S E K
O L A H
P A
S C
A S A RJA
NA
PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT DAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI
TESIS
Oleh
CAHYO GINARTI
087017006/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT DAN GOOD
CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP
CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY
PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
YANG TERDAFTAR DI BEI
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains Dalam Program Studi Ilmu Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
CAHYO GINARTI 087017006/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
Nama Mahasiswa : Cahyoginarti
Nomor Pokok : 087017006
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
Dr.Tavi Supriana, M.Si. Drs. Firman Syarif, M.Si.Ak Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah Diuji pada
Tanggal : 17 Juli 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Dr.Tavi Supriana, M.Si
Anggota : 1. Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak
2. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, Ak 3. Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak
LEMBAR PERNYATAAN
Judul Tesis
“PENGARUH EARNINGS MANAGEMENT DAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP CORPORATE SOCIAL REPONSIBILITY PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DIBEI”
Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat
untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Akuntansi
Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil
karya penulis sendiri.
Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian
tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis
cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah, dan etika
penulisan ilmiah.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis
ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian
tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang
penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku.
Medan, 15 Juli 2012
Penulis,
ABSTRAK
Pengaruh Earnings Management dan Good Corporate Governance terhadap Corporate Sosial Responsibility pada manufaktur yang
terdapaftar di Bursa Efek Indonesia.
Objek dari penelitian ini adalah pengaruh earnings management dan Good
Corporate Governance terhadap Corporate Sosial. Responsibility. Metode yang digunakan metode kuantatif dengan analisis yang regresi berganda. Corporate Social Responsibility sebagai variabel dependen, Earning Management dan Good Corporate Governance yang diwakili dewan direktur, kepemilikan Institusional dan komite audit sebagai variabel independen. Populasi sebanyak 140 perusahaan manufaktur dan 60 perusahaan sebagai sample dengan menggunakan purposive sampling. Hasil menunjukan (1) secara simultan earnings management dan Good Corporate Governance mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Corporate Social Responsibility, (2) secara pancial earnings management, komisaris independen dan kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility, sedangkan komite audit berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility.
ABSTRACT
The influence of earnings management and good corporate governance on corporate social responsibility at manufacture company
Registered in Indonesia Stock Exchange.
The influence of earnings management and good corporate governance on corporate social responsibility in manufacturing company Registered in Indonesia Stock Exchange. The object of the study is the influence of earning management and good corporate governance on corporate social responsibilityThe study used quantitative method with multiple regression analysis. Corporate Social Responsibility is the dependent variable, while the independent variables consisted of earning manajemen and Good Corporate Governance which were represented by managing board, Institusional ownership and audit committee.The population was was 140 manufacturing companies and 60 of them were used as the samples using purposive sampling technique.The result of the study showed that 1) Simultaneously, Earnings Management and Good Corporate Governance had signicant influence on Corporate Social Responsibility,2) and Partially, Earnings Management which comprised independent commissioner and institutional ownership did not have any influence on Corporate Social Responsibility, while Audit Committee had influence on Corporate Social Responsibility.
KATA PENGANTAR
Pertama sekali penulis memanjatkan doa syukur alhamdulillah kehadirat
ALLAH SWT, atas rezeki dan pertolonganNya sehingga tesis ini ndapat
diselesaikan. Kepada almarhum ibu dan bapak, penulis panjatkan doa semoga
mendapatkan tempat yang terbaik disisi ALLAH SWT.
Selama mengikuti pendidikan S-2 pada Universitas Sumatera Utara, penulis
banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak. Dengan selesainya tesis ini,
perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc (CTM), SP.A(K),
selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, Msi selaku Direktur Program Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara atas kesempatan menjadi mahasiswa Program
Magister pada Program Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Tavi Supriana, M.Si, Ak selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan dorongan, bimbingan dan saran kepada penulis sehingga tesis ini
dapat diselesaikan.
4. Drs. Firman Syarif, M.Si Ak selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu memberikan saran dan bimbingan sampai tesis ini dapat
diselesaikan.
5. Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, Mafis, MBA, Ak selaku Ketua Program Studi
Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara dan
bertindak sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan
6. Dra. Tapi Andasari Lubis, M. Si, Ak selaku Sekretaris Program Studi
Magister Akuntansi sekaligus Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera
Utara sekaligus bertindak sebagai Dosen Pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian tesis ini.
7. Drs. Sri Mulyani, MBA, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah banyak
memberikan masukan dan saran dalam penyelesaian tesis ini.
8. Dosen dan segenap Civitas Akademika Sekolah Pascasarjana Universitas
Sumatera Utara.
9. Suamiku Ir. Sumali yang memberikan dorongan dan motivasi kepada penulis
sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
10. Rekan – rekan sejawat dari Politeknik Negeri Medan Khususnya Drs.
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : Cahyoginarti SE. Ak
Tanggal lahir : 23 Juni 1966
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Pekerjaan : Dosen
Alamat :
Nama Orangtua :
Pendidikan :
1. SD Negri 060853 Medan thn 1979
2. SMP Negri 16 Bandung thn 1982
3. SMA Negri 9 Bandung 1985
DAFTAR ISI
prinsip Corporate Social Responsibility ... 192.2. ... Earning s Management ... 20
2.2.1 Defenisi Earnings Management ... 20
2.2.2 Faktor-faktor pendorong Earnings Management ... 23
2.2.3 Tekhnik Earnings Management... 25
2.2.4 Metode Earnings Management ... 26
2.2.5 Hubungan Earnings Management Dengan CSR ... 27
2.3.1 Defenisi Good Corporate Governance ... 29
2.3.2 Perinsip Good Corporate Governance ... 30
2.3.3 Struktur Good Corporate Governance ... 33
2.3.4 Perkembangan Good Corporate Governance ... 36
2.3.5 Hubungan Mekanisme Good Corporate Governance dengan Corporate Social Responsibility ... 39
BAB III. KERANGKA KONSEP DAN HIPOTES ... 48
4.2. Populasi Dan Sampel Penelitian ... 54
4.3. Teknik Pengambilan Sampel... 55
4.4. Metode Pengambilan Sampel ... 56
4.5. Defenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel ... 56
4.6. Model Analisis Data ... 61
4.7.2 Pengujian Hipotesis Penelitian ... 64
4.7.2.1 Uji – F ... 65
5.2.1.3 Uji Heteroskedastisitas ... 72
5.2.1.4 Uji Autokorelasi ... 73
5.3.1 Pengaruh Earnings Management dan Corporate Governance
Dalam Hal Ini Komisaris Independen (KOM), Kepemilikan Institusional (INST), dan Komite Audit (ADIT) Secara Simultan
Terhadap (CSR)... 81
5.3.2 Pengaruh earnings management dan corporate governance dalam hal ini Komisaris Independen (KOM), Kepemi likan Institusional (INST) dan Komite Audit (ADIT) secara persial terhadap perusahaan ... 82
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 86
6.1 Kesimpulan ... 86
6.2 Keterbatasan ... 87
6.3 Saran ... 88
DAFTAR PUSTAKA ... 89
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1 Daftar Peneliti Terdahulu ... 39 4.1 ... Ringkas
an Perolehan Sampel Penelitian... 49 4.2 Daftar Operasional Penelitan ... 53 5.1 ... Deskripr
i Variabel Penelitian ... 60 5.2 ... Uji
Multikolinearitas ... 63 5.3 ... Uji
Durbin Watson ... 65 5.4 ... Hasil
Pengujian Hipotesis ... 65 5.5 ... Hasil
Uji F ... 67 5.6 ... Hasil
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 ... Struktur Board Of Direktur Dalam One Tier System ... 30 2.2 ... Struktur
Board Of Direktur Dalam Two Tier System ... 30 5.1 ... Uji
Normalitas Data ... 62 5.2 ... Heterok
ABSTRAK
Pengaruh Earnings Management dan Good Corporate Governance terhadap Corporate Sosial Responsibility pada manufaktur yang
terdapaftar di Bursa Efek Indonesia.
