Retno Aprillia Handayani
STUDI PENGGUNAAN GOLONGAN CALCIUM
CHANNEL BLOCKER (CCB) PADA PASIEN
CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)
(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RS
Muhammadiyah Lamongan)
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
iii
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh
Puji syukur tercurahkan kepada ALLAH SWT, Tuhan semesta alam
karena berkat rahmat dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul STUDI PENGGUNAAN GOLONGAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER (CCB) PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RS Muhammadiyah
Lamongan)
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari
peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. ALLAH SWT, tuhan semesta alam yang memberkan rahmat, nikmat dan
Karunia-Nya, Nabi Muhammad SAW yang sudah menuntun kita menuju
jalan yang benar.
2. Bapak Yoyok Bekti P., M.Kep., Sp.Kom.,,selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan
kesempatan penulis menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Malang.
3. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi
dan kesempatan penulis menuntut ilmu di Program Studi Farmasi
Universitas Muhammadiyah Malang.
4. Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt., Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. dan Ibu Rully Yuliandhari, S.Farm, M.Farm.Klin., Apt., Selaku
Dosen Pembimbing I, II dan III, disela kesibukan Bapak dan Ibu masih
bisa meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan dan
iv
memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Siti Rofida, S.Si., Apt., M.Farm., selaku Dosen wali saya yang telah
banyak membantu dan membimbing saya selama masa perkuliahan.
7. Orang Tuaku tercinta, Johansyah, S.E., dan Astuty Ambulyani, Amd.Kep.,
yang tiada hentinya memotivasi dan sabar mendoakan untuk kebaikan dan
kesuksesan anak-anaknya.
8. Sahabat seperjuangan skripsi klinis maupun bidang lainnya Hafiz, Ovi,
Ivone, Viar, Pipit, Ana, Gitta, Uti, Delle, Aeny, Elok dan yang lainnya,
terima kasih atas kebersamaan, bantuan, dan semangat kerjasamanya
sehingga skripsi ini dapat terwujud.
9. Teman-teman kost Veteran Dalam dek Yenny, dek Ria, Dek Kiki, Ayuni,
dek Laras, Lika dan yang lainnya terima kasih untuk selalu memangati
saya.
10. Teman-teman budak Bulungan yang selalu menanyakan saya kapan lulus,
terima kasih banyak atas motivasinya.
11. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf
dan terimakasih yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena
itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi penelitian
berikutnya, amin.
Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh
Malang,
Penyusun
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... iii
RINGKASAN ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR SINGKATAN ... xvi
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Tujuan Umum ... 4
1.3.2 Tujuan Khusus ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Hipertensi ... 6
2.1.1 Definisi Hipertensi ... 6
2.1.2 Epidemologi Hipertensi ... 6
2.1.3 Manifestasi Klinis Hipertensi ... 7
2.1.4 Klasifikasi Hipertensi ... 8
2.1.5 Etiologi Hipertensi ... 9
x
2.1.5.2 Hipertensi Sekunder ... 10
2.1.6 Faktor Resiko Hipertensi ... 10
2.1.6.1 Faktor yang Tidak Dapat Dikontrol ... 10
2.1.6.2 Faktor yang Dapat Dikontrol ... 11
2.1.7 Patofisiologi Hipertensi ... 13
2.1.8 Komplikasi Hipertensi ... 15
2.2 Chronic Kidney Disease ... 16
2.2.1 Tinjauan Tentang Ginjal ... 16
2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Ginjal ... 17
2.2.3 Definisi Chronic Kidney Disease ... 19
2.2.4 Epidemologi Chronic Kidney Disease... 19
2.2.5 Manifestasi Chronic Kidney Disease... 21
2.2.6 Klasifikasi Chronic Kidney Disease ... 22
2.2.7 Etiologi Chronic Kidney Disease ... 22
2.2.8 Faktor Resiko Chronic Kidney Disease ... 23
2.2.9 Patofisiologi Chronic Kidney Disease ... 23
2.2.10 Tanda dan Gejala Chronic Kidney Disease ... 27
2.2.11 Komplikasi Chronic Kidney Disease... 28
2.2.12 Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease ... 29
2.3 Tinjauan Terapi Antihipertensi pada Pasien Chronic Kidney Disease ... 35
2.3.1 Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) ... 35
2.3.2 Angiotensin Receptor Blocker (ARB) ... 37
2.2.3 Diuretik ... 37
2.3.6 Calcium Channel Blocker (CCB) ... 38
2.3.6.1 Non-Dihidropiridin ... 40
xi
2.3.6.1.2 Verapamil ... 42
2.3.6.2 Dihidropiridin ... 45
2.3.6.2.1 Amlodipin ... 46
2.3.6.2.2 Nifedipin ... 49
2.3.6.2.3 Nicardipin ... 51
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 53
3.1 Kerangka Konseptual ... 53
3.2 Kerangka Operasional ... 56
BAB IV METODE PENELITIAN ... 57
4.1 Rancangan Penelitian ... 57
4.2 Bahan Penelitian ... 57
4.2.1 Kriteria Inklu dan Ekslusi ... 57
4.3Populasi dan Sampel ... 58
4.3.1 Populasi ... 58
4.3.2 Sampel ... 58
4.4 Instrumen Penelitian ... 58
4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58
4.6 Definisi Operasional Parameter Penelitian ... 58
4.7 Metode Pengumpulan Data ... 59
4.8 Analisa Data ... 60
BAB V HASIL PENELITIAN ... 62
5.1 Data Demografi ... 62
5.1.1 Jenis Kelamin ... 63
5.1.2 Usia ... 63
5.1.3 Status Pasien ... 63
xii
5.3 Diagnosa Penyerta ... 64
5.4 Klasifikasi Chronic Kidney Disease ... 65
5.5 Profil Tekanan Darah ... 65
5.6 Terapi Antihipertensi yang diterima pasien Chronic Kidney Disease ... 66
5.6.1 Distribusi Antihipertensi Tunggal ... 66
5.6.2 Distribusi Kombinasi 2 Antihipertensi ... 67
5.6.3 Distribusi Kombinasi 3 Antihipertensi ... 68
5.6.4 Distribusi Kombinasi 4 Antihipertensi ... 70
5.6.5 Distribusi Kombinasi 5 Antihipertensi ... 71
5.7 Distribusi terapi penyerta yang diterima pasien Chronic Kidney Disease ... 71
5.8 Perubahan Dosis, Rute, Frekuensi, dan Sediaan ... 72
5.9 Lama Terapi ... 73
5.10 Kondisi Saat Dipulangkan ... 73
