SKRIPSI
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL,
DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP NILAI PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA
EFEK INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2013
OLEH
ANGGIE MAULIDA LUBIS 110503025
PROGRAM STUDI AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ii
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Pengaruh
Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 dan 2013” adalah benar hasil karya saya sendiri
dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan, atau diteliti oleh
mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi untuk Program S-1 Reguler
Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas,
benar apa adanya, dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya
bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, Juni 2015 Yang Membuat Pernyataan,
iii
ABSTRAK
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing secara simultan maupun secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur nyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013. Jenis penelitian ini adalah kausal, yang menggunakan data populasi dari 145 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan diperoleh perusahaan yang lulus kriteria sebanyak 83 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, semua variabel independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan secara parsial hanya Corporate Social Responsibility yangberpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel lain yakni kepemilikan institusional dan kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
iv
ABSTRACT
EFFECT OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, AND FOREIGN OWNERSHIP TO FIRM VALUE OF REGISTERED MANUFACTURING COMPANY IN INDONESIAN STOCK
EXCHANGE YEAR 2011 AND 2013
This research aim is to understanding the effects of Corporate Social Responsibility, institutional ownership, and foreign ownership to firm value of registered manufacturing company in Indonesian Stock Exchange on 2011 and 2013 partially and simultaneously. This is a causal research, which taken from 145 registered manufacturing companies as the population. Samples of this research are taken using purposive sampling method, and there are 83 companies who passes the criteria.
Research shows that simultaneously all independent variables are affecting positive and significantly to firm value, while partially, Corporate Social Responsibility is affecting positive and significantly to firm value, and others variables that are institutional ownership and foreign ownership are not affecting significantly to firm value.
v
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan
Hidayah-Nya, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul
“Pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilkan asing terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013” ini guna melengkapi
tugas serta memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara. Penulis menyadari
bahwa isi yang terkandung dalam skripsi ini belum sempurna. Oleh karena itu,
dengan hati yang tulus dan ikhlas penulis menerima kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca, yang nantinya dapat berguna untuk
penyempurnaan skripsi ini.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak menerima bimbingan, saran,
dukungan, motivasi, serta doa dari berbagai pihak, terutama dari kedua orangtua
Ayahanda Burhanuddin Lubis dan Ibunda Nurhayati Abbas yang tidak henti-hentinya memberikan dukungan, nasehat, serta doanya kepada penulis, semoga
penulis dapat menjadi anak yang dibanggakan. Kemudian kepada kedua kakak
penulis, Yuni Shandy Lubis dan Indah Octasari Lubis yang selalu memberikan
doa serta dukungannya kepada penulis.
Pada kesempatan ini juga penulis sertakan ucapan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, M.Ec.Ac, Ak, CA selaku Dekan Fakultas
vi 2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. selaku Ketua
Departemen Akuntansi dan Bapak Drs. Hotmal Ja`far, MM, Ak. selaku
Sekretaris Departemen Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi S-1
Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, MM, Ak selaku Sekretaris S-1
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Dr. Rina Br. Bukit, S.E, M.Si, Ak. selaku Dosen Pembimbing pada
penulisan skripsi.
5. Kepada Rifqi Muhammad Arfan Sitompul serta sahabat-sahabat penulis yakni
Ulfa, Astri, Wiwik, Rafika, Debby, Uly, Rati, dan juga Eni, Putri, dan Risa
yang senantiasa memberikan dukungan, motivasi, doa, bantuan, dan juga
kebahagiaan kepada penulis.
Dengan bantuan yang penulis dapatkan akhirnya dengan menyerahkan
diri dan senantiasa memohon petunjuk serta perlindungan dari Allah SWT
semoga amalan dan perbuatan baik tersebut mendapat imbalan yang baik pula.
Medan, Juni 2015 Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN ... ii
ABSTRAK ...iii
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN
2.1.6 Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) ... 16
2.1.7 Kepemilikan Institusional (Institutional Ownership).. 21
2.1.8 Kepemilikan Asing (Foreign Ownership) ... 22
2.2 Penelitian Terdahulu ... 23
2.3 Kerangka Konseptual ... 29
2.4 Hipotesis Penelitian ... 30
viii
3.6.3 Uji Koefisien Determinasi ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 46
4.1.1 Statistik Deskriptif ... 46
4.1.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum Transformasi ... 47
4.1.2.1 Uji Normalitas ... 47
4.1.2.2 Uji Multikolinearitas ... 50
4.1.2.3 Uji Heteroskedastisitas ... 51
4.1.2.4 Uji Autokorelasi ... 51
4.1.3 Uji Asumsi Klasik Setelah Transformasi ... 52
4.1.3.1 Uji Normalitas ... 47
4.2.3 Uji Koefisien Determinasi ... 60
4.3 Pembahasan ... 61
4.3.1 Pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap Nilai Perusahaan ... ..61
4.3.2 Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Nilai Perusahaan ... ..62
4.3.3 Pengaruh Kepemilikan Asing terhadap Nilai Perusahaan ... .. 62
ix 5.2 Saran ... 65
x
DAFTAR TABEL
No. Tabel Judul Halaman
2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 27
3.1 Sampel Penelitian ... 33
3.2 Operasional Variabel ... 38
3.3 Uji Autokorelasi ... 42
4.1 Statistik Deskriptif ... 46
4.2 Hasil Uji Normalitas Kolmogorv-Smirnov Sebelum Transformasi ... 49
4.3 Hasil Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi ... 50
4.4 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Sebelum Transformasi . 51 4.5 Hasil Uji Normalitas Kolmogorv-Smirnov Setelah Transformasi ... 54
4.6 Hasil Uji Multikolinearitas Setelah Transformasi ... 55
4.7 Hasil Uji Autokorelasi Durbin Watson Setelah Transformasi ... 56
4.8 Hasil Uji Regresi Berganda ... 57
4.9 Hasil Uji F ... 58
4.10 Hasil Uji t ... 59
xi
DAFTAR GAMBAR
No. Gambar Judul Halaman
2.1 Kerangka Konseptual ... 27
4.1 Grafik Histogram Sebelum Transformasi ... 48
4.2 Normal P-P Plot Sebelum Transformasi ... 49
4.3 Grafik Scatterplot Sebelum Transformasi ... 51
4.4 Grafik Histogram Setelah Transformasi ... 53
4.5 Normal P-P Plot Setelah Transformasi ... 54
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Lampiran Judul Halaman
1 Daftar Pengungkapan Corporate Social Responsibility ... 71
2 Populasi dan Sampel ... 73
3 Data Penelitian ... 77
4 Hasil Pengolahan Data 2011 dan 2013 ... 82
5 Hasil Pengolahan Data 2011 ... 77
iii
ABSTRAK
PENGARUH CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, KEPEMILIKAN INSTITUSIONAL, DAN KEPEMILIKAN ASING TERHADAP NILAI
PERUSAHAAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011 DAN 2013
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing secara simultan maupun secara parsial terhadap nilai perusahaan pada perusahaan manufaktur nyang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013. Jenis penelitian ini adalah kausal, yang menggunakan data populasi dari 145 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling dan diperoleh perusahaan yang lulus kriteria sebanyak 83 perusahaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara simultan, semua variabel independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan secara parsial hanya Corporate Social Responsibility yangberpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel lain yakni kepemilikan institusional dan kepemilikan asing tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
iv
ABSTRACT
EFFECT OF CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY, INSTITUTIONAL OWNERSHIP, AND FOREIGN OWNERSHIP TO FIRM VALUE OF REGISTERED MANUFACTURING COMPANY IN INDONESIAN STOCK
EXCHANGE YEAR 2011 AND 2013
This research aim is to understanding the effects of Corporate Social Responsibility, institutional ownership, and foreign ownership to firm value of registered manufacturing company in Indonesian Stock Exchange on 2011 and 2013 partially and simultaneously. This is a causal research, which taken from 145 registered manufacturing companies as the population. Samples of this research are taken using purposive sampling method, and there are 83 companies who passes the criteria.
