Lampiran I
Statistik Deskriptif
Residuals Statisticsa
Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value 33.4701 58.5065 46.8286 6.47850 35 Std. Predicted Value -2.062 1.803 .000 1.000 35 Standard Error of Predicted
Value 1.413 3.107 2.081 .513 35
Adjusted Predicted Value 33.7798 61.4546 46.9624 6.51448 35 Residual -1.95065E1 16.50160 .00000 7.09589 35
Std. Residual -2.667 2.256 .000 .970 35
Stud. Residual -2.861 2.310 -.009 1.017 35
Deleted Residual -2.24546E1 17.29257 -.13386 7.79987 35 Stud. Deleted Residual -3.265 2.490 -.014 1.069 35
Mahal. Distance .297 5.165 1.943 1.425 35
Cook's Distance .000 .412 .034 .071 35
Centered Leverage Value .009 .152 .057 .042 35 a. Dependent Variable: Kinerja
Regression
Variables Entered/Removedb
Model Variables Entered
Variables
Removed Method 1 Motivasi,
Partisipasi Anggarana
. Enter a. All requested variables entered.
Lampiran I (lanjutan) Coefficient Correlationsa
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.759 7.662 1.404 .170
Partisipasi Anggaran .737 .248 .406 2.966 .006
Motivasi .852 .272 .429 3.136 .004
a. Dependent Variable: Kinerja
Collinearity Diagnosticsa
Model
Dimensi
on Eigenvalue Condition Index
Variance Proportions (Constant)
Partisipasi
Anggaran Motivasi
1 1 2.927 1.000 .00 .01 .00
2 .060 7.011 .08 .99 .06
3 .014 14.618 .92 .00 .94
Lampiran II
Validitas dan Reliabilitas Partisipasi Anggaran
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.891 6
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Anggaran1 13.6571 22.114 .632 .885
Anggaran2 12.7429 20.726 .638 .883
Anggaran3 13.7143 21.210 .771 .868
Anggaran4 12.9714 19.852 .652 .882
Anggaran5 13.3714 17.770 .817 .854
Lampiran II (lanjutan)
Validitas dan Reliabilitas Motivasi
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.804 8
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Motivasi1 24.8857 17.810 .621 .766
Motivasi2 24.7714 19.534 .416 .796
Motivasi3 25.3429 19.232 .421 .796
Motivasi4 24.8286 17.852 .594 .770
Motivasi5 24.9143 18.787 .640 .769
Motivasi6 24.7429 19.608 .537 .782
Motivasi7 24.7143 17.269 .573 .773
Lampiran II (lanjutan)
Validitas dan Reliabilitas Kinerja Dinas Kesejahteraan dan Sosial
Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.911 8
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Kinerja1 41.0000 75.471 .599 .909
Kinerja2 40.7714 77.123 .565 .911
Kinerja3 40.7429 73.491 .792 .895
Kinerja4 40.8857 71.281 .771 .895
Kinerja5 41.1429 68.538 .727 .899
Kinerja6 41.1714 68.499 .676 .905
Kinerja7 41.1429 66.185 .794 .893
Kinerja8 40.9429 72.055 .859 .890
Lampiran III
Lampiran IV
Uji Multikolinieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 10.759 7.662 1.404 .170
Lampiran V
Uji Heteroskedastisitas
Lampiran VI
Uji F (Signifikan Simultan)
ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 1427.014 2 713.507 13.337 .000a
Residual 1711.957 32 53.499
Total 3138.971 34
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Partisipasi Anggaran b. Dependent Variable: Kinerja
Lampiran VII
Uji t (Signifikan Parsial)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) 10.759 7.662 1.404 .170
Partisipasi Anggaran .737 .248 .406 2.966 .006
Motivasi .852 .272 .429 3.136 .004
a. Dependent Variable: Kinerja
Lampiran VIII
Koefisien Korelasi dan Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .674a .455 .421 7.31428
Lampiran IX
KUESIONER PENELITIAN Bapak/Ibu/Saudara/i yang terhormat,
Saat ini saya sedang melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Penyusunan Anggaran dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Oleh sebab itu, sudilah kiranya Bapak/Ibu/Saudara/I mengisi kuesioner ini dengan sebenar-benarnya, dan atas kesediaanya kami ucapkan terima kasih.
Keterangan: diisi dengan memberikan tanda checklist ( X ) sesuai dengan jawaban yang Bapak/Ibu anggap benar.
Data Responden
Dimohon dengan hormat pada Bapak/Ibu untuk mengisi identitas secara lengkap, dan memberi tanda silang (X) atau melingkari jawaban.
Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita
I. PENYUSUNAN ANGGARAN
KETERANGAN
SS Sangat Setuju
S Setuju
RR Ragu-ragu
TS Tidak Setuju
STS Sangat Tidak Setuju
NO .
PERNYATAAN STS TS R
R
S SS
1 Bapak/Ibu mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menentukan anggaran
1 2 3 4 5
2 Bapak/Ibu mempunyai pengaruh yang sangat kecil dalam menentukan anggaran
II. Motivasi
NO PERTANYAAN STS TS RR S SS
1 Gaji/pendapatan sebagai pegawai telah membuat bapak / ibu termotivasi bekerja?
1 2 3 4 5
2 Menjadi pegawai negri telah membuat bapak/ibu menjadi senang/bahagia?
1 2 3 4 5
3 Gaji dan tunjangan sebagai Pegawai telah mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga?
1 2 3 4 5
4 Kondisi ditempat kerja dapat membuat bapak/ibu merasa tenang dalam berkerja?
1 2 3 4 5
5 Lingkungan disekitar kantor dapat membuat bapak/ibu merasa nyaman berkerja?
1 2 3 4 5
6 Jalinan kerjasama diantara teman sekantor selama ini dapat membuat bapak/ibu merasa nyaman dalam berkerja?
1 2 3 4 5
7 Sikap pimpinan dapat membuat bapak/ibu termotivasi untuk berkerja?
1 2 3 4 5
8 Masalah keluarga yang bapak/ibu hadapi tidak berpengaruh pada pekerjaan?
1 2 3 4 5
III. Kinerja
Bapak/Ibu dimohon untuk mengukur kinerja sendiri pada setiap bidang tugas tersebut dalam daftar pertanyaan di bawah ini. Berilah tanda silang (X) atau lingkaran pada angka tersebut.
Contoh ;
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kinerja di bawah rata-rata Kinerja rata-rata Kinerja di atas rata-rata 3 Pengaruh kontribusi Bapak/Ibu dalam penyusunan anggaran
sangat besar
1 2 3 4 5
4 Atasan saya selalu meminta pendapat saya pada saat penyusunan anggaran
1 2 3 4 5
5 Anggaran tidak akan diputuskan sampai saya merasa yakin.
1 2 3 4 5
6 Besar pengaruh Bapak/Ibu pada saat penyusunan anggaran final/akhir
1. Perencanaan
Menentukan tujuan, kebijakan dan tindakan atau pelaksanaan, penjadwalan kerja, dan penganggaran,
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kinerja di bawah rata-rata
Kinerja rata-rata Kinerja di atas rata-rata
2. Investigasi
Mengumpulkan dan menyiapkan informasi dalam bentuk catatan, laporan dan rekening, mengukur hasil, analisis pekerjaan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kinerja di bawah rata-rata
Kinerja rata-rata Kinerja di atas rata-rata
3. Pengkoordinasian
Tukar menukar informasi dengan orang di bagian organisasi lain/pihak lain untuk mengaitkan dan menyesuaikan program, memberitahu bagian lain, hubungan dengan organisasi lain.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kinerja di bawah rata-rata
Kinerja rata-rata Kinerja di atas rata-rata
4. Evaluasi
Menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan, pemeriksaan kinerja.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kinerja di bawah rata-rata
Kinerja rata-rata Kinerja di atas rata-rata
5. Pengawasan
Mengarahkan, memimpin dan mengembangkan bawahan, membimbing melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani keluhan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kinerja di bawah rata-rata
6. Pemilihan staf
Mempertahankan angkatan kerja, merekrut, memilih pegawai baru, dan memeutasi pegawai.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kinerja di bawah rata-rata
Kinerja rata-rata Kinerja di atas rata-rata
7. Perwakilan
Menyampaikan informasi tentang visi, misi, dan kegiatan-kegiatan organisasi dengan cara pidato, konsultasi dan lain-lain kepada pihak luar organisasi.