Objek dari penelitian ini adalah pengaruh earnings management dan Good
Corporate Governance terhadap Corporate Sosial. Responsibility. Metode yang digunakan metode kuantatif dengan analisis yang regresi berganda. Corporate Social Responsibility sebagai variabel dependen, Earning Management dan Good Corporate Governance yang diwakili dewan direktur, kepemilikan Institusional dan komite audit sebagai variabel independen. Populasi sebanyak 140 perusahaan manufaktur dan 60 perusahaan sebagai sample dengan menggunakan purposive sampling. Hasil menunjukan (1) secara simultan earnings management dan Good Corporate Governance mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Corporate Social Responsibility, (2) secara pancial earnings management, komisaris independen dan kepemilikan Institusional tidak berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility, sedangkan komite audit berpengaruh terhadap Corporate Social Responsibility.
ABSTRACT
The influence of earnings management and good corporate governance on corporate social responsibility at manufacture company
Registered in Indonesia Stock Exchange.
The influence of earnings management and good corporate governance on corporate social responsibility in manufacturing company Registered in Indonesia Stock Exchange. The object of the study is the influence of earning management and good corporate governance on corporate social responsibilityThe study used quantitative method with multiple regression analysis. Corporate Social Responsibility is the dependent variable, while the independent variables consisted of earning manajemen and Good Corporate Governance which were represented by managing board, Institusional ownership and audit committee.The population was was 140 manufacturing companies and 60 of them were used as the samples using purposive sampling technique.The result of the study showed that 1) Simultaneously, Earnings Management and Good Corporate Governance had signicant influence on Corporate Social Responsibility,2) and Partially, Earnings Management which comprised independent commissioner and institutional ownership did not have any influence on Corporate Social Responsibility, while Audit Committee had influence on Corporate Social Responsibility.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan lembaga yang selama ini dapat memberikan keuntungan bagi
masyarakat. Menurut pendekatan teori akuntansi perusahaan harus
memaksimalkan labanya agar dapat memberikan sumbangan yang maksimum
kepada masyarakat. Namun seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat
semakin menyadari adanya dampak-dampak sosial yang ditimbulkan oleh
perusahaan dalam menjalankan operasinya untuk mencapai laba yang maksimum.
Masyarakat menuntut agar perusahaan senantiasa memperhatikan
dampak-dampak sosial yang ditimbulkannya dan berupaya untuk mengatasinya. Dampak
sosial yang ditimbulkan perusahaan semakin lama semakin memprihatinkan,
sehingga lebih mempunyai kepedulian terhadap lingkungan yang diwujudkan
dengan tanggungjawab terhadap lingkungannya.( Rachiemah, 2008).
Dengan adanya gugatan tersebut muncul konsep akuntansi baru yang
menggantikan konsep akuntansi tradisonal. Dalam akuntansi tradisional pusat
perhatianhaan masyarakat hanya terbatas kepada shareholder dan bondholder,
yang secara langsung memberikan kontribusi bagi perusahaan, sedangkan pihak
lain diabaikan. Dalam konsep akuntansi akuntansi baru tanggung jawab sosial
perusahaan (Corporate Sosial Responsibility untuk selanjutnya disebut CSR
adalah penting bagi perusahaan di Indonesia (Rachiema, 2008).
Akibat dampak dari buruknya pengelolaan lingkungan yang semakin nyata,
persoalan lingkungan merupakan faktor penting yang harus segera dipikirkan.
Gejala ini dapat dilihat dari berbagai bencana yang terjadi akhir-akhir ini seperti
banjir yang melanda Jakarta, tanah longsor di daerah Sumatra Barat, serta
kebakaran hutan diberbagai daerah Sumatra dan Kalimantan. Bahkan munculnya
banjir lumpur bercampur gas sulfur yang dikenal dengan kasus Lapindo Brantas
merupakan bukti rendahnya komitmen perusahaan terhadap dampak lingkungan
dari aktivitas perusahaan. Dalam situasi ini perusahaan diharuskan untuk
bertanggungjawab terhadap kualitas lingkungan alam dan sosial kepada
pemerintah dan masyarakat dimana dalam kegiatan operasionalnya menggunakan
Mengabaikan lingkungan hidup pada akhirnya dapat berpotensi menimbulkan
kerugian bagi perusahaan. Akibat salah mengelola limbah menimbulkan gugatan
dari masyarakat dan pada akhirnya akan memperburuk citra perusahaan (kasus
Lapindo Brantas , Indorayon serta Freefort). Dengan meningkatnya kasus-kasus
pertikaian antara masyarakat dan perusahaan, pemerintah Indonesia mengeluarkan
Undang-Undang No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas yang mewajibkan
pelaksanaan laporan tanggung jawab sosial dan lingkungan dalam laporan
keuangannya.
Namun standar akuntansi keuangan di Indonesia belum mewajibkan
perusahaan untuk mengungkapkan informasi sosial terutama informasi mengenai
tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan. Hal ini menyebabkan
dalam praktek, perusahaan hanya dengan sukarela mengungkapkannya.
Pengungkapan yang berkaitan dengan tanggungjawab sosial terdapat dalam
laporan sustainability reporting.
The Association of chartered Accountant (ACCA, 2004 dalam Anggraini,
2006) mendefinisikan sustainability Reporting sebagai pelaporan mengenai
kebijakan ekonomi, lingkungan dan sosial, pengaruh dan kinerja organisasi dan
produknya didalam konteks pembangunanan berkelanjutan ( sustainabale
develovment). Sustainable reporting meliputi pelaporan mengenai ekonomi,
lingkungan dan kinerja organisasi. Sustainability reporting harus menjadi
dokumen strategi yang menempatkan isu, tantangan dan peluang sustainability
development yang pada akhirnya akan membawanya menuju kepada prestasi
Berbagai alasan perusahaan dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab
sosial (CSR) telah diteliti dalam penelitian sebelumnya. Alasan-alasan ini untuk
mentaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui
CSR, memenuhi ketentuan kontrak pinjaman, memenuhi ekspetasi masyarakat,
melegitimasi tindakan perusahaan dan, untuk menarik investor (Hasnas, 1985
;Patten, 1992; Deegan dan Blomquist, 2005 dalam Yosefa, 2007). Sementara
pendapatat Kotler dan Lee (2005) dalam Solihin (2009) menyebutkan dengan
mengungkapkan CSR, memperoleh beberapa manfaat seperti peningkatan
penjualan dan market share, memperkuat brand positioning, meningkatkan citra
perusahaan, menurunkan biaya operasi,serta meningkatkan daya tarik perusahaan
dimata investor dan analis keuangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Yosefa (2007), menunjukan bahwa investor
mengapresiasi informasi CSR yang diungkapkan perusahaan dan
menggunakannya sebagai dasar pengambilan keputusan. Widiastuty (2002)
menemukan ada pengaruh pengungkapan sukarela yang positif dan signifikan
terhadap earning coeficient (ERC). Budiman (2009) menemukan adanya
perbedaan abnormal return yang signifikan pada tanggal pengumuman ISRA
dengan tanggal sesudah pengumuman yang berarti bahwa penerapan konsep
sustainability reporting yang telah dilakukan direspon oleh pasar. Laporan CSR
juga digunakan untuk kepentingan para manajer (Nes dan Mirza, 2002 dalam
Handayani, 2009).
