• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

A. Deskripsi Teoretik

2. Efektivitas Pembelajaran

Pembelajaran merupakan proses komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Dalam suatu pembelajaran, peserta didik mempelajari keterampilan dan pengetahuan tentang materi-materi pelajaran, serta belajar untuk mengembangkan kemampuan konseptual ilmu pengetahuan maupun meningkatkan kemampuan dan sikap pribadi yang dapat digunakan dalam pengembangan dirinya. Oleh karena itu, pembelajaran harus dilaksanakan dengan seefektif mungkin, karena dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai.

a. Pengertian Efektivitas Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), efektivitas berasal dari kata efektif, berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya) manjur atau

15

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 135.

mujarab, dapat membawa hasil.16 Efektivitas dapat dijadikan barometer untuk mengukur keberhasilan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan atau sasarannya. Dengan demikian efektivitas merupakan suatu konsep yang sangat penting, karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan sesuatu dalam mencapai sasarannya.

Gary dan Margaret mengemukakan bahwa guru yang efektif dan kompeten secara profesional memiliki karakteristik sebagai berikut:

1) Memiliki kemampuan menciptakan iklim belajar yang kondusif. 2) Kemampuan mengembangkan strategi dan manajemen pembelajaran. 3) Memiliki kemampuan memberikan umpan balik (feedback) dan

penguatan (reinforcement).

4) Memiliki kemampuan untuk peningkatan diri.17

Dalam dunia pendidikan, efektivitas dapat ditinjau dari dua segi, yaitu dari segi efektivitas mengajar guru dan segi efektivitas belajar murid. Efektivitas mengajar guru terutama menyangkut kegiatan belajar mengajar yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan baik. Efektivitas belajar murid terutama menyangkut tujuan-tujuan pelajaran yang diinginkan telah dicapai melalui kegiatan belajar dan mengajar yang ditempuh.

Dalam Wina Sanjaya disebutkan bahwa, belajar adalah proses perubahan tingkah laku.18 Kemudian Slameto memberi pengertian, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.19 Pikiran senada diungkapkan Wina Sanjaya, bahwa belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang karena adanya interaksi individu

16

Kamus Besar Bahasa Indonesia, Efektif, 2015, (kbbi.web.id/efektif).

17

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009), h. 21.

18

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 57.

19

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 2.

dengan lingkungan yang disadari, sehingga menyebabkan munculnya perubahan perilaku.20

Selanjutnya Hilgard & Bower dalam bukunya Theories of Learning (1975) mengemukakan bahwa;

Belajar berhubungan dengan perubahan tingkah seseorang terhadap sesuatu situasi tertentu yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang-ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan atau dasar kecenderungan respon pembawaan, kematangan atau keadaan-keadaan sesaat seorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat dan sebagainya).21

Mengenai belajar bagi orang dewasa menurut Brundage dan Mackerarcher mendefinisikan sebagai proses yang dialami oleh individu ketika berusaha mengubah atau memperkaya pengetahuan, nilai, keterampilan, strategi, dan tingkah laku yang dimiliki oleh setiap individu.22

Adapun ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah sebagai berikut:

1) Perubahan terjadi secara sadar.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional. 3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif.

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara. 5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.23

Diantara beberapa definisi yang dipaparkan tentang belajar, ternyata kata kunci yang paling sering muncul ialah perubahan, tingkah laku, dan pengalaman. Dengan demikian dapat dirumuskan bahwa, belajar adalah perubahan tingkah laku yang dialami oleh individu dalam berinteraksi dengan lingkungannya.

Setelah diketahui pengertian belajar dari berbagai sumber, selanjutnya diungkap pengertian dari pembelajaran. Abuddin Nata mengartikan pembelajaran

20

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 112.

21

Pupuh Fathurrohman, M. Sobry Sutikno, Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum dan Konsep Islami, (Bandung: Refika Aditama), h. 5.

22

Anisah Basleman, Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 10-11.

