• Tidak ada hasil yang ditemukan

Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahuiEffendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui

Tentukan jumlah pakan per hari yang harus diberikan yaitu 30% dariTentukan jumlah pakan per hari yang harus diberikan yaitu 30% dari  biomassa dengan rumus: Jumlah pakan yang

 biomassa dengan rumus: Jumlah pakan yang diberikan = 30% x biomassadiberikan = 30% x biomassa

Larutkan hormon MT dengan alkohol 70% sebanyak 1 ml pada botolLarutkan hormon MT dengan alkohol 70% sebanyak 1 ml pada botol handspray

handspray, kemudian didiamkan terlebih dahulu selama 5 menit, kemudian didiamkan terlebih dahulu selama 5 menit SetelahSetelah hormon dilarutkan, kemudian dicampurkan pada pakan dengan cara hormon dilarutkan, kemudian dicampurkan pada pakan dengan cara disemprotkan secara merata pada pakan sesuai dengan konsentrasi disemprotkan secara merata pada pakan sesuai dengan konsentrasi hormone.

hormone.

Pakan berhormon siap diberikan pada larva ikanPakan berhormon siap diberikan pada larva ikan 3.4

3.4 MetodeMetode

Percobaan dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Percobaan dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 pengulangan. Selengkapnya Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 pengulangan. Selengkapnya adalah sebagai berikut :

adalah sebagai berikut : Perlakuan

Perlakuan A A : : KontrolKontrol Perlakuan

Perlakuan B B :: diping 600 Ʋg/L dan oral 40diping 600 Ʋg/L dan oral 40 Perlakuan C

Perlakuan C : diping 600 Ʋg/L dan oral : diping 600 Ʋg/L dan oral 5050 Perlakuan D

Perlakuan D : diping 600 Ʋg/L dan oral : diping 600 Ʋg/L dan oral 6060 3.5

3.5 Parameter yang DiamatiParameter yang Diamati 3.5.1

3.5.1 FR (FR (FF eerrttiililisasattiioon Rn Raatete))

Rumus perhitungan derajat pembuahan (FR) Rumus perhitungan derajat pembuahan (FR)



 

          

   

    

3.5.2

3.5.2 SR (SR ( Surviva Survival l RR aattee) Perendaman) Perendaman

Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui

Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui

tingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai

tingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai

 berikut:

 berikut:

 Nt  Nt SR (%) = SR (%) = —  —  x 100% x 100%  No  No Keterangan: Keterangan: SR

SR : Ke: Kelangsungan langsungan hidup/hidup/ survival rate survival rate ikan selama percobaan ikan selama percobaan  Nt

 No

 No : Jumlah telur yang tidak menetas (ekor): Jumlah telur yang tidak menetas (ekor) 3.5.3

3.5.3 SR (SR ( Surviva Survival l RR aattee) Perlakuan Oral) Perlakuan Oral Effendie

Effendie (1979) (1979) menyebutkan menyebutkan bahwa bahwa untuk untuk mengetahui mengetahui tingkattingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:  Nt  Nt SR (%) = SR (%) = —  —  x 100% x 100%  No  No Keterangan: Keterangan: SR

SR : : Kelangsungan Kelangsungan hidup/hidup/ survival rate survival rate ikan selama percobaan ikan selama percobaan  Nt

 Nt : Jumlah larva pada akhir percobaan (ekor): Jumlah larva pada akhir percobaan (ekor)  No

 No : Jumlah larva pada awal percobaan (ekor): Jumlah larva pada awal percobaan (ekor) 3.6

3.6 Analisis DataAnalisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan dianalisis secara statistik. Untuk mengetahui pengaruh pemberian metil dianalisis secara statistik. Untuk mengetahui pengaruh pemberian metil testosteron dengan dosis yang berbeda terhadap persentasi nisbah kelamin jantan testosteron dengan dosis yang berbeda terhadap persentasi nisbah kelamin jantan yang diukur maka digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan uji F taraf yang diukur maka digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan uji F taraf 5%, dan jika terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda 5%, dan jika terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% (Gasperz, 1991).