8. Kinerja anda secara keseluruhan.
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kinerja di bawah rata-rata
Kinerja rata-rata Kinerja di atas rata-rata
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kinerja di bawah rata-rata
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan, 2005. Sistem Pengendalian Manajemen. Buku 2, Salemba Empat, Jakarta.
Bastian, Indra, 2006. Akuntansi Sektor Publik: Suatu Pengantar, Erlangga, Jakarta.
Chong, V.K. and Chong, K.M (2002), “Budget goal commitment and informational effects of budget participation on performance: a structural equation modeling approach”, Behavioral Research in Accounting, Vol. 14, pp. 65-86.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2012. Buku Pedoman Penulisan Skripsi dan Ujian Komprehensif Program Strata Satu (S1), Medan.
Garrison, Ray H. dan Eric W. Noreen, 2000. Akuntansi Manajemen, Salemba Empat, Jakarta.
Ghozali, Imam, 2008. Aplikasi Analisis Multivariat dengan Program SPSS, BP Undip, Semarang.
Hansen dan Mowen, 2004. Akuntansi Manajemen, Edisi ketujuh, Salemba Empat, Jakarta.
Indriantoro, N. dan B. Supomo. 1999. “Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan Manajemen. Yogyakarta, BPFE.
Kumorotomo, Wahyudi dan Erwan Agus Purwanto, 2005. Anggaran Berbasis Kinerja, Konsep dan Aplikasinya, Magister Administrasi Publik UGM, Yogyakarta.
Kuncoro, Mudrajad, 2009. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi, Edisi 3, Erlangga, Jakarta.
Luthans, Fred, 2006. Perilaku Organisasi, Edisi 10, ANDI, Yogyakarta.
Mahsun, Mohammad, 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik, Edisi Pertama, BPFE,Yogyakarta.
Mas’ud, Fuad, 2004. Survei Diagnosis Organisasional, Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Milani, K.R. (1975), “The relationship of participationinbudg et setting to industrial supervisor performance and attitude”, The Accounting Review, Vol. 50 No. 2, pp. 274-84.
Mowday, R., Steers, R, and Porter, L. (1979), “The measurement of Vorganizational commitment”, Journal of Vacation Behaviour, Vol. 14 No. 2, pp. 224-47.
Nadia, Amira, 2012. “Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja Manajerial pada PT. Mabar Feed Indonesia”, Skripsi Strata Satu Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Nordiawan, Deddy, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.
Nouri, H. and Parker, R.J. (1996), “The effect of organizational commitment on the relation between udgetary participation and budgetary slack”, Behavioral Research in Accounting,Vol . 8, pp. 74-91.
--- (1998), “The relationship between budget-conscious participation and job performance: the role of budget adequacy and organizational commitment”, Accounting, Organizations and Society, Vol. 23 No 5/6, pp. 467-83.
Nunnaly, J., 1967. Psycometric Theory, McGraw Hill, New York.
Refikha, Essy, 2008. “Pengaruh Partisipasi Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Kota Binjai”, Skripsi Strata Satu Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Republik Indonesia, 2003. Undang-undang No 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.
---, 2004. Undang-undang No 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah.
---, 2004. Undang-undang No 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah.
---, 2006. Keputusan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Robbins, 2002. Perilaku Organisasi, Edisi 8, Erlangga, Jakarta.
---, 2006. Perilaku Organisasi, Edisi 10, Indeks, Jakarta.
Sardjito, Bambang dan Osmad Muthaher, 2007. “Pengaruh Partisipasi Penyusunan AnggaranTerhadap Kinerja Aparat Pemerintah Daerah: Budaya Organisasi dan Komitmen Organisasi sebagai Variabel Moderating”, Simposium Nasional Akuntansi X.
Sinambela, Elizar, 2003. “Pengaruh Partisipasi Dalam Penyusunan Anggaran Terhadap Kinerja Pegawai Studi Empiris Pada Perguruan Tinggi Swasta di Kota Medan”, Tesis Magister Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung.
Sumarno, J, 2005. “Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran dan Kinerja Pegawai, Studi Empiris pada Kantor Cabang Perbankan Indonesia di Jakarta”, SNA VIII Solo, hal. 586-616.
Syahfitri, Deby, 2012. “Pengaruh Partisipasi Penyusunan Anggaran dan Komitmen Organisasi Terhadap Kinerja SKPD Pemerintahan Sumatera Utara, Skripsi Strata Satu Akuntansi Universitas Sumatera Utara.
Wentzel, K. (2002), “The influence of fairness perceptions and goal commitment on managers performance in a budget setting”, Behavioral Research in Accounting, Vol.1 4, pp. 247-71.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian assosiatif kausal yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan yang bersifat sebab akibat.
Sehingga ada variabel independen (variabel yang mempengaruhi) dan variabel
dependen (variabel yang dipengaruhi) (Sugiy ono, 2005). Dimensi waktu
penelitian ini adalah cross sectional yaitu melibatkan satu waktu tertentu dengan
banyak sampel.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah kelompok elemen yang lengkap, yang biasanya berupa
orang, objek, transaksi, atau kejadian dimana kita tertarik untuk mempelajarinya
atau menjadi objek penelitian (Kuncoro, 2009: bab 3). Penelitian ini dilakukan di
Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Populasi dalam
penelitian ini adalah pejabat structural dan staff yang bekerja di Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Pemilihan Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara karena termasuk dalam
organisasi sektor publik yang memiliki sistem anggaran partisipatif.
Sampel adalah suatu himpunan bagian (subject) dari unit populasi.
Metode pemilihan sampel dalam penelitian ini didasarkan pada purposive
sampling. Jumlah sampel yang diperoleh sebanyak 35 orang. Sampel dipilih
dalam pemilihan sampel merupakan pejabat struktural dan staff di Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara yang memiliki peran dalam
proses partisipasi anggaran.
3.3. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sensus, dimana
data yang didapat dimulai dari pembagian kuesioner, pengumpulan, pengolahan,
penilaian, penganalisisan, dan penyajian data.
3.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian
Variabel pada dasarnya adalah segala sesuatu yang dapat diberi berbagai
macam nilai (Indriantoro dan Supomo, 1999). Variabel yang digunakan dalam
penelitian ini terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Yang
menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah penyusunan anggaran
dan motivasi. Sedangkan variabel dependennya adalah kinerja pegawai Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.
Tabel 3.1.
Tabel Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Variabel Definisi Operasional Pengukuran Variabel Skala Penelitian
Variabel Independen seorang individu dan luasnya pengaruh dalam proses penyusunan anggaran (Milani, 1975)
Motivasi adalah suatu motif dorongan dari dalam diri yang menimbulkan berbagai kebutuhan dan sikap (attitude) karyawan dalam menghadapi situasi kerja di perusahaan yang merupakan kondisi atau
energi yang menggerakkan diri
karyawan sehingga bekerja dengan mental yang siap, fisik yang sehat, memahami situasi
Menggunakan indikator yang dikembangkan Milani (1975) dalam Mas’ud (2004) meliputi :
− Keterlibatan dalam
penyusunan anggaran.
− Tingkat kelogisan
alasan melakukan revisi anggaran
− Intensitas mengajak diskusi tentang anggaran
− Besarnya pengaruh dalam anggaran.
