• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PENGGUNAAN GOLONGAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER (CCB) PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RS Muhammadiyah Lamongan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "STUDI PENGGUNAAN GOLONGAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER (CCB) PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RS Muhammadiyah Lamongan)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

Retno Aprillia Handayani

STUDI PENGGUNAAN GOLONGAN CALCIUM

CHANNEL BLOCKER (CCB) PADA PASIEN

CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD)

(Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RS

Muhammadiyah Lamongan)

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

(2)
(3)
(4)
(5)

iii

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur tercurahkan kepada ALLAH SWT, Tuhan semesta alam

karena berkat rahmat dan ridhoNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul STUDI PENGGUNAAN GOLONGAN CALCIUM CHANNEL BLOCKER (CCB) PADA PASIEN CHRONIC KIDNEY DISEASE (CKD) (Penelitian Dilakukan di Instalasi Rawat Inap RS Muhammadiyah

Lamongan)

Skripsi ini diajukan untuk memenuhi syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan skripsi ini penulis tidak terlepas dari

peranan pembimbing dan bantuan dari seluruh pihak. Oleh karena itu, dengan

segala kerendahan hati, penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT, tuhan semesta alam yang memberkan rahmat, nikmat dan

Karunia-Nya, Nabi Muhammad SAW yang sudah menuntun kita menuju

jalan yang benar.

2. Bapak Yoyok Bekti P., M.Kep., Sp.Kom.,,selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan

kesempatan penulis menuntut ilmu di Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Muhammadiyah Malang.

3. Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Farmasi Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberi motivasi

dan kesempatan penulis menuntut ilmu di Program Studi Farmasi

Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Drs. Didik Hasmono, M.S., Apt., Ibu Nailis Syifa’, S.Farm., M.Sc., Apt. dan Ibu Rully Yuliandhari, S.Farm, M.Farm.Klin., Apt., Selaku

Dosen Pembimbing I, II dan III, disela kesibukan Bapak dan Ibu masih

bisa meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi pengarahan dan

(6)

iv

memberikan saran dan masukan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Siti Rofida, S.Si., Apt., M.Farm., selaku Dosen wali saya yang telah

banyak membantu dan membimbing saya selama masa perkuliahan.

7. Orang Tuaku tercinta, Johansyah, S.E., dan Astuty Ambulyani, Amd.Kep.,

yang tiada hentinya memotivasi dan sabar mendoakan untuk kebaikan dan

kesuksesan anak-anaknya.

8. Sahabat seperjuangan skripsi klinis maupun bidang lainnya Hafiz, Ovi,

Ivone, Viar, Pipit, Ana, Gitta, Uti, Delle, Aeny, Elok dan yang lainnya,

terima kasih atas kebersamaan, bantuan, dan semangat kerjasamanya

sehingga skripsi ini dapat terwujud.

9. Teman-teman kost Veteran Dalam dek Yenny, dek Ria, Dek Kiki, Ayuni,

dek Laras, Lika dan yang lainnya terima kasih untuk selalu memangati

saya.

10. Teman-teman budak Bulungan yang selalu menanyakan saya kapan lulus,

terima kasih banyak atas motivasinya.

11. Untuk semua pihak yang belum disebutkan namanya, penulis mohon maaf

dan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena

itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kebaikan skripsi ini. Semoga penulisan ini dapat berguna bagi penelitian

berikutnya, amin.

Wassalamu’alaikum warohmatullohi wabarokatuh

Malang,

Penyusun

(7)

ix

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... iii

RINGKASAN ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR SINGKATAN ... xvi

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.3.1 Tujuan Umum ... 4

1.3.2 Tujuan Khusus ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Hipertensi ... 6

2.1.1 Definisi Hipertensi ... 6

2.1.2 Epidemologi Hipertensi ... 6

2.1.3 Manifestasi Klinis Hipertensi ... 7

2.1.4 Klasifikasi Hipertensi ... 8

2.1.5 Etiologi Hipertensi ... 9

(8)

x

2.1.5.2 Hipertensi Sekunder ... 10

2.1.6 Faktor Resiko Hipertensi ... 10

2.1.6.1 Faktor yang Tidak Dapat Dikontrol ... 10

2.1.6.2 Faktor yang Dapat Dikontrol ... 11

2.1.7 Patofisiologi Hipertensi ... 13

2.1.8 Komplikasi Hipertensi ... 15

2.2 Chronic Kidney Disease ... 16

2.2.1 Tinjauan Tentang Ginjal ... 16

2.2.2 Anatomi dan Fisiologi Ginjal ... 17

2.2.3 Definisi Chronic Kidney Disease ... 19

2.2.4 Epidemologi Chronic Kidney Disease... 19

2.2.5 Manifestasi Chronic Kidney Disease... 21

2.2.6 Klasifikasi Chronic Kidney Disease ... 22

2.2.7 Etiologi Chronic Kidney Disease ... 22

2.2.8 Faktor Resiko Chronic Kidney Disease ... 23

2.2.9 Patofisiologi Chronic Kidney Disease ... 23

2.2.10 Tanda dan Gejala Chronic Kidney Disease ... 27

2.2.11 Komplikasi Chronic Kidney Disease... 28

2.2.12 Penatalaksanaan Chronic Kidney Disease ... 29

2.3 Tinjauan Terapi Antihipertensi pada Pasien Chronic Kidney Disease ... 35

2.3.1 Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor (ACE-I) ... 35

2.3.2 Angiotensin Receptor Blocker (ARB) ... 37

2.2.3 Diuretik ... 37

2.3.6 Calcium Channel Blocker (CCB) ... 38

2.3.6.1 Non-Dihidropiridin ... 40

(9)

xi

2.3.6.1.2 Verapamil ... 42

2.3.6.2 Dihidropiridin ... 45

2.3.6.2.1 Amlodipin ... 46

2.3.6.2.2 Nifedipin ... 49

2.3.6.2.3 Nicardipin ... 51

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 53

3.1 Kerangka Konseptual ... 53

3.2 Kerangka Operasional ... 56

BAB IV METODE PENELITIAN ... 57

4.1 Rancangan Penelitian ... 57

4.2 Bahan Penelitian ... 57

4.2.1 Kriteria Inklu dan Ekslusi ... 57

4.3Populasi dan Sampel ... 58

4.3.1 Populasi ... 58

4.3.2 Sampel ... 58

4.4 Instrumen Penelitian ... 58

4.5 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 58

4.6 Definisi Operasional Parameter Penelitian ... 58

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 59

4.8 Analisa Data ... 60

BAB V HASIL PENELITIAN ... 62

5.1 Data Demografi ... 62

5.1.1 Jenis Kelamin ... 63

5.1.2 Usia ... 63

5.1.3 Status Pasien ... 63

(10)

xii

5.3 Diagnosa Penyerta ... 64

5.4 Klasifikasi Chronic Kidney Disease ... 65

5.5 Profil Tekanan Darah ... 65

5.6 Terapi Antihipertensi yang diterima pasien Chronic Kidney Disease ... 66

5.6.1 Distribusi Antihipertensi Tunggal ... 66

5.6.2 Distribusi Kombinasi 2 Antihipertensi ... 67

5.6.3 Distribusi Kombinasi 3 Antihipertensi ... 68

5.6.4 Distribusi Kombinasi 4 Antihipertensi ... 70

5.6.5 Distribusi Kombinasi 5 Antihipertensi ... 71

5.7 Distribusi terapi penyerta yang diterima pasien Chronic Kidney Disease ... 71

5.8 Perubahan Dosis, Rute, Frekuensi, dan Sediaan ... 72

5.9 Lama Terapi ... 73

5.10 Kondisi Saat Dipulangkan ... 73

5.11 Pasien Meninggal ... 73

BAB VI PEMBAHASAN ... 75

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

7.1 Kesimpulan ... 88

7.2 Saran ... 88

(11)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Hipertensi ... 8

2.2 Klasifikasi Chronic Kidney Disease ... 21

2.3 Karakteristik berbagai Calcium Channel Blocker... 39

5.1 Distribusi jenis kelamin pasien Chronic Kidney Disease ... 63

5.2 Distribusi usia pasien Chronic Kidney Disease ... 63

5.3 Distribusi jenis kelamin pasien Chronic Kidney Disease ... 63

5.4 Distribusi faktor resiko pasien Chronic Kidney Disease ... 64

5.5 Distribusi diagnosa penyerta pasien Chronic Kidney Disease ... 64

5.6 Distribusi klasifikasi pasien Chronic Kidney Disease ... 65

5.7 Distribusi profil tekanan darah pasien Chronic Kidney Disease ... 65

5.9 Distribusi antihipertensi yang diterima pasien Chronic Kidney Disease .... 66

5.10 Distribusi antihipertensi tunggal ... 66

5.11 Distribusi kombinasi 2 antihipertensi ... 67

5.12 Distribusi kombinasi 3 antihipertensi ... 68

5.13 Distribusi kombinasi 4 antihipertensi ... 70

5.14 Distribusi kombinasi 5 antihipertensi ... 71

5.15 Distribusi terapi penyerta yang diterima pasien Chronic Kidney Disease .. 71

5.16 Distribusi perubahan dosis, rute, frekuensi, dan sediaan ... 72

5.16 Distribusi kondisi saat dipulangkan pasien Chronic Kidney Disease ... 73

5.16 Distribusi lama terapi pasien Chronic Kidney Disease ... 73

(12)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Etiologi penyebab Hipertensi ... 9