Melakukan tindakan CSR dapat juga memperkecil konflik antara para pemilik
saham dengan para pengelola (agency theory) dikarenakan adanya pemisahan
yang menerima konrak (agent). Memurut teori keagenan, agen biasanya dianggap
pihak yang biasanya berusaha untuk memaksimumkan dirinya. Keinginan yang
tidak sama antara agent dan principal, pihak agent antara lain berperilaku
cenderung melakukan kecurangan akuntansi agar mendapat kompensasi dari
principal.
Dengan keterbatasan kriteria yang kurang jelas pada sistem kinerja
manajemen menyebabkan manager tidak dapat dievaluasi, sehingga
memungkinkan manager untuk menggunakan sumber daya yang ada dalam
perusahaan untuk kepentingan mereka sendiri tanpa melihat kepentingan
masyarakat (Chih, 2008). Salah satu tindakan yang dilakukan adalah dengan
melakukan manajemen laba (earnings management) untuk memanipulasi nilai riil
aktiva perusahaan, transaksi atau posisi keuangan sehingga mengakibatkan
perusahaan kehilangan kepercayaan diri para investor ( Zahra,2005 dalam
Handayani, 2009). Angka- angka akuntansi dapat dipengaruhi dengan melakukan
earnings management. Earnings management diyakini muncul sebagai
konsekuensi langsung dari upaya-upaya manajer atau pembuat laporan keuangan
untuk melakukan manajemen informasi akuntansi, khususnya laba (earnings),
dem kepentingan pribadi atau perusahaan (Gumanti, 2003 dalam Anggrainy,
2006).
Upaya dan kontrol dilakukan oleh investor atas majemen laba dapat
merupakan ancaman bagi posisi manager dan reputasi perusahaan sehingga
manajer perlu untuk melakukan philantrophy social dan cenderung menggunakan
pengungkapan yang tinggi cenderung melakukan praktek manajemen laba
(earnings management).
Agar CSR dapat. berjalan dalam jangka panjang diperlukan suatu integritas
antara good corporate governance dengan strategi CSR. Mekanisme good
corporate governance tidak hanya mengurangi biaya agency tetapi juga menaikan
nilai terhadap stakeholder (Jamali, 2008 dalam Handayani 2009). Praktek good
corporate governance diperlukan untuk meningkatkan keyakinan para pemegang
saham dan juga sebagai alat pengawasan bagi pihak manajer (Handayani, 2009).
Utama (2007) menyatakan bahwa mekanisme dan struktur good corporate
governance dapat dijadikan sebagai infrastruktur pendukung terhadap praktik dan
pengungkapan CSR di Indonesia. Dengan adanya mekanisme dan stuktur good
governance dapat mengurangi asimetri informasi. Apabila asimetri informasi di
biarkan terjadi, maka dapat menyebabkan terjadinya adverse selection maupun
moral hazard, dengan konsekuensi perusahaan tidak melaksanakan CSR.
Berbagai penelitian terdahulu mengenai faktor-faktor determinan yang
mempengaruhi perusahaan dalam melakukan pengungkapan informasi CSR telah
banyak dilakukan. Sembiring (2006) yang menemukan ukuran perusahaan tipe
industri dan ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pengungkapan CSR. Faktor earnings management dikorelasikan
terhadap CSR. Prior et.al (2008) menemukan ada pengaruh yang signifikan
terhadap CSR. Sejalan dengan Handayani (2009) Earnings Management dan
komite audit mempunyai pengaruh terhadap CSR sedangkan kepemilikan
institusional tidak mempunyai pengaruh terhadap CSR. Ketidakkonsistenan hasil
terdaftar di Financial Times dan The London Stock Exchange. Dari hasil
penelitian tersebut menunjukan hasil tidak ada pengaruh yang signifikan antara
earnings management dengan CSR. Begitu juga penelitian yang melakukan
penelitian Setyo (2012) yang menemukan hasil yang sama. Faktor-faktor
Corporate Governance juga dikorelasikan dengan tingkat pengungkapan CSR
dalam laporan tahunan . Anggraini (2006) berhasil menemukan faktor-faktor
kepemilikan manajemen, jenis industri, leverage dan ukuran perusahaan
.mempunyai pengaruh terhadap CSR. Rosmaita (2007) menemukan hal sama
yaitu kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
CSR. Sedangkan hal yang berbeda Setyo (2012) ukuran dewan komisaris sebagai
variabel pemoderating mengindikasikan tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan CSR. Sementara Mahcmud dan Djakman (2008) meneliti pengaruh
kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional dan menemukan bahwa
keduanya tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap CSR.
Dengan hasil yang beragam peneliti mencoba untuk melakukan penelitian
berikutnya yaitu dengan melakukan replika dari penelitian Handayani (2009).
Adapun penelitian tersebut merupakan pengembangan dari penelitian Prior
(2008). Penelitian tersebut menemukan bahwa earnings management dan komite
audit mempunyai hubungan dengan pengungkapan CSR.
Yang membedakan penelitian ini dengan peneliti terdahulu yaitu pada
penelitian ini digunakan sampel pada perusahaan yang bergerak dalam dalam
bidang manufaktur dengan tahun amatan tahun 2010. Penelitian ini termotivasi
2004-2005 Kementrian Negara Lingkungan Hidup menunjukan bahwa dari 466
perusahaan dipantau ada 72 perusahaan mendapat rapot hitam, 150 rapot merah,
221 biru, 23 hijau, dan tidak ada yang berperingkat emas. Dengan banyaknya
perusahaan yang mendapat rapot hitam dan merah, menunjukkan bahwa mereka
tidak menerapkan tanggung jawab lingkungan (CSR) www.csrindo.com.
Pengambilan sampel perusahaan manufaktur karena pada sektor ini paling banyak
menghasilkan limbah.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka yang menjadi permasalahan dalam
penelitian ini
a. Apakah ada pengaruh earnings management dan good corporate governance
dalam hal ini komposisi komisaris independen, kepemilikan institusional dan
komite audit secara simultan terhadap corporate social responsibility?
b. Apakah ada pengaruh earnings mangement dan good corporate governance
dalam hal ini komposisi komisaris independen, kepemilikan institusional dan
komite audit secara parsial pengaruh terhadap corporate social responsibility?.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah dan perumusan masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan :
a. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh earnings manegement dan good
kepemilikan institusional dan komite audit secara simultan terhadap corporate
sosial responsibility (CSR).
b. Untuk menganalisis apakah ada pengaruh earnings management dan good
corporate governance dalam hal ini komposisi komisaris independen,
kepemilikan institusional dan komite audit secara parsial terhadap corporate
social responsibility (CSR)
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai pertimbangan dan
pendorong dalam pembuatan kebijaksanaan perusahaan untuk lebih
meningkatkan tanggung jawab dan kepeduliannya pada lingkungan hidup.
b. Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi
penyusunan standart akuntansi oleh penyusun standart akuntansi yang saat
ini sedang bersama-sama dengan kementrian lingkungan hidup menyusun
standart akuntansi lingkungan.
c. Penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan mengenai CSR serta
sebagai bahan referensi dan acuan bagi pihak-pihak yang akan melakukan
penelitian lebih lanjut.
1.5 Originalitas
Penelitian mengenai CSR dan faktor-faktor yang mempengaruhinya telah
banyak dilakukan antara lain, Sembiring (2005) berusaha meneliti beberapa
faktor yang mempengaruhi pengungkapan CSR pada perusahaan di Indonesia.
perusahaan, profile perusahaan, ukuran dewan komisaris, profitabilitas, dan
leverage perusahaan. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan,
profil dan ukuran dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan CSR di
Indonesia.
