• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Praktikum Tpbi 12b Pemijahan Alami Ikan Nila

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Praktikum Tpbi 12b Pemijahan Alami Ikan Nila"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN

“PEMIJAHAN ALAMI DAN

“PEMIJAHAN ALAMI DAN SE SE X REX RE VV EE RR SASA LL IKAN IKAN NILANILA

MENGGUNAKAN HORMON 17α METIL TESTOSTERON” MENGGUNAKAN HORMON 17α METIL TESTOSTERON”

 Diajukan Untuk Menyelesaikan Tugas Laporan

 Diajukan Untuk Menyelesaikan Tugas Laporan Akhir Praktikum Mata KuliahAkhir Praktikum Mata Kuliah Teknologi Pembenihan Ikan Semester Genap

Teknologi Pembenihan Ikan Semester Genap

Disusun oleh : Disusun oleh : Kelompok 12 / Perikanan B Kelompok 12 / Perikanan B .. Pipit

Pipit Widya Widya Ningsih Ningsih 230110140083230110140083 Imas

Imas Siti Siti Nurhalimah Nurhalimah 230110140084230110140084 Lina

Lina Aprilia. Aprilia. 230110140087230110140087 Darajat

Darajat Prasetya Prasetya 230110140098230110140098 Didi

Didi Arpindi Arpindi 230110140101230110140101

UNIVERSITAS PADJADJARAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

PROGRAM STUDI PERIKANAN PROGRAM STUDI PERIKANAN

JATINANGOR JATINANGOR

2017 2017

(2)

KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkab kepada Allah SWT, karena kami telah Puji syukur kami ucapkab kepada Allah SWT, karena kami telah menyelesaikan lapotan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang menyelesaikan lapotan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang  berjudul

 berjudul “Pemijahan“Pemijahan AlamiAlami DanDan MonosexMonosex IkanIkan NilaNila DenganDengan MenggunakanMenggunakan Hormon 17Α Metil Testosteron”

Hormon 17Α Metil Testosteron”. Tujuan Penulisan laporan ini. Tujuan Penulisan laporan ini adalahadalah memenuhi salah satu tugas laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan memenuhi salah satu tugas laporan akhir praktikum Teknologi Pembenihan Ikan semester genap tahun akademik 2016-2017.

semester genap tahun akademik 2016-2017.

Laporan akhir praktikum ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak, Laporan akhir praktikum ini tidak terlepas dari peran serta berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

terhormat: 1.

1. Tim Dosen Mata Kuliah Teknologi Pembenihan Ikan Fakultas PerikananTim Dosen Mata Kuliah Teknologi Pembenihan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran

dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran 2.

2. Tim Asisten Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang telahTim Asisten Praktikum Teknologi Pembenihan Ikan yang telah membimbing dan memberikan arahan dalam kegiatan praktikum

membimbing dan memberikan arahan dalam kegiatan praktikum 3.

3. Kelompok 12 Perikanan B atas kerjasamanya dalam kegiatan praktikumKelompok 12 Perikanan B atas kerjasamanya dalam kegiatan praktikum Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan laporan akhir Penulis telah berusaha sebaik mungkin dalam penulisan laporan akhir  praktikum

 praktikum ini, ini, oleh oleh karena karena itu itu penulis penulis sangat sangat mengharapkan mengharapkan saran-sarannya saran-sarannya agaragar menjadi masukkan yang berguna bagi penulis.

menjadi masukkan yang berguna bagi penulis.

Akhir kata, penulis berharap semoga laporan akhir praktikum ini dapat Akhir kata, penulis berharap semoga laporan akhir praktikum ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

memberikan manfaat bagi semua pihak.

Jatinangor,

Jatinangor, Mei 2017Mei 2017 \\

Penyusun Penyusun

(3)

DAFTAR ISI DAFTAR ISI BAB Halaman BAB Halaman KATA PENGANTAR  KATA PENGANTAR  ... ... . iiii DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... ... ... iiiiii DAFTAR TABEL

DAFTAR TABEL ... v... v DAFTAR LAMPIRAN

DAFTAR LAMPIRAN...vi...vi I.