2.2 Patofisiologi Hipertensi ... 13

2.3 Gambaran umum struktur ginjal ... 16

2.4 Prevalensi Chronic Kidney Disease ... 19

2.5 Patofisiologi Chronic Kidney Disease ... 25

2.6 Struktur Kimia Diltiazem ... 40

2.7 Struktur Kimia Verapamil ... 42

2.8 Struktur Kimia Amlodipin ... 45

2.9 Struktur Kimia Nifedipin ... 48

2.10 Struktur Kimia Nikardipin ... 50

3.1 Kerangka Konseptual ... 55

3.2 Kerangka Operasional ... 56

(13)

xv

Lampiran ... Halaman

Lampiran 1 : Riwayat Hidup ... 103

Lampiran 2 : Surat Pernyataan ... 104

Lampiran 3 : Surat Etikal Klirens ... 105

Lampiran 4 : Tabel Induk ... 106

(14)

xvi ADH : Anti Diuretik Hormone

ACE-I : Angiotensin Converting Enzyme Inhibitor

ACR : Albumin Creatinine Ratio

AKI : Acute Kidney Injury

ARB : Angiotensin Receptor Blocker

BPJS : Badan Penyelenggara Jaminan Nasional

Ca : Kalsium

CCB : Calcium Channel Blocker

CERA : Continue Erythropoesis Receptor Activator

CKD : Chronic Kidney Disease

COX : Cyclooxigenase

CVD : Cardiovascular Disease

dL : Desiliter

EPO : Erythropoetin

ESA : Erythropoesis Stimulating Agent

ESRD : End Stage Renal Disease

GGK : Gagal Ginjal Kronik

Hb : Hemoglobin

HCO3 : Biakrbonat

HDL : High Density Lipoprotein

IL 1β : Interleukin 1β IL 2 : Interleukin 2

IL 6 : Interleukin 6

IMT : Indeks Massa Tubuh

LBP : Lipopolysaccaarida binding protein

LDL : Low Density Lipoprotein

LFG : Laju Filtrasi Glomerulus

LVH : Left Ventricular Hypertrophy

mmHg : Mili Meter Raksa

NaCl : Natrium Klorida

NSAID : Non Steroid Anti Inflamatory Drugs

NH3 : Nitrogen Hidroksida

(15)

xvii PAF : Platelet Activating Factor

PJK : Penyakit Jamtung Koroner

PTH : Parathyroid Hormone

RAAS : Renin Angiotensin Aldosteron System

RMK : Rekam Medik Kesahatan

SIRS : Systemic Inflamatory Response Syndrome

TD : Tekanan Darah

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, M. 2005. Kejadian Penyakit Jantung Di Indonesia. Available From :

http://www.fkm.undip.ac.id/data/index.php?action=4&idx=2701

Alam, S., and Hadibroto, I., 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Amin, N., Mahmood R. T., Asad M. J., Zafar M., and Raja A. M. 2014.

Evaluating Urea and Creatinine Levels in Chronic Renal Failure Pre

and Post Dialysis: A Prospective Study. Available From :

http://researchpub.org/journal/jcvd/number/early/22.pdf

Anggraini, A. D., Waren, A. A., Situmorang, E., Asputra, H., and Siahaan, S.S.

2009. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Hipertensi

pada Pasien yang Berobat di Poliklinik Dewasa Puskesmas

Bangkinang Periode Januari sampai Juni 2008

Ando, K., Isshiki, M., and Takahashi, K., 2009. Effect of switching from

amlodipine to combination therapy with telmisartan and low-dose

hydrochlorothiazide. Available From : http://www.nature.com/hr/journal/

v32/n9/pdf/hr2009101a.pdf

Andany, M. M. A, Fernández, C. F., Bayolo, D. M., Quintela, E. C., and Montero,

A. D., 2014.Sodium Bicarbonate Therapy in Patients with Metabolic

Acidosis. Available From : http://www.hindawi.com/journals/tswj/2014/

627673/

Antman, E. M., 2007. Cardiovascular Therapeutics: A Companion to

Braunwald's Heart Disease. Philadelphia : Elsevier

Arcangelo, V. P., and Peterson, A. M., 2006. Pharmacotherapeutics for

Advanced Practice : A Practical Approach. Philadelphia : Lippincott

Williams & Wilkins

Arici, M., 2014. Management of Chronic Kidney Disease : A Clinicians

(17)

Aronson, J. K., 2009. Meyler’s Side Effect of Cardiovascular Drug. United

Kingdom : Elsevier

Arora, P., Vasa, P., Brenner, D., Iglar, K., McFarlane, P., Morrison H., and

Badawi, A., 2013. Prevalence Estimates of Chronic Kidney Disease in

Canada: Results of a Nationally Representative Survey. Available

From : http://www.cmaj.ca/content/185/9/E417.full.pdf+html

Ayub. W., and Fletcher, S., 2000. End-stage Renal Disease and Erectile

Dysfunction. Is There any Hope? Available From : http://ndt.

oxfordjournals.org/content/15/10/1525.full.pdf+html

Asnelia, D., 2014. Hipertensi Krisis. Available From : http://cme.medicinus.co/

file.php/1/LEADING_ARTICLE_Hipertensi_Kritis.pdf

Aziza, L., 2007. Peran Antagonis Kalsium dalam Penatalaksanaan

Hipertensi. Available From : http://mki.idionline.org/index.php?uPage=

mki.mkidl&smod=mki&sp=public&key= MTM2LTE0

Baradero, M., Dayrit, M. W., and siswadi Y., 2005. Klien Gangguan Ginjal.

Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Basha, A., 2004. Hipertensi: Faktor Resiko Dan Penatalaksanaan. Available

From : http://www.pjnhk.go.id

Bianchi, S., Bigazzi, R., and Campese, V. E., 2006. Long-Term Effects of

Spironolactone on Proteinuria and Kidney Function in Patients with

Chronic Kidney Disease. Available Ftom : http://www.nature.com/

ki/journal/v70/n12/pdf/5001854a.pdf

Bijvank S. W., and Duvekot, J. J., 2010. Nicardipine for the Treatment of

Severe Hypertension in Pregnancy: A Review of the Literature.

Available From : http://academicdepartments.musc.edu/medicine/

(18)

e%20Syllabus/critical_care_files/Obstetric%20Patients/nicardipine%2020

10.pdf

Bomback, A. S., and Bakris, G. L., 2011. Chronic Kidney Disease (CKD) and

Hypertension Essentials. Sudbury : Jones & Bartlett Learning

Braham-Grey, L., PhD, RD, CNSD; and Wiesen, K., MS, RD., 2004. A Clinical

Guide to Nutrition Care in Kidney Disease. US : American Dietetic

Association.