− Kontribusi penting
terhadap anggaran
− Frekuensi atasan
meminta pendapat dalam penyusunan anggaran.
a. Kebutuhan ekonomis
b. Rasa aman dalam
bekerja
c. Kepuasan dalam
melaksanakan pekerjaan
d. Mengembangkan diri untuk berkarir dan memperoleh
kemajuan Pemberian penghargaan
Likert
dan berusaha keras mencapai target kerja.
Variabel Dependen Kinerja Pegawai Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
Kinerja organisasi publik adalah : “hasil akhir (output) organisasi yang sesuai dengan tujuan organisasi.
Menggunakan indikator yang dikembangkan oleh Mahoney et al. (1963) dalam Mas’ud (2004) meliputi :
− Perencanaan
− Kinerja secara
keseluruhan
Likert
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik dalam pengumpulan data sensus ataupun pengiriman kuesioner yaitu :
1. Kuesioner langsung diantar ke responden dan diserahkan kepada semua
sampel.
2. Kuesioner dikumpul setelah dua minggu.
3. Jika ada responden yang belum mengumpulkan kuesioner maka kepada
mereka diberikan waktu satu minggu lagi.
4. Setelah batas waktu yang ditentukan dan kuesioner telah dikembalikan
oleh responden, maka peneliti akan mengolah data jika jumlah data yang
terkumpul sudah lebih dari 30, tetapi jika data yang terkumpul belum
mencukupi 30, maka peneliti akan mencoba kembali untuk mengirimkan
kuesioner kepada responden yang belum mengembalikan kuesioner
3.6. Model dan Teknik Analisis Data 3.6.1. Model Analisis Data
Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah analisis
regresi berganda, karena ada dua variabel independen dan satu variabel dependen.
Analisis regresi digunakan untuk mengetahui besarnya pengaruh partisipasi
anggaran dan motivasi terhadap kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial
Provinsi Sumatera Utara. Model persamaan regresi untuk menguji hipotesis
dengan formulasi sebagai berikut :
Y= a+ + + +e
keterangan :
Y = Kinerja Pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi
Sumatera Utara
a = Konstanta
, = Koefisien
= Partisipasi Anggaran
= Motivasi
= Partisipasi Anggaran dan Motivasi secara bersamaan
e = Tingkat kesalahan pengganggu
3.6.2. Pengujian Kualitas Data 3.6.2.1. Uji Validitas
Uji validitas digunakan unuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
Kriteria pengujian validitas adalah sebagai berikut :
1. Jika positif dan > maka butir pertanyaan tersebut
valid.
2. Jika negatif dan < maka butir pertanyaan tersebut
tidak valid.
3.6.2.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh hasil
pengukuran tetap konsisten apabila dilakukan lebih dari dua kali terhadap gejala
yang sama dengan menggunakan alat yang sama (Riyadi, 2000). Untuk melihat
reliabilitas masing-masing instrumen yang digunakan, peneliti menggunakan
koefisien Cronbach Alpha (α). Menurut kriteria Nunnally (1967), variabel atau
konstruk dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha > 0,60. Semakin nilai
alphanya mendekati satu maka nilai reliabilitas datanya semakin terpercaya untuk
masing-masing variabel. Pengujian realibilitas dilakukan dengan menggunakan
3.6.3. Pengujian Asumsi Klasik
Dalam penggunaan analisis regresi harus bebas dari asumsi-asumsi klasik
seperti bebas dari asumsi normalitas, multikolinearitas, dan heterokedastisitas.
3.6.3.1. Pengujian Normalitas
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model
regresi variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model
regresi yang baik adalah jika distribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk menguji apakah data terdistribusi normal atau tidak dapat dilakukan dengan
analisis grafik dan uji statistik. Analisis grafik merupakan cara yang mudah untuk
mendeteksi normalitas yaitu dengan melihat penyebaran data pada sumbu
diagonal dari garfik normal probability plot. Karakteristik histogram adalah
bahwa pada grafik histogram pola distribusi menceng ke kanan dan membawahi
hampir semua grafik batang. Sedangkan pada grafik normal plot terlihat titik-titik
menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebarannya tidak jauh dari garis
diagonal.
Untuk melengkapi hasil analisis grafik normal digunakan uji
Kolmogorov-Smirnov (Uji K-S). Pada uji ini dapat dilihat probabilitas signifikan terhadap
variabel. Jika tingkat signifikansinya lebih besar dari 0,05 maka data itu
terdistribusi normal. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka distribusi
3.6.3.2. Uji Multikolinieritas
Uji ini bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Pengujian ini dilakukan
dengan melihat VIF dan korelasi diantara variabel bebas. Batasan umum yang
dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0, 10 atau sama dengan VIF > 10 (Ghozali, 2008: 91) .
3.6.3.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi heterokedastisitas. Untuk
mendeteksi ada atau tidaknya heterokedastisitas dapat dilakukan dengan melihat
grafik plot antara nilai prediksi variabel terikat dengan residualnya. Dasar analisis
grafik plot adalah sebagai berikut :
1. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu
yang teratur maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.
2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di
bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas
3.7. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ditujukan untuk menguji ada tidaknya pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen. Hipotesis penelitian diuji
dengan menggunakan analisa regresi berganda.
3.7.1. Uji Signifikan Simultan (Uji – F)
Pengujian hipotesis ini secara simultan (keseluruhan) menunjukkan
apakah variabel bebas secara keseluruhan atau bersama-sama mempunyai
pengaruh terhadap variabel tidak bebas. Bentuk pengujiannya yaitu :
Ho : , = 0, yang artinya variabel independen secara simultan tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : , ≠ 0, yang artinya semua variabel independen secara simultan
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Uji ini memiliki kriteria pengambilan keputusan yaitu :
Jika probabilitas < 0,05 maka Ha diterima atau Ho ditolak.
Jika probabilitas > 0,05, maka Ha ditolak atau Ho diterima.
3.7.2. Uji Signifikan Parsial (Uji – t)
Uji statistik t disebut juga sebagai uji signifikasi individual, uji ini
dimaksudkan untuk melihat seberapa jauh pengaruh variabel bebas (independen)
secara parsial terhadap variabel tidak bebas (dependen). Bentuk pengujiannya
Ho : , = 0, yang artinya suatu variabel independen secara parsial tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
Ha : , ≠ 0, yang artinya variabel independen secara parsial berpengaruh
terhadap variabel dependen.
Uji ini memiliki kriteria pengambilan keputusan yaitu :
Jika probabilitas < 0,05, maka Ha diterima atau Ho ditolak.
Jika probabilitas > 0,05, maka Ha ditolak atau Ho diterima.
3.7.3. Koefisien Determinan ( )
Koefisien determinan ( ) digunakan untuk mengukur proporsi atau
persentase sumbangan variabel independen yang diteliti terhadap variasi naik
turunnya variabel dependen. Koefsisien determinan berkisar antara nol sampai
dengan satu. Apabila nilai semakin kecil, maka kemampuan variabel
independen dalam menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen
dikatakan rendah. Apabila nilai mendekati satu, maka dapat dikatakan bahwa
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian
Jumlah populasi sasaran atau sampel pada penelitian ini adalah 35 pejabat
struktural dan staff di Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
yang memiliki peran dalam proses penyusunan anggaran.
4.2 Pembahasan Hasil Analisis
4.2.1 Analisis Deskriptif Variabel Penelitian 4.2.1.1. Partisipasi Anggaran
Berikut ini adalah tanggapan responden mengenai partisipasi anggaran
(variabel X1
Tabel 4.1 Tanggapan Responden Mengenai Partisipasi Anggaran (X
) dengan 6 pernyataan yang ditujukkan kepada 35 responden.
1)
No Indikator Pertanyaan
Jawaban Responden pengaruh yang sangat besar dalam menentukan anggaran
0 5 6 20 4 82 175
2
Pegawai mempunyai pengaruh yang sangat kecil dalam menentukan anggaran
3 15 6 10 1 114 175
3
Pengaruh kontribusi pegawai dalam penyusunan anggaran sangat besar
0 3 10 16 6 80 175
4
Atasan pegawai selalu meminta pendapatnya pada saat penyusunan anggaran
4 9 9 10 3 106 175
5 Anggaran tidak akan diputuskan sampai
pegawai merasa yakin.