BAB IV BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

4.1 Hasil dan Hasil dan PembahaPembahasan san KelasKelas Tabel 1. Data Kelas

Tabel 1. Data Kelas

Kelompok Kelompok Jumlah Jumlah Jantan Jantan (ekor) (ekor) Jumlah Jumlah Betina Betina (ekor) (ekor) Berat Berat Jantan Jantan (gr) (gr) Berat Berat Betina Betina (gr) (gr) Berat Berat Rata-rata rata Jantan Jantan (gr) (gr) Berat Berat Rata-rata rata Betina Betina (gr) (gr) Jumlah Jumlah Jantan Jantan Saat Saat Panen Panen (ekor) (ekor) Jumlah Jumlah Betina Betina Saat Saat Panen Panen (ekor) (ekor) Keberhasilan Keberhasilan Memijah Memijah Keterangan Keterangan Hasil Panen Hasil Panen 1 1 4 4 12 12 1675 1675 5050 5050 418.75 418.75 420.83 420.83 4 4 12 12 80% 80% LarvaLarva 2 2 4 4 10 10 840 840 2720 2720 210 210 272 272 4 4 10 10 80% 80% LarvaLarva 3 3 4 4 12 12 1150 1150 4405 4405 287.5 287.5 367.08 367.08 4 4 12 12 80% 80% LarvaLarva 4 4 4 4 12 12 1150 1150 4405 4405 287.5 287.5 367.08 367.08 4 4 12 12 80% 80% LarvaLarva 5 5 4 4 12 12 1990 1990 3640 3640 497.5 497.5 303.33 303.33 4 4 11 11 86% 86% LarvaLarva 6 6 4 4 12 12 1990 1990 3640 3640 497.5 497.5 303.33 303.33 4 4 11 11 80% 80% LarvaLarva 7 7 4 4 12 12 1760 1760 2240 2240 440 440 186.67 186.67 3 3 10 10 60% 60% LarvaLarva 8 8 4 4 12 12 1760 1760 2240 2240 440 440 186.67 186.67 3 3 10 10 60%60% ±± 1200 larva 1200 larva 9 9 4 4 12 12 1610 1610 2540 2540 402.5 402.5 211.67 211.67 4 4 10 10 37% 37% Tidak Tidak 100 100 %% 10 10 4 4 12 12 1610 1610 2540 2540 402.5 402.5 211.67 211.67 4 4 10 10 60% 60% LarvaLarva 11 11 4 4 12 12 1807 1807 2880 2880 451.75 451.75 240 240 4 4 12 12 60% 60% LarvaLarva 12 12 4 4 12 12 1807 1807 2880 2880 451.75 451.75 240 240 4 4 12 12 85% 85% LarvaLarva

Berdasarkan tabel, untuk perbandingan jantan dan betina yang sesuai yaitu Berdasarkan tabel, untuk perbandingan jantan dan betina yang sesuai yaitu kelompok 1,3,4,11, dan 12 memiliki perbandingan jumlah jantan dan jumlah kelompok 1,3,4,11, dan 12 memiliki perbandingan jumlah jantan dan jumlah  betina

 betina 1:3. 1:3. Berdasarkan Berdasarkan jumlah jumlah ikan ikan yang yang dipanen, dipanen, kelompok kelompok tersebuttersebut mendapatkan jumlah ikan utuh yaitu 16 ekor ikan dengan jumlah ikan jantan 4 mendapatkan jumlah ikan utuh yaitu 16 ekor ikan dengan jumlah ikan jantan 4 ekor dan jumlah ikan betina 12 ekor dengan hasil panen larva. Sedangkan, ekor dan jumlah ikan betina 12 ekor dengan hasil panen larva. Sedangkan, kelompok 7 dan 8 didapatkan jumlah ikan yang dipanen sedikit dengan jumlah kelompok 7 dan 8 didapatkan jumlah ikan yang dipanen sedikit dengan jumlah ikan jantan 3 ekor dan jumlah ikan betina sebanyak 10 ekor dengan pemijahan ikan jantan 3 ekor dan jumlah ikan betina sebanyak 10 ekor dengan pemijahan alami mengalami tidak 100 % berhasil. Berdasarkan berat rata-rata ikan jantan alami mengalami tidak 100 % berhasil. Berdasarkan berat rata-rata ikan jantan dan ikan betina kelompok 5 dan 6 didapatkan berat rata-rata ikan jantan terbesar dan ikan betina kelompok 5 dan 6 didapatkan berat rata-rata ikan jantan terbesar yaitu dengan