CDC, 2014. National Chronic Kidney Disease Fact Sheet 2014. Available From

: http://www.cdc.gov/diabetes/pubs/pdf/kidney_factsheet.pdf

Chandra, K. S., and Ramesh, G., 2013. The fourth-generation Calcium channel

blocker: Cilnidipine. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/

articles/PMC3905258/pdf/main.pdf

Chen, W., and Abramowitz, M. K., 2014. Treatment of Metabolic Acidosis in

Patients With CKD. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/

articles/PMC3946919/pdf/nihms514444.pdf

Chien, K., Chao, C., and Su, T., 2005. Bioavailability Study of Fixed-Dose

Tablet Versus Capsule Formulation of Amlodipine Plus Benazepril: A

Randomized, Single-Dose, Two-Sequence, Two-Period, Open-Label,

Crossover Study in Healthy Volunteers. Available From :

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3964558/pdf/main.pdf

Chobanian, A.V., Bakris, G.L., Black, H.R., 2003. Seventh report of the Joint

National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and

Treatment of High Blood Pressure : Hypertension. Available From :

http://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/guidelines/jnc7full.pdf

Cikrikcioglu, M.A., Karatoprak, C., Cakirca, M., Kiskac, M., Zorlu, M., Cetin, G.,

Yildiz, K., Erkoc, R., Alay, M., Erkal, S., Erkal, S.N., Dogan, S.,

Kazancioglu,R., 2013. Association of calcium channel blocker use with

lower hemoglobin levels in chronic kidney disease. Available From :

(19)

Corwin, E. J., 2001. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku

Kedokteran EGC

Cole, R. T., Kalogeropoulos, A. P., Georgiopoulou, V. V., Gheorghiade,

M., Quyyumi, A., Yancy, C., and Butler, J., 2011. Hydralazine and

Isosorbide Dinitrate in Heart Failure Historical Perspective,

Mechanisms, and Future Directions. Available From :

http://circ.ahajournals.org/content/123/21/2414.full.pdf+html

Dallas, M. E., 2015. A High Salt and Potassium Diet May Accelerate Chronic

Kidney Disease. Available From : https://www.nlm.nih.gov/medlineplus

/news/fullstory154687.html

Decker, S.B., Mueller, A.B, and Sowinski, M.K., 2007. Drug Dosing

Considerations in Alternative Hemodialysis. Available from :

http://www.ackdjournal.org/article/ S1548-5595(07)00048-1/fulltext

Depkes RI., 2006. Pharmaceutical Care untuk Penyakit Hipertensi. Jakarta :

Depkes RI

Duru, O. K., Li, S., Jurkovitz, C., Bakris, G., Brown, W., Chen, S., Collins, A.,

Klag, M., McCullough, M. A., McGill, J., Narva, A., Pergola, A., Singh,

A., and Norris, K., 2008. Race and Sex Differences in Hypertension

Control in CKD: Results From the Kidney Early Evaluation Program.

Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2866650/

pdf/nihms150995.pdf

Elliott, W., J., and Ram, C., V., S. 2011. Calcium Channel Blocker. Available From : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/j.1751-7176.2011. 00513.x/epdf

Frandsen, G., and Pennington, S. S., 2013. Abram’s Clinical Drug Therapy : Rationales for Nursing Practice. Philadelphia : Wolters Kluwer

Frank, J., 2008. Managing Hypertension Using Combination Therapy.

Available From : http://www.aafp.org/afp/2008/0501/p1279.pdf

Frishman, W. H., Cheng-Lai, A., and Chen, J., 2005. Current Cardiovascular

(20)

Goroll, A. H., and Mulley, A. G., 2011. Primary Care Medicine : Office

Evaluation and Management of The Adult Patient, Sixth Edition.

Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Gradman, A. H., Basile, J. N., Carter, B. L., and Bakris, G. L., 2010.

Combination Therapy in Hypertension. Available From :

http://www.ashjournal.com/article/S1933-1711(10)00006-9/pdf

Gray, L. D. B., Burrowes, J. D., and Chertow, G. M., 2008. Nutrition in Kidney

Disease. Totowa : Humana Press

Grove, E. L., 2012. Antiplatelet Effect Of Aspirin In Patients With Coronary

Artery Disease. Available From : http://www.danmedj.dk/portal/pls/

portal/!PORTAL.wwpob_page.show?_docname=9206964.PDF

Gunawan, L., 2001. Hipertensi : Tekanan Darah Tinggi. Yogyakarta : Percetakan Kanisus.

Guyton, A.C., and Hall John E., 2006. Textbook of Medical Physiology.

Philadelphia : Elsevier.

Hajjar, I., MD, MS; dan Kotchen, T.A., MD., 2000. Trends in Prevalence,

Awareness, Treatment, and Control of Hypertension in the United

States, 1988-2000.

Haller, H., 2008. Effective management of hypertension with dihydropyridine

calcium channel blocker-based combination therapy in patients at

high cardiovascular risk. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

pmc/articles/PMC2324209/

Hsieh, M. F., Wu, I. W., Lee, C. C.,Wang, S. Y., Wu, M. S. 2010. Higher Serum

Potassium Level Associated with Late Stage Chronic Kidney Disease.

Available From : http://memo.cgu.edu.tw/cgmj/3404/340411.pdf

Hughes, S. C., Levinson, G., and Rosen, M. A., 2002. Shinder and Levinson’s

Anasthesia for Obstretrics. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins

Hunts, W. A., 2011. Kidney Disease : A Guide For Living. Maryland : The

(21)

Iacobellis, G., 2006. Drug- Drug Interactions In The Metabolic Syndrome.

New York : Nova Science Publishers Inc

IAI, 2013. Informasi Spesialite Obat Indonesia Vol. 48. Jakarta : PT. ISFI

Penerbitan

Ismudiati, L., 2003. Buku Ajar Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia

JNC7, 2003.Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood

Pressure. Available From :https://www.nhlbi.nih.gov/files/docs/

guidelines/express.pdf

Johnson, D., 2012. Diagnosis, Classification, and Staging of Chronic Kidney

Disease. Available From : http://www.cari.org.au/CKD/CKD%20early/

Diag_Classification_Staging_ECKD.pdf

Kalra, S., Kalra, B., and Agrawal, N., 2010. Combination Therapy in

Hypertension: An update. Available From : http://link.springer.com/

article/10.1186/1758-5996-2-44

Kasper, D. L., Fauci, A. S., Longo, D. N., Braunwald. E., Hauser, S., and Jameson, J. L., 2012.Harrison’s Principles of Internal Medicine. Ed 18. New York: Mc-Graw Hill

KDIGO, 2012. Clinical Practice Guideline for the Evaluation and

Management of Chronic Kidney Disease. Available From :

http://www.kdigo.org/clinical_practice_guidelines/pdf/CKD/KDIGO_201

2_CKD_GL.pdf

Kizilirmak, P., Uresin Y., and Yildiz, O. B., 2012. The Efficacy and Safety of

Triple vs Dual Combination of Angiotensin II Receptor Blocker and

Calcium Channel Blocker and Diuretic: A Systematic Review and

Meta-Analysis. Available From : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/

(22)

Kovesdy, C. P., 2012. Metabolic Acidosis and Kidney Disease: Does

Bicarbonate Therapy Slow The Progression ff CKD. Available From :

http://ndt.oxfordjournals.org/content/27/8/3056.full.pdf+html

Kresnawan T., 2012. Diet Rendah Protein Dan Penggunaan Protein Nabati

Pada Penyakit Ginjal Kronik. Available From : http://gizi.depkes.go.id/

wp-content/uploads/2012/05/diet_rendah_prot-nabati.pdf

Krummel, D. A., 2004. Medical Nutrition Therapy in Cardiovascular Disease.

USA: Saunders co

Langman, C. B., and Cannata-Andia, J. B. 2010. Calcium in Chronic Kidney

Disease: Myths and Realities. Available From : http://cjasn.asnjournals.

org/content/5/Supplement_1/S1.full.pdf+html

Levey, A. S., Coresh, J., Balk, E., Kausz, A. T., Levin, A., Steffes, M. W., Hogg,

R. J., Perrone, R. D., Lau, J., and Eknoyan G., 2003. National Kidney

Foundation Practice Guidelines for Chronic Kidney Disease:

Evaluation, Classification, and Stratification. Available From :

http://annals.org/data/Journals/AIM/20044/0000605-200307150-00013.pdf

Lerma, E. V., 2013. Clinical Decision in Nephrology, Hypertension, and

Kidney Disease Transplantation. New York : Springer.

