yang mempunyai weweang dan
tanggung jawab yang jelas sesuai dengan fungsinya masing-masing
sebagaimana diamanahkan dalam anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan (
fiduciary responsibility).
Namun penerapan
twoboard
system
dalam struktur
Corporate Governance
di Indonesia
berbeda.
Gambar 2.4
Dual-board sistem
yang berlaku di Indonesia
2.1.4
Corporate Social Responsibility
(CSR)
Corporate Social Responsibility
(CSR) merupakan bentuk nyata
kepedulian kalangan dunia usaha terhadap lingkungan di sekitarnya
(Kementerian Lingkungan Hidup, 2012). Kegiatan CSR ini dilakukan di
berbagai bidang, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi, lingkungan
bahkan sosial budaya. Perusahaan tidak hanya mementingkan kepentingan
perusahaan dalam hal laporan keuangan perusahaan saja, tetapi kini
perusahaan peduli terhadap tanggung jawab sosial perusahaan.
Kegiatan CSR diatur dalam UU No. 40 tahun 2007 Pasal 74 Tentang
Perseroan Terbatas yang berbunyi: “Perseroan yang menjalankan kegiatan
usahanya dibidang dan/ atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib
melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Pasal 15 huruf (b)
kewajiban dalam kegiatan
CSR, yang berbunyi “Setiap penanaman modal
berkewajiban melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan”.
Undang-Undang yang mewajibkan kepada setiap pelaku usaha untuk melakukan
pengelolaan perusahaan berhubungan dengan lingkungan dan sosial mereka
guna keberlangsungan hidup perusahaan.
Istilah Tanggung Jawab Sosial atau Corporate Social Responsibility
(CSR) mulaidigunakan sekitar tahun 1970an meskipun beberapa aspek
dalam tanggung jawab sosial telah ada sampai akhir abad 19, dan bahkan
pada periode sebelumnya.(ISO FDIS 26000, 2010) .
[image:36.595.135.505.419.530.2]Berikut ini adalah gambar sebelum dan sesudah diterapkannya
Undang
–
Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Pasal 74 tahun 2007 :
Gambar 2.5
Undang-Undang Perseroan Terbatas No.40
Adapun pengertian corporate social responsibility (CSR) menurut
pandangan para ahli dan berbagai organisasi dunia antara lain:
i.
World Business Council for Sustainable Development: komitmen
berkesinambungan dari kalangan bisnis untuk berperilaku etis dan
member kontribusi bagi pembangunan ekonomi, seraya meningkatkan
kualitas kehidupan karyawan dan keluarganya, serta komunitas lokal
dan masyarakat luas pada umumnya.
ii.
Commision of the European Communities: Tanggung jawab sosial
perusahaan pada dasarnya adalah sebuah konsep dimana perusahaan
memutuskan secara suka rela untuk memberikan kontribusi demi
mewujudkan masyarakat yang lebih baik dan lingkungan yang lebih
bersih.
iii.
CSR Asia: Komitmen perusahaan untuk beroperasi secara berkelanjutan
berdasarkan prinsip ekonomi, sosial dan lingkungan, seraya
menyeimbangkan
beragam
kepentingan
para
pihak
yang
berkepentingan.
iv.
Business for Social Responsibility: corporate social responsibility (CSR)
adalah pencapaian kesuksesan komersil dalam artian penghargaan
terhadap nilai kesusilaan dan penghormatan terhadap manusia,
masyarakat dan lingkungan
v.
Ethics in Action Awards: corporate social responsibility (CSR) adalah
istilah yang menjelaskan tentang kewajiban perusahaan yang harus
dipertanggungjawabkan kepada para pihak yang berkepentingan
disetiap operasi dan aktivitasnya.
vi.
Khourey: corporate social responsibility (CSR) adalah keseluruhan
hubungan
antara
perusahaan
dengan
pihak
yang
berkepentingan(Stakeholders).
vii.