yaitu dengan berat 497,5 berat 497,5 gram dan gram dan kelompok 1 kelompok 1 memiliki memiliki berat ikan berat ikan betinabetina sebesar420, 83

sebesar420, 83 gram dengan jumlah gram dengan jumlah panen tidak 100 panen tidak 100 %. Sedangkan %. Sedangkan untuk beratuntuk berat rata-rata ikan terkecil terdapat dikelompok 2 dengan berat rata-rata ikan jantan rata-rata ikan terkecil terdapat dikelompok 2 dengan berat rata-rata ikan jantan dan ikan betina yaitu 241 gram.

Berdasarkan pengamatan, rata-rata pemijahan alami yang dilakukan Berdasarkan pengamatan, rata-rata pemijahan alami yang dilakukan mengalami keberhasilan dengan hasil panen ada yang berupa telur, larva dan telur mengalami keberhasilan dengan hasil panen ada yang berupa telur, larva dan telur dan larva. Keberhasilan pemijahan alami ini disebabkan karena faktor-faktor yaitu dan larva. Keberhasilan pemijahan alami ini disebabkan karena faktor-faktor yaitu  perbandingan ikan jantan dan betina yang

 perbandingan ikan jantan dan betina yang sesuai yaitu jantan:betina 1:3, pemilihansesuai yaitu jantan:betina 1:3, pemilihan induk betina dan jantan yang sesuai untuk pemijahan yang unggul dan sudah induk betina dan jantan yang sesuai untuk pemijahan yang unggul dan sudah matang gonad selain itu, ikan betina mengalami kenyamanan didalam kolam matang gonad selain itu, ikan betina mengalami kenyamanan didalam kolam sehingga ikan betina mampu melakukan fertilisasi secara baik. Faktor lingkungan sehingga ikan betina mampu melakukan fertilisasi secara baik. Faktor lingkungan  juga

 juga mempengaruhi mempengaruhi yaitu yaitu suhu, suhu, pH, pH, serta serta kandungan kandungan oksigem oksigem terlarut, terlarut, salinitas,salinitas, dimana keadaan lingkungan mendukung ikan nila mengalami pemijahan. Selain dimana keadaan lingkungan mendukung ikan nila mengalami pemijahan. Selain itu, dasar kolam yang memadai ikan betina untuk membuat kobangan sebagai itu, dasar kolam yang memadai ikan betina untuk membuat kobangan sebagai tempat pemijahan pemijahan karena apabila ada kecocokan indukan betina akan tempat pemijahan pemijahan karena apabila ada kecocokan indukan betina akan dibuahi oleh indukan jantan. Kemudian telur tersebut dierami dalam mulut dibuahi oleh indukan jantan. Kemudian telur tersebut dierami dalam mulut indukan betina. Selain itu, kebutuhan nutrisi yang terpenuhi dengan baik juga indukan betina. Selain itu, kebutuhan nutrisi yang terpenuhi dengan baik juga  berpengaruh

 berpengaruh terhadap terhadap keberhasilan. keberhasilan. Ikan Ikan nila nila membutuhkan membutuhkan pakan pakan sebanyak sebanyak 3%3% dari bobot tubuhnya setiap hari.

dari bobot tubuhnya setiap hari.