Research shows that simultaneously all independent variables are affecting positive and significantly to firm value, while partially, Corporate Social Responsibility is affecting positive and significantly to firm value, and others variables that are institutional ownership and foreign ownership are not affecting significantly to firm value.
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan berkembangnya zaman, sektor perindustrian di Indonesia
mengalami kemajuan yang sangat pesat. Banyak industri baru bermunculan dan
perusahaan-perusahaan besar mulai meluaskan jaringannya di Indonesia. Untuk
sektor industri, Indonesia memang mempunyai kawasan yang strategis dan sangat
mendukung karena terkenal dengan murahnya biaya tenaga kerja, dataran yang
luas, dan sumber daya alam melimpah sehingga membuat banyak perusahaan
mempunyai kesempatan besar untuk mendapatkan banyak keuntungan dan laba
yang maksimal. Namun, semakin banyak kompetitor bisnis yang muncul
mengakibatkan terjadinya dinamika bisnis berubah-ubah yang menyebabkan
banyak perusahaan membutuhkan tambahan pendanaan untuk lebih
mengembangkan usahanya agar mampu bertahan. Sumber pendanaan tersebut
dapat diperoleh dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan go public dan investasi.
Go public merupakan salah satu cara yang dirasakan lebih efisien dalam memperoleh sumber dana, karena tidak mudah untuk menarik dana melalui
investasi mengingat adanya perbedaan karakteristik para investor dalam menilai
sebuah investasi. Banyak hal yang harus diketahui investor sebelum memutuskan
untuk berinvestasi karena keputusan investasi pada saham perusahaan go public
memiliki resiko yang relatif tinggi. Laporan keuangan merupakan salah satu
2 pada laporan keuangan mampu mencerminkan kinerja suatu perusahaan. Oleh
sebab itu, laporan keuangan digunakan sebagai sumber informasi yang dibutuhkan
oleh investor sebagai salah satu dasar pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi di pasar modal dan dari laporan keuangan tersebut investor
mengetahui nilai dari suatu perusahaan yang tercermin dari harga saham yang
diperdagangkan. Pada pasar modal yang efisien, harga saham mencerminkan
semua informasi yang relevan dari suatu perusahaan dan pasar akan bereaksi
apabila terdapat informasi baru.
Sebuah perusahaan didirikan dengan memiliki tujuan yang jelas. Ada
beberapa hal yang mengemukakan tentang tujuan pendirian suatu perusahaan.
Tujuan perusahaan yang pertama adalah untuk mencapai keuntungan maksimal
atau laba yang sebesar-besarnya. Tujuan perusahaan yang kedua adalah ingin
memakmurkan pemilik perusahaan atau para pemilik saham. Sedangkan tujuan
perusahaan yang ketiga adalah memaksimalkan nilai perusahaan yang tercermin
pada harga sahamnya. Ketiga tujuan perusahaan tersebut sebenarnya secara
substansial tidak banyak berbeda. Hanya saja penekanan yang ingin dicapai oleh
masing-masing perusahaan berbeda antara yang satu dengan yang lainnya
(Susanti, 2010). Meningkatkan nilai perusahaan merupakan tujuan jangka panjang
perusahaan. Untuk memaksimumkan nilai perusahaan dalam jangka panjang,
manajer dituntut untuk membuat keputusan yang mempertimbangkan semua
3 Sebagian perusahaan hanya berfokus untuk meningkatkan profitabilitas.
Kontribusi mereka terhadap masyarakat hanya sebatas lapangan pekerjaan dan
menciptakan barang serta jasa. Oleh karena itu, timbul lah kesenjangan sosial dan
kerusakan lingkungan sekitarnya, tetapi seiring berjalannya waktu, sudah ada
kesadaran banyak perusahaan untuk mengembangkan apa yang disebut dengan
Corporate Social Responsibility(CSR).
Pemikiran yang melandasi Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan) yang sering dianggap inti dari etika bisnis ini adalah
bahwa perusahaan tidak hanya mempunyai kewajiban ekonomi kepada para
pemegang saham (shareholder), tetapi juga kewajiban terhadap pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholder), termasuk di dalamnya adalah pelanggan atau
customer, pegawai, komunitas, pemilik atau investor, pemerintah, supplier bahkan juga competitor (Nurlela dan Islahuddin, 2008).
Kesadaran akan penerapan Corporate Social Responsibility menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian masyarakat global terhadap
produk atau barang yang ramah lingkungan dan diproduksi dengan
memperhatikan aspek-aspek sosial. Dan juga selain memberikan keuntungan bagi
pemegang saham, suatu perusahaan juga memiliki tanggung jawab terhadap pihak
lain seperti pemerintah, konsumen, dan masyarakat.
Nurlela dan Islahuddin (2008) juga berpendapat bahwa perusahaan tidak
4 dan juga lingkungan. Sudah menjadi fakta bagaimana resistensi masyarakat
sekitar di berbagai tempat dan waktu, muncul ke permukaan terhadap perusahaan
yang dianggap tidak memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, dan lingkungan
hidupnya.
Pemerintah Indonesia telah menetapkan berbagai regulasi terkait
lingkungan diantaranya, UU No.23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan
hidup dan berbagai peraturan pelaksanaannya. Pasal 6 ayat 2 UU No.23 tahun
1997 ini yang berbunyi ”Setiap orang yang melakukan usaha dan/atau kegiatan
wajib memberikan informasi yang benar dan akurat tentang pengelolaan
lingkungan hidup”. Untuk melengkapi pelaksanaan pengelolaan lingkungan
hidup, pemerintah melalui Kementerian Negara Lingkungan Hidup (KNLH)
membentuk Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan dalam Pengelolaan
Lingkungan Hidup (PROPER) sebagai bentuk pengawasan sekaligus upaya
transparansi dan pelibatan masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. Keputusan
Ketua BAPEPAM dan Lembaga Keuangan melalui No.Kep-BU/BL/2006 yang
mulai berlaku sejak tanggal 7 Desember 2006 juga mewajibkan laporan keuangan
tahunan perusahaan sekurang-kurangnya memuat uraian tentang aktivitas dan
biaya yang dikeluarkan terkait tanggung jawab sosial perusahaan terhadap
mayarakat dan lingkungan. Berdasarkan PSAK No.1 tahun 2004 (revisi 1998)
paragraf sembilan secara eksplisit telah menyarankan untuk mengungkapkan
tanggung jawab akan masalah sosial dan lingkungan perusahaan. Walaupun
demikian, item-item pengungkapan dan bagaimana pengungkapannya belum
5 Anggraini (2011) juga menyatakan bahwa kesadaran akan perlunya menjaga lingkungan juga diatur oleh Undang- Undang Perseroan Terbatas No.40 Pasal 74 tahun 2007, dimana perusahaan yang melakukan kegiatan usaha di bidang/berkaitan dengan sumber daya alam wajib melakukan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Undang-Undang tersebut menjadi landasan bahwa pengungkapan pertanggungjawaban sosial merupakan mandatory disclosure
untuk setiap perusahaan di Indonesia bukan lagi voluntary disclosure.