6 Besar pengaruh pegawai pada saat penyusunan anggaran final/akhir
4 4 3 17 7 86 175
15 41 40 87 27 560 1050
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai partisipasi anggaran
pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara dapat dilakukan
perhitungan berikut ini:
% skor aktual = 100%
Hasil dari perhitungan diatas, maka diperoleh persentase sebesar 53%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa partisipasi anggaran pada Dinas Kesejahteraan dan
Sosial Provinsi Sumatera Utara masih tergolong cukup baik.
4.2.1.2. Motivasi kerja
Berikut ini adalah tanggapan responden mengenai motivasi kerja (variabel
X2
Tabel 4.2 Tanggapan Responden Mengenai Motivasi Kerja (X
) dengan 8 pernyataan yang ditujukkan kepada 35 responden.
2)
No Indikator Pertanyaan
Jawaban Responden
1 Gaji/pendapatan sebagai pegawai telah membuat termotivasi bekerja
3 21 6 4 1 126 175
2 Menjadi pegawai negeri telah membuat pegawai menjadi senang/bahagia
6 16 10 3 0 130 175
3 Gaji dan tunjangan sebagai Pegawai telah mencukupi kebutuhan ekonomi
keluarga
4
Kondisi ditempat kerja dapat membuat pegawai merasa tenang dalam berkerja
6 16 8 5 0 128 175
5 Lingkungan disekitar kantor dapat membuat pegawai merasa nyaman berkerja
3 16 14 2 0 125 175
6
Jalinan kerjasama diantara teman sekantor selama ini dapat membuat pegawai merasa nyaman dalam berkerja
2 25 5 3 0 131 175
7 Sikap pimpinan dapat membuat pegawai ibu termotivasi untuk berkerja
9 15 6 4 1 132 175
8 Masalah keluarga yang pegawai hadapi tidak berpengaruh pada pekerjaan
5 13 8 5 4 115 175
35 135 69 34 7 997 1400
Untuk mengetahui tanggapan responden mengenai motivasi kerja pegawai
pada Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara dapat dilakukan
perhitungan berikut ini:
% skor aktual = 100%
Hasil dari perhitungan diatas, maka diperoleh persentase sebesar 71%. Hal
tersebut menunjukkan bahwa motivasi kerja pegawai pada Dinas Kesejahteraan
dan Sosial Provinsi Sumatera Utara masih tergolong baik.
4.2.1.3. Kinerja Pegawai
Berikut ini adalah tanggapan responden mengenai Kinerja Pegawai
Tabel 4.3 Tanggapan Responden Mengenai Kinerja Pegawai (Y)
No Indikator Pertanyaan
Jawaban Responden Kinerja di atas
rata-rata Kinerja rata-rata
Kinerja di
8 Kinerja anda secara keseluruhan
0
4 5 16 5 3 2 0 0
Berdasarkan data di atas, diketahui bahwa kinerja pegawai pada Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara sebagian besar berada pada
interval 4 – 6 dengan kategori kinerja rata-rata.
4.2.2. Uji Validitas dan Reliabilitas pada Data 4.2.2.1. Uji Validitas
Validitas adalah ukuran yang menunjukkan sejauh mana instrumen
pengukur mampu mengukur apa yang ingin diukur (Purbayu, 2005: 247). Uji
validitas ditujukan untuk mengukur seberapa nyata suatu pengujian atau
instrumen. Pengukuran dikatakan valid jika mengukur tujuannya dengan nyata
Untuk melihat validitas dari masing-masing item kuesioner, digunakan
Corrected Item-Total Colleration. Jika rhitung > rtabel, maka data dikatakan
valid, dimana rtabel untuk N = 35, adalah 0,334. Validitas masing-masing
disajikan pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Hasil Uji Validitas
Variabel r Hitung r Table Keterangan 1. Partisipasi Anggaran
Anggaran1 .632 0,334 Valid
Sumber: Data Primer Diolah
Berdasarkan hasil pengolahan data didapatkan bahwa nilai Corrected
motivasi dan kinerja pegawai seluruhnya lebih besar dari rtabel. Jika dapat
dikatakan bahwa seluruh item pernyataan variabel partisipasi anggaran, motivasi
dan kinerja pegawai adalah valid.
4.1.3.2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur bahwa instrumen yang
digunakan benar-benar bebas dari kesalahan, sehingga diharapkan dapat
menghasilkan hasil yang konstan. Nilai reliabilitas dinyatakan reliabel, jika nilai
cronbach’s alpha dari masing-masing instrumen pernyataan lebih besar dari 0,6
(Ghozali, 2006).
Tabel 4.5 Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Alpha Batas Reabilitas Keterangan cronbach’s
Partisipasi Anggaran 0,891 0,60 Realiable
Motivasi Kerja 0,804 0,60 Realiable
Kinerja pegawai 0,911 0,60 Realiable
Sumber: Data Primer Diolah
Dari nilai cronbach’s alpha dapat disimpulkan bahwa instrumen
pertanyaan adalah reliabel karena memiliki nilai Cronbach’s alpha lebih dari 0,6.
Keandalan konsistensi antar item atau koefisien keandalan Cronbach’s Alpha
yang terdapat pada tabel di atas yaitu instrument variabel kinerja pegawai 0,911.
Untuk instrument partisipasi partisipasi anggaran 0,891 dan untuk instrumen
motivasi kerja 0,804. Data ini menunjukan nilai yang berada pada kisaran diatas
4.2.3. Uji Asumsi Klasik 4.2.3.1. Uji Normalitas
Pengujian normalitas adalah pengujian tentang kenormalan distribusi data.
Uji ini merupakan uji yang paling banyak dilakukan untuk analisis statistik
parametik. Penggunaan uji normalitas karena pada analisis statistik parametik,
asumsi yang harus dimiliki oleh data adalah bahwa data tersebut terdistribusi
secara normal. Maksud data terdistribusi secara normal adalah bahwa data akan
mengikuti bentuk distribusi normal. Distribusi normal data dengan bentuk
distribusi normal di mana data memusat pada nilai rata-rata dan median (Purbayu,
2005: 231). Gambar 4.1 berikut memperlihatkan grafik p-plot dengan penyebaran
data di sekitar garis regresi, Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi
layak digunakan karena memenuhi asumsi normalitas.
Selain menggunakan grafik p-plot, uji normalitas data untuk penelitian ini
juga dilakukan dengan mengunakan grafik histogram. Data dikatakan terdistribusi
normal apabila bentuk kurva memiliki kemiringan yang cenderung seimbang pada
sisi kanan dan sisi kiri.
Gambar 4.2 Grafik Histogram
Kurva berbentuk menyerupai lonceng hampir sempurna. Grafik p-plot
pada penelitian ini memiliki kemiringan yang cenderung simbang pada sisi kanan
dan sisi kiri sehingga membentuk menyerupai lonceng yang hampir sempurna.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.
Dari gambar 4.1 dan 4.2 diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar disekitar
garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histrogramnya
menunjukkan pola distribusi normal karena bentuk kurva memiliki kemiringan
Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan one sample kolmogorovsmirnov test, yang mana jika nilai
Tabel 4.6
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 35
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation 7.09589235 Most Extreme Differences Absolute .098
Positive .082
Negative -.098
Kolmogorov-Smirnov Z .582
Asymp. Sig. (2-tailed) .887
a. Test distribution is Normal. Sumber: Olah data SPSS
Dari hasil pengolahan SPSS versi 19.0 didapat bahwa nilai seluruh
variabel dari kolmogorov smirnov sebesar 0,582 dengan signifikan 0,887 > 0,05.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa data berdistribusi secara normal.