Kegagalan dalam pemijahan disebabkan perbandingan induk ikan yang Kegagalan dalam pemijahan disebabkan perbandingan induk ikan yang tidak sesuai yaitu harus dengan perbandingan 1:3. Tidak semua telur bisa terbuahi tidak sesuai yaitu harus dengan perbandingan 1:3. Tidak semua telur bisa terbuahi oleh sperma disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah sperma dengan sel oleh sperma disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah sperma dengan sel telur, kematangan sel atau sperma dan kecocokan kualitas air sebagai media. Telur telur, kematangan sel atau sperma dan kecocokan kualitas air sebagai media. Telur yang terbuahi kelihatan berwarna jernih, transparan dan telur yang tidak terbuahi yang terbuahi kelihatan berwarna jernih, transparan dan telur yang tidak terbuahi  berwarna putih susu.

 berwarna putih susu. Faktor lingkungan juga mempengaruhi kegagalan pemijaFaktor lingkungan juga mempengaruhi kegagalan pemija hanhan yaitu suhu, pH, DO, salinitas, kandungan amonia, dan kekeruhan. Suhu dapat yaitu suhu, pH, DO, salinitas, kandungan amonia, dan kekeruhan. Suhu dapat meningkat dan menurun secara mendadak dikarenakan tempat pemijahan meningkat dan menurun secara mendadak dikarenakan tempat pemijahan dilakukan diruangan terbuka sehingga bisa saja hujan datang yang menyebabkan dilakukan diruangan terbuka sehingga bisa saja hujan datang yang menyebabkan terjadinya fluktuasi suhu. Selain itu, hujan dan cuaca terlalu cerah juga dapat terjadinya fluktuasi suhu. Selain itu, hujan dan cuaca terlalu cerah juga dapat mempengaruhi pH, salinitas dan kandungan oksigen terlarut, amonia, kekeruhan. mempengaruhi pH, salinitas dan kandungan oksigen terlarut, amonia, kekeruhan. Tidak hanya itu, ketidaksiapan induk betina untuk mengalami pemijahan, serta Tidak hanya itu, ketidaksiapan induk betina untuk mengalami pemijahan, serta indukan ikan nila yang terserang parasit juga menjadi faktor kegagalan dalam indukan ikan nila yang terserang parasit juga menjadi faktor kegagalan dalam  pemijahan alami.

 pemijahan alami.

Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan  pertumbuhan

 pertumbuhan organisme organisme serta serta memengaruhi memengaruhi jumlah jumlah pakan pakan yang yang dikonsumsidikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan.

Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14-38 °C. Secara alami ikan ini Suhu optimal untuk hidup ikan nila pada kisaran 14-38 °C. Secara alami ikan ini dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang baik untuk dapat memijah pada suhu 22-37 °C namun suhu yang baik untuk  perkembangbiakannya

 perkembangbiakannya berkisar berkisar antara antara 25-30 25-30 °C. °C. Nilai Nilai pH pH yang yang ditoleransi ditoleransi ikanikan nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang nila berkisar antara 5 hingga 11, tetapi pertumbuhan dan perkembangannya yang optimal adalah pada kisaran pH 7

optimal adalah pada kisaran pH 7 –  – 8. Kandungan amonia disebabkan8. Kandungan amonia disebabkan menumpuknya pakan didasar perairan. Sumber utama amonia (NH

menumpuknya pakan didasar perairan. Sumber utama amonia (NH33) adalah bahan) adalah bahan organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton organik dalam bentuk sisa pakan, kotoran ikan maupun dalam bentuk plankton dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang dari bahan organik tersuspensi. Pembusukan bahan organik, terutama yang  banyak

 banyak mengandung mengandung protein, protein, menghasilkan menghasilkan ammonium ammonium (NH4(NH4++) dan NH) dan NH33. Bila. Bila  proses

 proses lanjut lanjut dari dari pembusukan pembusukan (nitrifikasi) (nitrifikasi) tidak tidak berjalan berjalan lancar lancar maka maka dapatdapat terjadi penumpukan NH

terjadi penumpukan NH33  sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi  sampai pada konsentrasi yang membahayakan bagi ikan. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan ikan. Kekeruhan air yang disebabkan oleh pelumpuran di dasar kolam juga akan memperlambat pertumbuhan ikan.

memperlambat pertumbuhan ikan.