Rustiarini (2010) menyatakan bahwa perusahaan akan mengungkapkan
suatu informasi jika informasi tersebut dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Perusahaan dapat menggunakan informasi Corporate Social Responsibility
sebagai keunggulan kompetitif perusahaan. Perusahaan yang memiliki kinerja
lingkungan dan sosial yang baik akan direspon positif oleh investor melalui
peningkatan harga saham.
Naik turunnya nilai perusahaan dipengaruhi pula oleh struktur
kepemilikan. Dua aspek yang perlu dipertimbangkan adalah konsentrasi
kepemilikan perusahaan oleh pihak luar (outsider ownership concentration) dan kepemilikan perusahaan oleh manajemen (ownership management). Pemilik perusahaan dari pihak luar berbeda dengan manajer karena kecil kemungkinannya
pemilik dari pihak luar terlibat dalam kegiatan perusahaan sehari-hari (Rejeki,
2007).
Kepemilikan institusional adalah proporsi kepemilikan saham pada akhir
tahun yang dimiliki oleh suatu lembaga, seperti bank, asuransi, atau institusi lain
(Tarjo, 2008). Kepemilikan institusional memiliki peran penting dalam memonitor
manajemen. Adanya kepemilikan oleh institusional akan mendorong peningkatan
pengawasan yang lebih optimal. Kepemilikan institusional akan mengurangi
6 diawasi atau dikontrol pihak institusi, sehingga akan meminimalkan kecurangan
dalam manajemen.
Kepemilikan asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing
(luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di
indonesia. Kepemilikan asing merupakan kepemilikan saham yang dimiliki oleh
perusahaan multinasional. Kepemilikan asing dalam perusahaan merupakan pihak
yang dianggap lebih peduli terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan, karena negara di Eropa dan Amerika merupakan
negara-negara yang sangat memperhatikan isu-isu sosial; seperti pelanggaran hak asasi
manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan isu lingkungan seperti, efek rumah kaca,
pembalakan liar, serta pencemaran air (Sinaga, 2012).
Shleifer dan Vishny (1986) menyatakan bahwa pemegang saham terbesar
mempunyai arti penting dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan.
Menurut Sheifer dan Vishny dengan adanya konsentrasi kepemilikan, maka para
pemegang saham besar seperti institutional investors akan dapat memonitor tim manajemen secara efektif, dan dapat meningkatkan nilai perusahaan jika terjadi
takeover, dengan demikian, tingkat kepemilikan institusional yang tinggi dari persentase saham yang dimiliki oleh institutional investor akan menyebabkan tingkat monitor lebih efektif (Grief dan Zychowicz, 1994).
Permanasari (2010) menguji pengaruh kepemilikan manajemen,
kepemilikan institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility
7 institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Namun
penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Dian dan Lidyah
(2014) yang menunjukkan bahwa Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan
institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
Penelitian yang berkenaan dengan Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan nilai perusahaan menarik untuk diteliti kembali,
mengingat penelitian sebelumnya memberikan hasil yang berbeda-beda. Terdapat
persamaan variabel dalam penelitian ini dibandingkan dengan penelitian
sebelumnya, yakni Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan nilai perusahaan. Sedangkan perbedaannya terdapat pada variabel
kepemilikan manajerial yang diganti dengan variabel kepemilikan asing.
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
lebih lanjut mengenai pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing pada laporan tahunan dalam ruang lingkup
industri manufaktur dalam bentuk skripsi yang berjudul: “Pengaruh Corporate Social Responsibility, Kepemilikan Institusional, dan Kepemilikan Asing Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Tahun 2011 dan 2013”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi perumusan masalah dalam
8 simultan maupun secara parsial dalam laporan tahunan perusahaan manufaktur di
Bursa Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka
penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing terhadap nilai perusahaan dalam laporan tahunan pada perusahaan manufaktur di Bursa
Efek Indonesia tahun 2011 dan 2013 serta digunakan sebagai referensi untuk
penelitian selanjutnya.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, pokok permasalahan dan tujuan
penelitian maka hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
peneliti, perusahaan, investor, akademis dan peneliti selanjutnya.
a. Bagi peneliti, sebagai bahan pembelajaran mengenai Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing serta nilai perusahaan.
b. Bagi perusahaan, sebagai bahan manajemen perusahaan untuk
memperlihatkan sejauh mana kinerja dan operasional perusahaan.
c. Bagi investor, sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan
keputusan investasi, dan juga untuk menilai kinerja dan operasional
perusahaan.
d. Bagi akademis, sebagai masukan dan tambahan pengetahuan di bidang
9
Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan kepemilikan asing serta nilai perusahaan.
e. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai bahan referensi untuk
menyempurnakan penelitian selanjutnya yang sifatnya sejenis serta
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Keagenan
Dengan terpisahnya pemilik perusahaan pada perusahaan go public yang diwakili oleh dewan komisaris (principal) dengan orang yang mengelola perusahaan yaitu manajemen (agent), akan terjadi gap atau konflik kepentingan. Hal tersebut terjadi karena manajer tidak akan mau bekerja untuk kepentingan pemilik perusahaan jika tidak selaras dengan kepentingan mereka. Hubungan keagenan timbul pada saat seorang atau lebih individu yang disebut sebagai
principal menggaji individu lain yang disebut sebagai agent untuk memberikan jasa kepadanya, kemudian mendelegasikan otoritas pengambilan keputusan kepada agent tersebut (Lubis dan Putra, 2012:11).
Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer
perusahaan dan pemegang saham. Prinsipal atau pemilik perusahaan menyerahkan
pengelolaan perusahaan terhadap pihak manajemen. Manajer sebagai pihak yang
diberi wewenang atas kegiatan perusahaan dan berkewajiban menyediakan
laporan keuangan akan cenderung untuk melaporkan sesuatu yang
memaksimalkan utilitasnya dan mengorbankan kepentingan pemegang saham.
Sebagai pengelola perusahaan, manajer akan lebih banyak mengetahui informasi
internal dan prospek perusahaan dibandingkan pemilik (pemegang saham).
Manajer berkewajiban memberikan sinyal mengenai kondisi perusahaan kepada
pemilik sebagai wujud dari tanggung atas pengelolaan perusahaan, namun
informasi yang disampaikan terkadang diterima tidak sesuai dengan kondisi
perusahaan sebenarnya sehingga hal ini memacu terjadinya konflik keagenan.
Dalam kondisi yang demikian, ini dikenal sebagai informasi yang tidak simetris
11
2.1.2 Teori Stakeholder
Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang
hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri, namun harus mampu memberikan
manfaat bagi stakeholdernya. Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat
dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut
(Ghozali dan Chariri, 2007).
Stakeholder pada dasarnya dapat mengendalikan atau memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi pemakaian sumber-sumber ekonomi yang digunakan
perusahaan. Kemampuan tersebut dapat berupa kemampuan untuk membatasi
pemakaian sumber ekonomi yang terbatas (modal dan tenaga kerja), akses terhadap
media yang berpengaruh, kemampuan untuk mengatur perusahaan, atau kemampuan
untuk mempengaruhi konsumsi atas barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan.