4.2.3.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya kolerasi antar variabel bebas atau independen. Untuk menguji
adanya multikolinearitas dapat dilihat melalui nilai Variance Inflantion Factor
(VIF) dan tolerance value untuk masing-masing variabel independen. Apabila
tolerance value di atas 0,10 dan VIF < 10 maka dikatakan tidak terdapat gejala
Tabel 4.7 Uji Multikolinieritas
Model
Collinearity Statistics Tolerance VIF 1 (Constant)
Partisipasi Anggaran .909 1.100
Motivasi .909 1.100
Sumber: Olah data SPSS
Hasil nilai VIF yang diperoleh dalam Tabel 4.7 di atas menunjukkan
variable bebas dalam model regresi tidak saling berkorelasi. Diperoleh nilai VIF
untuk masing-masing variabel bebas kurang dari 10 dan tolerance value berada
diatas 0,10. Hal ini menunjukkan tidak adanya korelasi antara sesama variable
bebas dalam model regresi dan disimpulkan tidak terdapat masalah
multikolinearitas diantara sesama variabel bebas dalam model regresi yang
dibentuk.
4.2.3.3. Uji Heterokedastisitas
Asumsi heterokedastisitas adalah asumsi dalam regresi dimana varians
dari residual tidak sama untuk suatu pengamatan ke pengamatan lain. Dalam
regresi, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah bahwa varians dari residual
dari suatu pengamatan ke pengamatan yang lain tidak sama antar satu varians dari
residual. Diagnosis adanya heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat ada
tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot. Bila grafik penyebaran nilai-nilai
prediksi tidak membentuk suatu pola tertentu, seperti meningkat atau menurun,
maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Gambar 4.3 menunjukkan uji heterokedastisitas dari model regresi yang
di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Oleh karena itu, data pada penelitian
ini bebas dari asumsi heteroedastisitas.
Gambar 4.3 Uji Heterokedastisitas
Dari gambar 4.3 diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta
tersebar baik diatas maupun di bawah angka 0 pada sumbu Y. Hal ini dapat
disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi.
4.2.4. Analisis Regresi berganda
Analisis regresi berganda dilakukan dengan membandingkan t hitung
dengan ttable dan nilai sig dengan α yang diajukan yaitu 95% atau α = 0,05.
Secara rinci hasil pengujian regresi berganda dapat dilihat pada Tabel 4.8.
Tabel 4.8.
a. Dependent Variable: Kinerja
Berdasarkan hasil pengolahan data yang terlihat pada table 4.8 pada kolom
undstandardized coefficients bagian B, maka diperoleh model persamaan regresi
linier sederhana sebagai berikut:
Ŷ = 10,759 + 0,737 X1 + 0,852 X2
a. Nilai konstanta sebesar 10,759 mengindikasikan bahwa jika variabel
independen yaitu partisipasi partisipasi anggaran, motivasi kerja tidak ada
maka nilai kinerja pegawai adalah sebesar konstanta 10,759.
b. Koefisien partisipasi anggaran sebesar 0,737 mengindikasikan bahwa setiap
peningkatan partisipasi anggaran satu satuan akan mengakibatkan peningkatan
kinerja pegawai sebesar 0,737 satuan dengan asumsi variabel lain konstan.
c. Koefisien motivasi kerja sebesar 0,852 mengindikasikan bahwa setiap
peningkatan motivasi kerja satu satuan akan mengakibatkan peningkatan
kinerja pegawai sebesar 0,852 satuan, dengan asumsi variabel lain konstan.
4.2.5. Pengujian Hipotesis 4.2.5.1 Uji F
Uji F dilakukan untuk menguji apakah secara serentak variabel independen
model yang digunakan telah fix atau tidak. Berdasarkan hasil pengolahan SPSS
versi 19, diperoleh hasil uji F simultan sebagai berikut :
Tabel 4.9.
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Partisipasi Anggaran b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Olah data SPSS
Berdasarkan Tabel 4.9 diketahui bahwa nilai Fhitung = 13,337 dengan sig
0,000. Hasil ini menunjukan bahwa variabel independen secara bersama-sama
mampu menjelaskan variabel dependen. Dengan demikian bahwa Partisipasi
anggaran dan motivasi kerja secara simultan berpengaruh signifikan terhadap
kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.
4.2.5.2 Uji t-test
Berdasarkan hasil pengolahan SPSS versi 19, diperoleh hasil uji t sebagai
Coefficientsa
a. Dependent Variable: Kinerja Sumber: Olah data SPSS
1. Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pegawai
Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
Pengujian hipotesis pertama dilakukan dengan membandingkan nilai t
hitung dan t tabel. Hipotesis diterima jika t hitung > t tabel atau nilai sig < α 0,05.
Nilai t tabel pada α 0,05 adalah 2,037. Untuk variabel partisipasi anggaran (X1)
nilai t hitung adalah 2,966 dan nilai sig adalah 0,000. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa thitung > t tabel yaitu 2,966 > 2,037 atau nilai signifikansi 0,006
< α 0,05. Nilai koefisien β dari variabel X1 bernilai positif yaitu 0,737. Hal ini
menunjukkan bahwa penelitian ini dapat membuktikan bahwa partisipasi
anggaran (X1) berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Sehingga hipotesis pertama
dari penelitian ini diterima.
2. Motivasi kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pegawai Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.
Pengujian hipotesis kedua dilakukan dengan membandingkan nilai t hitung
dan t tabel. Hipotesis diterima jika t hitung > t tabel atau nilai sig < α 0,05. Nilai t
tabel pada α 0,05 adalah 2,037. Untuk variabel motivasi (X2) nilai t hitung adalah
> t tabel yaitu 3,136 > 2,037 atau nilai signifikansi 0,004 < α 0,05. Nilai koefisien
β dari variabel X2 bernilai positif yaitu 0,852. Hal ini menunjukkan bahwa
penelitian ini dapat membuktikan bahwa motivasi kerja (X2) berpengaruh
signifikan dan positif terhadap kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial
Provinsi Sumatera Utara. Sehingga hipotesis kedua dari penelitian ini diterima.
4.2.5.3. Interpretasi Koefisien Determinasi
Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien Determinasi
dapat dilihat dari Tabel 4.11.
Tabel 4.11
Interpretasi Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
1 .674a .455 .421 7.31428
a. Predictors: (Constant), Motivasi, Partisipasi Anggaran b. Dependent Variable: Kinerja
Sumber: Olah data SPSS
Dari tabel 4.11. di atas dapat dilihat nilai Adjusted R Square menunjukan
0,421. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi variabel bebas yaitu partisipasi
anggaran dan motivasi kerja terhadap variabel terikat yaitu kinerja pegawai Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 42,1%,
4.3. Pembahasan
4.3.1. Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi penyusunan anggaran
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja instansi pemerintah daerah dengan
nilai t = 2,966 dan nilai signifikansi 0,006 < α = 0,05. Hal ini dapat disimpulkan
bahwa semakin aktif pegawai ikut serta dalam partisipasi anggaran, maka kinerja
pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara juga akan
semakin meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan Bambang (2002) yang
menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran merupakan pendekatan yang
secara umum dapat meningkatkan kinerja (prestasi) yang pada akhirnya dapat
meningkatkan efektivitas suatu organisasi.
Adanya partisipasi mendorong setiap orang untuk meningkatkan
prestasinya dan bekerja keras dan menganggap bahwa target organisasi
merupakan target pribadinya juga. Hansen dan mowen (1997) juga mendukung
pendapat ini yang menyatakan bahwa individu yang terlibat dalam penetapan
standar, mereka sendiri akan bekerja keras untuk mencapai standar tersebut.