I. PENDAHULUANPENDAHULUAN 1.1

1.1 Latar Latar Belakang ...Belakang ... ... 11 1.2

1.2 Tujuan Tujuan Praktikum ...Praktikum ... 2... 2 1.3

1.3 Identifikasi Identifikasi Masalah Masalah ... 2... 2 1.4

1.4 Tujuan Tujuan ... 2... 2 1.5

1.5 Kegunaan...Kegunaan... ... 33 II.

II. TINJAUAN PUSTAKATINJAUAN PUSTAKA 2.1

2.1 Ikan Ikan Nila Nila ... 4... 4 2.2

2.2 Pemijahan Pemijahan alami ...alami ... 4.. 4 2.3

2.3 Reproduksi Reproduksi Ikan Ikan Nila ...Nila ... ... 66 2.4

2.4 Hormon Hormon yang yang Berperan Berperan dan dan Sistem Sistem hormon hormon dalam dalam PembentukanPembentukan Kelamin

Kelamin Ikan ...Ikan ... ... 88 2.5

2.5 Hormon 17a-Hormon 17a-metiltestosteron……….9metiltestosteron……….9 2.6 

2.6  Sex Reversal Sex Reversal ... 10... 10 2.7

2.7 Perkembangan Fisiologis Perkembangan Fisiologis dan Organ dan Organ Reproduksi Sex Reproduksi Sex Reversal ..Reversal ... ... 1111 III.

III. METODOLOGI PRAKTIKUMMETODOLOGI PRAKTIKUM 3.1

3.1 Waktu Waktu dan dan Tempat Tempat Pelaksanaan Pelaksanaan Praktikum ...Praktikum ... .... 1313 3.2

3.2 Alat Alat dan dan Bahan ...Bahan ... 1... 133 3.2.1

3.2.1 Alat-alat Alat-alat ... 13. 13 3.2.2

3.2.2 Bahan-bahan Bahan-bahan ... 14... 14 3.3

3.3 Tahapan Tahapan Praktikum Praktikum ... 14... 14 3.3.1

3.3.1 Persiapan Persiapan Praktikum...Praktikum... 14... 14 3.3.2

3.3.2 Pelaksanaan Pelaksanaan Praktikum Praktikum ... 1.... 155 3.4

3.4 Metode...Metode... ... 1616 3.5

3.5 Parameter Parameter yang yang Diamati ...Diamati ... ... 1616 3.5.1FR (

3.5.1FR ( Fertilisation Rate Fertilisation Rate) ) ... 16.... 16 3.5.2SR 

3.5.2SR  (Survival Rate) (Survival Rate) PerendamanPerendaman ... 1616 3.5.3SR 

3.5.3SR  (Survival Rate) (Survival Rate) Perlakuan Perlakuan Oral ...Oral ... ... 1717 3.6

3.6 Analisa Data...Analisa Data... ... 1717 IV.

IV. HASIL DAN PEMBAHASANHASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

(4)

4.1.1

4.1.1 Pengaruh perbedaan dosis pemberian homon 17α metil testosteronePengaruh perbedaan dosis pemberian homon 17α metil testosterone dengan metode diping dan oral terhadap tingkat kelangsungan hidup dengan metode diping dan oral terhadap tingkat kelangsungan hidup  pada ikan nila ...

 pada ikan nila ... ... 2020 4.1.2

4.1.2 Pengaruh perbedaan dosis pemberian homon 17α metil testosteronePengaruh perbedaan dosis pemberian homon 17α metil testosterone dengan metode oral terhadap tingkat kelangsungan hidup pada ikan dengan metode oral terhadap tingkat kelangsungan hidup pada ikan nila

nila ... ... 2121 4.2

4.2 Hasil Hasil dan dan Pembahasan Pembahasan Kelompok Kelompok ... ... 2323 4.2.1

4.2.1 tingkat tingkat keberhasilan keberhasilan pemijahan ...pemijahan ... . 2323 V.

V. KESIMPULAN DAN SARANKESIMPULAN DAN SARAN 5.1 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ... 25... 25 5.2 5.2 Saran Saran ... 25... 25 DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA ... ... 2727 LAMPIRAN LAMPIRAN... ... 2828

(5)

DAFTAR TABEL DAFTAR TABEL  No

 No  Judul Judul HalamanHalaman

1.