23

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 3-4.

sebagai sebuah usaha memengaruhi emosi, intelektual, dan spiritual seseorang agar mau belajar dengan kehendaknya sendiri.24 Proses pembelajaran adalah proses yang inspiratif, yang memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang peserta didik untuk mau mencoba dan mengujinya.

Smith, R.M. berpendapat bahwa pembelajaran digunakan untuk menunjukkan: pemerolehan dan penguasaan tentang apa yang telah diketahui mengenai sesuatu, penyuluhan dan penjelasan mengenai arti pengalaman seseorang, atau suatu proses pengujian gagasan yang terorganisasi yang relevan dengan masalah. 25

Pembelajaran berbeda dengan mengajar yang pada prinsipnya menggambarkan aktivitas guru, sedangkan pembelajaran menggambarkan aktivitas peserta didik.

Pengertian pembelajaran dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 Bab I Pasal 1 ayat (20) tentang Ketentuan Umum, bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.26

Wina Sanjaya mengungkapkan terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran, diantaranya faktor guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.27 Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job description, proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok peserta didik. Sehubungan

24

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2009), h. 85.

25

Anisah Basleman, Syamsu Mappa, Teori Belajar Orang Dewasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya), h. 12.

26

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun 2013 tentang Standar Nasional Pendidikan serta Wajib Belajar, (Bandung: Citra Umbara, 2014), h. 4.

27

Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 52.

dengan hal ini, tugas guru dalam implementasi proses belajar-mengajar adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.

2) Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan terciptanya proses belajar mengajar. Menggerakan anak didik yang merupakan usaha memancing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar peserta didik. 3) Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menunjang,

membantu, menegaskan, dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain sebelumnya.

4) Penelitian yang lebih bersifat penafsiran penilaian yang mendukung pengertian lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.28

Dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai anak didik. Menurut Crow dan Crow kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran meliputi:

1) Penguasaan subject-matter yang akan diajarkan. 2) Keadaan fisik dan kesehatannya.

3) Sifat-sifat pribadi dan kontrol emosinya.

4) Memahami sifat-hakikat dan perkembangan manusia.

5) Pengetahuan dan kemampuannya untuk menerapkan prinsip-prinsip belajar.

6) Kepekaan dan aspirasinya terhadap perbedaan kebudayaan, agama, dan etnis.

7) Minatnya terhadap perbaikan profesional dan pengayaan kultural yang terus-menerus dilakukan.29

Selanjutnya, Hamzah mengungkap bahwa dalam pengelolaan pembelajaran terdapat prinsip khusus antara lain adalah sebagai berikut:

28

Iif K. Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu:

“Pengaruhnya terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri”, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 31.

29

Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), h. 132.

1) Interaktif. Bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke peserta didik, akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didik untuk belajar.

2) Menyenangkan. Proses pembelajaran adalah proses yang dapat mengembangkan seluruh potensi peserta didik. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh karena itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang menyenangkan (joyfull learning).

3) Menantang. Proses pembelajaran adalah proses yang menantang peserta didik untuk mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal. Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau bereksplorasi.

4) Motivasi. Adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik. Tanpa adanya motivasi, tidak mungkin mereka memiliki kemauan untuk belajar. Oleh karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu.30

Belajar dialami sebagai suatu proses, peserta didik mengalami proses mental dalam menghadapi bahan belajar yang dapat berbentuk berupa manusia, alam, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan bahan lainnya yang telah terhimpun dalam buku-buku pelajaran atau sumber belajar lainnya. Dari segi pendidik atau guru, proses belajar tampak sebagai perilaku belajar tentang sesuatu hal yang diberikan kepada peserta didik, baik berupa ilmu pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan lain sebagainya.