Selain memberikan keuntungan dalam masalah perilaku, partisipasi manajer
dalam menyusun anggaran memiliki keuntungan pada keseluruhan proses
perencanaan karena keterlibatan individu yang memiliki pengetahuan tentang
kondisi lokal. Partisipasi anggaran merupakan keterlibatan seluruh manajer dalam
suatu instansi untuk melakukan kegiatan dalam pencapaian sasaran yang telah
Sejalan dengan teori yang dikemukan oleh Milani (1975) dalam Mila
(2005), bahwa dengan menyusun anggaran secara partisipatif, diharapkan kinerja
unit kerja organisasi akan meningkat. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa
ketika suatu tujuan/standar yang dirancang secara partisipatif disetujui oleh
pimpinan, maka karyawan akan bersungguh-sungguh dalam tujuan/standar yang
telah ditetapkan dan karyawan juga memiliki rasa tanggung jawab pribadi untuk
mencapainya karena ikut serta terlibat dalam penyusunannya. Dengan adanya
keterlibatan tersebut, akan mendorong para Kepala Dinas, Kabag/Kabid/Kasi
untuk bertanggung jawab terhadap masing-masing tugas yang diembannya,
sehingga para Kepala Dinas, Kabag/Kabid/ Kasi akan meningkatkan kinerjanya
agar mereka dapat mencapai sasaran/target yang telah ditetapkan dalam anggaran.
Berdasarkan data distribusi frekuensi variabel partisipasi anggaran dapat
dilihat bahwa tingkat pencapaian responden tertingi adalah sebesar 53%, dan
berada dalam kategori cukup. Nilai tersebut menunjukkan bahwa pengaruh
pegawai dalam penetapan anggaran sebesar 53% yang menyatakan usulan
penetapan anggaran yang diusulkan oleh pegawai selalu diterima oleh atasan,
usulan penetapan anggaran yang diusulkan oleh pegawai tidak pernah ditanggapi
oleh atasan dan adanya penilaian positif terhadap kontribusi yang diberikan
pegawai.
Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh
Friyani (2005) dimana penelitian tersebut meneliti tentang Pengaruh Partisipasi
Motivasi sebagai Variabel Pemoderating. Hasil menunjukkan bahwa motivasi
mempengaruhi partisipasi Anggaran terhadap kinerja Aparat pemerintah.
4.3.2. Pengaruh Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa motivasi kerja berpengaruh
signifikan positif terhadap kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial
Provinsi Sumatera Utara dengan nilai t = 3,136 nilai signifikansi 0,004 < α = 0,05.
Hal ini dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi motivasi kerja, maka kinerja
pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara juga akan
semakin meningkat.
Hal ini sesuai dengan teori yang dinyatakan Hasibuan (2006) bahwa tujuan
pemberian motivasi kerja oleh pimpinan adalah mendorong disiplin dan semangat
kerja pegawai, meningkatkan moral dan kepuasan kerja pegawai, meningkatkan
kinerja pegawai, menciptakan suasana dan hubungan kerja yang baik,
meningkatkan kreativitas dan partisipasi pegawai dan mempertinggi rasa
tanggungjawab pegawai.
Merujuk pada konsepsi tersebut, pegawai dikatakan memiliki motivasi
kerja yang tinggi jika memenuhi beberapa kriteria berikut: (1) mengambil
inisiatif; (2) bekerja dengan atau tanpa pengawasan; (3) mempunyai kemauan
yang keras untuk bekerja; (4) suka tantangan dan disiplin; (5) berorientasi pada
sasaran atau hasil kerja.
Menurut Robbins (1996) tingkat kinerja pegawai akan sangat tergantung
pengetahuan, dan pengalaman. Tingkat kemampuan akan dapat mempengaruhi
hasil kinerja pegawai dimana semakin tinggi tingkat kemampuan pegawai akan
menghasilkan kinerja yang semakin tinggi pula. Faktor lain adalah motivasi kerja
yaitu dorongan dari dalam pegawai untuk melakukan suatu pekerjaan.
Dengan adanya motivasi kerja yang tinggi pegawai akan terdorong untuk
melakukan suatu pekerjaan sebaik mungkin yang akan mempengaruhi hasil
kinerja. Semakin tinggi motivasi yang dimiliki semakin tinggi pula kinerja yang
dapat dihasilkan.
Dari hasil penelitian yang diperoleh pada data distribusi frekuensi untuk
variabel motivasi kerja tingkat pencapaian responden tertinggi adalah sebesar
71%, ini memperlihatkan bahwa nilai motivasi kerja berada pada kategori baik.
Walaupun dikategorikan baik, namun masih ada kurangnya motivasi pegawai
apabila menemukan pekerjaan yang agak sulit, memperhatikan tata tertib
kehadiran sehari-hari dalam bekerja serta datang dan pulang sesuai dengan
peraturan jam kerja. Hasil penelitian ini mendukung hasil penelitian yang
dilakukan oleh Rini (2008), dimana penelitian tersebut meneliti tentang pengaruh
insentif dan motivasi kerja terhadap kinerja aparat pemerintah daerah. Responden
penelitiannya adalah setiap kepala satuan kerja perangkat daerah kota Padang.
Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa motivasi kerja terbukti berpengaruh
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian mengenai “Pengaruh
Partisipasi Anggaran dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Pegawai Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara” adalah sebagai berikut:
1. Partisipasi anggaran berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja pegawai
Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Dimana semakin
aktif pegawai ikut serta dalam partisipasi anggaran, maka kinerja pegawai
Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara juga akan semakin
meningkat.
2. Motivasi kerja berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja satuan kerja
pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara. Di mana
semakin tinggi motivasi kerja, maka kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan
Sosial Provinsi Sumatera Utara perangkat daerah juga akan semakin
meningkat.
3. Partisipasi anggaran dan motivasi secara bersama-sama (simultan)
berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan Dan
Sosial Provinsi Sumatera Utara, dimana uji F sebesar 13,337 dengan
5.2. Saran
Berdasarkan pada pembahasan dan kesimpulan di atas, maka peneliti
menyarankan bahwa:
1. Dari hasil penelitian ini terlihat bahwa penerapan partisipasi anggaran,
motivasi kerja dan perilaku dalam pemerintahan telah baik dilakukan, tapi
masih ada beberapa hal yang belum sepenuhnya dilakukan dengan sempurna
sehingga pemerintah harus lebih optimal lagi dalam meningkatkan kinerja
aparat pemerintah daerah.
2. Penelitian ini masih terbatas pada penerapan partisipasi anggaran dan motivasi
kerja terhadap kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi
Sumatera Utara, untuk penelitian selanjutnya dapat dilakukan perubahan
variabel penelitian untuk menemukan variabel-variabel lain yang berpengaruh
kuat terhadap kinerja pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi
Sumatera Utara.
3. Untuk penelitian selanjutnya dapat disertai dengan penelitian kualitatif dan
dapat dilakukan dengan berbagai macam metode, seperti wawancara langsung,
metode survei lapangan, dan lain-lain serta dilakukan perubahan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Pengertian Anggaran
Menurut Yuwono (2005: 27) mendefinisikan anggaran adalah “suatu
rencana terinci yang dinyatakan secara formal dalam ukuran kuantitatif, biasanya
dalam satuan uang (perencanaan keuangan) untuk menunjukkan perolehan dan
penggunaan sumber-sumber suatu organisasi”.
Menurut Mahsun (2006: 145) menyebutkan, “anggaran adalah
perencanaan keuangan untuk masa depan yang pada umumnya mencakup jangka
waktu satu tahun dan dinyatakan dalam satuan moneter, dan anggaran ini
merupakan perencaan jangka pendek organisasi yang menerjemahkan berbagai
program ke dalam rencana keuangan tahunan yang lebih kongkret”.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 73), “anggaran adalah alat
penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam
organisasi. Suatu anggaran operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan
menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk tahun itu”.
Anggaran juga dapat didefenisikan sebagai suatu rencana tindakan (plan
of action) yang dinyatakan secara kuantitatif mengenai apa yang ingin dicapai
oleh sebuah organisasi perusahaan pada masa yang akan datang yang
berhubungan dengan pendapatan, arus-kas, posisi keuangan dan rencana-rencana
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa anggaran suatu alat yang
sangat penting dalam sebuah perencanaan, pengendalian serta penilaian kinerja
manajemen yang dinyatakan dalam suatu ukuran tertentu untuk mencapai tujuan
organisasi dalam waktu yang relatif singkat.