Lipowsky, R., Richter, D., and Kremer, K., 2013. The Structure and

Conformation of Amphiphilic Membranes : Proceedings of The

International Workshop. Berlin : Springer-Verlag

Lydtin, H., and Trenkwalder, P., 2002. Calcium Antagonist : A Critical

Review.Heidelberg : Springer-Verlag

Lopez-Novoa, J. M., Martinez-Salgado, C., Rodriguez-Pena, A. B., and

Hernandez, F. J. L., 2010. Common Pathophysiological Mechanism of

Chronic Kidney Disease : Therapeutic Perspectives. Available From :

https://www.researchgate.net/profile/Jose_LopezNovoa/publication/45091

427_Common_pathophysiological_mechanisms_of_chronic_kidney_disea

(23)

Lukela, J. R., Harrison, R. V., Jimbo, M., Mahallati, A., Saran, R., and Sy, A. Z.,

2014. Guidelines for Clinical Care Ambulatory : Management of

Chronic Kidney Disease. Available From : http://www.med.umich.edu/

1info/FHP/practiceguides/kidney/CKD.pdf

Mallat, S. G., 2012. What is a preferred angiotensin II receptor blocker-based

combination therapy for blood pressure control in hypertensive

patients with diabetic and non-diabetic renal impairment. Available

From : http://www.cardiab.com/content/pdf/1475-2840-11-32.pdf

Mahesa, D. R., 2010. Penyakit Ginjal Kronis (Chronic Kidney Disease).

Available From : http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2014/01/

pustaka_unpad_penyakit_ginjal_kronis.pdf

Maria, G., Puspita, R. D., and Sulistyowati, Y., 2012. Hubungan Asupan

Natrium Dan Kalium Dengan Tekanan Darah Pada Pasien Hipertensi

Di Unit Rawat Jalan Di Rumah Sakit Guido Valadares Dili Timor

Leste. Available From : http://journal.respati.ac.id/index.php/medika/

article/viewFile/73/69

Marliani, L., and Tantan, S., 2007. 100 Question & Answer Hipertensi. Jakarta :

Elex Media Komputindo

Martin, J., 2008. Hypertension Guidelines: Revisiting the JNC 7

Recommendations. Available From : http://www.jlgh.org/JLGH/media/

Journal-LGH-Media-Library/Past%20Issues/Volume%203%20-%20Issue

%203/JLGH_V3n3_p91-97.pdf

McPhee, S. J., Lingappa, V. R., and Ganong, W. F., 2003 Pathophysiology of

Disease: An Introduction to Clinical Medicine. Lange.

Ministry of Health and Kidney Health, 2014. Living with Kidney Disease : a

Comprehensive Guide For Coping With Chronic Kidney Disease,

Second Edition. Available From : https://www.health.govt.nz/system/

(24)

Miyagawa, K., Dohi, Y., Nakazawa, A., Sugiura, T., Yamashita. S., Sato,

K., Kimura, G., 2010. Renoprotective effect of calcium channel

blockers in combination with an angiotensin receptor blocker in

elderly patients with hypertension. A randomized crossover trial

between benidipine and amlodipine.Available From :

http://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/10641960902929446

Moini, J., 2015. The Pharmacy Technician : A Comprehensive Approach,

Third Edition. Boston : Cengange Learning

Moorthy, A. V., Becker, B. N., and Djamali A., 2009. Pathophysiology of

Kidney Disease and Hypertension. Philadelphia : Elsevier

Muchtar, N.R., Tjitrosantoso, H., Bodhi, W., 2015. Studi Penggunaan Obat

Antihipertensi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronik Yang Menjalani

Perawatan Di Rsup Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Periode Juli 2013

- Juni 2014. Available From : http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/

pharmacon/article/viewFile/8833/8392

Muhammadun, 2010. Hidup Bersama Hipertensi Seringai Darah Tinggi Sang

Pembunuh Sejati. Jokjakarta: In-Books

Nahas, M. E., and Levin, A., 2009. Chronic Kidney Disease : A Practical Guide

to Understanding and Management. New York : Oxford University

Press

Neliya, S. W., 2012. Hubungan Pengetahuan tentang Asupan Cairan dan

Cara pengendalian Asupan cairan terhadap Penambahan Berat

Badan. Jurnal Nursing Studies. Available From : http://repository.unri.

ac.id/handle/123456789/1872

Nephrol, I. J., 2005. Clinical practice guidelines on hypertension and

antihypertensive agents in chronic kidney disease (CKD). Available

(25)

NKF, 2010. 2010 Annual Report : 60 years of Fighting Kidney Disease.

Availbale From : https://www.kidney.org/sites/default/files/docs/annual_

report_2010.pdf

Nurjanah, A., 2012. Hubungan Antara Lama Hipertensi Dengan Angka

Kejadian Gagal Ginjal Terminal Di Rsud Dr. Moewardi Surakarta.

Availabale From : http://eprints.ums.ac.id/23959/10/NASKAH

PUBLIKASI.pdf

O’Mara, N. B. 2008. Anemia in Patients With Chronic Kidney Disease. Available From : http://spectrum.diabetesjournals.org/content/21/1/12.full.

pdf

Opie, L. H., 2012. Clinical Use of Calcium Channel Antagonist Drugs.

Massachusetts : Kluwer Academic Publisher

Opie, L. H., and Gersh, B. J., 2013. Drug for The Heart, Eighth Edition.

Philadelphia : Elsevier Saunders

Opler, L. A., 2005. The Complete Pill Guide, Second Edition. New York :

Barnes & Noble Books

Owen, J., 2003. Drug Information Reference, 5th Edition. Available From :

http://dpic.org /sites/default/files/pdf/ DIR_CCBs.pdf

Panggabean, M. M., 2006. Penyakit Jantung Hipertensi. Buku Ajar Ilmu

Penyakit Dalam. Jilid 3. Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen

Ilmu Penyakit Dalam FK UI.

Papadopoulou, E., Varaouktsi, A., Lazaridis, A., Boutari, C., and Doumas M.,

2015. Erectile Dysfunction in Chronic Kidney Disease: From

Pathophysiology to Management. Available From : http://www.ncbi.

nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4491929/pdf/WJN-4-379.pdf

Pardo, M., and Sonner, J. M., 2007. Mannual of Anasthesia Practice. New York

(26)

Pearce, E. C., 2009. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta : PT.

Gramedia

Perez-Lopez, F. R., Larrad-mur, L., Kallen, A., Chedraui, P., and Taylor, H. S.,

2010. Gender Differences in Cardiovascular Disease: Hormonal and

Biochemical Influences. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/

pmc/articles/PMC3107852/pdf/nihms-293590.pdf

Pernefri, 2011. 4th Annual Report of Indonesian Renal Registry. Available

From :http://www.pernefri-inasn.org/Laporan/4th%20Annual%20Report

%20Of%20IRR%202011.pdf

Phoon, R. K., 2012. Chronic Kidney Disease in The Elderly Assessment and

Management. Available From : http://www.racgp.org.au/download/

Documents/AFP/2012/December/201212phoon.pdf

Price, S., and Wilson L., 2005. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit. Jakarta : EGC

Rahajeng, E., dan Tuminah, S., 2009. Prevalensi Hipertensi dan

Determinannya di Indonesia. Jakarta: Pusat Penelitian Biomedis dan

Farmasi Badan. Penelitian Kesehatan Departemen Kesehatan RI.

Rohaendi. 2008. Treatment Of High Blood Pressure. Jakarta :Gramedia Pustaka

Utama

Rimoldi, S. F., Messerli, F. H., Chavez, P., Stefanini, G. G., and Scherrer, U.,

2015. Efficacy and Safety of Calcium Channel Blocker/Diuretics

Combination Therapy in Hypertensive Patients: A Meta-Analysis.

Available From : http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1111/jch.12462/pdf

Rossi, S., 2006. Australian Medicines Handbook 2006 Ed. Adelaide: Australian

Medicines Handbook Pty Ltd.

Sarnak, M. J., 2003. Cardiovascular Complications in Chronic Kidney

Disease. Available From :

(27)

Sarwanto, Wilujeng, L. K., Rukmini, 2007. Prevalensi Penyakit Hipertensi

Penduduk Di Indonesia Dan Faktor Yang Berisiko. Available From :

http://download. portalgaruda.org/article.php?article=80593&val=4892

Schrier, R. W., 2009. Mannual of Nephrology Seven Edition. Philadelphia :

Lippincott Williams & Wilkins

Segura, J., Garcı´a-Donaire, J. A., and Ruilope, L. M., 2006. Calcium Channel

Blockers and Renal Protection: Insights from the Latest Clinical

Trials.Available From : http://jasn.asnjournals.org/content/16/3_suppl_1/

S64.full.pdf

Sever, V. S., and Messerli, F. H., 2011. Hypertension Management 2011:

Optimal Combination Therapy. Available From : http://eurheartj.

oxfordjournals.org/content/32/20/2499.full.pdf

Sheps, 2005. Mayo Klinik Hipertensi. Mengatasi Tekanan Darah Tinggi.