Oleh karena itu, ketika stakeholder mengendalikan sumber ekonomi yang penting
bagi perusahaan, maka perusahaan akan bereaksi dengan cara-cara untuk memuaskan
keinginan stakeholder(Sinaga, 2012).
Stakeholder akan mempengaruhi pelaksanaan dan pengungkapan pertanggungjawaban sosial. Penganut active posture akan melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial sesuai dengan permintaan stakeholder
inti (stakeholder yang paling mempengaruhi perusahaan). Penganut passive posture akan melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial secara adil untuk semua stakeholder. Sehingga mungkin akan ditemui adanya beda fokus dalam pelaksanaan dari masing perusahaan sesuai pandangan
12
2.1.3 Teori Legitimasi
Ghozali dan Chariri (2007) mengungkapkan definisi teori legitimasi
sebagai suatu kondisi atau status yang ada ketika suatu sistem nilai perusahaan
sejalan dengan sistem nilai dari sistem sosial yang lebih besar dimana perusahaan
merupakan bagiannya. Ketika suatu perbedaan yang nyata atau potensial, ada
antara kedua sistem nilai tersebut, maka akan muncul ancaman terhadap legitimasi
perusahaan. Dengan melakukan pengungkapan sosial, perusahaan merasa
keberadaan dan aktivitasnya terlegitimasi.
Legitimasi organisasi dapat dilihat sebagai sesuatu yang diberikan
masyarakat kepada perusahaan dan sesuatu yang diinginkan atau dicari
perusahaan dari masyarakat. Dengan demikian, legitimasi dapat dikatakan sebagai
manfaat atau sumber potensial bagi perusahaan untuk bertahan hidup. Tanggung
jawab sosial perusahaan, baik teori legitimasi maupun teori stakeholder, telah
menjelaskan mengenai apa yang menyebabkan perusahaan melakukan
pengungkapan tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dimana perusahaan itu
menjalankan kegiatannya.
Pada dasarnya pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bertujuan
untuk memperlihatkan kepada masyarakat aktivitas sosial yang dilakukan oleh
perusahaan dan pengaruhnya terhadap masyarakat. Dilihat dari satu sisi, tujuan ini
memiliki maksud yang baik. Namun penjelasan teori atas pengungkapan sosial ini
menunjukkan bahwa terdapat banyak motivasi yang bertitik tolak dari
kepentingan manajer ataupun perusahaan. Bahwa tujuan akhir dari adanya
13 perusahaan dalam usaha mendapatkan profit maksimum. Lebih jauh lagi,
legitimasi ini akan meningkatkan reputasi perusahaan yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada nilai perusahaan tersebut (Rawi, 2008).
2.1.4 Teori Institusional
Ide pokok teori institusional adalah bahwa organisasi dibentuk oleh
lingkungan institusional yang mengitarinya (Gudono, 2009). Menurut teori
institusional, perilaku organisasi atau keputusan yang diambil organisasi
dipengaruhi oleh institusi di luar organisasi. DiMaggio dan Powell (1983)
mengatakan bahwa, organisasi akan berupaya untuk menyesuaikan diri atau
isomorphic (sama dalam tampilan tetapi berbeda didalamnya) akibat tekanan dari luar jika ingin bertahan hidup. Menurut Meyer dan Rowan (1977), banyak posisi,
kebijakan, program, dan prosedur organisasi modern dipengaruhi oleh opini
publik, pandangan konstituen, dan pengetahuan melalui sistem pendidikan, prestis
sosial, hukum, dan pengadilan.
Zahra (2013) mengungkapkan bahwa ada tiga proses bagaimana organisasi
menyesuaikan diri. Pertama, coersive isomorphism yaitu proses penyesuaian menuju kesamaan dengan “pemaksaan”. Tekanan datang dari pengaruh politik
dan masalah legitimasi. Misalnya, tekanan muncul karena peraturan pemerintah
yang memiliki sanksi bagi yang melanggarnya. Begitu pula dalam sebuah
perusahaan milik negara atau BUMN. BUMN yang sahamnya sebagian besar
dimiliki oleh negara mendapatkan tekanan untuk meningkatkan prestis sosial.
BUMN secara tidak langsung diharuskan memberikan pelayanan yang maksimal
14 kompeten dalam urusan negara dianggap lebih mampu mengawasi jalannya suatu
usaha yang nantinya akan bermanfaat bagi seluruh masyarakat juga. Dengan
adanya paksaan dan tekanan, pemerintah memberikan perhatian lebih kepada
BUMN maupun BUMD yang tersebar di seluruh Indonesia.
Dalam proses menyesuaikan diri ini, ketika perusahaan milik negara
(BUMN) berhadapan dengan perusahan lain (BUMD) yang mungkin lebih
berkuasa, pemerintah selaku pemegang saham terbesar BUMN bisa jadi merasa
berada dalam tekanan publik, sehingga pihak pemerintah akan berupaya lebih
birokratis agar memenuhi tuntutan masyarakat. Dimana hal ini lebih mengarah
kepada prestis sosial/ memunculkan citra positif bagi BUMN dan juga pemerintah
itu sendiri. Namun, jika BUMN tidak berhasil meningkatkan prestis, maka citra
pemerintah akan dinilai buruk di mata masyarakat.
Kedua, mimetic isomorphism yaitu proses di mana organisasi meniru organisasi lain yang berhasil dalam satu bidang, meskipun organisasi peniru tidak
tahu persis mengapa mereka meniru, bukan karena dorongan supaya lebih efisien.
Menurut DiMagio dan Powell (1983), biasanya proses peniruan ini muncul di
lingkungan yang tidak pasti. Sebagai contoh, manajemen perusahaan Jepang
banyak ditiru oleh perusahaan dari negara lainnya karena dianggap berhasil.
Ketiga, normative isomorphism sering diasosiasikan dengan profesionalisasi dan menangkap tekanan normatif yang muncul di bidang tertentu.
Norma atau sesuatu yang tepat bagi organisasi berasal dari pendidikan formal dan
15 menyebarkan kepercayaan normatif itu. Ketika profesionalisme meningkat maka
meningkat juga tekanan normatif itu.
2.1.5 Nilai Perusahaan (Firm Value)
Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan
melalui peningkatan kemakmuran pemilik atau para pemegang saham
(Wahidawati, 2002). Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap
perusahaan terbuka yang sering dikaitkan dengan harga saham (Sujoko dan
Soebiantoro, 2007). Harga saham yang tinggi mengindikasikan nilai perusahaan
yang tinggi. Nilai perusahaan yang tinggi akan membuat pasar percaya tidak
hanya pada kinerja perusahaan saat ini namun juga prospek perusahaan di masa
depan (Hardiyanti, 2012).
Menurut Kurlelasari (2013) “Nilai Perusahaan didasarkan atas arus kas
operasinya. Nilai perusahaan berarti nilai jual perusahaan atau nilai tambah bagi
pemegang saham”. Dengan demikian ketika ingin memaksimumkan nilai
perusahaan, berarti manajemen perlu memproyeksi arus kas perusahaan agar
selalu sehat dari waktu ke waktu. Hal ini berarti nilai perusahaan dapat dilihat dari
kesehatan arus kas operasionalnya dan harga yang pantas dibayar oleh pembeli
apabila perusahaan dijual.