1. Data KelasData Kelas………18………18 2.

2. SR Larva Selama Perlakuan DiberikanSR Larva Selama Perlakuan Diberikan………20………20 3.

3. Sidik RagamSidik Ragam………..21………..21 4.

(6)

DAFTAR LAMPIRAN DAFTAR LAMPIRAN  No

 No  Judul Judul HalamanHalaman

1.

1. Dokumentasi Pemijahan Alami Ikan NilaDokumentasi Pemijahan Alami Ikan Nila……….28……….28 2.

2. Dokumentasi Pribadi Sex ReversalDokumentasi Pribadi Sex Reversal………28………28 3.

(7)

BAB I BAB I

PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1

1.1 Latar BelakangLatar Belakang

Ikan dan produk perikanan memainkan peran penting dalam ketahanan Ikan dan produk perikanan memainkan peran penting dalam ketahanan  pangan

 pangan global global dan dan kebutuhan kebutuhan gizi gizi masyarakat, masyarakat, baik baik di di negara negara berkembangberkembang maupun di negara maju. Perkembangan zaman yang semakin pesat memaksa maupun di negara maju. Perkembangan zaman yang semakin pesat memaksa manusia berfikir ekonomis yang selalu berorientasi pada keuntungan yang besar. manusia berfikir ekonomis yang selalu berorientasi pada keuntungan yang besar. Pemikiran ini sejalan dengan prisip budidaya perikanan yang tujuan akhirnya Pemikiran ini sejalan dengan prisip budidaya perikanan yang tujuan akhirnya adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini yang mendasari adalah mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Hal ini yang mendasari  para

 para peneliti peneliti untuk menghasilkan untuk menghasilkan ikan ikan yang memiliki yang memiliki nilai nilai ekonomis tiekonomis tinggi. Ikannggi. Ikan dapat memiliki ekonomis tinggi tergantung terhadap keinginan konsumen dan dapat memiliki ekonomis tinggi tergantung terhadap keinginan konsumen dan daya tarik ikan itu sendiri baik ikan konsumsi maupun ikan hias.

daya tarik ikan itu sendiri baik ikan konsumsi maupun ikan hias.

Ada banyak cara yang dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu dan Ada banyak cara yang dilakukan untuk dapat meningkatkan mutu dan  pertumbuhan

 pertumbuhan ikan, ikan, diantaranya diantaranya adalah adalah pemilihan pemilihan induk induk unggul unggul yang yang diperolehdiperoleh dengan teknik persilangan atau hibridisasi, manipulasi kromosom atau dengan dengan teknik persilangan atau hibridisasi, manipulasi kromosom atau dengan cara sex reversal untuk menghasilan benih monosex.

cara sex reversal untuk menghasilan benih monosex.

Memproduksi ikan monosex artinya memproduksi ikan dengan satu jenis Memproduksi ikan monosex artinya memproduksi ikan dengan satu jenis kelamin yaitu jantan atau betina saja. Hal ini didasarkan pada pola pertumbuhan kelamin yaitu jantan atau betina saja. Hal ini didasarkan pada pola pertumbuhan ikan yang berbeda antara ikan jantan dan betina. Contohnya pada ikan gurami ikan yang berbeda antara ikan jantan dan betina. Contohnya pada ikan gurami  jantan lebih

 jantan lebih cepat pertumbuhannya dibandingkan ikan cepat pertumbuhannya dibandingkan ikan betina, jantan betina, jantan berumur 10berumur 10 –  –  12 bulan dapat mencapai berat rata-rata 250 gram/ekor, sedangkan betina hanya 12 bulan dapat mencapai berat rata-rata 250 gram/ekor, sedangkan betina hanya 200 gram/ekor. Ini berarti pertumbuhan jantan 20% lebih cepat dibandingkan 200 gram/ekor. Ini berarti pertumbuhan jantan 20% lebih cepat dibandingkan  betina. Sehingga dengan hanya memproduksi ikan jantan saja dapat meningkatkan  betina. Sehingga dengan hanya memproduksi ikan jantan saja dapat meningkatkan  produksi dari usaha budidaya.

 produksi dari usaha budidaya.