Pada saat pemisahan telur dengan induk ikan dilakukan dengan cara telur Pada saat pemisahan telur dengan induk ikan dilakukan dengan cara telur ditebar dengan cara telur ditebar kedalam wadah penetasan telur. Selain itu, bisa ditebar dengan cara telur ditebar kedalam wadah penetasan telur. Selain itu, bisa dengan cara induk ditangkap dikembalikan kedalam wadah induk ikan dan telur dengan cara induk ditangkap dikembalikan kedalam wadah induk ikan dan telur tetap didalam wadah pemijahan. telur akan menetas menjadi larva ikan. Indukan tetap didalam wadah pemijahan. telur akan menetas menjadi larva ikan. Indukan  betina

 betina akan akan mengeluarkan mengeluarkan larva larva dari dari mulutnya mulutnya secara secara bersamaan. bersamaan. Larva Larva yangyang sudah menetas akan berenang ke pinggir kolam. Sebaiknya lakukan penyaringan sudah menetas akan berenang ke pinggir kolam. Sebaiknya lakukan penyaringan halus untuk memindahkan larva. Pemisahan telur dilakukan secara hati-hati agar halus untuk memindahkan larva. Pemisahan telur dilakukan secara hati-hati agar telur atau larva yang ada tidak mati karena kaget dengan lingkungan telur atau larva yang ada tidak mati karena kaget dengan lingkungan disekitarnya.

disekitarnya. 4.1.1

4.1.1 Pengaruh Pengaruh Perbedaan Perbedaan Dosis Dosis Pemberian Pemberian Hormon Hormon 17α17α MetilTestosterone Dengan Metode Diping dan Oral Terhadap MetilTestosterone Dengan Metode Diping dan Oral Terhadap Tingkat Kelangsungan Hidup Pada Ikan Nila

Tingkat Kelangsungan Hidup Pada Ikan Nila Tabel 2. SR

Tabel 2. SR Larva Selama Perlakuan DiberikanLarva Selama Perlakuan Diberikan Perlakuan

Perlakuan UlanganUlangan rata-ratarata-rata

1 2 3 1 2 3 Kontrol Kontrol 19.60 82.38 19.60 82.38 44.8844.88 49.049.0 diping 600 μg/L dan diping 600 μg/L dan oral 40 mg/kg oral 40 mg/kg 11 100100 100 100 67.067.0 diping 600 μg/L dan diping 600 μg/L dan oral 50 mg/kg oral 50 mg/kg 2.67 2.67 40.12 40.12 1.65 1.65 14.814.8

diping 600 μg/L dan diping 600 μg/L dan oral 60 mg/kg oral 60 mg/kg 8.3 8.3 67.25 67.25 4.3 4.3 26.626.6

    

  

  



  

JKT = (19,6)2 + (82,38)2 + (44,88)2 + (1)2 + (100)2 + (100)2 + (2,67)2 + JKT = (19,6)2 + (82,38)2 + (44,88)2 + (1)2 + (100)2 + (100)2 + (2,67)2 + (40,12)2 + (1,65)2 + (8,3)2 + (67,25)2 + (40,12)2 + (1,65)2 + (8,3)2 + (67,25)2 + (4,3)(4,3)22 –  – FF KK = = 384,16 + 6773,29 + 2014,21 + 1 + 10000 + 10000 + 7,13 + 1609,61 +384,16 + 6773,29 + 2014,21 + 1 + 10000 + 10000 + 7,13 + 1609,61 + 2,72 + 69,89 + 4552,56 + 18,49 2,72 + 69,89 + 4552,56 + 18,49  –  –  18577,13 18577,13 = = 37610,0937610,09 –  –  18577,13 18577,13 = = 19032,9619032,96 JKP = JKP =    