Menurut Nurlela dan Islahuddin (2008), nilai perusahaan didefinisikan
sebagai nilai pasar. Alasannya karena nilai perusahaan dapat memberikan
kemakmuran atau keuntungan bagi pemegang saham secara maksimum jika harga
saham perusahaan meningkat. Semakin tinggi harga saham, maka makin tinggi
16 arena dengan permintaan saham yang meningkatkan menyebabkan nilai
perusahaan juga akan meningkat. Nilai perusahaan dapat dicapai dengan
maksimum jika para pemegang saham menyerahkan urusan pengelolaan
perusahaan kepada orang-orang yang berkompeten dalam bidangnya, seperti
manajer maupun komisaris.
Rasio-rasio keuangan digunakan investor untuk mengetahui nilai pasar
perusahaan. Rasio tersebut dapat memberikan indikasi bagi manajemen mengenai
penilaian investor terhadap kinerja perusahaan di masa lampau dan prospeknya di
masa depan. Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, salah
satunya Tobin’s Q. Kim dkk (1993) menuturkan bahwa rasio Q dapat dipakai
untuk menilai monopoli perusahaan dan struktur pasar, dan juga untuk menilai
kesempatan akuisisi. Rasio Tobin’s Q ini disebut sebagai salah satu alternatif jenis
rasio yang menggunakan pendekatan harga pasar dengan nilai buku perusahaan
(PBV ratio) seperti yang dikemukakan oleh Damodaran (1996: 334). Perbedaan
yang jelas antara rasio Q dengan rasio PBV adalah rasio Q mendeskripsikan
seluruh perusahaan (total hutang ditambah modal), bukan hanya dari sisi ekuitas
saja seperti menghitung PBV (Pohan, 2005).
2.1.6 Corporate Social Responsibility (Tanggung Jawab Sosial Perusahaan)
Menurut The World Business Council for Sustainable Develpoment
17 Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility
(CSR) adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela
mengintegrasikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial ke dalam operasinya dan
interaksinya dengan stockholders, yang melebihi tanggung jawab organisasi di bidang
hukum (Saputri, 2011).
Selain itu, menurut Ha’ashi (dalam Daft, 2007:213), Corporate Social Responsibility adalah kewajiban manajemen untuk membuat pilihan dan mengambil tindakan yang akan memberikan kontribusi terhadap kesejahteraan
dan kepentingan masyarakat serta organisasi itu sendiri.
Perkembangan CSR secara konseptual menurut Nurlela dan Islahuddin (2008) mulai dibahas sejak tahun 1980-an yang disebabkan oleh hal-hal sebagai
berikut:
1. Maraknya fenomena take over antar korporasi yang kerap dipicu oleh keterampilan rekayasa financial.
2. Runtuhnya tembok Berlin yang merupakan simbol tumbangnya paham
komunis dan semakin kokohnya imperium kapitalisme secara global.
3. Meluasnya operasi perusahaan multinasional di negara-negara
berkembang sehingga semakin dituntutnya untuk memperhatikan hak
azasi manusia, kondisi sosial, dan perlakuan yang adil.
4. Globalisasi dan menciutnya peran sektor publik (pemerintah) hampir di
seluruh dunia telah menyebabkan tumbuhnya LSM yang memusatkan
perhatian mulai dari isu kemiskinan sampai pada kekhawatiran akan
punahnya berbagai spesies baik hewan maupun tumbuhan sehingga
18 5. Adanya kesadaran dari perusahaan akan arti penting merk dan reputasi
perusahaan dalam membawa perusahaan menuju bisnis berkelanjutan.
Serta menurut Deegan (2002), alasan yang mendorong praktek
pengungkapan Corporate Social Responsibility antara lain: 1. Mematuhi peraturan yang ada dalam Undang-undang
2. Pertimbangan rasionalitas ekonomi
3. Mematuhi pelaporan dan proses akuntabilitas
4. Mematuhi persyaratan peminjaman
5. Mematuhi harapan masyarakat
6. Konsekuensi ancaman atas legitimasi perusahaan
7. Mengelola kelompok stakeholder tertentu 8. Menarik dana investasi
9. Mematuhi persyaratan industri
10. Memenangkan penghargaan pelaporan
Agustine (2014) menyatakan bahwa Corporate Social Responsibility
merupakan suatu pengembangan konsep yang dikemukan oleh John Elkington
pada tahun 1997, yaitu “The Triple Bottom Line”. Dalam konsep tersebut dinyatakan bahwa agar perusahaan dapat mempertahankan keberlangsungannya
maka perlu memperhatikan 3P, yaitu tidak hanya profit, namun juga mampu memberikan kontribusi kepada masyarakat (people) serta ikut aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet).
Menurut Supriatna (2013), terdapat 4 prinsip yang harus dipegang dalam
19 1. Kesinambungan atau sustainability. Ini bukan berarti perusahaan akan terus-menerus memberikan bantuan kepada masyarakat. Tetapi,
program yang dirancang harus memiliki dampak yang berkelanjutan.
Corporate Social Responsibility berbeda dengan donasi bencana alam yang bersifat tidak terduga dan tidak dapat diprediksi.
2. Corporate Social Responsibility merupakan program jangka panjang. Perusahaan harus menyadari bahwa sebuah bisnis dapat tumbuh karena
dukungan atmosfer sosial dari lingkungan disekitarnya, karena itu,
Corporate Social Responsibility yang dilakukan adalah wujud pemeliharaan relasi yang baik dengan masyarakat dan bukanlah
aktivitas sesaat untuk mendongkrak popularitas atau mengejar profit.
3. Corporate Social Responsibility akan berdampak positif kepada masyarakat, baik secara ekonomi, lingkungan, maupun sosial.
Perusahaan yang melakukan Corporate Social Responsibility harus peduli dan mempertimbangkan sampai ke dampaknya.
4. Dana yang diambil untuk Corporate Social Responsibility tidak dimasukkan ke dalam cost structure perusahaan sebagaimana budget
untuk marketing yang pada akhirnya akan ditransformasikan ke harga jual produk. “Corporate Social Responsibility yang benar tidak membebani konsumen”.
Indikator keberhasilan dapat dilihat dari dua sisi, yaitu perusahaan dan
masyarakat. Dari sisi perusahaan, citranya harus semakin baik di mata
20 hidup, karenanya, penting bagi perusahaan melakukan evaluasi untuk mengukur
keberhasilan program Corporate Social Responsibility, baik secara kuantitatif maupun kualitatif.
Metode yang sering dipergunakan dalam menilai Corporate Social Responsibility adalah metode konten analisis laporan tahunan perusahaan atau
check list (Anggraini, 2011). Permanasari (2010) menyebutkan tema-tema yang termasuk dalam wacana Akuntansi Pertanggungjawaban Sosial adalah:
1. Kemasyarakatan
Tema ini mencakup aktivitas kemasyarakatan yang diikuti oleh
perusahaan, misalnya aktivitas yang terkait dengan kesehatan, pendidikan,
dan seni serta pengungkapan aktivitas kemasyarakatan lainnya.
2. Ketenagakerjaan
Tema ini meliputi dampak aktivitas perusahaan pada orang-orang dalam
perusahaan tersebut. Aktivitas tersebut meliput rekruitmen, program
pelatihan, gaji dan tuntutan, mutasi dan promosi, dan lainnya.
3. Produk dan Konsumen
Tema ini melibatkan aspek kualitatif suatu produk atau jasa, antara lain
pelayanan, kepuasan pelanggan, kejujuran dalam iklan,
kejelasan/kelengkapan isi pada kemasan, dan lainnya.