5.11 Pasien Meninggal ... 73
BAB VI PEMBAHASAN ... 75
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 88
7.1 Kesimpulan ... 88
7.2 Saran ... 88
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Klasifikasi Hipertensi ... 8
2.2 Klasifikasi Chronic Kidney Disease ... 21
2.3 Karakteristik berbagai Calcium Channel Blocker... 39
5.1 Distribusi jenis kelamin pasien Chronic Kidney Disease ... 63
5.2 Distribusi usia pasien Chronic Kidney Disease ... 63
5.3 Distribusi jenis kelamin pasien Chronic Kidney Disease ... 63
5.4 Distribusi faktor resiko pasien Chronic Kidney Disease ... 64
5.5 Distribusi diagnosa penyerta pasien Chronic Kidney Disease ... 64
5.6 Distribusi klasifikasi pasien Chronic Kidney Disease ... 65
5.7 Distribusi profil tekanan darah pasien Chronic Kidney Disease ... 65
5.9 Distribusi antihipertensi yang diterima pasien Chronic Kidney Disease .... 66
5.10 Distribusi antihipertensi tunggal ... 66
5.11 Distribusi kombinasi 2 antihipertensi ... 67
5.12 Distribusi kombinasi 3 antihipertensi ... 68
5.13 Distribusi kombinasi 4 antihipertensi ... 70
5.14 Distribusi kombinasi 5 antihipertensi ... 71
5.15 Distribusi terapi penyerta yang diterima pasien Chronic Kidney Disease .. 71
5.16 Distribusi perubahan dosis, rute, frekuensi, dan sediaan ... 72
5.16 Distribusi kondisi saat dipulangkan pasien Chronic Kidney Disease ... 73
5.16 Distribusi lama terapi pasien Chronic Kidney Disease ... 73
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Etiologi penyebab Hipertensi ... 9
2.2 Patofisiologi Hipertensi ... 13
2.3 Gambaran umum struktur ginjal ... 16
2.4 Prevalensi Chronic Kidney Disease ... 19
2.5 Patofisiologi Chronic Kidney Disease ... 25
2.6 Struktur Kimia Diltiazem ... 40
2.7 Struktur Kimia Verapamil ... 42
2.8 Struktur Kimia Amlodipin ... 45
2.9 Struktur Kimia Nifedipin ... 48
2.10 Struktur Kimia Nikardipin ... 50
3.1 Kerangka Konseptual ... 55
3.2 Kerangka Operasional ... 56
xv
Lampiran ... Halaman
Lampiran 1 : Riwayat Hidup ... 103
Lampiran 2 : Surat Pernyataan ... 104
Lampiran 3 : Surat Etikal Klirens ... 105
Lampiran 4 : Tabel Induk ... 106
xvi ADH : Anti Diuretik Hormone
ACE-I : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor
ACR : Albumin Creatinine Ratio
AKI : Acute Kidney Injury
ARB : Angiotensin Receptor Blocker
BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Nasional
Ca : Kalsium
CCB : Calcium Channel Blocker
CERA : Continue Erythropoesis Receptor Activator
CKD : Chronic Kidney Disease
COX : Cyclooxigenase
CVD : Cardiovascular Disease
dL : Desiliter
EPO : Erythropoetin
ESA : Erythropoesis Stimulating Agent
ESRD : End Stage Renal Disease
GGK : Gagal Ginjal Kronik
Hb : Hemoglobin
HCO3 : Biakrbonat
HDL : High Density Lipoprotein
IL 1β : Interleukin 1β IL 2 : Interleukin 2
IL 6 : Interleukin 6
IMT : Indeks Massa Tubuh
LBP : Lipopolysaccaarida binding protein
LDL : Low Density Lipoprotein
LFG : Laju Filtrasi Glomerulus
LVH : Left Ventricular Hypertrophy
mmHg : Mili Meter Raksa
NaCl : Natrium Klorida
NSAID : Non Steroid Anti Inflamatory Drugs
NH3 : Nitrogen Hidroksida
xvii PAF : Platelet Activating Factor
PJK : Penyakit Jamtung Koroner
PTH : Parathyroid Hormone
RAAS : Renin Angiotensin Aldosteron System
RMK : Rekam Medik Kesahatan
SIRS : Systemic Inflamatory Response Syndrome
TD : Tekanan Darah
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. 2005. Kejadian Penyakit Jantung Di Indonesia. Available From :
http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2701
Alam, S., and Hadibroto, I., 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Amin, N., Mahmood R. T., Asad M. J., Zafar M., and Raja A. M. 2014.
Evaluating Urea and Creatinine Levels in Chronic Renal Failure Pre
and Post Dialysis: A Prospective Study. Available From :
http://researchpub.org/journal/jcvd/number/early/22.pdf
Anggraini, A. D., Waren, A. A., Situmorang, E., Asputra, H., and Siahaan, S.S.
2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi
pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas
Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008
Ando, K., Isshiki, M., and Takahashi, K., 2009. Effect of switching from
amlodipine to combination therapy with telmisartan and low-dose
hydrochlorothiazide. Available From : http://www.nature.com/hr/journal/
v32/n9/pdf/hr2009101a.pdf
Andany, M. M. A, Fernández, C. F., Bayolo, D. M., Quintela, E. C., and Montero,
A. D., 2014.Sodium Bicarbonate Therapy in Patients with Metabolic
Acidosis. Available From : http://www.hindawi.com/journals/tswj/2014/
627673/
Antman, E. M., 2007. Cardiovascular Therapeutics: A Companion to
Braunwald's Heart Disease. Philadelphia : Elsevier
Arcangelo, V. P., and Peterson, A. M., 2006. Pharmacotherapeutics for
Advanced Practice : A Practical Approach. Philadelphia : Lippincott
Williams & Wilkins
Arici, M., 2014. Management of Chronic Kidney Disease : A Clinicians
Aronson, J. K., 2009. Meyler’s Side Effect of Cardiovascular Drug. United
Kingdom : Elsevier
Arora, P., Vasa, P., Brenner, D., Iglar, K., McFarlane, P., Morrison H., and
Badawi, A., 2013. Prevalence Estimates of Chronic Kidney Disease in
Canada: Results of a Nationally Representative Survey. Available
From : http://www.cmaj.ca/content/185/9/E417.full.pdf+html
Ayub. W., and Fletcher, S., 2000. End-stage Renal Disease and Erectile
Dysfunction. Is There any Hope? Available From : http://ndt.
oxfordjournals.org/content/15/10/1525.full.pdf+html
Asnelia, D., 2014. Hipertensi Krisis. Available From : http://cme.medicinus.co/
file.php/1/LEADING_ARTICLE_Hipertensi_Kritis.pdf
Aziza, L., 2007. Peran Antagonis Kalsium dalam Penatalaksanaan
Hipertensi. Available From : http://mki.idionline.org/index.php?uPage=
mki.mkidl&smod=mki&sp=public&key= MTM2LTE0
Baradero, M., Dayrit, M. W., and siswadi Y., 2005. Klien Gangguan Ginjal.
Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Basha, A., 2004. Hipertensi: Faktor Resiko Dan Penatalaksanaan. Available
From : http://www.pjnhk.go.id
Bianchi, S., Bigazzi, R., and Campese, V. E., 2006. Long-Term Effects of
Spironolactone on Proteinuria and Kidney Function in Patients with
Chronic Kidney Disease. Available Ftom : http://www.nature.com/
ki/journal/v70/n12/pdf/5001854a.pdf
Bijvank S. W., and Duvekot, J. J., 2010. Nicardipine for the Treatment of
Severe Hypertension in Pregnancy: A Review of the Literature.
Available From : http://academicdepartments.musc.edu/medicine/
e%20Syllabus/critical_care_files/Obstetric%20Patients/nicardipine%2020
10.pdf
Bomback, A. S., and Bakris, G. L., 2011. Chronic Kidney Disease (CKD) and
Hypertension Essentials. Sudbury : Jones & Bartlett Learning
Braham-Grey, L., PhD, RD, CNSD; and Wiesen, K., MS, RD., 2004. A Clinical
Guide to Nutrition Care in Kidney Disease. US : American Dietetic
Association.
CDC, 2014. National Chronic Kidney Disease Fact Sheet 2014. Available From
: http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/kidney_factsheet.pdf
Chandra, K. S., and Ramesh, G., 2013. The fourth-generation Calcium channel
blocker: Cilnidipine. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC3905258/pdf/main.pdf
Chen, W., and Abramowitz, M. K., 2014. Treatment of Metabolic Acidosis in
Patients With CKD. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC3946919/pdf/nihms514444.pdf
Chien, K., Chao, C., and Su, T., 2005. Bioavailability Study of Fixed-Dose
Tablet Versus Capsule Formulation of Amlodipine Plus Benazepril: A
Randomized, Single-Dose, Two-Sequence, Two-Period, Open-Label,
Crossover Study in Healthy Volunteers. Available From :
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3964558/pdf/main.pdf
Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., 2003. Seventh report of the Joint
National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure : Hypertension. Available From :
http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7full.pdf
Cikrikcioglu, M.A., Karatoprak, C., Cakirca, M., Kiskac, M., Zorlu, M., Cetin, G.,
Yildiz, K., Erkoc, R., Alay, M., Erkal, S., Erkal, S.N., Dogan, S.,
Kazancioglu,R., 2013. Association of calcium channel blocker use with
lower hemoglobin levels in chronic kidney disease. Available From :
Corwin, E. J., 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku
Kedokteran EGC
Cole, R. T., Kalogeropoulos, A. P., Georgiopoulou, V. V., Gheorghiade,
M., Quyyumi, A., Yancy, C., and Butler, J., 2011. Hydralazine and
Isosorbide Dinitrate in Heart Failure Historical Perspective,
Mechanisms, and Future Directions. Available From :
http://circ.ahajournals.org/content/123/21/2414.full.pdf+html
Dallas, M. E., 2015. A High Salt and Potassium Diet May Accelerate Chronic
Kidney Disease. Available From : https://www.nlm.nih.gov/medlineplus
/news/fullstory154687.html
Decker, S.B., Mueller, A.B, and Sowinski, M.K., 2007. Drug Dosing
Considerations in Alternative Hemodialysis. Available from :
http://www.ackdjournal.org/article/ S1548-5595(07)00048-1/fulltext
Depkes RI., 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta :
Depkes RI
Duru, O. K., Li, S., Jurkovitz, C., Bakris, G., Brown, W., Chen, S., Collins, A.,
Klag, M., McCullough, M. A., McGill, J., Narva, A., Pergola, A., Singh,
A., and Norris, K., 2008. Race and Sex Differences in Hypertension
Control in CKD: Results From the Kidney Early Evaluation Program.
Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2866650/
pdf/nihms150995.pdf
Elliott, W., J., and Ram, C., V., S. 2011. Calcium Channel Blocker. Available From : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1751-7176.2011. 00513.x/epdf
Frandsen, G., and Pennington, S. S., 2013. Abram’s Clinical Drug Therapy : Rationales for Nursing Practice. Philadelphia : Wolters Kluwer
Frank, J., 2008. Managing Hypertension Using Combination Therapy.
Available From : http://www.aafp.org/afp/2008/0501/p1279.pdf
Frishman, W. H., Cheng-Lai, A., and Chen, J., 2005. Current Cardiovascular
Goroll, A. H., and Mulley, A. G., 2011. Primary Care Medicine : Office
Evaluation and Management of The Adult Patient, Sixth Edition.
Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Gradman, A. H., Basile, J. N., Carter, B. L., and Bakris, G. L., 2010.
Combination Therapy in Hypertension. Available From :
http://www.ashjournal.com/article/S1933-1711(10)00006-9/pdf
Gray, L. D. B., Burrowes, J. D., and Chertow, G. M., 2008. Nutrition in Kidney
Disease. Totowa : Humana Press
Grove, E. L., 2012. Antiplatelet Effect Of Aspirin In Patients With Coronary
Artery Disease. Available From : http://www.danmedj.dk/portal/pls/
portal/!PORTAL.wwpob_page.show?_docname=9206964.PDF
Gunawan, L., 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Percetakan Kanisus.
Guyton, A.C., and Hall John E., 2006. Textbook of Medical Physiology.
Philadelphia : Elsevier.
Hajjar, I., MD, MS; dan Kotchen, T.A., MD., 2000. Trends in Prevalence,
Awareness, Treatment, and Control of Hypertension in the United
States, 1988-2000.
Haller, H., 2008. Effective management of hypertension with dihydropyridine
calcium channel blocker-based combination therapy in patients at
high cardiovascular risk. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC2324209/
Hsieh, M. F., Wu, I. W., Lee, C. C.,Wang, S. Y., Wu, M. S. 2010. Higher Serum
Potassium Level Associated with Late Stage Chronic Kidney Disease.
Available From : http://memo.cgu.edu.tw/cgmj/3404/340411.pdf
Hughes, S. C., Levinson, G., and Rosen, M. A., 2002. Shinder and Levinson’s
Anasthesia for Obstretrics. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
Hunts, W. A., 2011. Kidney Disease : A Guide For Living. Maryland : The
Iacobellis, G., 2006. Drug- Drug Interactions In The Metabolic Syndrome.