Indian NGO.com: corporate social responsibility (CSR) adalah sebuah
proses bisnis dimana institusi dan individual sangat sensitif dan
berhati-hati terhadap akibat langsung maupun tidak langsung dari
aktivitas internal dan eksternal masyarakat, alam dan dunia luar.
viii.
Kicullen dan Kooistra: corporate social responsibility (CSR) adalah
tingkatan pertanggungjawaban moral yang dianggap berasal dari
perusahaan diluar kepatuhan terhadap hukum negara.
ix.
Fraderick et al: corporate social responsibility (CSR) dapat diartikan
sebagai prinsip yang menerangkan bahwa perusahaan harus dapat
bertanggungjawab terhadap efek yang berasal dari setiap tindakan
didalam masyarakat maupun lingkungannya.
dipertanggungjawabkan terhadap efek yang berasal dari setiap
tindakan didalam masyarakat maupun lingkungannya..
Reza Rahman memberikan 3 (tiga) defenisi CSR sebagai berikut:
i.
Melakukan tindakan sosial (termasuk kepedulian terhadap lingkungan
hidup, lebih dari batas-batas yang dituntut dalam peraturan
perundang-undangan;
ii.
Komitmen usaha untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan
berkontribusi untuk peningkatan ekonomi bersamaan dengan
peningkatan kualitas hidup karyawan dan keluarganya, komunitas
lokal, dan masyarakat yang lebih luas; dan
iii.
Komitmen bisnis untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi
berkelanjutan, bekerja dengan karyawan perusahaan, keluarga
karyawan tersebut, berikut komunitas setempat (
local
) dan masyarakat
secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas hidup;
Menurut Global Compact Initiative (2002) menyebutkan pemahaman
CSR dengan 3P yaitu profit, people, planet. Konsep ini memuat pengertian
bahwa bisnis tidak hanya sekedar mencari keuntungan (profit) melainkan
juga memberikan kesejahteraan kepada orang lain (people) dan menjamin
keberlangsungan hidup bumi (planet). Dewasa ini konsep Corporate Social
Responsibility (CSR) berkaitan erat dengan keberlangsungan suatu
perusahaan. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan
untuk memperlihatkan aktivitas sosial yang dilakukan oleh perusahaan dan
pengaruhnya terhadap masyarakat.
Berkaitan dengan pelaksanaan CSR, perusahaan bisa dikelompokkan
ke dalam beberapa kategori. Meskipun cenderung menyederhanakan
realitas, tipologi ini menggambarkan kemampuan dan komitmen perusahaan
dalam menjalankan CSR. Pengkategorian dapat memotivasi perusahaan
dalam mengembangkan program CSR, dan dapat pula dijadikan cermin dan
guideline untuk menentukan model CSR yang tepat (Suharto, 2007).
Dengan menggunakan dua pendekatan, sedikitnya ada delapan
kategori perusahaan. Perusahaan ideal memiliki kategori reformis dan
progresif. Tentu saja dalam kenyataannya, kategori ini bisa saja saling
bertautan. Dua pendekatan tersebut adalah :
a.
Perusahaan Minimalis. Perusahaan yang memiliki profit dan anggaran
CSR yang rendah. Perusahaan kecil dan lemah biasanya termasuk kategori
ini.
b.
Perusahaan Ekonomis. Perusahaan yang memiliki keuntungan tinggi,
namun anggaran CSR-nya rendah. Perusahaan yang termasuk kategori ini
adalah perusahaan besar, namun pelit.
c.
Perusahaan Humanis. Meskipun profit perusahaan rendah, proporsi
anggaran CSRnya relatif tinggi. Perusahaan pada kategori ini disebut
perusahaan dermawan atau baik hati.
d.
Perusahaan Reformis. Perusahaan ini memiliki profit dan anggaran CSR
yang tinggi. Perusahaan seperti ini memandang CSR bukan sebagai
beban, melainkan sebagai peluang untuk lebih maju (Gambar 2.6).
2. Berdasarkan tujuan CSR: apakah untuk promosi atau pemberdayaan
masyarakat, perusahaan dibedakan menjadi 4 jenis yaitu:
a.