Adapun hubungan pembelajaran dengan efektivitas, bahwa efektivitas merupakan suatu bagian yang sangat penting dalam proses pembelajaran. Karena mampu memberikan gambaran mengenai keberhasilan seseorang dalam tujuannya, atau suatu tingkatan terhadap tujuan-tujuan yang ingin dicapai, yaitu dalam hal ini peningkatan pengetahuan dan keterampilan serta pengembangan sikap melalui proses pembelajaran.

30

Iif K. Ahmadi, Sofan Amri, dan Tatik Elisah, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu:

“Pengaruhnya terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya), h. 33-35.

b. Pembelajaran Efektif

Menurut Dick dan Reiser, “pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan peserta didik untuk belajar keterampilan spesifik, ilmu pengetahuan, dan sikap serta yang membuat peserta didik senang”.31

Sehingga dapat dikatakan, akan mudah menerima ilmu yang diberikan guru apabila pembelajaran yang dilaksanakan berlangsung menyenangkan bagi siswa. Maka, pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mampu membuat siswa belajar dengan baik dan memperoleh ilmu pengetahuan dan juga keterampilan melalui suatu prosedur yang tepat.

Untuk meningkatkan cara belajar yang efektif perlu memperhatikan beberapa hal, yang menurut Slameto adalah sebagai berikut.

1) Kondisi internal yaitu kondisi (situasi) yang ada di dalam diri siswa itu sendiri, contohnya kesehatan, keamanan, ketentraman, dan sebagainya. Siswa dapat belajar dengan baik apabila kebutuhan-kebutuhan internalnya dapat dipenuhi. Terdapat tujuh jenjang kebutuhan primer manusia yang harus dipenuhi, yakni: kebutuhan fisiologis, kebutuhan akan keamanan, kebutuhan akan kebersamaan dan cinta, kebutuhan akan status, kebutuhan self-actualisation, kebutuhan untuk mengetahui dan mengerti, kebutuhan estetik.

2) Kondisi eksternal adalah kondisi yang ada di luar diri pribadi siswa. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan yang baik dan teratur.

3) Strategi belajar. Belajar yang efisien dapat tercapai apabila dapat menggunakan strategi belajar yang tepat. Strategi belajar diperlukan untuk dapat mencapai hasil belajar semaksimal mungkin. 32

Dalam rangka meningkatkan efektivitas pembelajaran di sekolah, yang paling penting untuk diperhatikan oleh para guru adalah dalam hal perencanaan. Sebagai suatu pekerjaan profesional, tentu saja setiap guru yang akan melaksanakan pekerjaannya perlu melakukan perencanaan. Mengapa perencanaan pembelajaran dibutuhkan, hal ini disebabkan beberapa hal antara lain:

1) Pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh guru, proses tersebut diarahkan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian semakin

31

Nico, Efektivitas Pembelajaran, 2014, (https://elnicovengeance.wordpress.com).

32

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 74-76.

kompleks tujuan yang harus dicapai, maka semakin kompleks pula proses pembelajaran yang berarti akan semakin kompleks pula perencanaan yang harus disusun oleh guru.

2) Pembelajaran adalah proses kerja sama. Proses pembelajaran minimal akan melibatkan guru dan siswa. Guru perlu merencanakan apa yang harus dilakukan oleh siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal, di samping guru juga harus merencanakan apa yang sebaiknya diperankan oleh dirinya sebagai pengelola pembelajaran. 3) Proses pembelajaran adalah proses yang kompleks. Pembelajaran

bukan hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran, akan tetapi suatu proses pembentukan perilaku siswa. Siswa memiliki minat dan bakat yang berbeda, mereka juga memiliki gaya belajar yang berbeda. Itulah sebabnya proses pembelajran adalah proses yang kompleks, yang harus memperhitungkan berbagai kemungkinan yang akan terjadi.