New York : Nova Science Publishers Inc
IAI, 2013. Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol. 48. Jakarta : PT. ISFI
Penerbitan
Ismudiati, L., 2003. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
JNC7, 2003.Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood
Pressure. Available From :https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/
guidelines/express.pdf
Johnson, D., 2012. Diagnosis, Classification, and Staging of Chronic Kidney
Disease. Available From : http://www.cari.org.au/CKD/CKD%20early/
Diag_Classification_Staging_ECKD.pdf
Kalra, S., Kalra, B., and Agrawal, N., 2010. Combination Therapy in
Hypertension: An update. Available From : http://link.springer.com/
article/10.1186/1758-5996-2-44
Kasper, D. L., Fauci, A. S., Longo, D. N., Braunwald. E., Hauser, S., and Jameson, J. L., 2012.Harrison’s Principles of Internal Medicine. Ed 18. New York: Mc-Graw Hill
KDIGO, 2012. Clinical Practice Guideline for the Evaluation and
Management of Chronic Kidney Disease. Available From :
http://www.kdigo.org/clinical_practice_guidelines/pdf/CKD/KDIGO_201
2_CKD_GL.pdf
Kizilirmak, P., Uresin Y., and Yildiz, O. B., 2012. The Efficacy and Safety of
Triple vs Dual Combination of Angiotensin II Receptor Blocker and
Calcium Channel Blocker and Diuretic: A Systematic Review and
Meta-Analysis. Available From : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/
Kovesdy, C. P., 2012. Metabolic Acidosis and Kidney Disease: Does
Bicarbonate Therapy Slow The Progression ff CKD. Available From :
http://ndt.oxfordjournals.org/content/27/8/3056.full.pdf+html
Kresnawan T., 2012. Diet Rendah Protein Dan Penggunaan Protein Nabati
Pada Penyakit Ginjal Kronik. Available From : http://gizi.depkes.go.id/
wp-content/uploads/2012/05/diet_rendah_prot-nabati.pdf
Krummel, D. A., 2004. Medical Nutrition Therapy in Cardiovascular Disease.
USA: Saunders co
Langman, C. B., and Cannata-Andia, J. B. 2010. Calcium in Chronic Kidney
Disease: Myths and Realities. Available From : http://cjasn.asnjournals.
org/content/5/Supplement_1/S1.full.pdf+html
Levey, A. S., Coresh, J., Balk, E., Kausz, A. T., Levin, A., Steffes, M. W., Hogg,
R. J., Perrone, R. D., Lau, J., and Eknoyan G., 2003. National Kidney
Foundation Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease:
Evaluation, Classification, and Stratification. Available From :
http://annals.org/data/Journals/AIM/20044/0000605-200307150-00013.pdf
Lerma, E. V., 2013. Clinical Decision in Nephrology, Hypertension, and
Kidney Disease Transplantation. New York : Springer.
Lipowsky, R., Richter, D., and Kremer, K., 2013. The Structure and
Conformation of Amphiphilic Membranes : Proceedings of The
International Workshop. Berlin : Springer-Verlag
Lydtin, H., and Trenkwalder, P., 2002. Calcium Antagonist : A Critical
Review.Heidelberg : Springer-Verlag
Lopez-Novoa, J. M., Martinez-Salgado, C., Rodriguez-Pena, A. B., and
Hernandez, F. J. L., 2010. Common Pathophysiological Mechanism of
Chronic Kidney Disease : Therapeutic Perspectives. Available From :
https://www.researchgate.net/profile/Jose_LopezNovoa/publication/45091
427_Common_pathophysiological_mechanisms_of_chronic_kidney_disea
Lukela, J. R., Harrison, R. V., Jimbo, M., Mahallati, A., Saran, R., and Sy, A. Z.,
2014. Guidelines for Clinical Care Ambulatory : Management of
Chronic Kidney Disease. Available From : http://www.med.umich.edu/
1info/FHP/practiceguides/kidney/CKD.pdf
Mallat, S. G., 2012. What is a preferred angiotensin II receptor blocker-based
combination therapy for blood pressure control in hypertensive
patients with diabetic and non-diabetic renal impairment. Available
From : http://www.cardiab.com/content/pdf/1475-2840-11-32.pdf
Mahesa, D. R., 2010. Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease).
Available From : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/
pustaka_unpad_penyakit_ginjal_kronis.pdf
Maria, G., Puspita, R. D., and Sulistyowati, Y., 2012. Hubungan Asupan
Natrium Dan Kalium Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi
Di Unit Rawat Jalan Di Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor
Leste. Available From : http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/
article/viewFile/73/69
Marliani, L., and Tantan, S., 2007. 100 Question & Answer Hipertensi. Jakarta :
Elex Media Komputindo
Martin, J., 2008. Hypertension Guidelines: Revisiting the JNC 7
Recommendations. Available From : http://www.jlgh.org/JLGH/media/
Journal-LGH-Media-Library/Past%20Issues/Volume%203%20-%20Issue
%203/JLGH_V3n3_p91-97.pdf
McPhee, S. J., Lingappa, V. R., and Ganong, W. F., 2003 Pathophysiology of
Disease: An Introduction to Clinical Medicine. Lange.
Ministry of Health and Kidney Health, 2014. Living with Kidney Disease : a
Comprehensive Guide For Coping With Chronic Kidney Disease,
Second Edition. Available From : https://www.health.govt.nz/system/
Miyagawa, K., Dohi, Y., Nakazawa, A., Sugiura, T., Yamashita. S., Sato,
K., Kimura, G., 2010. Renoprotective effect of calcium channel
blockers in combination with an angiotensin receptor blocker in
elderly patients with hypertension. A randomized crossover trial
between benidipine and amlodipine.Available From :
http://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/10641960902929446
Moini, J., 2015. The Pharmacy Technician : A Comprehensive Approach,
Third Edition. Boston : Cengange Learning
Moorthy, A. V., Becker, B. N., and Djamali A., 2009. Pathophysiology of
Kidney Disease and Hypertension. Philadelphia : Elsevier
Muchtar, N.R., Tjitrosantoso, H., Bodhi, W., 2015. Studi Penggunaan Obat
Antihipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani
Perawatan Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2013
- Juni 2014. Available From : http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/
pharmacon/article/viewFile/8833/8392
Muhammadun, 2010. Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang
Pembunuh Sejati. Jokjakarta: In-Books
Nahas, M. E., and Levin, A., 2009. Chronic Kidney Disease : A Practical Guide
to Understanding and Management. New York : Oxford University
Press
Neliya, S. W., 2012. Hubungan Pengetahuan tentang Asupan Cairan dan
Cara pengendalian Asupan cairan terhadap Penambahan Berat
Badan. Jurnal Nursing Studies. Available From : http://repository.unri.
ac.id/handle/123456789/1872
Nephrol, I. J., 2005. Clinical practice guidelines on hypertension and
antihypertensive agents in chronic kidney disease (CKD). Available
NKF, 2010. 2010 Annual Report : 60 years of Fighting Kidney Disease.