4. Lingkungan hidup
Tema ini meliputi aspek lingkungan dari proses produksi, yang meliputi
21 perbaikan kerusakan lingkungan akibat pemrosesan sumber daya alam dan
konversi sumber daya alam.
2.1.7 Kepemilikan Institusional (InstitutionalOwnership)
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak
yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank, perusahaan asuransi, perusahaan
investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan institusi
lainnya. Institusi biasanya dapat menguasai mayoritas saham karena mereka
sumber daya yang lebih besar dibandingkan dengan pemegang saham lainnya.
Oleh karena menguasai saham mayoritas, maka pihak institusional dapat
melakukan pengawasan terhadap kebijakan manajemen lebih kuat dibandingkan
dengan pemegang saham lain (Kartika, 2013).
Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa kepemilikan institusional
memiliki peranan yang sangat penting dalam meminimalisasi konflik keagenan
yang terjadi antara manajer dan pemegang saham. Keberadaan investor
institusional dianggap mampu menjadi mekanisme monitoring yang efektif dalam setiap keputusan yang diambil oleh manajer. Hal ini disebabkan investor
institusional terlibat dalam pengambilan yang strategis sehingga tidak mudah
percaya terhadap tindakan manipulasi laba. Monitoring tersebut tentunya akan menjamin kemakmuran untuk pemegang saham, pengaruh kepemilikan
institusional sebagai agen pengawas ditekan melalui investasi mereka yang cukup
besar dalam pasar modal.
Tingkat kepemilikan institusional yang tinggi akan menimbulkan usaha
22 menghalangi perilaku opportunistic manajer. Menurut penelitian Wening (2009) semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula
kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional memiliki kelebihan antara lain:
1. Memiliki profesionalisme dalam menganalisis informasi sehingga dapat
menguji keandalan informasi.
2. Memiliki motivasi yang kuat untuk melaksanakan pengawasan lebih
ketat atas aktivitas yang terjadi di dalam perusahaan.
2.1.8 Kepemilikan Asing (Foreign Ownership)
Kepemilikan asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing
(luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di
Indonesia. Selama ini kepemilikan asing merupakan pihak yang dianggap peduli
terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Seperti diketahui,
negara-negara di Eropa sangat memperhatikan isu sosial misalnya hak asasi
manusia, pendidikan, tenaga kerja, dan lingkungan.Kepemilikan asing dalam
perusahaan merupakan pihak yang dianggap concern terhadap Corporate Social Responsibility.
Isu kepemilikan perusahaan lokal oleh perusahaan asing bukanlah hal yang
baru lagi di dunia bisnis. Mekanisme pemantauan kepemilikan saham oleh
pemegang saham asing adalah melalui merger atau dengan cara pengendalian
23 membuat mekanisme pengawasan lain seperti pembentukan komite audit yang
bertujuan untuk memastikan bahwa manajemen bekerja berdasarkan kepentingan
para shareholders (Siregar dan Utama, 2006).
2.2 Penelitian Terdahulu
1. Wien Ika Permanasari (2010) menguji pengaruh kepemilikan
manajemen, kepemilikan institusional, dan Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independen adalah kepemilikan manajemen,
kepemilikan institusional, dan Corporate Social Responsibility. Sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Nilai
perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan nilai Tobin’s Q.
Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2007-2008. Sebanyak 68 perusahaan non keuangan digunakan sebagai
sampel. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan uji asumsi
klasik dan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukkan
bahwa variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan adalah variabel
Corporate Social Responsibility. Sedangkan variabel yang tidak mempengaruhi nilai perusahaan adalah kepemilikan manajemen dan
kepemilikan institusional.
24 menjadi variabel independen adalah Corporate Social Responsibility,
kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Sedangkan
variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam
penelitian ini diproksi dengan nilai Tobin’s Q. Pengumpulan data
menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan tambang batu bara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2010-2012. Sebanyak 11 perusahaan tambang batu bara digunakan sebagai
sampel. Metode analisis dari penelitian ini menggunakan uji asumsi
klasik dan regresi berganda. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa
Corporate Social Responsibility tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, begitu juga kepemilikan manajerial yang berpengaruh
negatif terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel kepemilikan
institusional mempengaruhi nilai perusahaan.
3. Komang Fridagustina Adnantara (2013) menguji pengaruh struktur
kepemilikan saham dan Corporate Social Responsibility pada nilai perusahaan. Variabel independen dalam penelitian ini adalah
kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik,
dan Corporate Social Responsibility. Sedangkan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi
dengan nilai Tobin’s Q. Pengumpulan data menggunakan metode
purposive sampling terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010. Sebanyak 47 perusahaan
25 menggunakan metode analisis jalur. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kepemilikan institusional dan kepemilikan publik berpengaruh
positif pada Corporate Social Responsibility, dan Corporate Social Responsibility terbukti memiliki pengaruh positif pada nilai perusahaan. Dapat disimpulkan bahwa secara langsung struktur kepemilikan tidak
berpengaruh pada nilai perusahaan, namun melalui Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional dan kepemilikan publik berpengaruh tidak langsung pada nilai perusahaan.
4. Rika Nurlela dan Islahuddin (2008) menguji pengaruh Corporate Social Responsibility terhadap nilai perusahaan dengan prosentase kepemilikan manajemen sebagai variabel moderating. Variabel independen dalam
penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility dan variabel dependennya adalah nilai perusahaan. Serta terdapat variabel
moderating yaitu adalah prosentase kepemilikan manajemen dan tipe
industri. Nilai perusahaan dalam penelitian ini diproksi dengan nilai
Tobin’s Q. Pengumpulan data menggunakan metode purposive sampling terhadap perusahaan non keuangan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta tahun 2005. Sebanyak 41 perusahaan non keuangan
digunakan sebagai sampel. Analisis metode penelitian ini menggunakan
analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
26 signifikan terhadap nilai perusahaan. Sedangkan secara parsial hanya
prosentase kepemilikan manajemen dan interaksi antara Corporate Social Responsibility dengan prosentase kepemilikan manajemen yang berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel
lain yang terdapat dalam penelitian ini tidak berpengaruh signifikan
terhadap nilai perusahaan.
5. Meryaty (2011) menguji pengaruh Corporate Governance terhadap nilai perusahaan. Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Corporate Governance yang diproksikan ke dalam komisaris independen, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional,,
kepemilikan asing, dan kualitas auditor. Sedangkan variabel
dependennya adalah nilai perusahaan. Pengumpulan data menggunakan
metode purposive sampling terhadap perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007-2009. Sebanyak 18
perusahaan digunakan sebagai sampel. Metode analisis dari penelitian
ini menggunakan uji asumsi klasik dan regresi berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara parsial seluruh variabel tidak
27
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Nama
Peneliti
Judul
Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian
1 Permanasari (2010) dan Corporate Social
Variabel Dependen: Nilai Perusahaan
Variabel Dependen: Nilai Perusahaan
28 dan Corporate Social Responsibility
Variabel Dependen: Nilai Perusahaan
29 Responsibility dan prosentase dan Kualitas Auditor
Variabel Dependen: Nilai Perusahaan
Corporate asing, dan kualitas auditor tidak berpengaruh signifikan secara parsial terhadap nilai perusahaan.