Ikan nila biasa dibudidayakan orang di Pulau Jawa, terutama di

Ikan nila biasa dibudidayakan orang di Pulau Jawa, terutama di JawaJawa Barat.

Barat.  Ikan ini digemari karena mudah dibudidayakan, dagingnya tebal, dan  Ikan ini digemari karena mudah dibudidayakan, dagingnya tebal, dan rasanya yang lezat., sementara umumnya nila dipelihara di kolam-kolam rasanya yang lezat., sementara umumnya nila dipelihara di kolam-kolam  pemeliharaan

 pemeliharaan ikan mas ikan mas atauatau guram gurame (Subagja 2007)e (Subagja 2007)

Upaya meningkatkan produksi ikan nila secara terus dilakukan dengan Upaya meningkatkan produksi ikan nila secara terus dilakukan dengan  berbagai macam

 berbagai macam cara. cara. Salah satSalah satu cara/teknologi u cara/teknologi yang dapat dikembangkan yang dapat dikembangkan adalahadalah dengan menghasilkan benih yang seragam yaitu dengan metode Sex Reversal. dengan menghasilkan benih yang seragam yaitu dengan metode Sex Reversal. Penerapan

(8)

Kegiatan budidaya secara monosex (

Kegiatan budidaya secara monosex (monoculturemonoculture) ) akan akan bermanfaat bermanfaat dalamdalam mempercepat pertumbuhan ikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat mempercepat pertumbuhan ikan. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan tingkat  pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina.

 pertumbuhan antara ikan berjenis jantan dengan betina. Salah satu

Salah satu cara untuk cara untuk mendapatkan bmendapatkan benih ikan enih ikan nila nila jantan (monosejantan (monosex).x). yakni dengan cara memberikan hormon jantan (testosteron) dengan teknik sex yakni dengan cara memberikan hormon jantan (testosteron) dengan teknik sex reversal. Hormon yang digunakan pada umumnya yakni hormon sintetik

reversal. Hormon yang digunakan pada umumnya yakni hormon sintetik 17a- 17a-methyltestosteron

methyltestosteron  (Phelps dan Popma, 2000). Organisme monoseks dapat  (Phelps dan Popma, 2000). Organisme monoseks dapat dihasilkan melalui metode manipulasi kelamin (sex reversal), dengan pendekatan dihasilkan melalui metode manipulasi kelamin (sex reversal), dengan pendekatan hormonal sebelum diferensiasi kelamin. Hormon steroid yang diberikan, hormonal sebelum diferensiasi kelamin. Hormon steroid yang diberikan, menyebabkan zigot dengan genotype XX akan berkembang menjadi karakter menyebabkan zigot dengan genotype XX akan berkembang menjadi karakter  jantan

 jantan secara secara fenotipe fenotipe atau atau sebaliknya sebaliknya zigot zigot dengan dengan genotype genotype XY XY akanakan  berkembang

 berkembang menjadi menjadi karakter karakter betina betina secara secara fenotipe fenotipe (Wichins (Wichins dan dan Lee Lee 2002).2002). Pemberian hormon ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara oral melalui Pemberian hormon ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu secara oral melalui  pakan

 pakan buatan buatan ataupun ataupun pakan pakan alami alami atau atau cara cara perendaman perendaman embrio embrio pada pada mediamedia  budidaya

 budidaya dengan dengan hormon hormon yang yang telah telah dilarutkan dilarutkan (Hunter (Hunter dan dan Donaldson, Donaldson, 1983).1983). Pemberian hormon ini dilakukan sebelum diferensiasi kelamin terjadi. Proses ini Pemberian hormon ini dilakukan sebelum diferensiasi kelamin terjadi. Proses ini  biasanya

 biasanya mulai mulai terjadi terjadi pada pada saat saat telur telur akan akan segera segera menetas menetas (Baker (Baker et. et. al.,1988;al.,1988; Shepherd dan Bromage, 1988), setelah telur menetas juga sebelum atau sesudah Shepherd dan Bromage, 1988), setelah telur menetas juga sebelum atau sesudah ikan mulai makan (Yamazaki, 1983). Dengan metoda ini diharapkan dapat ikan mulai makan (Yamazaki, 1983). Dengan metoda ini diharapkan dapat meningkatkan hasil produksi.

meningkatkan hasil produksi.