4) Proses pembelajaran akan efektif manakala memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia termasuk memanfaatkan berbagai sumber belajar. Pembelajaran akan efektif manakala guru memanfaaatkan sarana dan prasarana secara tepat. Untuk itu perlu perencanaan yang matang bagaimana memanfaatkannya untuk keperluan pencapaian tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.33 Sehubungan dengan itu, rencana pelaksaan pembelajaran yang dikembangkan oleh guru menurut Ornstein, keputusannya akan dipengaruhi oleh dua area, yaitu:

1) Pengetahuan guru terhadap bidang studi (subject matter), yang ditekankan pada organisasi dan penyajian materi, pengetahuan akan pemahaman peserta didik terhadap materi dan pengetahuan tentang bagaimana mengajarkan materi tersebut.

2) Pengetahuan guru terhadap sistem tindakan (action system knowledge) yang ditekankan pada aktivitas guru seperti; mendiagnosis, mengelompokkan, mengatur, dan mengevaluasi peserta didik serta mengimplementasikan aktivitas pembelajaran dan pengalaman belajar.34

Cooper (1990), sebagaimana yang dikutip oleh Wina Sanjaya, peran yang harus dilakukan guru sebagai penentu keputusan (decision maker), terdapat tiga peran utama yang dapat dilakukan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran yakni:

33

Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 31.

34 Agus Zaenul Fitri, “Manajemen Mutu Pembelajaran di Sekolah/ Madrasah”, Jurnal

1) Sebagai perencana program pembelajaran; a) Mengembangkan indikator hasil belajar.

b) Mengembangkan isi dan materi pelajaran sesuai dengan indikator hasil belajar.

c) Merancang kegiatan pembelajaran baik dalam merancang strategi pembelajaran, menentukan metode pembelajaran serta menentukan skenario pembelajaran.

d) Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan oleh siswa untuk mencapai indikator hasil belajar.

e) Menentukan dan mengembangkan alat evaluasi yang dapat mengukur keberhasilan siswa mencapai indikator hasil belajar. 2) Kemampuan guru dalam mengimplementasikan program

pembelajaran;

a) Kemampuan untuk membuka dan menutup pelajaran. b) Kemampuan mengembangkan variasi stimulus. c) Kemampuan bertanya.

d) Kemampuan guru untuk menyampaikan materi pelajaran melalui bahasa yang komunikatif.

e) Kemampuan guru untuk memberi penguatan terhadap respons siswa dengan bahasa maupun dengan isyarat.

f) Kemampuan menggunakan berbagai media pembelajaran baik media pembelajaran sederhana maupun media elektronik.

3) Sebagai evaluator

Kemampuan guru untuk menemukan berbagai kelemahan dirinya dalam mengelola pembelajaran yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi formatif serta kemampuan untuk menilai keberhasilan siswa dalam mencapai indikator hasil belajar yang kemudian dinamakan evaluasi fungsi sumatif.35

Agar pembelajaran yang dilakukan dapat berlangsung efektif, setiap guru seharusnya sudah dapat menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, yaitu prinsip belajar yang dapat dilaksanakan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual. Berikut adalah prinsip-prinsip belajar yang dikemukakan oleh Slameto:

1) Berdasarkan prasyarat yang diperlukan untuk belajar

a) Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan minat dan membimbing untuk mencapai tujuan instruksional.

b) Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada siswa untuk mencapai tujuan instruksional.

35

c) Belajar perlu lingkungan yang menantang di mana anak dapat mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar dengan efektif.

d) Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya. 2) Sesuai hakikat belajar

a) Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut perkembangannya.

b) Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi, dan discovery.

c) Belajar adalah proses kontinguitas (hubungan antara pengertian yang satu dengan pengertian yang lain) sehingga mendapat pengertian yang diharapkan. Stimulus yang diberikan menimbulkan respons yang diharapkan.

3) Sesuai materi/ bahan yang harus dipelajari

a) Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya.

b) Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan tujuan instruksional yang harus dicapainya.

c) Syarat keberhasilan belajar.

d) Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar dengan tenang.

e) Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar pengertian/ keterampilan/ sikap itu mendalam pada siswa.36

Guru efektif juga berarti guru demokratis. Guru demokratis biasanya memilih metode pembelajaran dialogis. Proses belajar menjadi proses pencarian bersama. Proses itu dalam kelas dilaksanakan dengan suasana menyenangkan dan saling membutuhkan. Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan yang diharapkan sesuai dengan tujuan instruksional yang ingin dicapai.