2.3 Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual adalah suatu hubungan atau kaitan yang
mencerminkan hubungan antara variabel satu dengan variabel lainnya dari
30
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dapat didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis di antara dua atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang dapat diuji. Hubungan tersebut diperkirakan berdasarkan jaringan asosiasi yang ditetapkan dalam kerangka teoritis yang dirumuskan untuk studi penelitian. Dengan menguji hipotesis dan menegaskan perkiraan hubungan, diharapkan bahwa solusi dapat ditemukan untuk mengatasi masalah yang dihadapi (Sekaran, 2009: 135).
Dari kerangka konseptual, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini
sebagai berikut:
H1: Corporate Social Responsibility berpengaruh signifikan terhadap nilai
31 H2: Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan
H3: Kepemilikan asing berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan
H4: Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, dan
32
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia melalui situs resmi BEI yaitu www.idx.co.id
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
. Objek
penelitian ini adalah Corporate Social Responsibility, kepemilikan institusional, kepemilikan asing, dan nilai perusahaan pada laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 dan
2013.
3.2.1 Populasi
Menurut Sekaran (2006:121) populasi merupakan keseluruhan kelompok
orang, kejadian, atau hal minat yang ingin peneliti investigasi. Populasi dalam
penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) tahun 2011 dan 2013 yakni sebanyak 145 perusahaan.
3.2.2 Sampel
Sampel menurut Sekaran (2006:123) adalah sebagian dari populasi.
Sampel terdiri atas sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Dengan kata lain,
sejumlah, tapi tidak semua, elemen populasi akan membentuk sampel. Pemilihan
33 Adapun kriteria sampel yang akan digunakan yaitu:
1. Perusahaan menerbitkan laporan tahunan untuk tahun 2011 dan 2013.
2. Perusahaan mengungkapkan Corporate Social Responsibility dalam laporan tahunan 2013.
3. Perusahaan memiliki kepemilikan institusional dalam struktur
kepemilikan sahamnya untuk tahun 2013.
Dengan adanya kriteria diatas maka terdapat 83 perusahaan yang dijadikan
sampel.
Tabel 3.1 Sampel Penelitian
Keterangan Jumlah Perusahaan
Perusahaan yang tergolong
perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2011 dan 2013
145
Perusahaan yang tidak menerbitkan laporan tahunan untuk tahun 2011 dan 2013
(21)
Perusahaan yang tidak
mengungkapkan Corporate Social Responsibility
(7)
Perusahaan yang tidak memiliki kepemilikan institusional dalam struktur kepemilikan sahamnya
34 Jumlah perusahaan yang memenuhi
kriteria sampel 83
Sumber: Bursa Efek Indonesia (Maret 2015)
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Dalam hal ini data yang digunakan adalah data sekunder. Menurut Sekaran
(2009:77), data sekunder adalah data yang diperoleh melalui sumber yang ada,
yaitu data yang telah ada dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti.
Sumber data yang digunakan adalah data-data laporan tahunan perusahaan
manufaktur yang bersumber dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011 dan
2013 melalui situs resminya
3.4 Operasional Variabel 3.4.1 Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat merupakan variabel yang menjadi
perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti adalah memahami dan membuat variabel
dependen, menjelaskan variabilitasnya, atau memprediksinya. Dengan kata lain,
variabel dependen merupakan variabel utama yang menjadi faktor yang berlaku
dalam investigasi (Sekaran, 2009:116).
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang
diukur menggunakaan Tobin’s Q.
�
=
(���+�)35 Keterangan:
Q = nilai perusahaan EMV = nilai pasar ekuitas
D = nilai buku dari total hutang EBV = nilai buku dari total aktiva
Equity Market Value (EMV) diperoleh dari hasil perkalian harga saham penutupan (closing price) akhir tahun dengan jumlah saham yang beredar pada akhir tahun. Sedangkan Equity Book Value (EBV) diperoleh dari selisih total asset perusahaan dengan total kewajibannya.
3.4.2 Variabel Independen
Menurut Sekaran (2009:117) variabel independen atau variabel bebas
adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, entah secara positif atau
pun negatif.
1. Corporate Social Responsibility
Corporate Social Responsibility atau pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan bukan menjadi hal yang bersifat sukarela tetapi sudah menjadi
kegiatan yang wajib dinyatakan dalam laporan tahunan. Semakin besar
perusahaan maka semakin diwajibkan perusahaan tersebut untuk mengungkapkan
kegiatan sosialmya. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang
dinyatakan dalam laporan tahunan untuk memberikan informasi kepada pengguna
laporan keuangan tahunan dan kegiatan sosial yang dilakukan untuk mengurangi
dampak negatif yang dialami perusahaan seperti kemungkinan terjadinya
36 Pengukuran variabel CSR dalam penelitian ini menggunakan metode konten analisis. Daftar pengungkapan sosial yang digunakan adalah daftar item
yang mengacu pada peneliti sebelumnya yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Permanasari (2010) dan juga Rika dan Islahuddin (2008) dengan empat tema yaitu
kemasyarakatan, produk dan konsumen, ketenagakerjaan, serta lingkungan hidup.
Adapun pengukurannya dengan menggunakan variabel dummy yaitu nilai
1 jika terdapat pengungkapan sesuai dengan item pada daftar pertanyaan dan nilai
0 jika tidak terdapat pengungkapan atau pengungkapan tidak sesuai dengan item
pada daftar pertanyaan. Pengukuran kemudian dilakukan berdasarkan indeks
pengungkapan masing-masing perusahaan yang dihitung melalui jumlah item
yang diungkapkan perusahaan dengan jumlah semua item yang mungkin
diungkapkan (Bambang Suripto, 1999), yang dinotasikan dalam rumus sebagai
berikut:
Keterangan:
CSD : Corporate Social Disclosure
n : jumlah item yang diungkapkan perusahaan
k : jumlah semua item yang mungkin diungkapkan, k = 32 item
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham oleh pihak-pihak
yang berbentuk institusi seperti yayasan, bank, perusahaan asuransi, perusahaan
investasi, dana pensiun, perusahaan berbentuk perseroan (PT), dan institusi
lainnya. Kepemilikan institusional dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
37
3. Kepemilikan Asing
Kepemilikan asing adalah jumlah saham yang dimiliki oleh pihak asing
(luar negeri) baik oleh individu maupun lembaga terhadap saham perusahaan di
Indonesia. Kepemilikan asing dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
����������������=�����ℎ�������������ℎ�������
�������ℎ��������� �100%
������������������������=�����ℎ�������������ℎ���������������
38
Tabel 3.2 Operasional Variabel
Variabel Definisi Formula Skala
Nilai
sosial ke dalam
39 oleh pihak asing (luar negeri)
3.5 Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengujian
40
3.5.1 Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik yang digunakan adalah uji normalitas, uji
multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji autokorelasi.
3.5.1.1 Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi,
variabel dependen dan variabel independen memiliki distribusi normal atau tidak.
Untuk menghindari terjadinya bias, data yang digunakan harus terdistibusi dengan
normal. Model regresi yang baik adalah memiliki data normal atau mendekati
normal (Ghozali, 2009:110).
Untuk melihat normalitas dapat dilakukan dengan melihat histogram atau
pola distribusi data normal. Normalitas dapat dideteksi dengan melihat
penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat
histogram dari nilai residualnya. Dasar pengambilan keputusannya adalah:
1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal atau garis histogramnya menunjukkan pola berdistribusi
normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas,
2. Jika data menyebar jauh dari diagonal dan tidak mengikuti arah garis
diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan data berdistribusi
normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Dalam
penelitian ini Peneliti menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S)
untuk menguji normalitas data. Uji K-S dibuat dengan membuat
hipotesis:
41 Ha : data residual tidak berdistribusi normal.
3.5.1.2 Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2009:91), uji ini bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen.