Anggraini (2006) mengamati faktor-faktor yang mempengaruhi
perusahaan dalam melakukan pengungkapan CSR. Data yang digunakan adalah
semua sektor perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan
tahun amatan 2000-2004. Kategori pelaporan CSR yang digunakan antara lain
kinerja lingkungan, kinerja ekonomi dan kinerja sosial. Penelitian ini
menggunakan lima variabel sebagai bahan pertimbangan yaitu kepemilikan
manajemen, hutang, ukuran, tipe industri dan propitabilitas. Hasil penelitian
membuktikan bahwa kepemilikan manajemen, jenis industri dijadikan bahan
sebagai pertimbangan oleh perusahaan dalam mengungkapkan CSR.
Rosmaita (2007) melakukan penelitian yang sama mengenai faktor-faktor
yang mempengaruhi pengungkapan CSR tapi lebih mempersempit objek dari
penelitian sebelumnya yaitu pada perusahaan manufaktur. Variabel independen
yang digunakan kepemilikan manajemen, ukuran perusahaan, leverage, dan
propitabilitas . Sampel yang digunakan adalah 113 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan tahun amatan 2004-2005. Kesimpulan yang
didapat variabel kepemilikan manajemen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap pengungkapan CSR.
Faktor good corporate governance juga digunakan dalam faktor penentu
dalam pengungkapan CSR, Waryanto (2010) memasukan karakteristik good
dewan komisaris, independensi dewan komisaris, ukuran komite audit, jumlah
rapat komite audit, kompetensi komite audit, kepemilikan saham manajerial,
kepemilikan saham institusional, kepemilikan saham asing, kepemilikan saham
terkonsentrasi sebagai variabel independent dan ukuran perusahaan serta leverage
sebagai variabel kontrol. Sampel yang digunakan 116 perusahaan yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2008. Hasil membuktikan secara simultan
semua karakteristik berpengaruh terhadap CSR dan secara parsial kepemilikan
saham terkonsentrasi, ukuran perusahaan dan leverage berpengaruh terhadap
CSR.
Selain faktor corporate governance, faktor earning management juga
diproksikan sebagai penentu pengungkapan CSR. Prior (2008) meneliti hubungan
earnings management terhadap CSR. Penelitian ini menggunakan sampel 593
perusahaan dari 26 negara tahun 2002-2004, dan menunjukan adanya hubungan
yang positif antara earnings management dan CSR. Melakukan earnings
management berdampak negatif terhadap kinerja finansial perusahaan. Dari hasil
ini juga membuktikan adanya hubungan earning management dengan CSR, dan
earnings management berdampak negatif terhadap kinerja finansial perusahaan.
Dapat disimpulkan, untuk meningkatkan reputasi perusahaan dan meningkatkan
kepuasan stakeholder perusahaan melakukan praktek CSR. Di Indonesia
penelitian pengaruh earnings management terhadap CSR dilakukan oleh
Handayani (2009). Penelitian ini mengambil 67 sampel perusahaan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Faktor karakteristik good corporate gavernance,
yaitu komposisi dewan direktur, kepemilikan institusional, kommitee audit
sebagai variabel kontrol. Dari hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh
earnings management, audit commitee mempunyai pengaruh yang posifif
signifikan dengan CSR.
BAB II
LANDASAN TEORITIS
2.1. Tanggung Jawab Sosial (Corporate social responsibility)
2.1.1. Defenisi CSR
Ada berbagai definisi CSR, antara lain menurut The World Business Council
for Sustainable Development (WBCSD) sebagai berikut:
“Corporate Social Responsibility is the continuing commitment by business to behave ethically and contribute to economic development while improving the quality of life of the workforce and their families as well as of the local community and society at large”.
Berdasarkan pengertian tersebut, tanggung jawab yang melekat pada
perusahaan merupakan suatu komite bisnis yang berkelanjutan untuk memberikan
kontribusi bagi pembangunan ekonomi, melalui kerja sama dengan para karyawan
masyarakat umum untuk meningkatkan kualitas kehidupan dengan cara yang
bermanfaat baik bagi bisnis sendiri maupun untuk pembangunan. Sedangkan
dalam pengertian yang lebih luas, pertanggung jawaban sosial merupakan konsep
yang lebih manusiawi dimana suatu organisasi di pandang sebagai agen moral,
oleh karena itu dengan atau tanpa aturan hukum, sebuah organisasi termasuk
didalamnya organisasi bisnis wajib menjunjung tinggi moralitas. Dengan
demikian kendati tidak ada aturan hukum atau etika masyarakat yang mengatur,
tanggung jawab sosial bisa dilaksanakan dalam berbagai situasi dengan
mempertimbangkan hasil terbaik dan paling sedikit merugikan stakeholder.
Tindakan tepat yang dilakukan oleh perusahaan akan memberikan manfaat bagi
masyarakat (Edwin, 2009).
CSR juga berusaha memberikan perhatian terhadap lingkungan dan sosial
kedalam operasinya. Darwin (2004) menyatakan pertanggungjawaban sosial
adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan
perhatian terhadap lingkungan dan sosial kedalam dan interaksinya dengan
pihak-pihak yang berkepentingan, yang melebihi tanggung jawabnya di bidang hukum.
Dengan demikian operasi bisnis yang dilakukan oleh perusahaan tidak hanya
berkomitmen dengan ukuran keuntungan sercara finansial saja, tetapi juga harus
berkomitmen pada pembangunan sosial ekonomi secara menyeluruh dan
berkelanjutan.
Pada akhirnya perusahaan harus lebih memperhatikan hubungannya dengan
lingkungannya. Tilt (2004) dalam Yosefa (2007) perusahaan semakin menyadari
bahwa kelangsungan hidup perusahaan juga tergantung dari hubungan
ini sejalan dengan legitimacy theory yang mengatakan bahwa perusahaan
memiliki kontrak dengan masyarakat untuk melakukan kegiatannya berdasarkan
nilai-nilai justice dan bagaimana perusahaan menanggapi berbagai kelompok
kepentingan untuk melegitimasi tindakan perusahaan. Jika terjadi ketidakselarasan
antara sistim nilai perusahaan dan sistem nilai masyarakat maka perusahaan dalam
kehilangan legitimasinya yang selanjutnya akan mengancam kelangsungan hidup
perusahaan (Lindlom, 1998 dalam Yosefa, 2007). Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa CSR pada dasarnya adalah suatu upaya tanggung jawab
perusahaan atas dampak yang ditimbulkan dari kegiatan operasianalnya terhadap
masyarakat dan lingkungan sekitarnya.
2.1.2. Pengungkapan CSR di Indonesia.
Banyak perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan CSR. Akibat
dampak negatif dari aktivitas perusahaan terhadap lingkungan telah menyebabkan
masyarakat kehilangan kepercayaan, diharapkan dengan mengungkapkan
informasi mengenai operasi perusahaan yang berkaitan dengan lingkungan
sebagai tanggung jawab sosial dapat diketahui oleh pihak yang terkait, maka perlu
diungkapkan dalam laporan tahunan perusahaan. Sejalan dengan (ACCC, 2004
dalam Anggraini, 2006) bahwa seluruh pelaksanaan tanggung jawab sosial yang
telah dilaksanakan oleh perusahaan akan disosialisasikan kepada publik, salah
satunya melalui pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perausahaan yang
disebut sustainability reporting. Sustainability reporting meliputi pelaporan
Kewajiban pengungkapan CSR di Indonesia telah di atur dalam beberapa
regulasi. Ikatan Akuntan Indonesiab (IAI) mengimplementasikan pengungkapan
sosial perusahaan dalam Pernyataan Standart Akuntansi Keuangan (PSAK) NO. 1
tahun 2009, paragraf kesembilan.
“Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (Value Added Statement) khususnya bagi industri dimana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting”.
Dalam mendukung praktik pengungkapan tanggung jawab sosial selain
melalui UU NO.40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74, hal ini juga
tertuang dalam UU Penanaman Modal NO.25 tahun 2007 yang mengatur setiap
penanam modal diwajibkan untuk ikut serta dalam tanggung jawab sosial
perusahaan.