 

= 23439,93 = 23439,93 –  –  18577,13 18577,13 = 4862,8 = 4862,8 JKG JKG = JKT= JKT –  –  JKP JKP = = 19032,9619032,96 –  –  4862,8 4862,8 = 14170,16 = 14170,16 KTP = KTP =   

 = =

1560,781560,78 KTG = KTG =   

 = =

1771,271771,27 Fhitung<F tabel berbeda nyata Fhitung<F tabel berbeda nyata Tabel

Tabel 3. S3. Sidik Raidik Ragamgam Sumber

Sumber DB DB JK JK KT KT FhitFhit

FF

0505 Ragam

Ragam Perlakuan

Galat 8

Galat 8

Total Total

Kesimpulan : Bahwa tidak ada perbedaan yang nyata diantara perlakuan Kesimpulan : Bahwa tidak ada perbedaan yang nyata diantara perlakuan sehingga tidak dapat dilakukan uji lanjut.

sehingga tidak dapat dilakukan uji lanjut.

Seks reversal (monosex) adalah suatu teknologi yang membalikkan arah Seks reversal (monosex) adalah suatu teknologi yang membalikkan arah  perkembangan

 perkembangan kelamin kelamin menjadi menjadi berlawanan. berlawanan. Cara Cara ini ini dilakukan dilakukan pada pada waktuwaktu menetas gonad ikan belum berdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau menetas gonad ikan belum berdiferensiasi secara jelas menjadi jantan atau  betina

 betina tanpa tanpa merubah merubah genotipenya. genotipenya. Umumnya Umumnya proses proses sex sex reversal reversal dilakukandilakukan secara oral atau melalui pakan dan melalui perendaman (dipping). Pada fase secara oral atau melalui pakan dan melalui perendaman (dipping). Pada fase larva, dapat melakukannya melalui oral dan atau dipping. Metode oral adalah larva, dapat melakukannya melalui oral dan atau dipping. Metode oral adalah metode pemberian hormon melalui mulut yang dapat dilakukan dengan metode pemberian hormon melalui mulut yang dapat dilakukan dengan  pemberian pakan alami

 pemberian pakan alami atau pakan buatan. Meatau pakan buatan. Metode perendaman (dipping), tode perendaman (dipping), yaituyaitu dengan cara merendamkan larva ikan ke dalam larutan air yang mengandung 17 dengan cara merendamkan larva ikan ke dalam larutan air yang mengandung 17 α metyltestoesteron.

α metyltestoesteron.

Pengaruh pemberian hormon pada organisme dalam teknik pengarahan Pengaruh pemberian hormon pada organisme dalam teknik pengarahan kelamin dapat dilihat melalui beberapa parameter. Parameter tersebut kelamin dapat dilihat melalui beberapa parameter. Parameter tersebut diantaranya rasio jenis kelamin, tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan. diantaranya rasio jenis kelamin, tingkat kelangsungan hidup dan pertumbuhan. Sedangkan tingkat keberhasilan suatu bahan mempengaruhi pengarahan Sedangkan tingkat keberhasilan suatu bahan mempengaruhi pengarahan  pembentukan

 pembentukan jenis jenis kelamin kelamin dipengaruhi dipengaruhi oleh oleh umur umur organisme, organisme, lama lama waktuwaktu  pemberian,

 pemberian, waktu waktu pemberian pemberian dan dan dosis dosis pemberian pemberian serta serta faktor faktor lingkungan.lingkungan. Selain itu, periode dan lama waktu perlakuan juga mempengaruhi keefektifan Selain itu, periode dan lama waktu perlakuan juga mempengaruhi keefektifan kerja 17α

kerja 17α-metiltestosteron dalam merangsang pembentukan kelamin jantan.-metiltestosteron dalam merangsang pembentukan kelamin jantan. Proses dengan metode diping dan oral merupakan aplikasi dari Proses dengan metode diping dan oral merupakan aplikasi dari  pemberian