Perusahaan Pasif. Perusahaan yang menerapkan CSR tanpa tujuan jelas,
bukan untuk promosi, bukan pula untuk pemberdayaan, sekadar
melakukan kegiatan karitatif. Perusahaan seperti ini melihat promosi dan
CSR sebagai hal yang kurang bermanfaat bagi perusahaan.
b.
Perusahaan Impresif. CSR lebih diutamakan untuk promosi daripada untuk
pemberdayaan. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan ”tebar pesona”
c.
Perusahaan Agresif. CSR lebih ditujukan untuk pemberdayaan daripada
promosi. Perusahaan seperti ini lebih mementingkan karya nyata daripada
tebar pesona.
[image:41.595.118.435.332.534.2]d.
Perusahaan Progresif. Perusahaan menerapkan CSR untuk tujuan promosi
dan sekaligus pemberdayaan. Promosi dan CSR dipandang sebagai
kegiatan yang bermanfaat dan menunjang satu-sama lain bagi kemajuan
perusahaan (Gambar 2.7).
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Kategori Perusahaan Berdasarkan Tujuan CSR
Di antara model-model tersebut, ada juga model Hibrid yang
menyatakan penggabungan da ri Corporate Sociaal Responsibility dapat
menciptakan diferensiasi dan keunggulan kompetitif pasar untuk
perusahaan, sesuatu yang dapat menjadi bagian dari merk untuk sekarang
dan masa depan (Caroll, 1979, 1991).Lebih Spesifik, kontribusi bisnis ini
menimbulkan dampak secara langsung pada kesejahteraan masyarakat dan
pendapatan perusahaan atau strategi neraca.
2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No
Nama
Peneliti
Tahun
Penelitian
Variabel independen
dan dependen
Hasil Penelitian
1
Alifmida
Annisa
2011
Variabel Independen :
Kepemilikan
Institusional, Dewan
Komisaris
Independen,Komite
Audit, Kualitas Audit
Variabel Dependen :
Tax Avoidance
Hasil uji analisis
regresi menunjukkan
bahwa secara statistik
terbukti
tidak terdapat
pengaruh signifikan
kepemilikan
institusional,
komposisi dewan
komisaris
independen, dewan
komisaris terhadap
tax
avoidance
perusahaan
yang terdaftar di BEI
tahun 2008
2
Nazhaira
Fatharani
2012
Variable Independen :
Kepemilikan Reformasi
Perpajakan, Hubungan
Politik
Variabel Dependen :
Tindakan Pajak Agresif
2.3 Kerangka Konseptual
Gambar 2.8
Kerangka konseptual
Dalam penelitian ini, Tindakan Pajak Agresif menjadi variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas. Alasan peneliti untuk menjadikan Tindakan
Pajak Agresif sebagai variabel dependen untuk mengetahui apakah konsep
Tindakan Pajak Agresif
pada perusahaan tersebut dapat dipengaruhi oleh keempat
variabel bebas di atas.
Pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dalam
penelitian ini dapat diuraikan sebagai berikut:
a.
Ukuran dewan komisaris terhadap tindakan pajak agresif
Dewan Komisaris digunakan karena dewan komisaris merupakan organ
perusahaan yang bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk
melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi serta
memastikan bahwa perusahaan melakukan GCG. Semakin besar jumlah
ukuran dewan komisaris dalam suatu perusahaan maka kemungkinan
Dewan Komisaris (X1)
Tindakan Pajak Agresif
(X)
Corporate Sosial
Responsibility (X4)
Dewan Direksi (X2)
Komite Audit (X3)
yang akan terjadi adalah akan semakin besar pula tindakan pajak agresif
yang dilakukan oleh perusahaan.
H1 : Dewan Komisaris berpengaruh terhadap tindakan pajak agresif
b.