Jakarta: PT Intisari Mediatama

Sherwood, L., 2001. Fisiologi Manusia : dari Sel ke Sistem, Edisi 2. Jakarta :

EGC

Smeltzer, S. C., and Bare, B. G., 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal

Bedah. Jakarta : EGC

Soenarta, A. A., Erwinanto, Mumpuni A. S. S., Barack R., Lukito A. A.,

Hersunarti N., dan Pratikto R. S., 2015. Pedoman Tatalaksana

Hipertensi Pada Penyakit Kardiovaskular. Available From

:http://www.inaheart.org/upload/file/Pedoman_TataLaksna_hipertensi_pad

a_penyakit_Kardiovaskular_2015.pdf

Spasovski, G.,Massy, Z., and Vanholder R. 2009. Phosphate Metabolism in

Chronic Kidney Disease: From Pathophysiology to Clinical

Management. Available From : http://www.mmh.org.tw/taitam/

kid_int/Blog/Entries/2009/12/14_Dec_2009_Schedule_files/Phosphate_M

(28)

Sukandar, E., 2006. Neurologi Klinik : Edisi ketiga. Bandung: Pusat Informasi

Ilmiah (PII) Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UNPAD.

Sullivan, K., 2013. 2013 Nurse’s Drug Handbook, Twelfth Edition. Burlington

: Jones & Bartlett Learning

Sustrani, L., 2006. Hipertensi. Jakarta : GramediaPustaka.

Suyono, S., 2004. Patofisiologi Diabetes Mellitus : Pnatalaksanaan DM

Terpadu. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Suwitra, K., 2006. Gagal Ginjal Kronik Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid

1 Edisi ke-4. Jakarta: Balai pustaka FK UI.

Sweetman, S. C., 2009. Martindale 36 : The Complete Drug Reference.

London : Pharmaceutical Press

Syamsir, A., and Iwan, H., 2007. Gagal Ginjal. Jakarta : Gramedia Pustaka

Utama

Tatro, D. S., 2003. A to Z Drug Facts. San Francisco : Facts and Comparisons

Thomas, R., Kanso, A., and Sedor, J. R., 2008. Chronic Kidney Disease and Its

Complications. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/

articles/PMC2474786/pdf/nihms54692.pdf

Tilley, L. P., 2008. Manual of Canine and Feline Cardiology, Fouth

Edition.United Kingdom : Elsevier

Toal, C. B., Meredith, P. A., Elliott, H. L., 2012. Long-Acting Dihydropyridine

Calcium-Channel Blockers and Sympathetic Nervous System Activity

in Hypertension: A Literature Review Comparing Amlodipine and

Nifedipine GITS. Available From : http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/

articles/PMC3469239/pdf/sblo21-3.pdf

Tobias, J. D., Tulman, D. B., and Bergese, S. D., 2013. Clevidipine for

Perioperative Blood Pressure Control in Infantsand Children.

(29)

Toth-Manikowski, S., and Atta, M. G., 2015. Diabetic Kidney Disease:

Pathophysiology and Therapeutic Targets. Available From :

http://www.hindawi.com/journals/jdr/2015/697010/

Tzanakaki, E., Boudouri, V., Stavropoulou, A., Stylianou, K., Rovithis, M., dan

Zidianakis, Z., 2014. Causes and Complications of Chronic Kidney

Disease in Patients on Dialysis. Available From : http://www.hsj.gr/

medicine/causes-and-complications-of-chronic-kidney-disease-in-patients-on-dialysis.pdf

Vikrant, S., and Tiwari, S. C., 2001. Essential Hypertension – Pathogenesis and

Pathophysiology. Available From : http://medind.nic.in/jac/t01/i3/jact01i3

p140.pdf

Wade, A Hwheir, D N Cameron, A. 2003. Using a Problem Detection Study

(PDS) to Identify and Compare Health Care Privider and Consumer

Views of Antihypertensive therapy. Journal of Human Hypertension.

Available From : http://www.nature.com/jhh/journal/v17/n6/full/1001565

a.html

Walker, R., and Whittlesea, C., 2012. Clinical Pharmacy and Terapeutics.

London : Elsivier.

Walt, I., Swanepoel, C. R., Mahala B., and Meyers, A. M., 2015. Important

Complications of Chronic Kidney Disease. Available From :

http://www.samj.org.za/index.php/samj/article/view/9536/6646

Wan, X., Ma, P., and Zhang, X. 2013. A promising choice in hypertension

treatment: Fixed-dose combinations. Available From : http://www.

sciencedirect.com/science/article/pii/S1818087613000810

Wearns, B., 2007. Chronic Kidney Disease Prevalence Modelling Briefing

Document. UK: Associated People Health Observatorium.

Weber, M. A., Schiffrin, E. L., White, W. B., Mann, S., Lindholm, L. H.,

Kenerson, J. G., Flack, J. M., Carter, B. L., Materson, B. J., Ram, V. S.,

(30)

Townsend, R. R., Chalmers, J., Ramirez, A. J., Bakris, G. L., Wang, J.,

Schutte, A. E., Bisognano, J. D., Touyz, R. M., Sica, D., and Harrap, S. B.,

2014. Clinical Practice Guidelines for the Management of

Hypertension in the Community A Statement by the American Society

of Hypertension and the International Society of Hypertension.

Available From : http://csc.cma.org.cn/attachment/2014315/1394885445

745.pdf

Weir, M.R., and Dworkin, L.D., 2000. Antihypertensive drugs, dietary salt,

and renal protection: How low should you go and with which therapy.

Baltimore : Department of Medicine, University of Maryland School

of Medicine. Available From

:http://www.ajkd.org/article/S0272-6386(98)00173-5/fulltext

Wilkerson, J. A., 2010. Medicine for Mountaineering & Other Wilderness

(31)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Hipertensi

2. 1. 1Definisi Hipertensi

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah arteri sistemik

akibat tekanan yang diberikan pada dinding pembuluh darah. Diagnosis hipertensi

dilakukan secara berulang untuk menetapkan penyebab timbulnya hipertensi yang

dilihat dari kenaikan tekanan sistolik dan diastolik (Walker dan Whittlesea, 2012).

Diagnosis hipertensi ditegakkan bila tekanan darah (TD) lebih tinggi atau sama

dengan 140/90 mmHg, yang ditetapkan dengan pengukuran berulang minimal dua

kali selama beberapaminggu, kecuali bila TD sangat tinggi yang

memerlukantindakan atau terapi segera (Aziza, 2007). Hipertensi merupakan

faktor resiko utama timbulnya penyakit kardiovaskular dan sekitar 1 milyar orang

telah mengidap hipertensi diseluruh dunia (Haller, 2008).

2. 1. 2Epidemologi Hipertensi

Hipertensi seringkali disebut sebagai pembunuh gelap (silent killer),

karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan gejala-gejalanya

lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Kalaupun muncul, gejala

tersebut seringkali dianggap gangguan biasa, sehingga korbannya terlambat

menyadari akan datangnya penyakit (Sustrani, 2006). Hipertensi masih menjadi

masalah kesehatan pada kelompok lansia. Sebagai hasil pembangunan yang pesat

dewasa ini dapat meningkatkan umur harapan hidup, sehingga jumlah lansia

bertambah tiap tahunnya, peningkatan usia tersebut sering diikiuti dengan

meningkatnya penyakit degeneratif dan masalah kesehatan lain pada kelompok

ini (Abdullah, 2005).

Data WHO tahun 2000 menunjukkan, diseluruh dunia, sekitar 972 juta

orang atau 24,6% penghuni bumi mengidap hipertensi dengan perbandingan

(32)

29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap hipertensi, 333 juta berada di negara

maju dan 639 sisanya berada di negara sedang berkembang, temasuk Indonesia

(Andra,2007). Angka-angka prevalensi hipertensi di Indonesia telah banyak

dikumpulkan dan menunjukkan di daerah pedesaan masih banyak penderita yang

belum terjangkau oleh pelayanan kesehatan. Baik dari segi penemuan kasus

maupun penatalaksanaan pengobatannya. Jangkauan masih sangat terbatas dan

sebagian besar penderita hipertensi tidak mempunyai keluhan. Prevalensi

terbanyak berkisar antara 6 sampai 15%, tetapi angka prevalensi yang rendah

terdapat di Ungaran, Jawa Tengah sebesar 1,8% dan Lembah Balim Pegunungan

Jaya Wijaya, Irian Jaya sebesar 0,6% sedangkan angka prevalensi tertinggi di

Talang Sumatera Barat 17,8% (Wade, 2003).

Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang serius, karena jika

tidak terkendali akan berkembang dan menimbulkan komplikasi yang berbahaya.

Akibatnya bisa fatal karena sering timbul komplikasi, misalnya stroke (perdarahan

otak), penyakit jantung koroner, dan gagal ginjal (Gunawan, 2001).

2. 1. 3 Manifestasi Klinis Hipertensi

Pada tahap awal, seperti hipertensi pada umumnya kebanyakan pasien

tidak ada keluhan. Bila simtomatik, maka biasanya disebabkan oleh peninggian

tekanan darah itu sendiri seperti berdebar-debar, rasa melayang (dizzy) dan

impoten, cepat capek, sesak napas, sakit dada, bengkak kedua kaki atau perut.

Gangguan vascular lainnya adalah epistaksis, hematuria, pandangan kabur karena

perdarahan retina. Penyakit dasar seperti pada hipertensi sekunder yaitu

polidipsia, poliuria, kelemahan otot pada aldosteronisme primer, peningkatan

berat badan cepat dengan emosi yang labil pada Cushing sindrom.

Feokromositoma dapat muncul dengan keluhan sakit kepala, palpitasi, banyak

berkeringat, dan rasa melayang saat berdiri (Panggabean, 2002).

Hipertensi sejatinya tidak menimbulkan gejala. Sakit kepala, kelelahan dan

pusing kadang-kadang dianggap sebagai hipertensi, namun gejala nonspesifik

seperti ini tidak umumlagi pada hipertensi dibanding kontrol normotensifnya.

Sebaliknya, kondisi ini ditemukan saat pasien menerima perawatan medis untuk

(33)

Komplikasi yang dapat terjadi antara lain termasuk infark miokard, gagal jantung

kongestif, stroke trombotik maupun hemoragik, hipertensi ensefalopati, dan gagal

ginjal. Ini sebabnya mengapa hipertensi disebut "Silent Killer" (Mcphee, et al,

2003)

2. 1. 4 Klasifikasi Hipertensi

Hipertensi dapat diklasifikasi berdasarkan penyebabnya yaitu Hipertensi

primer (esensial) dan Hipertensi sekunder. Hipertensi primer adalah hipertensi

yang penyebab spesifiknya tidak dapat diketahui. Sedangkan hipertensi sekunder

merupakan jenis yang penyebab spesifiknya dapat diketahui (Sustrani, 2006).

Berdasarkan bentuknya, hipertensi dapat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu hipertensi sistolik, hipertensi diastolik, maupun hipertensi campuran.

Hipertensi sitolik adalah peningkatan tekanan sistolik tanpa diikuti peningkatan

tekanan diastolik, umumnya ditemukan pada usia lanjut. Hipertensi diastolik ialah

peningkatan tekanan diastolik tanpa diikuti peningkatan tekanan sistolik. Biasanya

ditemukan pada anak-anak dan orang dewasa. Sedangkan hipertensi campuran

adalah peningkatan tekanan darah pada sistol dan diastol (Ismudiati,

2003).Berdasarkan JNC 7 (The Seventh Report of The Joint National Committee

on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure),

klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa dibagi menjadi kelompok normal,

[image:33.595.106.518.570.642.2]

pra-hipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2 (Kasper, et al, 2012).

Tabel 2.1 : Klasifikasi Hipertensi (JNC 7, 2003)

Blood Pressure Classification Systolic, mmHg Diastolic, mmHg

Normal < 120 < 80

Prehypertention 120-139 80-89

Stage 1 hypertention 140-159 90-99

Stage 2 hypertention ≥ 160 ≥ 100

Pada pasien hipertensi dengan CKD usia 18 tahun atau lebih perlu terapi

hipertensi untuk mendapatkan target tekanan darak sistolik kurang dari 140mmHg

serta diastolik kurang dari 90mmHg. Perlu diperhatikan pada pasien usia lebih

(34)

150/90mmHg sementara jika ada CKD, targetnya lebih rendah yaitu

140/90mmHg (Kasper, et al, 2012).

[image:34.595.146.482.161.433.2]

2. 1. 5 Etiologi Hipertensi

Gambar 2.1. Etiologi penyebab Hipertensi (Oparil, et al, 2003)

Hipertensi merupakan suatu penyakit dengan kondisi medis yang beragam.

Pada kebanyakan pasien etiologi patofisiologi-nya tidak diketahui (essensial atau

hipertensi primer). Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan tetapi dapat

dikontrol. Kelompok lain dari populasi dengan persentase rendah mempunyai

penyebab yang khusus, dikenal sebagai hipertensi sekunder. Banyak penyebab

hipertensi sekunder; endogen maupun eksogen. Bila penyebab hipertensi sekunder

dapat diidentifikasi, hipertensi pada pasien-pasien ini dapatdisembuhkan secara

potensial (Depkes RI, 2006).

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi 2 golongan, yaitu:

hipertensi esensial atau hipertensi primer dan hipertensi sekunder atau hipertensi

renal. :

2. 1. 5. 1 Hipertensi Primer/Esensial

Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Terdapat sekitar 95% kasus.

(35)

sistem saraf simpatis, sistem renin angiotensin, defek dalam ekskresi Na,

peningkatan Na dan Ca intraseluler dan faktor-faktor yang meningkatkan risiko

seperti obesitas, alkohol, merokok, serta polisitemia. Hipertensi primer biasanya

timbul pada umur 30 – 50 tahun (Schrier, 2009). Faktor lain yang ikut berperan sebagai penyebab hipertensi primer adalah misalnya faktor keturunan, umur, jenis

kelamin, dan pola makan (Maria, et al, 2012).

2. 1. 5. 2 Hipertensi Sekunder

Hipertensi sekunder atau hipertensi renal terdapat sekitar 5 % kasus.

Penyebab spesifik diketahui, seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal,

hipertensi vaskular renal, hiperaldosteronisme primer, dan sindrom cushing,

feokromositoma, koarktasio aorta, hipertensi yang berhubungan dengan

kehamilan, dan lain – lain (Schrier, 2009).

2. 1. 6 Faktor Resiko Hipertensi

Secara umum faktor resiko hipertensi dapat diidentifikasi menjadi dua

golongan antara lain :

2. 1. 6. 1 Faktor resiko yang tidak dapat dikontrol

1. Keturunan

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga

itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan

peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium

terhadap sodium individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko

dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak

mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80%

kasus hipertensi esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga. Seseorang

akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

(36)

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin mempunyai pengaruh penting dalam regulasi tekanan darah.

Sejumlah fakta menyatakan hormon sex mempengaruhi sistem renin angiotensin.

Secara umum tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi daripada perempuan. Pada perempuan risiko hipertensi akan meningkat setelah masa menopause yang

mununjukkan adanya pengaruh hormon. Hal ini sering dikaitkan dengan

perubahan hormone estrogen setelah menopause. (Marliani,2007). Peran hormone

estrogen adalah meningkatkan kadar HDL yang merupakan faktor pelindung

dalam pencegahan terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan hormone

estrogen dianggap sebagai adanya imunitas wanita pada usia premenopause. Pada

premenopause, wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen

yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus

berlanjut dimana terjadi perubahan kuantitas hormon estrogen sesuai dengan umur

wanita secara alami. Umumnya, proses ini mulai terjadi pada wanita umur 45-55

tahun (Perez-Lopez, et al,2010).

3. Umur

Beberapa penelitian yang dilakukan, ternyata terbukti bahwa semakin

tinggi umur seseorang maka semakin tinggi tekanan darahnya. Hal ini disebabkan

elastisitas dinding pembuluh darah semakin menurun dengan bertambahnya umur.