Availbale From : https://www.kidney.org/sites/default/files/docs/annual_
report_2010.pdf
Nurjanah, A., 2012. Hubungan Antara Lama Hipertensi Dengan Angka
Kejadian Gagal Ginjal Terminal Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.
Availabale From : http://eprints.ums.ac.id/23959/10/NASKAH
PUBLIKASI.pdf
O’Mara, N. B. 2008. Anemia in Patients With Chronic Kidney Disease. Available From : http://spectrum.diabetesjournals.org/content/21/1/12.full.
Opie, L. H., 2012. Clinical Use of Calcium Channel Antagonist Drugs.
Massachusetts : Kluwer Academic Publisher
Opie, L. H., and Gersh, B. J., 2013. Drug for The Heart, Eighth Edition.
Philadelphia : Elsevier Saunders
Opler, L. A., 2005. The Complete Pill Guide, Second Edition. New York :
Barnes & Noble Books
Owen, J., 2003. Drug Information Reference, 5th Edition. Available From :
http://dpic.org /sites/default/files/pdf/ DIR_CCBs.pdf
Panggabean, M. M., 2006. Penyakit Jantung Hipertensi. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FK UI.
Papadopoulou, E., Varaouktsi, A., Lazaridis, A., Boutari, C., and Doumas M.,
2015. Erectile Dysfunction in Chronic Kidney Disease: From
Pathophysiology to Management. Available From : http://www.ncbi.
nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4491929/pdf/WJN-4-379.pdf
Pardo, M., and Sonner, J. M., 2007. Mannual of Anasthesia Practice. New York
Pearce, E. C., 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.
Gramedia
Perez-Lopez, F. R., Larrad-mur, L., Kallen, A., Chedraui, P., and Taylor, H. S.,
2010. Gender Differences in Cardiovascular Disease: Hormonal and
Biochemical Influences. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/
pmc/articles/PMC3107852/pdf/nihms-293590.pdf
Pernefri, 2011. 4th Annual Report of Indonesian Renal Registry. Available
From :http://www.pernefri-inasn.org/Laporan/4th%20Annual%20Report
%20Of%20IRR%202011.pdf
Phoon, R. K., 2012. Chronic Kidney Disease in The Elderly Assessment and
Management. Available From : http://www.racgp.org.au/download/
Documents/AFP/2012/December/201212phoon.pdf
Price, S., and Wilson L., 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. Jakarta : EGC
Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan
Farmasi Badan. Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
Rohaendi. 2008. Treatment Of High Blood Pressure. Jakarta :Gramedia Pustaka
Utama
Rimoldi, S. F., Messerli, F. H., Chavez, P., Stefanini, G. G., and Scherrer, U.,
2015. Efficacy and Safety of Calcium Channel Blocker/Diuretics
Combination Therapy in Hypertensive Patients: A Meta-Analysis.
Available From : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/jch.12462/pdf
Rossi, S., 2006. Australian Medicines Handbook 2006 Ed. Adelaide: Australian
Medicines Handbook Pty Ltd.
Sarnak, M. J., 2003. Cardiovascular Complications in Chronic Kidney
Disease. Available From :
Sarwanto, Wilujeng, L. K., Rukmini, 2007. Prevalensi Penyakit Hipertensi
Penduduk Di Indonesia Dan Faktor Yang Berisiko. Available From :
http://download. portalgaruda.org/article.php?article=80593&val=4892
Schrier, R. W., 2009. Mannual of Nephrology Seven Edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins
Segura, J., Garcı´a-Donaire, J. A., and Ruilope, L. M., 2006. Calcium Channel
Blockers and Renal Protection: Insights from the Latest Clinical
Trials.Available From : http://jasn.asnjournals.org/content/16/3_suppl_1/
S64.full.pdf
Sever, V. S., and Messerli, F. H., 2011. Hypertension Management 2011:
Optimal Combination Therapy. Available From : http://eurheartj.
oxfordjournals.org/content/32/20/2499.full.pdf
Sheps, 2005. Mayo Klinik Hipertensi. Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.
Jakarta: PT Intisari Mediatama
Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem, Edisi 2. Jakarta :
EGC
Smeltzer, S. C., and Bare, B. G., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal
Bedah. Jakarta : EGC
Soenarta, A. A., Erwinanto, Mumpuni A. S. S., Barack R., Lukito A. A.,
Hersunarti N., dan Pratikto R. S., 2015. Pedoman Tatalaksana
Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Available From
:http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pad
a_penyakit_Kardiovaskular_2015.pdf
Spasovski, G.,Massy, Z., and Vanholder R. 2009. Phosphate Metabolism in
Chronic Kidney Disease: From Pathophysiology to Clinical
Management. Available From : http://www.mmh.org.tw/taitam/
kid_int/Blog/Entries/2009/12/14_Dec_2009_Schedule_files/Phosphate_M
Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik : Edisi ketiga. Bandung: Pusat Informasi
Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD.
Sullivan, K., 2013. 2013 Nurse’s Drug Handbook, Twelfth Edition. Burlington
: Jones & Bartlett Learning
Sustrani, L., 2006. Hipertensi. Jakarta : GramediaPustaka.
Suyono, S., 2004. Patofisiologi Diabetes Mellitus : Pnatalaksanaan DM
Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Suwitra, K., 2006. Gagal Ginjal Kronik Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid
1 Edisi ke-4. Jakarta: Balai pustaka FK UI.
Sweetman, S. C., 2009. Martindale 36 : The Complete Drug Reference.
London : Pharmaceutical Press
Syamsir, A., and Iwan, H., 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : Gramedia Pustaka
Utama
Tatro, D. S., 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco : Facts and Comparisons
Thomas, R., Kanso, A., and Sedor, J. R., 2008. Chronic Kidney Disease and Its
Complications. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC2474786/pdf/nihms54692.pdf
Tilley, L. P., 2008. Manual of Canine and Feline Cardiology, Fouth
Edition.United Kingdom : Elsevier
Toal, C. B., Meredith, P. A., Elliott, H. L., 2012. Long-Acting Dihydropyridine
Calcium-Channel Blockers and Sympathetic Nervous System Activity
in Hypertension: A Literature Review Comparing Amlodipine and
Nifedipine GITS. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/
articles/PMC3469239/pdf/sblo21-3.pdf
Tobias, J. D., Tulman, D. B., and Bergese, S. D., 2013. Clevidipine for
Perioperative Blood Pressure Control in Infantsand Children.