Dewan Direksi terhadap Tindakan Pajak Agresif
Tugas dan tanggung jawab dari dewan direksi yaitu mengelola
manajemen perusahaan agar efektivitas serta efisiensi perusahaan
menjadi lebih baik serta menyusun laporan tahunan yang memuat laporan
keuangan, laporan kegiatan perusahaan dan laporan pelaksanaan GCG.
Perusahaan dan pemerintah mengalami benturan kepentingan. Perusahaan
mempunyai kepentingan menaikkan laba yaitu sebagai acuan untuk
meningkatkan kesejahteraan karyawan, sedangkan pemerintah melihat
kenaikan laba sebagai objek pajak yang akan ditagihkan. Keberadaan
dewan direksi diharapkan mampu mengurangi benturan kepentingan
tersebut.
H2 : Dewan Direksi berpengaruh terhadap Tindakan Pajak Agresif
c.
Komite Audit terhadap Tindakan Pajak Agresif
oleh BAPEPAM yaitu komite audit minimal berjumlah 3 orang (dengan
diketuai oleh seorang dewan komisaris independen yang menjabat
sebagai ketua komite audit). Maka dari itu, ukuran komite audit
diharapkan mampu untuk meminimalisir adanya tindakan pajak agresif
perusahaan.
H3 : Komite Audit berpengaruh terhadap Tindakan Pajak Agresif
d.
Corporate Social Responsibility terhadap Tindakan Pajak Agresif
William (2007) dalam Lanis dan Richardson (2012) menyatakan bahwa
sulit untuk membedakan antara CSR yang dilakukan dengan motif
altruistik dengan CSR yang dilakukan dengan tujuan untuk
menguntungkan reputasi perusahaan. Sebaliknya, banyak aksi perusahaan
yang dilakukan dengan motif ganda. Oleh karena itu penting dalam
mempertimbangkan bagaimana CSR dapat mempengaruhi agresivitas
pajak tanpa membuat setiap upaya untuk membedakan antara tindakan
yang diambil karena perusahaan benar-benar ingin bertanggung jawab
maupun tindakan yang diambil karena tujuan tertentu. Semakin tinggi
tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, maka akan semakin tinggi
pula reputasi perusahaan di mata masyarakat. Jika dikaitkan dengan
pajak, reputasi baik juga akan diperoleh dari hal pembayaran pajak
perusahaan kepada negara.
e.
Dewan komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, dan Corporate Social
Responsibility Terhadap Tindakan Pajak Agresif
Menurut beberapa kesimpulan sementara yang telah disebutkan
sebelumnya tentang hubungan pengaruh Dewan komisaris, Dewan
Direksi, Komite Audit, dan Corporate Social Responsibility Terhadap
Tindakan Pajak Agresif maka peneliti mengasumsi bahwa secara simultan
Dewan komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, dan Corporate Social
Responsibility berpengaruh Terhadap Tindakan Pajak Agresif.
H5 : Dewan komisaris, Dewan Direksi, Komite Audit, dan Corporate
Social Responsibility berpengaruh Terhadap Tindakan Pajak Agresif
2.4
Hipotesis
Kerangka konseptual di atas dibuat oleh karena peneliti sedemikian
rupa untuk melakukan penelitian guna membandingkan pengaruh Good
Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility terhadap
Tindakan Pajak Agresif yang diterdapat pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI Oleh karena itu, hipotesis dari penelitian ini adalah :
-
H1
: Dewan Komisaris berpengaruh
terhadap Tindakan Pajak Agresif
-
H2
: Dewan Direksi berpengaruh
Terhadap Tindakan Pajak Agresif
-
H3
: Komite audit Berpengaruh Terhadap Tindakan
Pajak Agresif
-
H4
: Corporate Sosial Responsibility Berpengaruh
Terhadap Tindakan Pajak Agresif
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Sugiyono (2004: 6), menyatakan bahwa: “Penelitian itu bermacam – macam
jenisnya dan dapat di kelompokkan berdasarkan tujuan, metode, tingkat
eksplanasi, analisis dan jenis data”.