Multikolinieritas adalah situasi adanya korelasi variabel-variabel independen
antara yang satu dengan yang lainnya. Jika terjadi korelasi sempurna diantara
sesama variabel bebas, maka konsekuensinya adalah:
1. Koefisien-koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir,
2. Nilai standar error setiap koefisien regresi menjadi tak terhingga.
Ada tidaknya multikolinearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai tolerance
dan variance inflation factor (VIF), serta dengan menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independen. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah jika nilai tolerance < 0,1 atau sama dengan nilai VIF>10, maka model dapat dikatakan terbebas dari multikolinearitas.
3.5.1.3 Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk melihat apakah didalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variabel pengganggu dari satu pengamatan dengan
pengamatan yang lain. Menurut Ghozali (2009:125) Model regresi yang baik
adalah yang homoskesdatisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara
42 pola gambar Scatterplot. Analisis pada gambar Scatterplot yang menyatakan model regresi berganda tidak terdapat heteroskedastisitas jika:
1. Titik-titik data menyebar di atas, di bawah atau di sekitar angka nol,
2. Titik-titik data tidak mengumpul hanya di atas atau dibawah,
3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang
melebar kemudian menyempit dan melebar kembali,
4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
3.5.1.4 Uji Autokorelasi
Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear
terdapat korelasi atau kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1. Jika terjadi autokorelasi, maka terdapat problem autokorelasi.
Menurut Ghozali (2009:99), autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini sering ditemukan
pada data time series. Pada data cross section, masalah autokorelasi relatif tidak terjadi. Uji yang digunakan dalam penelitian untuk mendeteksi ada tidaknya
autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin-Watson (DW). Kriteria
untuk penilaian terjadinya autokorelasi yaitu:
Tabel 3.3 Uji Autokorelasi
Interval Kriteria
0 < dw < dl dw < 1,70 Ada autokorelasi
dl < dw ≤ du 1,70 < dw < 1,79 Tanpa kesimpulan du < dw < 4-du 1,79 < dw < 2,20 Tidak ada autokorelasi 4-du ≤ dw ≤ 4-dl 2,20 < dw < 2,30 Tanpa kesimpulan
dw > 4-dl dw > 2,30 Ada autokorelasi
43 Model regresi yang baik adalah model regresi yang bebas dari masalah
autokorelasi.
3.5.2 Uji Regresi Linear Berganda
Analisis regresi berganda adalah teknik statistik untuk menaksir varians
dalam variabel terikat dengan meregresi variabel bebas terhadapnya. Analisis
regresi berganda dilakukan untuk menguji pengaruh simultan dari beberapa
variabel bebas terhadap satu variabel terikat yang berskala interval (Sekaran,
2006:299).
Penelitian ini menggunakan model regresi linier berganda (multiple linear regression), karena terdiri dari satu variabel dependen dan beberapa variabel independen. Persamaan dirumuskan sebagai berikut :
Y = a+b1X1+b2X2+b3X3+e
Keterangan:
Y = Nilai Perusahaan a = Konstanta
b = Koefisien Regresi
X1 = Corporate Social Responsibility
X2 = Kepemilikan Institusional
X3 = Kepemilikan Asing
e = Error
3.6 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji statistik F, uji
44
3.6.1 Uji Statistik F
Pengujian hipotesis distribusi F pada model regresi berganda dilakukan
untuk mengetahui pengaruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel
terikat. Rumusan hipotesis yang diuji adalah sebagai berikut:
H0 diterima (Ha ditolak) bila Fhitung ≤ Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai
signifikansinya apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat,
H0 ditolak (Ha diterima) bila Fhitung> Ftabel, atau dapat dilihat dari nilai
signifikansinya apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan
secara serentak dari variabel bebas terhadap variabel terikat.
Ha diterima bila thitung> ttabel, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya
apabila < 0.05; artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel
bebas secara parsial terhadap variabel terikat.
3.6.2 Uji Statistik t
Uji t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel
bebas secara individual dalam menerangkan variasi variabel terikat. Tujuan dari
uji t adalah untuk menguji koefisien regresi secara individual. Rumusan hipotesis
yang akan diuji adalah sebagai berikut:
H0 diterima bila ttabel > thitung, atau dapat dilihat dari nilai signifikansinya
apabila > 0.05; artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari
45
3.6.3 Uji Koefisien Determinasi
Pengujian koefisien determinan dilakukan untuk melihat seberapa besar
pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Pengujian ini dilakukan dengan
melihat nilai koefisien determinan. Koefisien determinan (R2) merupakan besaran non negatif dan besarnya koefisien determinasi adalah (� ≤ ��≤ � ). Jika
koefisien determinan bernilai 0, maka tidak ada hubungan antara variabel bebas
dengan variabel terikat. Sebaliknya jika koefisien determinan bernilai 1, maka
ada keterikatan sempurna antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Uji Determinasi, untuk melihat besarnya kontribusi pengaruh variabel
bebas dan variabel terikat dapat dihitung dengan rumus:
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Statistik Deskriptif
Pada bagian ini akan digambarkan data dari masing-masing variabel yang
telah diolah dilihat berdasarkan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata
(mean) dan standar deviasi dari masing-masing variabel. Variabel dalam penelitian ini meliputi variabel independen yang terdiri dari Corporate Social Responsibility (X1), Kepemilikan Institusional (X2), Kepemilikan Asing (X3), dan variabel dependen yaitu Nilai Perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q (Y). Hasil pengujian statistik deskriptif dapat dilihat dari tabel berikut ini:
Tabel 4.1
Sumber: Hasil Pengolahan Data SPSS (Mei 2015)
Berdasarkan pengujian statistik dekriptif yang tersaji pada Tabel 4.1 dapat
dijelaskan bahwa:
1. Rata-rata CSR adalah 0.41620, dengan standar deviasi 0.177752, nilai maksimum 0.810 dan nilai minimum 0. Maka dapat diindikasikan data
47 2. Rata-rata Kepemilikan Institusional (IO) adalah 42.39964, dengan
standar deviasi 27.430215, nilai maksimum 98.180 dan nilai minimum
0. Maka dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar diantara
nilai maksimum dan minimum.
3. Rata-rata Kepemilikan Asing (FO) adalah 28.11307, dengan standar
deviasi 27.735629, nilai maksimum 96.320 dan nilai minimum 0. Maka
dapat diindikasikan data bervariatif dan menyebar diantara nilai
maksimum dan minimum.
4. Rata-rata Nilai Perusahaan (Q) adalah 1.55886, dengan standar deviasi
1.401402, nilai maksimum 10.460 dan nilai minimum 0.08. Maka dapat
diindikasikan bahwa data bervariatif dan menyebar diantara nilai
maksimum dan minimum.
4.1.2 Uji Asumsi Klasik Sebelum Transformasi
Uji asumsi klasik dilakukan untuk mengetahui kondisi data yang
digunakan dalam sebuah penelitian. Hal ini dilakukan agar diperoleh model
analisis yang tepat untuk digunakan dalam penelitian ini.
4.1.2.1 Uji Normalitas
Untuk menguji data penelitian ini berdistribusi normal atau tidak,