Tercantum dalam Nico, pendapat Eggen dan Kauchak yang menyebutkan ciri pembelajaran efektif sebagai berikut:

1) Peserta didik menjadi pengkaji yang aktif terhadap lingkungannya melalui mengobservasi, membandingkan, menemukan kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan serta membentuk konsep generalisasi berdasarkan kesamaan-kesamaan yang ditemukan.

2) Guru menyediakan materi sebagai fokus berpikir dan berinteraksi dalam pelajaran.

36

Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya,(Jakarta: Rineka Cipta, 2010), h. 27-28.

3) Aktivitas-aktivitas peserta didik sepenuhnya didasarkan pada pengkajian.

4) Guru secara aktif terlibat dalam pemberian arahan dan tuntunan kepada peserta didik dalam menganalisis informasi.

5) Orientasi pembelajaran pada penguasaan isi pelajaran dan pengembangan keterampilan berpikir.

6) Guru menggunakan teknik pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tujuan dan gaya pembelajaran guru.37

Dengan memperhatikan ciri dari pembelajaran yang efektif, maka hal ini menjadi suatu pertimbangan bagi guru bagaimana harus membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan dan membuat siswa merasa nyaman dalam menjalankan aktivitas belajar di sekolah. Berikut terdapat 10 fokus pembelajaran efektif, yaitu:

1) Para guru meninjau ulang fokus dan hasil pelajaran/ pokok bahasan setiap hari.

2) Guru menyusun tujuan dan sasaran pembelajaran.

3) Para guru memberikan masukan dan model bagi para pelajar sesuai yang diharapkan para pelajar.

4) Mereka mengajarkan berbagai informasi secara pengorganisasian berurutan.

5) Guru memeriksa terhadap pemahaman pelajar dan menanyakan masalah.

6) Mereka memberikan bimbingan dan pengalaman yang bebas. 7) Mereka memberikan umpan balik terhadap pelajar.

8) Mereka memelihara minat pelajar dalam aktivitas pembelajaran.

9) Mereka mengidentifikasi harapan-harapan dalam perilakunya dan menggunakan teknik manajemen kelas.

10)Mereka menggunakan pengajaran bervariasi.38

Menurut para ahli, anak belajar melalui interaksi dengan lingkungannya. Sedangkan proses belajar anak terjadi melalui berbagai kegiatan yang dilakukannya. Melalui lingkungan inilah anak berperan aktif dalam proses perkembangan dirinya, termasuk dalam membangun pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasainya.

Berdasarkan uraian teori yang telah disampaikan, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah adanya pengaruh dan makna tertentu bagi

37

Nico, Efektivitas Pembelajaran, 2014, (https://elnicovengeance.wordpress.com).

38 Agus Zaenul Fitri, “Manajemen Mutu Pembelajaran di Sekolah/ Madrasah”, Jurnal

seorang peserta didik dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, sehingga dapat dipergunakan seperti dalam pemecahan masalah (problem solving) ketika menghadapi ujian dan evaluasi maupun ketika upaya menghadapi penyelesaian masalah di kehidupan sehari-hari dalam rangka mempertahankan kelangsungan hidupnya.

Di dalam proses pembelajaran yang efektif, perlu adanya pendekatan dan metode khusus yang guru kembangkan agar tercipta iklim pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan. Jika pembelajaran dapat dilaksanakan dalam kondisi terbaik, tingkat pemahaman dan penguasaan materi pelajaran dapat meningkat. Peningkatan ini dapat terjadi sebab ketika kondisi kondusif untuk melakukan kegiatan pembelajaran, tingkat konsentrasi anak didik meningkat dan hal tersebut terkait juga dengan meningkatnya penguasaan materi.

Dokumen terkait