Toth-Manikowski, S., and Atta, M. G., 2015. Diabetic Kidney Disease:
Pathophysiology and Therapeutic Targets. Available From :
http://www.hindawi.com/journals/jdr/2015/697010/
Tzanakaki, E., Boudouri, V., Stavropoulou, A., Stylianou, K., Rovithis, M., dan
Zidianakis, Z., 2014. Causes and Complications of Chronic Kidney
Disease in Patients on Dialysis. Available From : http://www.hsj.gr/
medicine/causes-and-complications-of-chronic-kidney-disease-in-patients-on-dialysis.pdf
Vikrant, S., and Tiwari, S. C., 2001. Essential Hypertension – Pathogenesis and
Pathophysiology. Available From : http://medind.nic.in/jac/t01/i3/jact01i3
p140.pdf
Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection Study
(PDS) to Identify and Compare Health Care Privider and Consumer
Views of Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension.
Available From : http://www.nature.com/jhh/journal/v17/n6/full/1001565
a.html
Walker, R., and Whittlesea, C., 2012. Clinical Pharmacy and Terapeutics.
London : Elsivier.
Walt, I., Swanepoel, C. R., Mahala B., and Meyers, A. M., 2015. Important
Complications of Chronic Kidney Disease. Available From :
http://www.samj.org.za/index.php/samj/article/view/9536/6646
Wan, X., Ma, P., and Zhang, X. 2013. A promising choice in hypertension
treatment: Fixed-dose combinations. Available From : http://www.
sciencedirect.com/science/article/pii/S1818087613000810
Wearns, B., 2007. Chronic Kidney Disease Prevalence Modelling Briefing
Document. UK: Associated People Health Observatorium.
Weber, M. A., Schiffrin, E. L., White, W. B., Mann, S., Lindholm, L. H.,
Kenerson, J. G., Flack, J. M., Carter, B. L., Materson, B. J., Ram, V. S.,
Townsend, R. R., Chalmers, J., Ramirez, A. J., Bakris, G. L., Wang, J.,
Schutte, A. E., Bisognano, J. D., Touyz, R. M., Sica, D., and Harrap, S. B.,
2014. Clinical Practice Guidelines for the Management of
Hypertension in the Community A Statement by the American Society
of Hypertension and the International Society of Hypertension.
Available From : http://csc.cma.org.cn/attachment/2014315/1394885445
745.pdf
Weir, M.R., and Dworkin, L.D., 2000. Antihypertensive drugs, dietary salt,
and renal protection: How low should you go and with which therapy.
Baltimore : Department of Medicine, University of Maryland School
of Medicine. Available From
:http://www.ajkd.org/article/S0272-6386(98)00173-5/fulltext
Wilkerson, J. A., 2010. Medicine for Mountaineering & Other Wilderness
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Hipertensi
2. 1. 1Definisi Hipertensi
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arteri sistemik
akibat tekanan yang diberikan pada dinding pembuluh darah. Diagnosis hipertensi
dilakukan secara berulang untuk menetapkan penyebab timbulnya hipertensi yang
dilihat dari kenaikan tekanan sistolik dan diastolik (Walker dan Whittlesea, 2012).
Diagnosis hipertensi ditegakkan bila tekanan darah (TD) lebih tinggi atau sama
dengan 140/90 mmHg, yang ditetapkan dengan pengukuran berulang minimal dua
kali selama beberapaminggu, kecuali bila TD sangat tinggi yang
memerlukantindakan atau terapi segera (Aziza, 2007). Hipertensi merupakan
faktor resiko utama timbulnya penyakit kardiovaskular dan sekitar 1 milyar orang
telah mengidap hipertensi diseluruh dunia (Haller, 2008).
2. 1. 2Epidemologi Hipertensi
Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer),
karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya
lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala
tersebut seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat
menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani, 2006). Hipertensi masih menjadi
masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat
dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia
bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikiuti dengan
meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok
ini (Abdullah, 2005).
Data WHO tahun 2000 menunjukkan, diseluruh dunia, sekitar 972 juta
orang atau 24,6% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan
29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara
maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia
(Andra,2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak
dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang
belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi penemuan kasus
maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan
sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi
terbanyak berkisar antara 6 sampai 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah
terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan
Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di
Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).
Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika
tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.
Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke (perdarahan
otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).
2. 1. 3 Manifestasi Klinis Hipertensi
Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien
tidak ada keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh peninggian
tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan
impoten, cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut.
Gangguan vascular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena
perdarahan retina. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder yaitu
polidipsia, poliuria, kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan
berat badan cepat dengan emosi yang labil pada Cushing sindrom.
Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan sakit kepala, palpitasi, banyak
berkeringat, dan rasa melayang saat berdiri (Panggabean, 2002).
Hipertensi sejatinya tidak menimbulkan gejala. Sakit kepala, kelelahan dan
pusing kadang-kadang dianggap sebagai hipertensi, namun gejala nonspesifik
seperti ini tidak umumlagi pada hipertensi dibanding kontrol normotensifnya.
Sebaliknya, kondisi ini ditemukan saat pasien menerima perawatan medis untuk
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain termasuk infark miokard, gagal jantung
kongestif, stroke trombotik maupun hemoragik, hipertensi ensefalopati, dan gagal
ginjal. Ini sebabnya mengapa hipertensi disebut "Silent Killer" (Mcphee, et al,
2003)
2. 1. 4 Klasifikasi Hipertensi
Hipertensi dapat diklasifikasi berdasarkan penyebabnya yaitu Hipertensi
primer (esensial) dan Hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi
yang penyebab spesifiknya tidak dapat diketahui. Sedangkan hipertensi sekunder
merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui (Sustrani, 2006).
Berdasarkan bentuknya, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua jenis,
yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, maupun hipertensi campuran.
Hipertensi sitolik adalah peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan
tekanan diastolik, umumnya ditemukan pada usia lanjut. Hipertensi diastolik ialah
peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya
ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa. Sedangkan hipertensi campuran
adalah peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol (Ismudiati,
2003).Berdasarkan JNC 7 (The Seventh Report of The Joint National Committee
on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure),
klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa dibagi menjadi kelompok normal,
[image:33.595.106.518.570.642.2]pra-hipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2 (Kasper, et al, 2012).
Tabel 2.1 : Klasifikasi Hipertensi (JNC 7, 2003)
Blood Pressure Classification Systolic, mmHg Diastolic, mmHg
Normal < 120 < 80
Prehypertention 120-139 80-89
Stage 1 hypertention 140-159 90-99
Stage 2 hypertention ≥ 160 ≥ 100
Pada pasien hipertensi dengan CKD usia 18 tahun atau lebih perlu terapi
hipertensi untuk mendapatkan target tekanan darak sistolik kurang dari 140mmHg
serta diastolik kurang dari 90mmHg. Perlu diperhatikan pada pasien usia lebih
150/90mmHg sementara jika ada CKD, targetnya lebih rendah yaitu
140/90mmHg (Kasper, et al, 2012).