Saat ini perusahaan semakin menyadari pentingnya menerapkan CSR
sebagai strategi bisnis karena melakukan praktik pengungkapan CSR, akan
mendapat banyak manfaat. Kiroyan ( 2006 ) dalam Yosefa (2007) dengan
menerapkan CSR, diharapkan perusahaan akan memperoleh legitimasi sosial dan
memaksimalkan keuangan dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa
perusahaan yang menerapkan CSR mengharapkan akan direspon positif oleh para
pelaku pasar. Menurut Susanto (2009) manfaat dari pengungkapan CSR adalah:
1. CSR akan mendongkrak citra perusahaan, yang dalam rentang waktu
panjang akan meningkatkan reputasi perusahaan.
2. 2.CSR dapat berfungsi sebagai pelindung dan membantu perusahaan
3. CSR akan menghasilkan loyalitas karyawan, sehingga mereka bisa merasa
lebih termotivasi untuk bekerja lebih keras demi kemajuan perusahaan.
Hal ini akan berujung pada peningkatan kinerja dan produktivitas.
4. Melaksanakan CSR secara konsisten akan mampu memperbaiki dan
mempererat hubungan antara perusahaan dengan para stakeholder-nya.
5. Meningkatkan penjualan, konsumen akan lebih menyukai produk-produk
yang dihasilkan oleh perusahaan yang konsisten menjalankan tanggung
jawab sosialnya sehingga memiliki reputasi yang baik.
Standar pengungkapan CSR yang berkembang di Indonesia adalah merujuk
standar yang dikembangkan oleh GRI (Global Reporting Intiatives). Standar GRI
berfokus pada standar pengungkapan berbagai kinerja ekonomi, sosial dan
lingkungan perusahaan. Dalam melakukan penilaian luas pengungkapan CSR,
item-item yang akan di beri skor akan mengacu pada indikator kinerja atau item
yang disebut dalam GRI yang meliputi:
1. Indikator kinerja, meliputi aspek kinerja ekonomi, keberadaan pasar, dan
dampak ekonomi secara tidak langsung.
2. Indikator kinerja lingkungan hidup, melalui aspek material, energi, air,
keanekaragaman hayati, emisi dan limbah produk.
3. Indikator kinerja praktek ketenagakerjaan dan lingkungan kerja, meliputi
aspek ketenagakerjaan, hubungan tenaga kerja/manajemen, keselamatan
dan kesehatan kerja, pendidikan dan pelatihan, serta aspek
keanekaragaman dan kesempatan yang sama.
4. Indikator kinerja hak asasi manusia, meliputi aspek praktik investasi dan
tawarkelompok, tenaga kerja anak, pegawai tetap dan kontrak, praktek
keselamatan serta hak masyarakat (adat).
5. Indikator kinerja masyarakat, meliputi aspek kemasyarakatan, kebijakan
mengenai korupsi, kebijakan umum/publik, perilaku anti persaingan, dan
aspek kesesuaian.
6. Indikator kinerja tanggung jawab produk, yang meliputi aspek
keselamatan dan kesehatan konsumen, labeling produk dan jasa,
komunikasi pemasaran, privasi konsumen dan aspek kesesuaian.
2.1.3. Prinsip-prinsip Corporate Social Responsibility
Tanggung jawab sosial (corporate social responsibility) mengandung
dimensi yang sangat luas dan kompleks. Disamping itu tanggung jawab sosial
(social responsibility) juga mengandung interpretasi yang sangat berbeda,
terutama dikaitkan dengan kepentingan pemangku kepentingan (stakeholder).
Untuk itu, dalam rangka memudahkan pemahaman dan penyederhanaan, banyak
ahli mencoba menggarisbawahi prinsip dasar yang terkandung dalam
tanggungjawab sosial (social responsibility). ( David, 2008 dalam Nor Hadi,
2010) menguraikan prinsip-prinsip tanggung jawabsosial (social responsibility)
menjadi 3 (tiga) bagian yaitu;(1)Sustainability;(2) accountability; dan
(3)transparency.
a. Sustainability, berkaitan dengan bagaimana perusahaan dalam melakukan
aktivitas (action) tetap mempertimbangkan keberlanjutan sumber daya dimasa
depan. Keberlanjutan juga memberikan arahan bagaimana pengguna
sumberdaya sekarang tetap memperhatikan dan memperhatikan kemampuan
keberpihakan society memanfaatkan sumberdaya agar tetap memperhatikan
generasi masa depan.
b. Accountability merupakan upaya perusahaan terbuka dan bertanggungjawab
atas aktivitas yang telah dilakukan. Akuntabilitas dibutuhkan ketika aktivitas
perusahaan mempengaruhi dan dipengaruhi lingkungan eksternal. Konsep ini
menjelaskan pengaruh kuantitatif aktivitas perusahaan terhadap pihak internal
dan eksternal. .
c. Transparency, merupakan prinsip penting eksternal. Tranparansi berhubungan
dengan pelaporan aktivitas perusahaan berikut dampak terhadap pihak
eksternal. Transparansi merupakan satu hal yang amat penting bagi pihak
eksternal, berperan untuk mengurangi asimetri informasi, kesalahpahaman,
khususnya informasi dan pertanggungjawaban berbagai dampak lingkungan.
2.2. Earnings Management
2.2.1. Definisi Earnings Management
Penyajian laporan keuangan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu
dengan metode akrual metode kas. Metode akrual mengakui transaksi pada saat
terjadi, sedangkan metode kas mengakui transaksi pada saat kas diterima.
Penyajian dalam metode akrual memungkinkan pihak manajemen untuk
menggeser angka-angka untuk mengubah laba. Tindakan ini sering disebut
manajemen laba (earnings mangement).
Lewit (1999) dalam Sulistyanto (2008)
“Manajemen laba is flexibility in accounting allows it to keep pace with business innovation.Abuses such as earning occur when people exploit this pliancy. Trickery is employed to abscure actual financial volatility. This in turn,
Scott (1997) dalam Halim (2005) mendefinisikan manajemen laba sebagai
berikut:“Given that manager can choose accounting policies from a set ( for
example, GAAP),it is natural to expect that they will choose polices so as to
maximize their own utility and/or market value of the firm. Dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya earnings management merupakan
aktivitas pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer dari akuntansi yang ada
dan secara alamiah dapat memaksimumkan utilitas mereka dan atau nilai pasar
perusahaan. Scott ( 1997) dalam Halim (2005) membagi cara pemahaman atas
earnings management menjadi dua. Pertama, melihatnya sebagai perilaku
oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi
kontrak kompensasi, kontrak utang, dan political cost (Opportunistic Earning
Manajemen). Kedua, dengan memandang earnings management dari perspektif
efficient contracting (Efficient Earnings Management), dimana earnings
management memberi manajer suatu fleksibilitas untuk melindungi diri mereka
dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian yang tak terduga untuk
keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan demikian manajer
dapat mempengaruhi nilai pasar saham perusahaan melalui earnings management,
misalnya dengan membuat perataan laba (income smoothing) dan pertumbuhan
laba sepanjang waktu.
Timbulnya earnings management dapat dijelaskan dengan teori keagenan
(agency theory). Agency theory berasumsi hubungan agensi muncul ketika satu
orang atau lebih principal mempekerjakan manajer (agent). Pemegang saham
selaku principal mengadakan kontrak untuk memaksimumkan kesejahteraan
termotivasi untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan ekonomi dan
psikologisnya antara lain dalam hal memperoleh investasi, pinjaman, maupun
kontrak kompensasi. Masalah keagenan muncul karena adanya perilaku
oprtunistik dari agent, yaitu perilaku manajemen untuk memaksimumkan
kesejahteraannya sendiri yang berlawanan dengan kepentingan principal.