1.2

1.2 Identifikasi MasalahIdentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah yaitu Berdasarkan latar belakang tersebut, dapat diidentifikasi masalah yaitu tingkat

tingkat efektivitasefektivitas  pemberian pemberian 17α17α-methyltestosteron-methyltestosteron melalui peremberian pakanmelalui peremberian pakan  pada

 pada larva.larva.

1.3

1.3 TujuanTujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase nisbah kelamin pada Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persentase nisbah kelamin pada larva ikan nila jantan yang dihasilkan melalui proses maskulinisasi dengan cara larva ikan nila jantan yang dihasilkan melalui proses maskulinisasi dengan cara  pemberian secara oral melalui pakan larva men

(9)

1.4

1.4 KegunaanKegunaan

Hasil praktikum ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada Hasil praktikum ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada  pembudidaya untuk

 pembudidaya untuk mengoptimalkan mengoptimalkan produksi produksi ikan ikan nila nila betina betina sebagai sebagai penghasilpenghasil telur melalui pemanfaatan ikan nila jantan fungsional yang dihasilkan dari proses telur melalui pemanfaatan ikan nila jantan fungsional yang dihasilkan dari proses  sex reversal.

(10)

BAB II BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA 2.1

2.1 Ikan NilaIkan Nila

Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Ikan nila adalah sejenis ikan konsumsi air tawar. Ikan ini diintroduksi dari Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan Afrika, tepatnya Afrika bagian timur, pada tahun 1969, dan kini menjadi ikan  peliharaan

 peliharaan yang populer di yang populer di kolam-kolam air kolam-kolam air tawar di tawar di Indonesia sekaligus Indonesia sekaligus hama dihama di setiap sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis nil

setiap sungai dan danau Indonesia. Nama ilmiahnya adalah Oreochromis nil oticus,oticus, dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tila

dan dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Nile Tilapia (Andrew dan Klein 2001).pia (Andrew dan Klein 2001). Klasifikasi ikan nila menurut Kordi (2004) adalah seba

Klasifikasi ikan nila menurut Kordi (2004) adalah seba gai berikut :gai berikut : Kerajaan

Kerajaan : : AnimaliaAnimalia Filum

Filum : : ChordataChordata Kelas

Kelas : : OsteichtyesOsteichtyes Ordo

Ordo : : PerciformesPerciformes Famili

Famili : : CichlidaeCichlidae Genus

Genus : : OreochromisOreochromis

Spesies :

Spesies : Oreochromis niloticusOreochromis niloticus

Ikan nila memiliki Bentuk tubuh agak memanjang dan pipih ke samping, Ikan nila memiliki Bentuk tubuh agak memanjang dan pipih ke samping, warna putih kehitaman dan warnanya semakin terang kea rah bagian ventral atau warna putih kehitaman dan warnanya semakin terang kea rah bagian ventral atau  perut.

 perut. Pada Pada tubuh tubuh terdapat terdapat garis-garis garis-garis vertikal vertikal berwarna berwarna hijau hijau kebiruan,kebiruan, sedangkan pada sirip ekor terdapat delapan buah garis-garis melintang yang sedangkan pada sirip ekor terdapat delapan buah garis-garis melintang yang ujungnya berwarna kemerah-merahan. Mata tampak menonjol agar besar dan di ujungnya berwarna kemerah-merahan. Mata tampak menonjol agar besar dan di tepinya berwarna hijau.

tepinya berwarna hijau. Letak mulut terminal atau Letak mulut terminal atau di ujung tudi ujung tubuh. Posisi siripbuh. Posisi sirip  perut

 perut terhadap terhadap sirip sirip dada dada adalah adalah thoracic. thoracic. Garis Garis rusuk rusuk (( Linea  Linea lateralislateralis) terputus) terputus menjadi dua bagian,

menjadi dua bagian, letaknya memanjang di atas sirip dada. letaknya memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik padaJumlah sisik pada garis rusuk 34 buah. Tipe sisik adalah ctenoid atau sisik sisir. Bentuk sirip ekor garis rusuk 34 buah. Tipe sisik adalah ctenoid atau sisik sisir. Bentuk sirip ekor  berpinggiran tegak (Andrew dan Klein 20