Sebagian besar hipertensi terjadi pada umur lebih dari 65 tahun. Sebelum umur 55

tahun tekanan darah pada laki – laki lebih tinggi dari pada perempuan. Setelah umur 65 tekanan darah pada perempuan lebih tinggi daripada laki-laki. Kondisi

yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan

arteriosclerosis dari arteri-arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari

berkurangnya kelenturan. Dengan mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi

semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Arteri

kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring

(37)

2. 1. 6. 2 Faktor resiko yang dapat dikontrol

1. Merokok

Merokok dapat meningkatkan beban kerja jantung dan menaikkan tekanan

darah. Menurut penelitian, diungkapkan bahwa merokok dapat meningkatkan

tekanan darah. Nikotin yang terdapat dalam rokok sangat membahayakan

kesehatan, karena nikotin dapat meningkatkan penggumpalan darah dalam

pembuluh darah dan dapat menyebabkan pengapuran pada dinding pembuluh

darah. Nikotin bersifat toksik terhadap jaringan saraf yang menyebabkan

peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik, denyut jantung

bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian O2 bertambah,

aliran darah pada koroner meningkat dan vasokontriksi pada pembuluh darah

perifer (Gray, et al, 2008).

2. Obesitas

Kelebihan lemak tubuh, khususnya lemak abdominal erat kaitannya

dengan hipertensi (Haffner, 2000). Seseorang dikatakan kegemukan atau obesitas

jika memiliki nilai IMT≥25.0. Obesitas merupakan faktor risiko munculnya

berbagai penyakit degeneratif, seperti hipertensi, penyakit jantung koroner dan

diabetes mellitus. Prevalensi hipertensi pada seseorang yang memiliki IMT>30

pada laki-laki sebesar 38% dan wanita 32%, dibanding dengan 18% laki-laki dan

17% perampuan yang memiliki IMT<25 (Krummel, 2004).

3. Stress

Hubungan antara stress dan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf

simpatis peningkatan saraf dapat menaikkan tekanan darah secara intermiten

(tidak menentu). Stres yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah

yang menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti tetapi angka kejadian

masyarakat di perkotaan lebih tinggi dari pada di pedesaan. Hal ini dapat

dihubungkan dengan pengaruh stres yang dialami kelompok masyarakat yang

tinggal di kota (Rohaendi, 2008). Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh

darah perifer dan curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf

simpatis yang mengakibatkan peningkatan tekanan darah secara intermiten

(38)

4. Asupan Na

Garam dapur merupakan salah satu faktor dalam patogenesis hipertensi.

Hipertensi hampir tidak pernah ditemukan pada suku bangsa dengan asupan

garam yang minimal. Asupan garam kurang dari 3 gram tiap hari menyebabkan

hipertensi yang rendah, dan jika asupan garam antara 5-15 gram perhari,

prevalensi hipertensi meningkat menjadi 15-20%. Pengaruh asupan garam

terhadap timbulnya hipertensi terjadai melalui peningkatan volume plasma, curah

jantung dan tekanan darah (Basha, 2004). Garam mengandung 40% sodium dan

60% klorida. Orang-orang yang peka terhadap natrium akan lebih mudah terjadi

peningkatan kadar natriumnya, sehingga akan menimbulkan retensi cairan dan

peningkatan tekanan darah (Sheps, 2005).

2. 1. 7 Patofisiologi Hipertensi

Patofisiologi terjadinya hipertensi masih belum jelas, namun terdapat

banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya hipertensi, diantaranya adalah

tingginya curah jantung dan resistensi perifer, sistem renin angiotensin dan sistem

saraf otonom. Faktor penyebab hipertensi intinya terdapat perubahan vascular,

berupa disfungsi endotel, serta perubahan dan kekakuan pada arterial (Asnelia,

2014).

Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin

II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme (ACE). ACE

memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Selanjutnya

oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I.

Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin

II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan

darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon

antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar

pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin.

Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh

(antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk

(39)

menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat yang

pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah (Anggreini, et al, 2009).

Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.

Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada

ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi

ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya

konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume

cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan

darah. Patogenesis dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat

komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap perfusi

jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas vaskuler, volume

sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas

pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis hipertensi esensial dapat dipicu

oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam dalam diet, tingkat

stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan

penyakit hipertensi esensial berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang

muncul menjadi hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang

lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi,

dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal, retina dan

susunan saraf pusat (Anggreini, et al, 2009).

Progresifitas hipertensi dimulai dari prehipertensi pada pasien umur 10-30

tahun (dengan meningkatnya curah jantung) kemudian menjadi hipertensi dini

pada pasien umur 20-40 tahun (dimana tahanan perifer meningkat) kemudian

menjadi hipertensi pada umur 30-50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi

(40)
[image:40.595.117.516.89.418.2]

Gambar 2.2 : Patofisiologi Hipertensi (Vikrant dan Tiwari, 2001).

Keterangan : Beberapa faktor resiko hipertensi seperti peningkatan kadar natrium, penurunan jumlah nefron, stress, perubahan genetik, obesitas, serta faktor endotelium, dapat menyebabkan retensi natrium akibat menurunan laju filtrasi, aktivasi saraf simpatik yang menyebabkan keluarnya renin-angiotensin, hiperurisemia, sampai akhirnya menyebabkan peningkatan volume cairan, vasokonstriksi, kontaksi pembuluh darah, serta hipertrofi. Hal ini pada akhirnya akan menyebabkan retensi perifer serta meningkatkan CO yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah dan menjadi hipertensi.

CO : Karbon Monoksida PR : Perifer Retention

2. 1. 8 Komplikasi Hipertensi

Akibat dari sifat penyakit hipertensi yang tidak memberikan gejala hingga

terdeteksi, maka penderita pada umumnya mudah mendapat komplikasi dan

merupakan keadaan tragis ini terjadi karena kenaikan tekanan darah yang

sebenarnya tidak fatal menjadi penyebabkan resiko kematian dini.Hipertensi dapat

berakibat fatal jika tidak dikontrol dengan baik atau biasa disebut dengan

(41)

diakibatkan peningkatan tekanan darah sangat tinggi dalam waktu lama dan

organ-organ yang paling sering rusak antara lain otak, mata, jantung, pembuluh

darah arteri, serta ginjal (Marliani, 2007).

Pada mata berupa pendarahan retina, gangguan penglihatan sampai

kebutaan. Gagal jantung merupakan kelainan yang sering ditemukan pada

hipertensi berat di samping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi

pendarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneuresma yang dapat

mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses

tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (transiet ischemic attack)

(Suyono, 2004). Sumbatan di pembuluh nadi leher dapat menyebabkan

berkurangnya suplay oksigen ke sel-sel otak. Dan dapat menimbulkan matinya sel

saraf otak (stroke ishkemik). Dan pecahnya pembuluh darah kapiler di otak dapat

menyebabkan pendarahan, sehingga sel-sel saraf dapat mati, penyakit ini disebut

sebagai stroke hemoragik (pendarahan), dan sering menimbulkan kematian

mendadak (Muhammadun, 2010).

Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi

pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan

mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut

menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein

akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,

menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2001).

2. 2 Chronic Kidney Disease

2. 2. 1 Tinjauan tentang Ginjal

Ginjal adalah organ vital yang berperan sangat penting dalam

mempertahankan faal tubuh. Ginjal menjalankan fungsi yang vital sebagai

pengatur volume dan komposisi kimia darah dan lingkungan dalam tubuh dengan

mengekresikan zat terlarut dan air secara selektif. Fungsi vital ginjal dicapai

dengan filtrasi plasma darah melalui glomerulus dengan reabsorpsi sejumlah zat

terlarut dan air dalam jumlah yang sesuai di sepanjang tubulus ginjal. Kelebihan

zat terlarut dan air di eksresikan keluar tubuh dalam urin melalui sistem

(42)

[image:42.595.146.493.94.451.2]

2. 2. 2 Anatomi dan Fisiologi Ginjal

Gambar 2.3 Gambaran umum struktural ginjal (Moini, 2015)

Ginjal adalah organ yang berbentuk seperti kacang dengan berwarna

merak kecoklatan. Pada orang deawasa, ginjal terlapisididalam kapsul fibrosa

yang tebal,kapsul fibrosa ini dikelilingi oleh lapisan jaringan adiposa yang tebal

dikenal sebagai kapsul lemak perinefrik. Umumnya ginjal memiliki panjang

11cm, lebar 6cm, dan tebal 3cm. Ginjal terletak di kedua sisi tulang belakang di

cekungan dinding posterior atas rongga perut. Batas atas ginjal terletak di dekat

tulang dada ke 12 dan batasan bawah terletak di lumbar vertebra ke 3. Ginjal kiri

letaknya lebih tinggi 1,5-2cm dibanding ginjal kanan, hal ini karena ginjal kanan

tertekan kebawah oleh organ hati. Setiap ginjal memiliki berat antara 5,25ons

sampai 150gr (Moini, 2015).