Manajer memiliki dorongan untuk memilih dan menerapkan metode akuntansi
yang dapat memperlihatkan kinerjanya yang baik untuk mendapatkan bonus dari
principal.
Watts dan Zimmerman (1986) dalam Halim (2005) menyatakan bahwa
laporan keuangan yang dibuat dengan angka-angka akuntansi diharapkan dapat
meminimalkan konflik diantara pihak-pihak yang berkepentingan. Dengan
laporan keuangan yang dilaporkan oleh agent sebagai pertanggungjawaban
kinerjanya, principal dapat menilai, mengukur dan mengawasi sampai sejauh
mana agent tersebut bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya, serta
memberikan kompensasi kepada agent.
Laporan keuangan yang digunakan oleh principal untuk memberikan
kompensasi kepada agent dengan harapan dapat mengurangi kotnflik keagenan
dapat dimanfaatkan oleh agent untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
Akuntansi akrual yang dicatat dengan basis akrual (accrual basis) merupakan
subjek manajerial discretion karena fleksibilitas yang diberikan oleh GAAP
memberikan dorongan kepada manajer untuk memodifikasi laporan keuangan
agar dapat menghasilkan laporan laba seperti yang diinginkan, meskipun
menciptakan distorsi dalam pelaporan laba.
Perilaku earnings management dapat dijelaskan melalui positif accounting
theory atau PAT dan agensi teori. Tiga hipotesis PAT yang dapat dijadikan
pemahaman tindakan earnings management yang dirumuskan oleh (Watts dan
Zimmerman, 1986 dalam Halim, 2005).
a. Bonus dan plan hipotesis
Bahwa rencana bonus atau kompensasi manajerial akan cenderung memilih
dan menggunakan metode-metode akuntansi yang akan membuat laba yang
dilaporkannya lebih tinggi. Konsep ini membahas bahwa bonus yang dijanjikan
pemilik kepada manajer perusahaan tidak akan memotivasi manajer untuk
bekerja lebih baik tetapi juga memotivasi manajer untuk melakukan
kecurangan manajerial. Agar selalu bisa mencapai tingkat kinerja yang
memberikan bonus, manajer mempermainkan besar kecilnya angka-angka
akuntansi dalam laporan keuangan sehingga bonus itu selalu didapatnya setiap
tahun. Hal inilah yang mengakibatkan pemilik mengalami kerugian ganda yaitu
memperoleh informasi palsu dan mengeluarkan sejumlah bonus untuk sesuatu
yang tidak semestinya.
b. Debt equity hypothesis
Debt equity hypothesis menyatakan bahwa perusahaan yang mempunysi rasio
antara utang dengan ekuitas lebih besar, cenderung memilih dan menggunakan
metode-metode akuntansi dengan laporan laba yang lebih tinggi serta
cenderung melanggar perjanjian hutang apabila ada manfaat dan keuntungan
tertentu yang dapat diperolehnya. Keuntungan tersebut berupa permainan laba
agar kewajiban hutang piutang dapat ditunda untuk periode berikutnya
sesungguhnya memperoleh informasi yang keliru dan membuat keputusan
bisnis menjadi keliru pula. Akibatnya terjadi kesalahan dalam mengalokasikan
sumber daya.
c. Political cost hypothesis
Political cost hypothesis menyatakan bahwa perusahaan cenderung memilih
dan menggunakan metode-metode akuntansi yang dapat memperkecil atau
memperbesar laba yang dilaporkannya. Konsep ini membahas bahwa manajer
perusahaan cenderung melanggar regulasi pemerintah, seperti undang-undang
perpajakan, apabila ada manfaat dan keuntungan tertentu yang dapat
diprolehnya. Manajer akan mempermainkan laba agar kewajiban pembayaran
tidak terlalu tinggi sehingga alokasi laba sesuai dengan kemauan perusahaan.
2.2.3. Teknik Earnings Management
Semakin meluasnya aktivitas earnings management yang memang telah
mengakibatkan hancurnya tatanan ekonomi, etika dan moral dipertanyakan
kembali, kelayakan prisip akuntansi, integritas dan kredibilitas para pelaku
ekonomi serta akuntan publik tidak ada kesepakatan antar pihak terhadap aktivitas
kecurangan ini. Kelayakan akuntansi berterima umum ini disebabkan prinsip
akuntansi merupakan regulation driven yang harus disepakati seseorang ketika
mencatat transaksi dan membuat laporan keuangan. Oleh sebab itu, saat ini
berkembang pendapat yang dipakai untuk menjelaskan mengapa earnings
Setiawati dan Na”im (2000) dalam Halim (2005) tehnik dan pola manajem laba
dapat dilakukan dengan tiga tehnik:
a. Memanfaatkan peluang untuk membuat estimasi akuntansi.
Cara manajemen mempengaruhi laba melalui judgment (perkiraan) terhadap
estimasi akuntansi antara lain estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi
kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud, biaya
garansi dan lain-lain
b. Mengubah metode akuntansi.
Perubahan metode akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi
yaitu merubah metode depresiasi aktiva tetap, dari metode depresiasi angka
tahun ke metode depresiasi garis lurus.
c. Menggeser periode biaya atau pendapatan.
Rekayasa periode biaya atau pendapatan antara lain: mempercepat / menunda
pengeluaran untuk penelitian dan pengembangan sampai pada periode
akuntansi berikutnya, mempercepat / menunda pengeluaran promosi sampai
periode berikutnya, mempercepat / menunda pengiriman produk kepelanggan,
mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tak terpakai.
2.2.4. Metode Earnings Management
Setelah memilih metode akuntansi dan menentukan nilai estimasi sesuai
dengan kepentingannya, manajer membuat kebijakan bagaimana cara
menerapkannya tanpa harus melanggar prinsip akuntansi. Upaya untuk memilih
dan menerapkan metode akuntansi yang sesuai dengan kepentingan manajer bisa
dilakukan untuk mengelola dan mengatur labanya. Metode earnings management
a. Taking a bath
Pola ini terjadi pada saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru
dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan
dapat meningkatkan laba dimasa datang.
b. Income minimization.
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami tingkat probilitas yang tinggi
sehingga jika laba periode mendatang diperkirakan turun drastis dapat diatasi
dengan mengambil laba periode sebelumnya.
c. Income maximization.
Dilakukan pada saat perusahaan mengalami penurunan laba. Tindakan atas
maximization bertujuan untuk melaporkan net income yang tinggi dengan
tujuan manajer memperoleh bonus yang lebih besar.
d. Income smoothing.
Dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang dilaporkan sehingga
dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya
investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
2.2.5.Hubungan Earnings Management dengan Corporate SocialResponsibiliti
(CSR).
Earnings management merupakan aktivitas manajerial untuk mempengaruhi
dan mengintervensi laporan keuangan. Apa yang dilakukan manajer itu bisa
diterima, sejauh yang dilakukan manajer masih dalam ruang lingkup prinsip
manajer untuk mempengaruhi laporan keuangan dilakukan untuk mengambil
keuntungan bagi dirinya sendiri dengan memanfaatkan ketidaktahuan orang lain
akan informasi perusahaan yang sesungguhnya, maka earnings management
dianggap sebagai perbuatan curang. Salah satu konsekuensi dari tindakan
earnings management adalah bahawa perusahaan kehilangan dukungan dari
pemangku kepentingan, yang dapat mengakibatkan peningkatan kewaspadaan dari
pemegang saham (shareholder) dan kelompok stakeholder yang terkena dampak
(Zahra et al, 2005).