[image:34.595.146.482.161.433.2]2. 1. 5 Etiologi Hipertensi
Gambar 2.1. Etiologi penyebab Hipertensi (Oparil, et al, 2003)
Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.
Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau
hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat
dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai
penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab
hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder
dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapatdisembuhkan secara
potensial (Depkes RI, 2006).
Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:
hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi
renal. :
2. 1. 5. 1 Hipertensi Primer/Esensial
Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.
sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na,
peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko
seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya
timbul pada umur 30 – 50 tahun (Schrier, 2009). Faktor lain yang ikut berperan sebagai penyebab hipertensi primer adalah misalnya faktor keturunan, umur, jenis
kelamin, dan pola makan (Maria, et al, 2012).
2. 1. 5. 2 Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus.
Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,
hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,
feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan
kehamilan, dan lain – lain (Schrier, 2009).
2. 1. 6 Faktor Resiko Hipertensi
Secara umum faktor resiko hipertensi dapat diidentifikasi menjadi dua
golongan antara lain :
2. 1. 6. 1 Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol
1. Keturunan
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium
terhadap sodium individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko
dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak
mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%
kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Seseorang
akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah.
Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin.
Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang
mununjukkan adanya pengaruh hormon. Hal ini sering dikaitkan dengan
perubahan hormone estrogen setelah menopause. (Marliani,2007). Peran hormone
estrogen adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung
dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone
estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada
premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen
yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus
berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur
wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55
tahun (Perez-Lopez, et al,2010).
3. Umur
Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin
tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini disebabkan
elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya umur.
Sebagian besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55
tahun tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi dari pada perempuan. Setelah umur 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Kondisi
yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan
arteriosclerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari
berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi
semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Arteri
kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring
2. 1. 6. 2 Faktor resiko yang dapat dikontrol
1. Merokok
Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan
darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan
tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan
kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam
pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh
darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan
peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung
bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah,
aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah
perifer (Gray, et al, 2008).
2. Obesitas
Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya
dengan hipertensi (Haffner, 2000). Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas
jika memiliki nilai IMT≥25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya
berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan
diabetes mellitus. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT>30
pada laki-laki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki-laki dan
17% perampuan yang memiliki IMT<25 (Krummel, 2004).
3. Stress
Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten
(tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
yang menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian
masyarakat di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (Rohaendi, 2008). Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh
darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf
simpatis yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah secara intermiten
4. Asupan Na
Garam dapur merupakan salah satu faktor dalam patogenesis hipertensi.
Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan
garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan
hipertensi yang rendah, dan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari,
prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam
terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah
jantung dan tekanan darah (Basha, 2004). Garam mengandung 40% sodium dan
60% klorida. Orang-orang yang peka terhadap natrium akan lebih mudah terjadi
peningkatan kadar natriumnya, sehingga akan menimbulkan retensi cairan dan
peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005).
2. 1. 7 Patofisiologi Hipertensi
Patofisiologi terjadinya hipertensi masih belum jelas, namun terdapat
banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, diantaranya adalah
tingginya curah jantung dan resistensi perifer, sistem renin angiotensin dan sistem
saraf otonom. Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular,
berupa disfungsi endotel, serta perubahan dan kekakuan pada arterial (Asnelia,
2014).
Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya
oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.
Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin
II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan
darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon
antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar
pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.
Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh
(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk
menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang
pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Anggreini, et al, 2009).
Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada
ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi
ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya
konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume
cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan
darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat
komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi
jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume
sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas
pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu
oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat
stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan
penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang
muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang
lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi,
dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan
susunan saraf pusat (Anggreini, et al, 2009).
Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30
tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini
pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian
menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi
Gambar 2.2 : Patofisiologi Hipertensi (Vikrant dan Tiwari, 2001).
Keterangan : Beberapa faktor resiko hipertensi seperti peningkatan kadar natrium, penurunan jumlah nefron, stress, perubahan genetik, obesitas, serta faktor endotelium, dapat menyebabkan retensi natrium akibat menurunan laju filtrasi, aktivasi saraf simpatik yang menyebabkan keluarnya renin-angiotensin, hiperurisemia, sampai akhirnya menyebabkan peningkatan volume cairan, vasokonstriksi, kontaksi pembuluh darah, serta hipertrofi. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan retensi perifer serta meningkatkan CO yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah dan menjadi hipertensi.
CO : Karbon Monoksida PR : Perifer Retention
2. 1. 8 Komplikasi Hipertensi
Akibat dari sifat penyakit hipertensi yang tidak memberikan gejala hingga
terdeteksi, maka penderita pada umumnya mudah mendapat komplikasi dan
merupakan keadaan tragis ini terjadi karena kenaikan tekanan darah yang
sebenarnya tidak fatal menjadi penyebabkan resiko kematian dini.Hipertensi dapat
berakibat fatal jika tidak dikontrol dengan baik atau biasa disebut dengan
diakibatkan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama dan
organ-organ yang paling sering rusak antara lain otak, mata, jantung, pembuluh
darah arteri, serta ginjal (Marliani, 2007).
Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai
kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada
hipertensi berat di samping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi
pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneuresma yang dapat
mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses
tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (transiet ischemic attack)
(Suyono, 2004). Sumbatan di pembuluh nadi leher dapat menyebabkan
berkurangnya suplay oksigen ke sel-sel otak. Dan dapat menimbulkan matinya sel
saraf otak (stroke ishkemik). Dan pecahnya pembuluh darah kapiler di otak dapat
menyebabkan pendarahan, sehingga sel-sel saraf dapat mati, penyakit ini disebut
sebagai stroke hemoragik (pendarahan), dan sering menimbulkan kematian
mendadak (Muhammadun, 2010).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2001).
2. 2 Chronic Kidney Disease
2. 2. 1 Tinjauan tentang Ginjal
Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam
mempertahankan faal tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai
pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan
mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai
dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat
terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan
zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem
[image:42.595.146.493.94.451.2]
2. 2. 2 Anatomi dan Fisiologi Ginjal
Gambar 2.3 Gambaran umum struktural ginjal (Moini, 2015)
Ginjal adalah organ yang berbentuk seperti kacang dengan berwarna
merak kecoklatan. Pada orang deawasa, ginjal terlapisididalam kapsul fibrosa
yang tebal,kapsul fibrosa ini dikelilingi oleh lapisan jaringan adiposa yang tebal
dikenal sebagai kapsul lemak perinefrik. Umumnya ginjal memiliki panjang
11cm, lebar 6cm, dan tebal 3cm. Ginjal terletak di kedua sisi tulang belakang di
cekungan dinding posterior atas rongga perut. Batas atas ginjal terletak di dekat
tulang dada ke 12 dan batasan bawah terletak di lumbar vertebra ke 3. Ginjal kiri
letaknya lebih tinggi 1,5-2cm dibanding ginjal kanan, hal ini karena ginjal kanan
tertekan kebawah oleh organ hati. Setiap ginjal memiliki berat antara 5,25ons
sampai 150gr (Moini, 2015).