 berpinggiran tegak (Andrew dan Klein 2001).01). 2.2

2.2 Pemijahan AlamiPemijahan Alami

` Pemijahan alami adalah teknik pemijahan yang dilakukan secara ` Pemijahan alami adalah teknik pemijahan yang dilakukan secara konvensional, yaitu ikan memijah sendiri tanpa tanpa melibatkan banyak campur konvensional, yaitu ikan memijah sendiri tanpa tanpa melibatkan banyak campur tangan manusia. Umumnya pemijahan alami diterapkan pada ikan-ikan dari tangan manusia. Umumnya pemijahan alami diterapkan pada ikan-ikan dari kelompok ikan yang mudah memijah. Pemijahan terjadi secara spontan setelah kelompok ikan yang mudah memijah. Pemijahan terjadi secara spontan setelah induk jantan dan betina disatukan di dalam kolam pemijahan. Pada saat terjadi induk jantan dan betina disatukan di dalam kolam pemijahan. Pada saat terjadi

(11)

 pemijahan,

 pemijahan, induknya induknya mengeluarkan mengeluarkan telurnya telurnya kedalam kedalam air, air, dan dan pada pada saat saat hampirhampir  bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma dan membuahiny

 bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma dan membuahinya.a.

Pemijahan alami secara tradisional adalah pemijahan yang dilakukan Pemijahan alami secara tradisional adalah pemijahan yang dilakukan mengikuti pola atau kebiasaan petani atau pembudidaya pada umumnya.pada mengikuti pola atau kebiasaan petani atau pembudidaya pada umumnya.pada sistem tradisional ini, jumlah induk yang dipijahkan sangat sedikit sehingga benih sistem tradisional ini, jumlah induk yang dipijahkan sangat sedikit sehingga benih yang dihasilkanpun sedikit. Biasanya pemijahan alami dilakukan dilakukan yang dihasilkanpun sedikit. Biasanya pemijahan alami dilakukan dilakukan dikolam pemijahan, bisa menggunakan hapa(kantong yang terbuat dari kain trikot dikolam pemijahan, bisa menggunakan hapa(kantong yang terbuat dari kain trikot atau nilon untuk menampung benih hasil pemijahan. Bisa juga tidak meggunakan atau nilon untuk menampung benih hasil pemijahan. Bisa juga tidak meggunakan hapa (tergantung ikan apa yang akan dipijahkan).

hapa (tergantung ikan apa yang akan dipijahkan).

Pada pemijahan alami , ikan betina akan mengeluarkan telurnya ke dalam Pada pemijahan alami , ikan betina akan mengeluarkan telurnya ke dalam air, dan pada saat bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi air, dan pada saat bersamaan induk jantan mengeluarkan sperma untuk membuahi telur tersebut. Telur yang sudah terbuahi , pada jenis ikan tertentu ada yang telur tersebut. Telur yang sudah terbuahi , pada jenis ikan tertentu ada yang  bersifat menempel pada

 bersifat menempel pada substrat , ada jusubstrat , ada juga yang tidak menempel tga yang tidak menempel tetapi melayang-etapi melayang-layang didalam air.

layang didalam air.

Untuk jenis ikan yang menempelkan telurnya pada substrat (misalnya ikan Untuk jenis ikan yang menempelkan telurnya pada substrat (misalnya ikan mas), perlu disiapkan kakaban pada kolam pemijahan yaitu substrat buatan mas), perlu disiapkan kakaban pada kolam pemijahan yaitu substrat buatan sebagai tempal menempel telur. Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit dua buah sebagai tempal menempel telur. Kakaban terbuat dari ijuk yang dijepit dua buah  bambu.

 bambu. Jika Jika kakaban kakaban dari dari ijuk ijuk sulit sulit diperoleh diperoleh dapat dapat juga juga menggunakanmenggunakan rerumputan. Kakaban atau rerumputan dipasang dikolam pemijahan setelah unduk rerumputan. Kakaban atau rerumputan dipasang dikolam pemijahan setelah unduk  jantan dan betina dimasukkan kedalam kolam tersebut.