Untuk memanipulasi aktivitas earnings managemnt, manajer dapat membuat
Corporate Social Responsibility (CSR). Kegiatan CSR adalah alat yang ampuh
untuk mendapat dukungan dari stakeholder. Dengan cara ini manajer akan
mengurangi kemungkinan dipecat. Sebuah perusahaan dengan CSR yang baik
dianggap tidak melakukan earnings management karena perusahaan yang
bertanggungjawab sosial tidak akan menyembunyikan laba yang realistis. Dengan
CSR akan menambah transparansi dan mengurangi peluang untuk mengelola laba
dan dengan membuat banyak ungkapan dapat mengelabui para shareholder .
Menurut Prior et.al (2008).
“ management flexibility of financial report as it does not requesentveal earning condition obtained by the company. Methode to make manager possible to protect his position and keep his interest is by involving theirself to the activity that widely aimed todevelop the relationship with stakeholder of the company and environmental activity, that commonly known as CSR, to get support from the prior groups”.
Alasan lain melakukan CSR, manajer mendapat liputan dari media,
legitimasi dari masyarakat, regulasi yang menguntungkan, dan pengawasan yang
berkurang dari investor dan karyawan. Pada saat yang sama aktivitas tersebut
dalam mempertahankan posisinya melakukan praktek menajemen laba akan
proaktif dalam supporting public protection and stakeholder through social
responsibility.
2.3. Good Corporate Governance (GCG)
2.3.1. Pengertian dan konsep Good Corporate Governance.
Seperti halnya suatu pemerintahan, perusahaan juga tidak lepas dari berbagai
kelompok dengan disertai berbagai kepentingan demi mencapai tujuan tertentu.
Oleh karena itu muncul konsep “corporate governance” dalam mengatasi konflik
kepentingan tersebut agar perusahaan dapat dikelola dengan baik (Warjanto,
2009). Monks dan Minov (2001) dalam Wardani (2006) menyatakan corporate
governance merupakan tata kelola perusahaan yang menjelaskan hubungan antara
berbagai partisipan dalam perusahaan yang menentukan arah dan kinerja
perusahaan. Menurut OECD ( Organisation for economic co- operation and
development) Corporate Governance didefinisikan sebagai berikut:
“Corporate Governance is the system by which business corporation are directed and controlled. The corporate governanve structure specifes the distribution of the right and responsibilities among different participant in the
corporation,Such as the board, manager, shareholder, and other stakeholder”.
Dari definisi tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa tujuan Corporate
Governance adalah untuk mengendalikan dan mengarahkan perusahaan agar
dapat mendistribusikan hak dan kewajiban pihak-pihak yang terlibat dalam suatu
perusahaan dengan baik sehingga akan menciptakan nilai tambah bagi seluru
diungkapkan menurut FCGI (Forum for Corporate Governance in Indonesia)
mempergunakan definisi Cadbury Commitee, yaitu.
“Suatu sistem yang mengatur dan mengarahkan hubungan antara pihak pemegang saham, pengurus (pengelola perusahaan), pihak kreditor, pemerintah, karyawan serta pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya sehingga terpelihara kepentingan dan tujuan masing-masing pihak”.
Dapat disimpulkan Corporate Governance adalah peningkatan kinerja
perusahaan melalui pemantauan kinerja manajemen terhadap pemangku
kepentingan lainnya, berdasarkan kerangka aturan dan peraturan yang berlaku
(Kaihatu, 2006). Konsep Good Corporate Governance muncul dilandasi dengan
teori agensi (Agency Theory), dimana terdapat pemisahan antara pihak agen dan
prinsipal yang mengakibatkan munculnya polemik atas kepentingan yang berbeda.
Pihak agen selaku pengelola diperlukan pengendalian dan pengawasan. Dengan
adanya mekanisme Good Corporate Governance ini, maka tindakan kecurangan
dapat dikurangi sehingga tidak menimbulkan kerugian.
2.3.2. Prinsip dasar Good Corporate Governance
Implementasi good corporate governance akan berhasil jika memiliki
sejumlah prinip. Menurut pedoman umum Good Corporate Governance
Indonesia, GCG memiliki prinsip sebagai berikut : transparansi (transparancy),
akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi
(independency), serta kewajaran dan kesetaraan (fairness).
Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang relevan dan dengan cara yang mudah diakses
serta dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil
inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh
peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk mengambil
keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan pemangku kepentingan
lainnya. Traparansi meliputi (1) penyediaan informasi yang cukup, akurat, dan
tepat waktu kepada pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan. (2)
mempublikasikan informasi keuangan serta informasi lainnya yang material
dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan (3) investor harus dapat
mengakses informasi penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan.
b. Akuntabilitas (accountability).
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara
transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur, dan sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan
lainnya. Akuntabilitas merupakan prasyaratan yang diperlukan untuk mencapai
kinerja yang berkesinambungan. Akuntabilitas adalah fungsi, struktur, sistem
dan pertanggungjawaban organisasi perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif. Akuntabilitas meliputi pengertian bahwa
(1) Anggota dewan komisaris harus bertindak mawakili kepentingan
perusahaan dan para pemegang saham (2) memiliki komisaris yang bersifat
independent terlepas dari manajemen (3) praktek audit internal yang efektif.
Pertanggungjawaban perusahaan (responsibility) adalah kesesuaian
(kepatuhan) dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang
sehat serta peraturan perundangan yang berlaku serta melaksanakan tanggung
jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapatkan pengakuan
sebagai good corporate citizen. Pertanggungjawaban meliputi (1) Menjamin
dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan terhadap
perusahaan, (2) lewat prinsip responsibility diharapkan membantu peran
pemerintah dalam mengurangi kesenjangan pendapatan dan kesempatan kerja
pada segmen masyarakat yang belum mendapatkan manfaat dari mekanisme
pasar.
d. Independensi (independency)
Independensi (independency) adalah suatu keadaan dimana perusahaan
dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau
tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-pinsip korporasi yang sehat. Indepedensi
meliputi proses pengambilan keputusan seharusnya berpihak pada kepentingan
perusahaan.
e. Kewajaran dan kesetaraan (fairness)
Kewajaran dan kesetaraan (fairness) didefinisikan sebagai perlakuan yang adil
dan setara didalam memenuhi hak-hak stockeholders yang timbul berdasarkan
perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku. Fairness meliputi (1)
para pemegang saham (3) asset perusahaan dikelola secara baik dan prudent
(hati-hati).
2.3.3. Struktur GoodCorporate Governance
Agar pelaksanaan good corporate governance mudah untuk dilaksanakan
diperlukan struktur good corporate governance. Ada dua pola corporate
governance yang digunakan untuk membedakan mekanisme pengawasan.
1. Sistem satu tingkat atau one tier system.
One tier system disebut juga sistem satu tingkat (single board system). Sistem
ini digunakan oleh negara Anglo-Saxon seperti Amerika dan Inggris. Dalam
sistem ini struktur corporate governance hanya ada satu badan dibawah
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yaitu Board of Director. Ada dua
jabatan dalam Board of Director yaitu Chairman of the Board dan Chief
Executive officier dan dua jabatan ini biasanya dirangkap satu orang. Pada
model ini single-board system ini memiliki struktur corporate governance
yang tidak memisahkan keanggotaan dewan komisaris serta dewan direksi
dan anggota dewan komisaris juga merangkap anggota dewan direksi. Kedua
dewan ini disebut Board of Director.
Gambar 2.1. Struktur Board Of Dorictor Dalam One Tier System
Dewan Dereksi
2. Sistem dua tingkat atau Two Tiers System.
Sistem dua tingkat berasal darisitem hukum Kontinental Eropa (Continental
Europe). Pada sistem ini perusahaan mempunyai dua badan terpisah yaitu,
dewan pengawas (Dewan Komisaris) dan Dewan Manajemen (Dewan
Direksi). Dewan Direksi bertugas mengelola dan mewakili perusahaan
dibawah pengawasan Dewan Komisaris. Dewan Direksi juga menjawab hal-
hal yang menyangkut perusahaan yang diajukan Dewan Komisaris.