Ginjal terletak pada bagian belakang peritoneum parietal, yang menghadap
otot belakang bagian dalam yang mana bagian ini disebut sebagai retroperitoneal.
Ginjal dikelilingi dan dijaga di posisinya oleh jaringan ikat dan adiposa. Fasia
ginjal sebagai jangkar untuk menjaga struktur disekitarnya, fasia ini terdiri dari
luar yang cembung dan sisi dalam yang cekung mengakibatkan penekanankearah
medial ke sinus rongga ginjal (Moini, 2015).
Ginjal terdiri dari bagian kapiler/kotex berada disebelah luar, dan medulla
disebelah dalam. Bagian medulla tersusun atas 15 sampai 16 bagian yang
berbentuk piramid, yang disebut sebagai piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke
hilus dan berakhir di kalies, kalies akan menghubungkan dengan pelvis ginjal
(Pearce, 2009).
Ginjal juga berisi pembuluh darah, dimana arteri renalis membawa darah
murni dari aorta abdominalis ke ginjal. Terdapat banyak cabang-cabang beranting
didalam ginjal yang kemudian menjadi arteriol aferen yang masing-masing
membentuk simpul dari kapiler-kapiler didalam salah satu badan malpighi yang
disebut sebagai glomerulus. Dan dalam 1 menit sekita 20% darah manusia
melewati ginjal untuk dibersihkan (Pearce, 2009).
Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan yang
disebut sebagai nefron. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal
terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron dalam membentuk urin sendiri dan
selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah. Secara anatomi, sebuah nefron
terdiri dari sebuah tubulus berliku-liku dengan sedikitnya enam segmen yang
khusus (Walker and Whittlesea, 2012).
Glomerolus berfungsi sebagai ultra filtrasi, sedangkan kapsula bowman
berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerolus. Pada tubulus ginjal
akan terjadi penyerapan kembali dari zat-zat yang sudah disaring pada
glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke ginjal terus berlanjut ke ureter. Urin
berasal dari darah yang dibawa arteri masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri dari
bagian yang padat, yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Urin terbentuk
melalui beberapa tahap yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Pada bagian akhir
proksimal (Kapsula Bowman), ultrafiltrasi darah telah terbentuk, dan selama
cairan ini melewati nefron, jumlah dan komposisinya termodifikasi oleh kedua
2. 2. 3 Definisi Chronic Kidney Disease
Berdasarkan National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome
Quality Initiative (K/000/) Guidelines Update tahun 2002, definisi penyakit ginjal
kronis adalah kerusakan ginjal >3 bulan, berupa kelaianan struktur ginjal, dapat
atau tanpa disertai penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang ditandai dengan
kelainan patologi, dan adanya pertanda kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan
laboratorium darah atau urin, atau kelainan radiologi. Penyakit ginjal kronis juga
ditandai dengan LFG <60 mL/menit/1,73 m2 selama >3 bulan, dapat disertai atau
tanpa kerusakan ginjal (Nahas dan Levin, 2009).
Kondisi gagal ginjal kronis ini biasanya timbul secara perlahan dan
sifatnya menahun, dengan sedikit gejala pada awalnya, bahkan penderita lebih
sering tidak merasakan adanya gejala. Tahu-tahu fungsi ginjal sudah menurun
25% dari fungsi normal (Syamsir dan Iwan, 2007).
Gagal ginjal kronik terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu
mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup.
Kerusakan pada kedua ginjal ini bersifat irreversibel. Eksaserbasi nefritis,
obstruksi saluran kemih, kerusakan vaskular akibat diabetes melitus, dan
hipertensi yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan pembentukan
jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif
(Baradero,et al., 2005).
2. 2. 4 Epidemiologi Chronic Kidney Disease
Di negara-negara berkembang, CKD lebih kompleks lagi masalahnya
karna berkaitan dengan sosio-ekonomi dan penyakit-penyakit yang mendasarinya.
Perjalanan penyakit CKD tidak hanya terjadi gagal ginjal saja tetapi juga dapat
terjadi komplikasi lainnya karena menurunya fungsi ginjal dan penyakit
kardiovaskular (Levey, et al., 2003).
Diperkirakan CKD mempengaruhi 1 dari 10 orang dewasa (10%) atau
lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia. Namun, data konkret mengenai
kejadian yang sebenarnya dan prevalensi CKD terhambat oleh kurangnya laporan
pembukuan yang tepat dan pendaftar kondisi ginjal nasional, khususnya di
Amerika usia 20 tahun atau lebih, atau 70.000 per juta orang, telah didiagnosa
CKD dengan GFR diperkirakan kurang dari 60ml / menit / 1,73 m2 atau rasio
albumin- urine creatinine (ACR) lebih dari > 30 mg / g. Karena kematian yang
tinggi dari penyakit kardiovaskular pada pasien dengan CKD, pada akhirnya
mengalami penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), ada lebih dari 200 pasien yang
diketahui dengan CKD (stadium 3 atau 4) dan hampir 5000 pasien dengan
penyakit CKD (stadium 1 atau 2) yang menyerah pada penyakit kardiovaskular
[image:45.595.115.510.256.520.2]yang tidak berkembang menjadi ESRD (Arici, 2014).
Gambar 2.4 Prevalensi Chronic Kidney Disease (Araci, 2014)
Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey
(NHANES) menunjukkan bahwa prevalensi CKD semakin meningkat, khususnya
dalam tahap 3, hal ini mungkin terjadi karena peningkatan prevalensi obesitas dan
diabetes. Perkembangan CKD tergantung pada faktor resiko termodifikasi
(obesitas, merokok, tidak terkontrolnya hipertensi diabetes, dan diet) serta non
dimodifikasi (Umur, Jenis Kelamin, ras, genetik). Usia yang lebih tua merupakan
faktor risiko penting untuk CKD, namun hal ini membaut sebuah perdebatan
apakah penurunan terkait usia LFG adalah hal yang "normal" atau patofisiologis.
Penurunan terkait usia LFG yang mempengaruhi hingga 40% orang berusia di
atas 65 tahun, yang dapat menyebabkan kelebihan beban aktual CKD karena
orang-orang usia lanjut akan mengalami gangguan tetapi fungsi ginjal stabil.