Dalam hal ini penelitian yang dilakukan adalah penelitian kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yang konkrit/ empiris,
obyektif, terukur, rasional dan sistematis (Sugiyono, 2011:7).
3.2
Jenis dan Sumber Data
3.2.1 Jenis data
Menurut Idrus (2009:61) “data adalah segala keterangan (informasi)
mengenai semua hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian, tidak semua
informasi atau keterangan merupakan data penelitian, artinya data hanyalah
sebagian saja dari informasi yang berkaitan dengan suatu penelitian”. Jenis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang
diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara.
3.2.2 Sumber data
situs
www.iicg.org
untuk memperoleh data hasil peringkat
Good Corporate
Governance
perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan
kriteria-kriteria yang berisikan laporan tentang pelaksanaan
Good Corporate
Governance
serta adanya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan
yang bersangkutan.
3.3
Teknik Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
adalah metode dokumenter yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan
mempelajari catatan-catatan atau dokumen perusahaan (data sekunder) serta studi
pustaka dari berbagai literatur dan sumber- sumber lainnya yang memberikan
informasi tentang
Good Corporate Governance
dan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan yang bersangkutan.
3.4
Populasi dan Sampel
Tabel 3.1
Rekonsiliasi Sampel
No.
Kriteria Penetapan Sampel
Jumlah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Perusahaan Manufaktur yang listing di
BEI tahun 2011-2013
Perusahaan manufaktur yang tidak
mengeluarkan
annual report
dan laporan
keuangan yang lengkap selama tahun
2011-2013
Perusahaan manufaktur yang tidak
menggunakan satuan nilai rupiah dalam
laporan keuangannya selama tahun
2011-2013
Perusahaan manufaktur yang mengalami
kerugian selama tahun 2011-2013
Jumlah perusahaan yang memenuhi
kriteria sampel
Jumlah sampel yang digunakan dalam
penelitian (12 x 3 )
125
(94)
(2)
(7)
22
66
Pemilihan sampel penelitian dapat dilihat pada lampiran.
3.5 Metode Penganalisis Data
Jenis pengujian yang dapat dipakai dalam penelitian ini, yaitu uji statistik
deskriptif, uji asumsi klasik dan pengujian hipotesis, dimana masing-masing
pengujian ini diharapkan dapat membantu peneliti didalam mengolah dan
menginterpretasikan data untuk menghasikan suatu keputusan penelitian.
3.5.1 Pengujian Asumsi Klasik
Model penelitian sebaiknya diuji terlebih dahulu asumsi klasiknya
untuk memastikan tidak adanya bias atau rancu yang dapat membuat hasil
penelitian menjadi tidak akurat (Sunjoyo dkk. 2013:54).
3.5.1.1 Uji normalitas
Sunjoyo dkk., (2013:59) menyatakan bahwa “Uji normalitas
berguna pada tahap awal dalam metode pemilihan analisis data. Uji
normalitas berfungsi untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi
normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai
residual yang terdistribusi normal”. Cara yang digunakan untuk
mendeteksi apakah residual mengikuti berdistribusi normal atau tidak
adalah dengan analisis grafik. Data yang menyebar di sekitar garis
diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola distribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, selain itu
bisa juga melalui uji analisis statistik. Uji statistik yang dapat
digunakan untuk menguji normalitas residual adalah uji statistik
Kolmogrov-Smirnov atau biasa disingkat K-S (Sunjoyo dkk,
2013:60). Uji K-S dibuat dengan membuat hipotesis :
H
Ha : Data residual tidak berdistribusi normal
Bila sig > 0,05 dengan α = 5%, berarti distribusi data normal (
H
0
diterima), sebaliknya bila sig < 0,05 dengan α = 5%, berarti
distribusi data tidak normal (Ha diterima).
3.5.1.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas adalah untuk melihat ada atau tidaknya
korelasi yang tinggi antara variabel-variabel bebas dalam dalam suatu
model regresi linear berganda. Korelasi yang tinggi diantara
variabel-variabel bebas menunjukkan hubungan antara variabel-variabel bebas terhadap
variabel terikatnya menjadi terganggu (Sunjoyo dkk., 2013:65).
Mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model
regresi adalah sebagai berikut:
1. menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen, jika
diantara variable independen ada korelasi yang cukup tinggi
(umumnya diatas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolonieritas,
2. multikolonieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai
tolerance
dan
lawannya (2)
variance inflation factor
(VIF), nilai
cutoff
yang umum
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai
tolerance
< 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
a. mengganti atau mengeluarkan variabel yang mempunyai
korelasi yang tinggi,
b. menambah jumlah observasi atau menambah ukuran sampel,
c. mentransformasikan data kedalam bentuk lain misalnya
logaritma natural, akar kuadrat atau bentuk
first difference
delta,
d. dalam tingkat lanjut dapat digunakan metode regresi
bayessian
yang masih jarang sekali digunakan
3.5.1.3 Uji Heterokedastisitas
“Uji heterokedastisitas adalah untuk melihat apakah terdapat
ketidaksamaan varians dari residual satu ke pengamatan ke
pengamatan yang lain. Model regresi yang memenuhi
persyaratan adalah terdapat kesamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain tetap atau disebut
homoskedastisitas”
(Sunjoyo
dkk.,
2013:69).
Heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat grafik
Scaterplot
antara nilai prediksi variabel independen dengan nilai
residualnya. Dasar yang digunakan untuk menentukan
heteroskedastisitas antara lain :
b. tidak ada pola yang jelas serta titik
– titik yang
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu
Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.
3.5.1.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah terjadi korelasi
antara suatu periode t dengan periode sebelumnya (t-1). Analisis
regresi adalah untuk melihat pengaruh antara variabel bebas terhadap
variabel terikat, jadi tidak boleh ada korelasi antara observasi dengan
data observasi sebelumnya (Sunjoyo, 2013:73). Uji autokorelasi
hanya dilakukan pada data
time series
(runtut waktu) dan tidak
diperlukan pada
data cross section
seperti pada kuesioner dimana
pengukuran dilakukan secara serempak dan bersamaaan. Model
regresi pada penelitian di Bursa Efek Indonesia yang periodenya lebih
dari satu tahun biasanya memerlukan uji autokorelasi. Beberapa uji
statistik yang sering dipergunakan adalah uji
Durbin-Watson,
dengan
kriteria sebagai berikut :
1. angka D-W di bawah -2 berarti ada ditemukan autokorelasi
positif,
2. angka D-W di antara -2 sampai +2, berarti tidak ada
ditemukan autokorelasi,
3.5.2 Uji Hipotesis
Pengujian hipotesa dilakukan untuk menguji kemampuan variabel
independen
Good Corporate Governance
dan pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan dalam mempengaruhi variabel dependen yaitu
tindakan pajak agresif dapat menggunakan alat analisa statistik berupa uji t,
uji F dan koefisien determinasi.
1. Uji t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah secara individu atau parsial
variabel independen mempunyai pengaruh terhadap tindakan pajak agresif,
dengan asumsi variabel independen lainnya konstan. Dasar pengambilan
keputusan adalah: H
0
ditolak atau Ha diterima jika nilai signifikan < 5%.
Good Corporate Governance
dan pengungkapan tanggung jawab sosial
diuji masing-masing dengan menggunakan uji-t, dalam hal ini adapun
kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut :
H
0
diterima apabila nilai signifikansi < 0,05
Ha diterima apabila nilai signifikansi > 0,05
2. Uji F
Dasar pengambilan keputusan adalah: Ho akan ditolak atau Ha diterima jika
nilai signifikansi F < 5 %. Data analisis dengan model regresi berganda
adalah sebagai berikut :
Y = α + β
1X
1
+ β
2X
2+ e
Keterangan :
Y : Tindakan Pajak Agresif
X
1
: Good Corporate Governance
X
2
: Pengungkapan tanggung jawab sosial
α : Konstanta
β<