Gambar 2.2. Struktur Board Of Dorictor Dalam Two Tier System
Dewan Komisaris bertanggungjawab untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Dewan Direksi serta memastikan apakah
pelaksanaan good corporate governance telah dilaksanakan sesuai
peraturan. Dewan Komisaris tidak mempunyai wewenang untuk menangani
operasional perusahaan. Wewenang operasional sepenuhnya dilaksanakan
oleh Dewan Direksi. Sistem ini banyak digunakan di negara Eropa seperti
Belanda dan Jerman. Indonesia menganut Two Tiers System yang
dimodifikasi dimana kedudukan Dewan Komisaris tidak secara langsung
diatas Dewan Direksi. Pertanggungjawaban Dewan Direksi langsung
kepada Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), bukan kepada Dewan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
Dewan Komisi
Komisaris. Hal ini sesuai dengan Undang- Undang Perseroan Terbatas
tahun 1995 yang menyatakan bahwa anggota Dewan Direksi diangkat dan
diberhentikan oleh RUPS ( pasal 80 ayat 1), dan anggota Dewan Komisaris
diangkat dan diberhentikan oleh RUPS (pasal 95 ayat 1 pasal 101 ayat 1).
2.3.4. Perkembangan Good Corporate Governance di Indonesia.
Beberapa alasan mendasar yang mendorong di terapkannya corporate
governance. Becht et.al. (2002) dalam solihin (2009) antara lain;1) munculnya
gelombang privatisasi di seluruh dunia; 2) Terjadinya reformasi dana pensiun; 3)
Adanya merger dan pengambilalihan perusahaan ;;4) Adanya deregulasi dan
integrasi pasar modal;5) Krisis ekonomi Asia Timur, Rusia dan Brazil; 6)
Berbagai skandal yang menimpa perusahaan besar. Perkembangan corporate
governance di Indonesi tidak lepas dari faktor – faktor diatas. Kejadian yang
paling mendorong diterapkannya corporate governance adalah terjadinya krisis
yang melanda Asia. Menurut kajian Asia Develovment Bank (ADB) yang dikutip
Kaihatu (2006) dalam Warjanto (2010) terdapat beberapa faktor yang memberi
kontribusi pada krisis di Indonesia. Pertama, konsentrasi kepemilikan perusahaan
yang tinggi; kedua tidak efektifnya fungsi pengawasan dewan komisaris ; ketiga
inefisiensi dan rendahnya transparansi mengenai prosedur pengendalian merger
dan akuisisi perusahaan; keempat, terlalu tingginya ketergantungan pada
pendanaan eksternal, dan kelima, ketidakmemadainya pengawasan oleh para
kreditur.
Pemerintah Indonesia melalui Komite Nasional Kebijakan Corporate
tahun 1999 mengeluarkan surat edaran KEP/31/M.EKUIN/08/1999 .Keputusan
tersebut telah beberapa kali mengalami penyempurnaan, terakhir tahun tahun
2001. Kebutuhan akan penerapan prinsip-prinsip corporate governance juga
dirasakan oleh sektor perbankan. Peraturan Bank Indonesia No.2/27/PBI/2000
tanggal 15 Desember tentang Bank Umum dimana didalamnya diatur kriteria
yang wajib dipenuhi calon anggota Direksi dan Komisaris Bank Umum, serta
batasan transaksi yang diperbolehkan atau dilarang oleh pengurus bank.
Selain itu bagi perusahaan BUMN di atur melalui Keputusan Menteri
BUMN No.Kep-117/M-MBU/2002 tanggal 1 Agustus 2002 tentang Penerapan
Praktik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara dan
menjadikan prinsip good corporate governance sebagai landasan operasionanya.
Penerapan Good Corporate Governance didukung juga oleh sektor swasta melalui
mekanisme pasar modal seperti PT. BEI dan Bapepem-LK mengeluarkan
regulasi-regulasi guna mendukung implementasi Good corporate Governance di
Indonesia (Taridi, 2009).
a. Tahun 2000, BEJ (sekarang BEI) memberlakukan Keputusan Direksi PT Bursa
Efek Jakarta Nomor Kep-315/BEJ/06/2000 perihal Peraturan Pencatatan Efek
Nomor I-A yang antara lain mengatur tentang kewajiban mempunyai
Komisaris Independen, Komite Audit, memberikan peran aktif Sekretaris
Perusahaan di dalam memenuhi kewajiban keterbukaan informasi untuk
mewajibkan perusahaan tercatat untuk menyampaikan informasi yang material
b. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-63/PM/1996 yang kemudian
diperjelas dalam Peraturan Nomor IX-14 tentang pembentukan sekretaris
perusahaan.
c. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-03/PM/2000 tentang Komite
Audit yang berisi imbauan perlunya Komite Audit dimiliki setiap Emiten.
d. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-40/PM/2003 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor VIII.6.11 tentang tanggung jawab direksi atas laporan
keuangan.
e. Surat Edaran Ketua Bapepam-LK Nomor SE-07/PM/2004 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor IX.15 tentang pembentukan dan pedoman pelaksanaan
kerja Komite Audit.
f. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-45/PM/2004 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor IX.1.6 tentang Direksi dan Komisaris pada Emiten dan
perusahaan go publik.
g. Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor KEP-134?BL/2006 yang dijelaskan
dalam peraturan Nomor X.K.6 tentang kewajiban penyampaian laporan
keuangan tahunan bagi perusahaan publik.
Selain peraturan diatas, penerapan good corporate governance didukung
dengan munculnya beberapa organisasi independen, seperti Forum for Corporate
Governance in Indonesia (FCGI), Indonesian Institute for Corporate Directorship
(IICD), Indonesian Institute for Corporate Governance (IICG). Dengan adanya
lembaga tersebut diharapkan implementasi good corporate governance. semakin
2.3.5 Hubungan mekanisme Good Corporate Governance dan Corporate Social Responsibility
The organization for economic and development merumuskan tujuan dari
good corporate governance adalah melindungi hak dan kepentingan pemegang
saham, melindungi hak dan kepentingan para anggota stakeholders non pemegang
saham, meningkatkan nilai perusahaan dan para pemegang saham, meningkatkan
efisiensi dan efektifitas kerja dewan pengurus atau Board of Directors dan
manajemen perusahaan serta meningkatkan mutu hubungan Board of Directors
dengan manajemen senior perusahaan. Corporate governance mengandung lima
unsur penting yaitu transparency, accountability, responsibility, indepedency,
fairness diharapkan dapat menjadi suatu jalan untuk mengurangi konflik
keagenan.
Implementasi program CSR oleh perusahaan pada hakekatnya bersifat
orientasi dari dalam keluar. Hal tersebut berarti sebelum melaksanakan aktivitas
CSR yang bersifat voluntary perusahaan terlebih dahulu harus membenahi
kepatuhan perusahaan terhadap hukum. Perusahaan pun harus menjalankan
bisnisnya dengan baik sehingga dapat menjamin tercapainya maksimalisasi laba
(economic responsibilities). Selain itu perusahaan perlu mengembangkan
sejumlah kebijaksanaan untuk menuntun pelaksanaan CSR. Semua hal tersebut
tidak akan terlaksana dengan baik bila perusahaan tidak menerapkan good
corporate governace yang baik (GCG).
Implementasi CSR juga menjadi salah satu prinsip pelaksanaan GCG,
sehingga perusahaan yang melaksanakan GCG sudah seharusnya melakukan