Ginjal terletak pada bagian belakang peritoneum parietal, yang menghadap

otot belakang bagian dalam yang mana bagian ini disebut sebagai retroperitoneal.

Ginjal dikelilingi dan dijaga di posisinya oleh jaringan ikat dan adiposa. Fasia

ginjal sebagai jangkar untuk menjaga struktur disekitarnya, fasia ini terdiri dari

(43)

luar yang cembung dan sisi dalam yang cekung mengakibatkan penekanankearah

medial ke sinus rongga ginjal (Moini, 2015).

Ginjal terdiri dari bagian kapiler/kotex berada disebelah luar, dan medulla

disebelah dalam. Bagian medulla tersusun atas 15 sampai 16 bagian yang

berbentuk piramid, yang disebut sebagai piramid ginjal. Puncaknya mengarah ke

hilus dan berakhir di kalies, kalies akan menghubungkan dengan pelvis ginjal

(Pearce, 2009).

Ginjal juga berisi pembuluh darah, dimana arteri renalis membawa darah

murni dari aorta abdominalis ke ginjal. Terdapat banyak cabang-cabang beranting

didalam ginjal yang kemudian menjadi arteriol aferen yang masing-masing

membentuk simpul dari kapiler-kapiler didalam salah satu badan malpighi yang

disebut sebagai glomerulus. Dan dalam 1 menit sekita 20% darah manusia

melewati ginjal untuk dibersihkan (Pearce, 2009).

Tiap tubulus ginjal dan glumerulusnya membentuk satu kesatuan yang

disebut sebagai nefron. Nefron adalah unit fungsional ginjal. Dalam setiap ginjal

terdapat sekitar satu juta nefron. Setiap nefron dalam membentuk urin sendiri dan

selama 24 jam dapat menyaring 170 liter darah. Secara anatomi, sebuah nefron

terdiri dari sebuah tubulus berliku-liku dengan sedikitnya enam segmen yang

khusus (Walker and Whittlesea, 2012).

Glomerolus berfungsi sebagai ultra filtrasi, sedangkan kapsula bowman

berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerolus. Pada tubulus ginjal

akan terjadi penyerapan kembali dari zat-zat yang sudah disaring pada

glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke ginjal terus berlanjut ke ureter. Urin

berasal dari darah yang dibawa arteri masuk kedalam ginjal, darah ini terdiri dari

bagian yang padat, yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Urin terbentuk

melalui beberapa tahap yaitu filtrasi, reabsorbsi, dan sekresi. Pada bagian akhir

proksimal (Kapsula Bowman), ultrafiltrasi darah telah terbentuk, dan selama

cairan ini melewati nefron, jumlah dan komposisinya termodifikasi oleh kedua

(44)

2. 2. 3 Definisi Chronic Kidney Disease

Berdasarkan National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome

Quality Initiative (K/000/) Guidelines Update tahun 2002, definisi penyakit ginjal

kronis adalah kerusakan ginjal >3 bulan, berupa kelaianan struktur ginjal, dapat

atau tanpa disertai penurunan laju filtrasi glomerulus (LFG) yang ditandai dengan

kelainan patologi, dan adanya pertanda kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan

laboratorium darah atau urin, atau kelainan radiologi. Penyakit ginjal kronis juga

ditandai dengan LFG <60 mL/menit/1,73 m2 selama >3 bulan, dapat disertai atau

tanpa kerusakan ginjal (Nahas dan Levin, 2009).

Kondisi gagal ginjal kronis ini biasanya timbul secara perlahan dan

sifatnya menahun, dengan sedikit gejala pada awalnya, bahkan penderita lebih

sering tidak merasakan adanya gejala. Tahu-tahu fungsi ginjal sudah menurun

25% dari fungsi normal (Syamsir dan Iwan, 2007).

Gagal ginjal kronik terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu

mempertahankan lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup.

Kerusakan pada kedua ginjal ini bersifat irreversibel. Eksaserbasi nefritis,

obstruksi saluran kemih, kerusakan vaskular akibat diabetes melitus, dan

hipertensi yang berlangsung terus menerus dapat menyebabkan pembentukan

jaringan parut pembuluh darah dan hilangnya fungsi ginjal secara progresif

(Baradero,et al., 2005).

2. 2. 4 Epidemiologi Chronic Kidney Disease

Di negara-negara berkembang, CKD lebih kompleks lagi masalahnya

karna berkaitan dengan sosio-ekonomi dan penyakit-penyakit yang mendasarinya.

Perjalanan penyakit CKD tidak hanya terjadi gagal ginjal saja tetapi juga dapat

terjadi komplikasi lainnya karena menurunya fungsi ginjal dan penyakit

kardiovaskular (Levey, et al., 2003).

Diperkirakan CKD mempengaruhi 1 dari 10 orang dewasa (10%) atau

lebih dari 500 juta orang di seluruh dunia. Namun, data konkret mengenai

kejadian yang sebenarnya dan prevalensi CKD terhambat oleh kurangnya laporan

pembukuan yang tepat dan pendaftar kondisi ginjal nasional, khususnya di

(45)

Amerika usia 20 tahun atau lebih, atau 70.000 per juta orang, telah didiagnosa

CKD dengan GFR diperkirakan kurang dari 60ml / menit / 1,73 m2 atau rasio

albumin- urine creatinine (ACR) lebih dari > 30 mg / g. Karena kematian yang

tinggi dari penyakit kardiovaskular pada pasien dengan CKD, pada akhirnya

mengalami penyakit ginjal stadium akhir (ESRD), ada lebih dari 200 pasien yang

diketahui dengan CKD (stadium 3 atau 4) dan hampir 5000 pasien dengan

penyakit CKD (stadium 1 atau 2) yang menyerah pada penyakit kardiovaskular

[image:45.595.115.510.256.520.2]

yang tidak berkembang menjadi ESRD (Arici, 2014).

Gambar 2.4 Prevalensi Chronic Kidney Disease (Araci, 2014)

Data dari The National Health and Nutrition Examination Survey

(NHANES) menunjukkan bahwa prevalensi CKD semakin meningkat, khususnya

dalam tahap 3, hal ini mungkin terjadi karena peningkatan prevalensi obesitas dan

diabetes. Perkembangan CKD tergantung pada faktor resiko termodifikasi

(obesitas, merokok, tidak terkontrolnya hipertensi diabetes, dan diet) serta non

dimodifikasi (Umur, Jenis Kelamin, ras, genetik). Usia yang lebih tua merupakan

faktor risiko penting untuk CKD, namun hal ini membaut sebuah perdebatan

apakah penurunan terkait usia LFG adalah hal yang "normal" atau patofisiologis.

Penurunan terkait usia LFG yang mempengaruhi hingga 40% orang berusia di

atas 65 tahun, yang dapat menyebabkan kelebihan beban aktual CKD karena

orang-orang usia lanjut akan mengalami gangguan tetapi fungsi ginjal stabil.

Gambar

Gambar
Tabel 2.1 : Klasifikasi Hipertensi (JNC 7, 2003)
Gambar 2.1. Etiologi penyebab Hipertensi (Oparil, et al, 2003)
Gambar 2.2 : Patofisiologi Hipertensi (Vikrant dan Tiwari, 2001).
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah telah diketahui strategi komunikasi pemasaran divisi business service PT.Telkom Indonesia menggunakan model IMC

Perlakuan silase jerami padi dengan penambahan level molases 9% menghasilkan pH, jumlah koloni BAL dan diameter zona bening yang lebih baik dibandingkan

Berdasarkan gambar tabel di atas dapat dipahami bahwa momen torsi yang dibangkitkan dari hasil pembakaran mesin diesel berbahan bakar campuran antara minyak jarak dan

Sehubungan dengan Surat Penawaran Saudara pada Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Bangunan Yang Akan di Serahkan ke Masyarakat di Kecamatan Krayan pada Badan Pemberdayaan

Hasil wawancara pada siswa menunjukkan bahwa siswa tidak dapat menjawab disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut: (1) Siswa yang mengalami kesulitan dalam

 Menunjukkan dalil tentang akhlak kepada binatang dan tumbuhan  Memberikan contoh-contoh berakhlak baik terhadap tumbuhan  Menunjukkan akibat tidak berakhlak baik

[r]

Hasil dari penelitian recovery ion Hg 2+ dari limbah cair dengan metode presipitasi sulfida dan hidroksida diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam upaya