 pemberian hormon. hormon. Pada Pada metode metode perendaman, perendaman, agar agar efektif efektif perlu perlu diperhatikandiperhatikan konsentrasi hormon dan lama waktu perendaman. Konsentrasi hormon yang konsentrasi hormon dan lama waktu perendaman. Konsentrasi hormon yang diberikan tidak boleh berlebihan karena dapat menimbulkan tekanan dalam diberikan tidak boleh berlebihan karena dapat menimbulkan tekanan dalam  pembentukan gonad, efek paradoxial, pertumbuhan rendah dan tingkat kematian  pembentukan gonad, efek paradoxial, pertumbuhan rendah dan tingkat kematian yang tinggi (Wichins dan Lee 2002). Sedangkan lama waktu perendaman akan yang tinggi (Wichins dan Lee 2002). Sedangkan lama waktu perendaman akan lebih singkat jika dosis atau konsentrasi hormon yang digunakan juga sangat lebih singkat jika dosis atau konsentrasi hormon yang digunakan juga sangat tinggi (Hunter dan Donaldson 1983).

tinggi (Hunter dan Donaldson 1983).

Pada saat pemberian hormon, gonad ikan sebaiknya belum Pada saat pemberian hormon, gonad ikan sebaiknya belum terdeferensiasi dikarenakan sensitivitas hormon sangat tinggi terjadi saat terdeferensiasi dikarenakan sensitivitas hormon sangat tinggi terjadi saat

sebelum diferensiasi kelamin secara fisiologis dan secara histologis. Sehingga, sebelum diferensiasi kelamin secara fisiologis dan secara histologis. Sehingga,  perlakuan

 perlakuan hormon hormon akan akan memberikan memberikan efek efek pengarahan pengarahan jenis jenis kelamin kelamin tertinggitertinggi  jika diberikan tepat sebelum tahap diferensiasi kelamin secara fisiologis.

 jika diberikan tepat sebelum tahap diferensiasi kelamin secara fisiologis.

Selain itu, kandungan kuning telur pada larva sudah habis dimakan Selain itu, kandungan kuning telur pada larva sudah habis dimakan sehingga larva ikan nila mengalami kelaparan, karena belum ada asupan nutrisi sehingga larva ikan nila mengalami kelaparan, karena belum ada asupan nutrisi dari luar.

dari luar. Pada awal larva mortalitas tinggi karena terjadi proses pembentukanPada awal larva mortalitas tinggi karena terjadi proses pembentukan saluran pencernaan, pembentukkan alat-alat pernafasan tambahan dan proses saluran pencernaan, pembentukkan alat-alat pernafasan tambahan dan proses  perubahan makan

 perubahan makan dari dari kuning telur kuning telur yang terdapat yang terdapat dalam dalam tubuhnya beralih tubuhnya beralih padapada  pakan

 pakan yang yang terdapat terdapat diluar diluar tubuhnya. tubuhnya. Mortalitas Mortalitas akan akan lebih lebih tinggi tinggi lagi lagi apabilaapabila makanan disekitarnya kurang memadai (Djajasewaka 1985).

makanan disekitarnya kurang memadai (Djajasewaka 1985).

Methyl testosterone merupakan androgen yang paling sering dipakai Methyl testosterone merupakan androgen yang paling sering dipakai untuk merubah jenis kelamin dan penggunaan metiltestosteron pada dosis yang untuk merubah jenis kelamin dan penggunaan metiltestosteron pada dosis yang  berbeda

 berbeda akan akan memberikan memberikan pengaruh pengaruh yang yang berbeda berbeda pula. pula. EfektifitasEfektifitas  pembentukan kelamin

 pembentukan kelamin jantan jantan sangat sangat ditentukan ditentukan oleh oleh ketepatan ketepatan pemberian pemberian dosisdosis hormon metiltestosteron dan umur ikan sebelum gonad terdifferensiasi, karena hormon metiltestosteron dan umur ikan sebelum gonad terdifferensiasi, karena dosis dan masa differensiasi yang tepat akan menghambat pembentukan ovari dosis dan masa differensiasi yang tepat akan menghambat pembentukan ovari dan sebaliknya pembentukan gonad jantan semakin cepat, sehingga gonad akan dan sebaliknya pembentukan gonad jantan semakin cepat, sehingga gonad akan  berkembang menjadi testis (Sunandar 2006).

 berkembang menjadi testis (Sunandar 2006).

