• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR

B. Efektivitas Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang

Pada dasarnya pernikahan yang syar’i tidak memerlukan banyak persyaratan dan biaya. Akan tetapi, pada era sekarang ini sering kali ditambah-tambahi dengan berbagai hal yang sering menyusahkan bahkan tidak sesuai ajaran Islam. Akibatnya, sesuatu yang sebenarnya bukan sebuah syarat sah dan rukun nikah dianggap seolah-olah menjadi syarat rukun. Sehingga banyak orang yang terkecoh.

Beragam orang merespon biaya nikah terbaru. Masyarakat wilayah KUA Kecamatan Bancar yang merasa keberatan dengan biaya pernikahan juga tidak sedikit. Biaya pernikahan yang telah diterapkan oleh pemerintah dengan jumlah yang cukup besar yang sangat berpengaruh terhadap orang yang akan menikah. Terutama bagi orang yang kurang mampu yang ingin

67

melaksanakan pernikahan di rumah. Dan hal ini kurang sesuai dengan ajaran islam yang ingin memudahkan umatnya dalam urusan syari’at.79

Biaya yang telah diterapkan oleh pemerintah melalui Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah dengan jumlah Rp. 600.000,00 bagi masyarakat sangat memberatkan. Dan biaya sebesar itu seperti menjadi syarat sah sebuah pernikahan dan harus membayarnya. Segala persyaratan yang ada untuk melangsungkan pernikahan gratis hanya menambahi kerepotan masyarakat.

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah di dalam penerapannya di KUA Kecamatan Bancar Kabupaten Tuban lebih banyak mendatangkan madharat daripada manfaatnya. Hal ini tidak sesuai dengan tujuan syara’ al-maslahah al-mursalah, yaitu :

a) Menjaga harta (al-mal)

Masyarakat di wilayah KUA Bancar pendapatannya bermacam-macam. Ada yang tetap dan ada yang tidak tetap. Dengan diterapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah, hal ini semakin memberatkan masyarakat.

Persiapan pernikahan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biaya nikah yang sangat besar bisa menghambat acara syukuran atau resepsi yang akan diadakan oleh calon pengantin. Jika melihat contoh kasus di Desa Margosuko, maka

79

68

akan mendatangkan zina karena tidak sanggup membayar biaya nikah yang besar tetapi ingin melangsungkan acara resepsi terlebih dahulu baru menikah di Kantor KUA besoknya.

b) Menjaga Keturunan

Efek dari besarnya biaya nikah bisa sampai pada keturunan. Dengan merasa terbebaninya masyarakat dengan nominalnya biaya nikah, maka bisa dipastikan angka pernikahan di bawah tangan atau nikah sirri semakin meningkat.

Apabila calon pengantin melangsungkan pernikahan sirri maka untuk jangka panjangnya, status hukum dari pernikahannya dan status hukum anak hasil dari pernikahan sirri tidak mempunyai kekuatan hukum tetap karena tidak dicatatkan di Kantor KUA Kecamatan Bancar

c) Menjaga Agama

Agama Islam adalah agama yang memudahkan umatnya. tidak terkecuali dalam pernikahan. Biaya mahar atau peminangan dan biaya nikah hendaknya diringankan. Sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadits.

Oleh sebab itu Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah ini sangat memberatkan bagi masyarakat wilayah KUA Bancar dan lebih banyak mendatangkan

69

kesulitan. Masyarakat lebih banyak mengeluh daripada senang sebelum melangsungkan pernikahan.

Dari analisis di atas bisa dikatakan bahwa penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 sangat memberatkan dan kurang efektif di kalangan masyarakat wilayah KUA Bancar. Lebih banyak mendatangkan madharat daripada manfaat dan tidak sesuai dengan tujuan al-maslahah al-mursalah.

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Mengenai penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah di KUA Bancar, masyarakat wilayah KUA Bancar banyak yang merasa keberatan. Semua persyaratan yang ada untuk mendapatkan pernikahan gratis bukan solusi bagi sebagian besar masyarakat, karena bagi masyarakat persyaratan menghambat pernikahan mereka. Tidak hanya masyarakat yang merasa keberatan, akan tetapi dari pihak P3N dan juga pegawai KUA merasa keberatan. Dari pihak P3N keberatan karena tidak mendapatkan penghasilan yang seharusnya menjadi haknya sesuai dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 2 Tahun 1989, sedangkan dari pihak pegawai KUA sering tersendatnya pencairan gaji mereka dan ancaman tuduhan gratifikasi dengan sanksi pidana. 2. Sedangkan untuk efektivitas penerapan Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang biaya nikah dalam perspektif Al-

Maslahah Al-Mursalah, hal tersebut tidak sesuai dengan tujuan

dari Al-Maslahah Al-Mursalah yaitu menjaga keturunan, menjaga agama dan menjaga harta.