2.1.1.1. Karakteristik Anggaran
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 73), anggaran memiliki
karakteristik-karakteristik sebagai berikut :
a. Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung dengan jumlah nonmoneter.
b. Biasanya meliputi waktu selama satu tahun.
c. Merupakan komitmen manajemen; manajer setuju untuk menerima tanggung jawab atas pencapaian tujuan-tujuan anggaran.
d. Usulan anggaran ditinjau dan disetujui oleh pejabat yang lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran.
e. Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi tertentu.
2.1.1.2. Fungsi Anggaran
Banyak ahli mengemukakan mengenai fungsi dari anggaran. Secara umum
anggaran merupakan rencana jangka pendek atau panjang yang disusun oleh
perusahaan. Menurut Supriyono (2000) banyak perusahaan menerapkan sistem
anggaran dalam kegiatan operasionalnya karena anggaran memiliki beberapa
fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi Perencanaan
Anggaran berfungsi sebagai alat perencanaan jangka pendek dan kesanggupan manajer pusat pertanggungjawaban untuk melaksanakan program, atau bagian dari program dalam jangka pendek umumnya satu tahun.
2. Fungsi Koordinasi
3. Fungsi Komunikasi
Dalam penyusunan anggaran, berbagai unit dan tingkatan organisasi berkomunikasi dan berperan dalam proses anggaran. Selanjutnya setiap orang yang bertanggung jawab terhadap anggaran harus dinilai mengenai prestasinya melalui laporan pengendalian produk.
4. Fungsi Motivasi
Anggaran berfungsi sebagai alat memotivasi para pelaksana di dalam melaksanakan tugas-tugas atau mencapai tujuan.
5. Fungsi Pengendalian
Anggaran dapat berfungsi sebagai alat pengendalian, karena anggaran yang telah disetujui merupakan komitmen dari para pelaksana yang ikut berperan serta dalam penyusunan anggaran tersebut.
6. Fungsi Pendidikan
Anggaran berfungsi juga sebagai alat untuk mendidik para manajer mengenai bagaimana bekerja secara terperinci pada pusat pertanggungjawaban yang dipimpinnya dan sekaligus menghubungkan dengan pusat pertanggungjawaban lain didalam organisasi yang bersangkutan.
Sedangkan menurut Anthony dan Govindarajan (2006) anggaran operasi
mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Untuk menyesuaikan rencana strategis
2. Untuk membantu mengkoordinasikan aktivitas dari beberapa bagian organisasi.
3. Untuk menugaskan tanggung jawab kepada manajer, untuk mengotorisasi jumlah yang berwenang yang mereka gunakan, dan untuk menginformasikan kepada mereka mengenai kinerja yang diharapkan dari mereka.
4. Untuk memperoleh komitmen yang merupaan dasar untuk mengevaluasi kinerja aktual manajer.
2.1.2. Motivasi
Istilah motivasi berasal dari bahasa latin yaitu movere yang berarti bergerak
atau menggerakkan. Motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya
yang menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai
upaya yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil
untuk berbuat. Karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan
didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.
Berbagai hal yang terkandung dalam definisi motivasi menurut Siagian
(1995:142) memiliki tiga komponen utama, yaitu :
1. Kebutuhan.
Kebutuhan timbul dalam diri seseorang apabila orang tersebut merasa ada kekurangan dari dalam dirinya. Menurut pengertian homeostatik, kebutuhan timbul atau diciptakan apabila dirasakan adanya ketidakseimbangan antara apa yang dimiliki, baik dalam arti fisiologis maupun psikologis.
2. Dorongan
Usaha untuk mengatasi ketidakseimbangan biasanya menimbulkan dorongan. Hal tersebut merupakan usaha pemenuhan kekurangan secara terarah yang berorientasi pada tindakan tertentu yang secara sadar dilakukan oleh seseorang yang dapat bersumber dari dalam maupun dari luar diri orang tersebut.
3. Tujuan
Tujuan, adalah segala sesuatu yang menghilangkan kebutuhan dan mengurangi dorongan. Mencapai tujuan, berarti mengembalikan keseimbangan dalam diri seseorang, baik bersifat fisiologis maupun bersifat psikologis. Tercapainya tujuan akan mengurangi atau bahkan menghilangkan dorongan tertentu untuk berbuat sesuatu.
2.1.2.1 Faktor-faktor Motivasi Kerja
Motivasi timbul karena dua faktor, yaitu faktor dari dalam diri manusia dan
faktor dari luar diri manusia. Faktor dalam diri manusia berupa sikap, pendidikan,
kepribadian, pengetahuan, dan cita-cita. Sedangkan faktor luar dari diri manusia
berupa gaya kepemimpinan atasan, dorongan dan perkembangan situasi
(Wursanto, 2000:131).
Hellriegel dan Slocum sebagaimana dikutip Sujak (1990:249)
mengklasifikasikan tiga faktor utama yang mempengaruhi motivasi meliputi (1)
perbedaan karakteristik individu, (2) perbedaan karakteristik pekerjaan, dan (3)
yang berbeda jenis kebutuhan, sikap dan minat menimbulkan motivasi yang
bervariasi, misalnya pegawai yang mempunyai motivasi untuk mendapatkan uang
sebanyak-banyaknya akan bekerja keras dengan resiko tinggi dibanding dengan
pegawai yang mempunyai motivasi keselamatan, dan akan berbeda pada pegawai
yang bermotivasi untuk memperoleh prestasi. Setiap pekerjaan yang berbeda
membutuhkan persyaratan keterampilan, identitas tugas, signifikansi tugas,
otonomi dan tipe-tipe penilaian yang berbeda pula. Perbedaan karakteristik yang
melekat pada pekerjaan itu membutuhkan pengorganisasian dan penempatan
orang secara tepat sesuai dengan kesiapan masing-masing pegawai.
2.1.2.2. Jenis Motivasi
Atas dasar asal dorongan, motivasi dapat dibedakan menjadi dua (Ismail
dan Prawironegoro, 2009 : 41) yaitu :
1) Intrinsic motivation, yaitu motivasi yang dorongannya berupa faktor-faktor yang berasal dari dalam dirinya. Faktor-faktor intrinsik dalam diri seseorang itu adalah nilai-nilai hidup yang dihayati dengan sepenuh jiwa. Misalnya hidup untuk bekerja, bekerja adalah dalam rangka ibadah, atau bekerja adalah jati diri, sikap hidup pantang menyerah dan lain sebagainya.
2) Extrinsic motivation, yaitu motivasi yang dorongannya berupa faktor-faktor dari luar diri. Faktor pendorong yang berasal dari luar diri manusia misalnya harapan akan karir, gaji, bonus dan penghargaan masyarakat.
Tingkatan motivasi kerja seseorang akan berbeda satu dengan lainnya
tergantung seberapa tinggi faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal dapat
mempengaruhi perilakunya. Namun peningkatan motivasi dapat dilakukan dengan
pelatihan-pelatihan motivasi dalam rangka penyegaran dan penyadaran kembali
lebih mudah diajak bersama-sama mencapai tujuan perusahaan. Maka menjadi
kewajiban manajemen untuk menjaga motivasi berprestasi karyawan dan para
manajer.
2.1.3. Pengaruh Partispasi Anggaran dan Motivasi Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Kesejahteraan Dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
Menurut Freeman (2003) dalam Nordiawan (2006: 48) mengungkapkan
bahwa anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan oleh organisasi sektor
publik untuk mengalokasikan sumber daya yang dimilikinya ke dalam
kebutuhan-kebutuhan yang tidak terbatas (the process of allocating resources to unlimited
demands).
Anggaran dapat juga dikatakan sebagai pernyataan mengenai estimasi
kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu dalam ukuran
finansial. Pembuatan anggaran dalam organisasi sektor publik, terutama
pemerintah, merupakan sebuah proses yang cukup rumit dan mengandung muatan
politis yang cukup signifikan.