Menurut Effendi (2004), kelangsungan hidup ikan adalah persentase ikan Menurut Effendi (2004), kelangsungan hidup ikan adalah persentase ikan yang hidup dari seluruh ikan yang dipelihara setelah melewati masa pemeliharaan. yang hidup dari seluruh ikan yang dipelihara setelah melewati masa pemeliharaan. Kelangsungan hidup ikan pada saat post larva sangat ditentukan oleh tersedianya Kelangsungan hidup ikan pada saat post larva sangat ditentukan oleh tersedianya makanan. Makanan yang diberikan akan sangat mempengaruhi kelangsungan makanan. Makanan yang diberikan akan sangat mempengaruhi kelangsungan hidup dalam pertumbuhan ikan. Ikan akan mengalami kematian apabila dalam hidup dalam pertumbuhan ikan. Ikan akan mengalami kematian apabila dalam waktu yang singkat tidak berhasil mendapatkan makanan, akibatnya akan terjadi waktu yang singkat tidak berhasil mendapatkan makanan, akibatnya akan terjadi kehabisan tenaga.

kehabisan tenaga. 4.2

4.2 Hasil dan Pembahasan KelompokHasil dan Pembahasan Kelompok 4.2.1

4.2.1 Tingkat Keberhasilan PemijahanTingkat Keberhasilan Pemijahan

Tabel 4.

Tabel 4.Tingkat Keberhasilan PemijahanTingkat Keberhasilan Pemijahan

Kelompok Kelompok Jumlah Jumlah Jantan Jantan (ekor) (ekor) Jumlah Jumlah Betina Betina (ekor) (ekor) Berat Berat Jantan Jantan (gr) (gr) Berat Berat Betina Betina (gr) (gr) Berat Berat Rata-rata rata Jantan Jantan (gr) (gr) Berat Berat Rata-rata rata Betina Betina (gr) (gr) Jumlah Jumlah Jantan Jantan Saat Saat Panen Panen (ekor) (ekor) Jumlah Jumlah Betina Betina Saat Saat Panen Panen (ekor) (ekor) Keberhasilan Keberhasilan Memijah Memijah Keterangan Keterangan Hasil Panen Hasil Panen

1 1 4 4 12 12 1675 1675 5050 5050 418.75 418.75 420.83 420.83 4 4 12 12 80% 80% LarvaLarva 2 2 4 4 10 10 840 840 2720 2720 210 210 272 272 4 4 10 10 80% 80% LarvaLarva 3 3 4 4 12 12 1150 1150 4405 4405 287.5 287.5 367.08 367.08 4 4 12 12 80% 80% LarvaLarva 4 4 4 4 12 12 1150 1150 4405 4405 287.5 287.5 367.08 367.08 4 4 12 12 80% 80% LarvaLarva 5 5 4 4 12 12 1990 1990 3640 3640 497.5 497.5 303.33 303.33 4 4 11 11 86% 86% LarvaLarva 6 6 4 4 12 12 1990 1990 3640 3640 497.5 497.5 303.33 303.33 4 4 11 11 80% 80% LarvaLarva 7 7 4 4 12 12 1760 1760 2240 2240 440 440 186.67 186.67 3 3 10 10 60% 60% LarvaLarva 8 8 4 4 12 12 1760 1760 2240 2240 440 440 186.67 186.67 3 3 10 10 60%60% ±± 1200 larva 1200 larva

Dokumen terkait