71

B. Saran

Apabila Pemerintah ingin membenahi sistem pembayaran pelayanan nikah, seharusnya Pemerintah mendengarkan usulan dari pihak KUA. Karena Pihak KUA lebih mengerti dan memahami kondisi masyarakat. Kondisi ekonomi masyarakat yang berbeda-beda membuat penerapan Peraturan Pemerintah memberatkan masyarakat.

Pemerintah juga seharusnya menjamin kesejahteraan pegawai Pembantu Pencatat Nikah (P3N) yang selama ini statusnya tidak jelas. Dengan membuat Peraturan Pemerintah menetapkan status P3N menjadi pegawai kontrak atau pegawai honorer. Hal itu juga akan melepaskan tuduhan gratifikasi kepada P3N. Karena dengan adanya Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014, posisi dari P3N serba sulit.

Masyarakat sudah diberikan 3 opsi oleh Pemerintah. Tinggal memilih opsi mana yang baik untuk digunakan. Pemerintah juga tidak bisa turun langsung meninjau kondisi masyarakat. Jadi masyarakat khususnya masyarakat wilayah Kecamatan Bancar harus lebih sabar dan memahami bahwa peraturan terbaru tentang biaya nikah untuk kebaikan semuanya. Yaitu masyarakat, pegawai PPN, pegawai P3N dan Pemerintah sendiri

DAFTAR PUSTAKA

Abu ishaq Ibrahim ibn musa ibn Muhammad al-shatibi Al-Muwafaqat fî Usul al-

Syari’ah, t.tp., 1997

Adz-Dzikra, Muhammad. Menikah Dalam 27 Hari. Depok: PT. Lingkar Pena Kreativa, 2008

Afiyah, Inayatul. Pencatatan Nikah Perspektif Maslahah : Analisis RUU Hukum

Materiil Peradilan Agama tentang Perkawinan. Skripsi. Surabaya:

Fakultas Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011.

Amiruddin dan Zainal Asikin. Pengantar Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.

Anshry MK, Hukum Perkawinan di Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 Al-Shatibi, al-Muwafaqat fi Ushul al-Shari’ah. Kairo: Mustafa Muhammad. t.th. Asafri Jaya, Bakri, Konsep Maqashid Syari’ah menurut al- Syatibi. Jakarta: P.T.

Raja grafindo Persada, 1996

Daud Ali, Hukum Islam dan Peradilan Agama. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2003

Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya. Bandung : CV Penerbit Diponegoro, 2000

Fathurrahman Djamil, Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997 Firdaus, Ushûl Fiqh Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara

Huda, Mi’rojul, (Kasi Bimas Islam Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban). Wawancara. Tuban. 10 Juni 2015

Idris, Mokhammad, (Kepala KUA Kecamatan Bancar). Wawancara. Bancar. 6 Januari 2015

Jauhari, Irfan. Formulasi Penentuan Upah Minimum Kota (UMK) dalam Perspektif Hukum Islam (Analisis Maslahah terhadap Upah Minimum

Kota Surabaya Tahun 2014). Skripsi. Surabaya: Fakultas Syariah UIN

Sunan Ampel Surabaya, 2014. Kompilasi Hukum Islam

Masruhan. Metodologi Penelitian Hukum. Surabaya: Hilal Pustaka, 2013 Muzaid, (Tokoh Masyarakat). Wawancara. Bancar. 4 Januari 2015

Pedoman Pembantu Pegawai Pencatat Nikah, Proyek Pembinaan Sarana Keagamaan Islam, Zakat dan Wakaf. Jakarta: 1994

Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2014 tentang Biaya Nikah

Rohman, Holilur. Batas Umur Pernikahan dalam Perspektif Hukum Islam : Studi

Penerapan Teori Al-Maslahah Al-Mursalah. Skripsi. Surabaya : Fakultas

Syariah IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2009.

Sayuti Thalib, Hukum Kekeluargaan Indonesia. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1986.

Said Ramdhan Al-Buti, Dawabit al-Maslahah fî al-Syariat al-Islâmiyah. Beirut: Muassat al-Risalah, 1977

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta : Kencana, 2009.

Tanya, Bearnard L. Teori Hukum. Surabaya. Kita, 2007. Undang-undang Dasar 1945

Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan

Undang-undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan

Zaidan, Addu al-Karim. al-Wajiz fi Ushul al-Fiqh. Beirut: Muassasah al-Risalah Riyadl, 2011.

Zuhaili, Wahbah. Ushul al-Fiqh al-Islami. Beirut: Dar al-Fikr, 1986.

Ali Shohib, “Sejarah Pencatatan Nikah”, dalam

http://www.rumahbangsa.net/2015/04/sejarah-pencatatan-perkawinan.html, diakses pada 22 Agustus 2015