Menurut Anthony dan Govindarajan (2005: 87) bahwa partisipasi
anggaran (yaitu, proses dimana pembuat anggaran terlibat dan mempunyai
pengaruh dalam penentuan besar anggaran) mempunyai dampak yang positif
terhadapa motivasi manajerial karena dua alasan :
1. Kemungkinan ada penerimaan yang lebih besar atas cita-cita anggaran jika
anggaran dipandang berada dalam kendali pribadi manajer, dibandingkan
2. Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informasi yang
efektif.
Penyusunan anggaran partisipatif adalah sangat menguntungkan untuk pusat
tanggung jawab yang beroperasi dalam lingkungan yang dinamis dan tidak pasti
karena manajer yang bertanggung jawab atas pusat tanggung jawab semacam itu
kemungkinan besar memiliki informasi terbaik mengenai variabel yang
memengaruhi pendapatan dan beban mereka. Menurut penelitian Sinambela
(2003), “partisipasi penyusunan anggaran mempunyai pengaruh positif signifikan
terhadap kinerja pegawai perguruan tinggi swasta di Kota Medan”. Dan hasil
penelitian dari Bambang dan Osmad (2007) yang menyatakan bahwa “terdapat
pengaruh yang signifikan antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja
aparat pemerintah daerah”. Dari kedua penelitian tersebut, dapat dikatakan bahwa
partisipasi telah menunjukkan dampak positif terhadap kinerja pegawai peguruan
tinggi swasta dan kinerja aparat pemerintah daerah.
Motivasi diartikan juga sebagai suatu kekuatan sumber daya yang
menggerakkan dan mengendalikan perilaku manusia. Motivasi sebagai upaya
yang dapat memberikan dorongan kepada seseorang untuk mengambil suatu
tindakan yang dikehendaki, sedangkan motif sebagai daya gerak seseorang untuk
berbuat. Karena perilaku seseorang cenderung berorientasi pada tujuan dan
didorong oleh keinginan untuk mencapai tujuan tertentu.
Menurut teori situasi kerja Stoner dan Freeman (1994), situasi kerja yang
1) Kebijakan perusahaan, seperti skala upah dan tunjangan pegawai (cuff, pensiun dan tunjangan-tunjangan), umumnya mempunyai dampak kecil terhadap prestasi individu. Namun kebijaksanaan ini benar-benar mempengaruhi keinginan karyawan untuk tetap bergabung dengan atau meninggalkan organisasi yang bersangkutan dan kemampuan organisasi menarik karyawan baru.
2) Sistem balas jasa atau sistem imbalan, kenaikan gaji, bonus, dan promosi dapat menjadi motivator yang kuat bagi prestasi seseorang jika dikelola secara efektif. Upah harus dikaitkan dengan peningkatan prestasi sehingga jelas mengapa upah tersebut diberikan, dan upah harus dilihat sebagai sesuatu yang adil oleh orang-orang lain dalam kelompok kerja, sehingga mereka tidak akan merasa dengki dan membalas dendam.
3) Kultur organisasi, meliputi norma, nilai, dan keyakinan bersama anggotanya meningkatkan atau menurunkan prestasi individu. Kultur yang membantu pengembangan rasa hormat kepada karyawan, yang melibatkan mereka dalam proses pengambilan keputusan dan yang memberi mereka otonomi dalam merencakan dan melaksanakan tugas mendorong prestasi yang lebih baik dari pada kultur yang dingin, acuh tak acuh, dan sangat ketat.
2.1.4. Kinerja Pegawai Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara
Dinas Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara merupakan
unsur pelaksana Pemerintah Daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang
berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Gubernur Sumatera
Utara melalui Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Utara yang mempunyai tugas
pokok merumuskan kebijakan operasional di bidang Kesejahteraan Sosial dan
melaksanakan sebagian kewenangan dekonsentrasi yang dilimpahkan kepada
Gubernur serta Tugas Pembantuan. Kantor Dinas Kesejahteraan dan Sosial
Provinsi Sumatera Utara beralamat di Jalan Sampul No. 138 Medan.
Pada mulanya, sebelum terbitnya PP Nomor : 5 Tahun 1958 tanggal 28
Januari 1958 (Tentang penyerahan di Lapangan Bimbingan dan Perbaikan Sosial),
Republik Indonesia (ISORI). Penyerahan secara nyata tugas di Lapangan
Bimbingan dan Perbaikan Sosial dilakukan pada tanggal 28 Juli 1958 berdasarkan
instruksi bersama Menteri Sosial dan Dewan Pemerintahan Daerah Sumatera
Utara Nomor : k 2-17-4 tanggal 14 Mei 1958.
Selaras dengan PP Nomor : 5 Tahun 1958. Kepala Daerah diserahkan
(dengan status diperbantukan) semua Pegawai Negeri, Tanah, Bangunan dan
Inventaris lainnya dalam lingkup kerja/dikuasai oleh jawatan bimbingan dan
perbaikan sosial (ISORI). Provinsi Sumatera Utara menjadi Unsur Pelaksana
Pemerintah Daerah.
Perlu dikemukakan bahwa bidang tugas Departemen Sosial pada saat terbit
PP. No. 5 tahun 1958 adalah sebagai berikut:
- Research
- Rehabilitasi Penyandang Cacat - Urusan Korban Perang
- Urusan Perumahan - Urusan Transmigrasi
- Urusan Bimbingan dan Perbaikan Sosial
Dengan diterbitkannya PP Nomor : 5 Tahun 1958, urusan yang diserahkan
adalah meliputi urusan bimbingan dan perbaikan sosial. Penyerahan tugas tersebut
diserahkan berdasarkan “Azas Desentralisasi atau Azas Tugas Pembantuan”.
Tugas yang diserahkan atas azas desentralisasi yang menjadi wewenang
dan tanggungjawab daerah sepenuhnya (tugas otonom) adalah:
a. Penyelenggaraan pusat-pusat penampungan bagi anak-anak terlantar (untuk observasi dan seleksi).
b. Penyelenggaraan panti asuhan bagi bayi terlantar.
d. Penyelenggaraan panti asuhan tingkat lanjutan bagi anak yatim piatu yang terlantar.
e. Penyelenggaraan pusat penampungan bagi orang dewasa terlantar dan gelandangan (untuk observasi dan seleksi).
f. Penyelenggaraan panti karya tingkat pertama. g. Penyelenggaraan panti karya tingkat lanjutan.
h. Penyelenggaraan rumah perawatan bagi orang jompo. i. Memberi bantuan kepada korban bencana alam.
j. Penyelenggaraan usaha sosial ke arah pemberantasan kemiskinan.
k. Pengawasan/bimbingan serta pemberian bantuan/subsidi kepada organisasi masyarakat yang menyelenggarakan usaha tersebut di atas.
Tugas yang diserahkan atas Azas Bantuan dalam bidang bimbingan dan
perbaikan sosial tersebut adalah sebagai berikut :
a. Penyelenggaraan penyuluhan sosial.
b. Penyelenggaraan bimbingan sosial tahap pemberian pengertian, kesadaran dan
tuntutan teknis pengembangan swadaya masyarakat.
c. Penyelenggaraan pendidikan tenaga sosial, rehabilitasi berkas hukuman.
d. Pengawasan/bimbingan kepada organisasi-organisasi masyarakat yang
menyelenggarakan usaha tersebut di atas.
e. Penghimpunan bahan untuk dokumentasi dan statistik sosial.
Dalam Pelaksanaan Tugas Bimbingan Sosial, selaras keputusan Menteri
Dalam Negeri No.363/1977 tentang susunan organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kesejahteraan dan Sosial Provinsi Sumatera Utara.
2.1.4.1. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi diperlukan untuk membedakan batas-batas wewenang
dan tanggung jawab secara sistematis yang menunjukkan adanya hubungan /