 jantan dan betina dimasukkan kedalam kolam tersebut. 2.3

2.3 Reproduksi Ikan NilaReproduksi Ikan Nila

Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya Reproduksi adalah kemampuan individu untuk menghasilkan keturunanya sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap sebagai upaya untuk melestarikan jenisnya atau kelompoknya. Tidak setiap individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan individu mampu menghasilkan keturunan, tetapi setidaknya reproduksi akan  berlangsung

 berlangsung pada pada sebagian sebagian besar besar individu individu yang yang hidup hidup dipermukaan dipermukaan bumi bumi ini.ini. Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi Kegiatan reproduksi pada setiap jenis hewan air berbeda-beda, tergantung kondisi lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu

lingkungan. Ada yang berlangsung setiap musim atau kondisi tertentu setiap tahunsetiap tahun (Yushinta Fujaya, 2004: 151).

(Yushinta Fujaya, 2004: 151).

Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan Gonad adalah bagian dari organ reproduksi pada ikan yang menghasilkan telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya telur pada ikan betina dan sperma pada ikan jantan. Ikan pada umumnya mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya, 2005: mempunyai sepasang gonad dan jenis kelamin umumnya terpisah (Sukiya, 2005: 20). Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku 20). Ikan memiliki ukuran dan jumlah telur yang berbeda, tergantung tingkah laku

(12)

dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran dan habitatnya. Sebagian ikan memiliki jumlah telur banyak, namun berukuran kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan kecil sebagai konsekuensi dari kelangsungan hidup yang rendah. Sebaliknya, ikan yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang yang memiliki jumlah telur sedikit, ukuran butirnya besar, dan kadang-kadang memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Yushinta Fujaya, 2004: memerlukan perawatan dari induknya, misal ikan Tilapia (Yushinta Fujaya, 2004: 151).

151).

Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi Perkembangan gonad pada ikan menjadi perhatian para peneliti reproduksi dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk dimana peninjauan perkembangan tadi dilakukan dari berbagai aspek termasuk  proses-proses

 proses-proses yang yang terjadi terjadi di di dalam dalam gonad gonad baik baik terhadap terhadap individu individu maupunmaupun  populasi.

 populasi. Perkembangan Perkembangan gonad gonad yang yang semakin semakin matang matang merupakan merupakan bagian bagian daridari reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil reproduksi ikan sebelum terjadi pemijahan. Selama itu sebagian besar hasil metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat metabolisme tertuju kepada perkembangan gonad. Dalam individu telur terdapat  proses

 proses yang dinamakan yang dinamakan vitellogenesis vitellogenesis yaitu yaitu terjadinya terjadinya pengendapan pengendapan kuning kuning telurtelur  pada tiap individu-individu telur. Hal ini menyebabkan p

 pada tiap individu-individu telur. Hal ini menyebabkan perubahan-perubahan padaerubahan-perubahan pada gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari gonad. Umumnya pertambahan berat gonad pada ikan betina sebesar 10-25% dari  berat

 berat tubuh tubuh dan dan pada pada ikan ikan jantan jantan sebesar sebesar 5-10%. 5-10%. Dalam Dalam biologi biologi perikanan,perikanan,  pencatatan

 pencatatan perubahan perubahan atau atau tahap-tahap tahap-tahap kematangan kematangan gonad gonad diperlukan diperlukan untukuntuk mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang mengetahui perbandingan ikan-ikan yang akan melakukan reproduksi dan yang tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini

tidak. Dari pengetahuan tahap kematangan gonad ini juga akan didapat keteranganjuga akan didapat keterangan  bilamana

 bilamana ikan ikan itu itu akan akan memijah, memijah, baru baru memijah, memijah, atau atau sudah sudah selesai selesai memijah.memijah. Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada Mengetahui ukuran ikan untuk pertama kali gonadnya menjadi masak, ada hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan hubungannya dengan pertumbuhan ikan itu sendiri dan faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhinya.

yang mempengaruhinya.

Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya masak menjadi Tiap-tiap spesies ikan pada waktu pertama kali gonadnya masak menjadi masak tidak sama ukuranya. Demikian dengan ikan yang sama spesiesnya. masak tidak sama ukuranya. Demikian dengan ikan yang sama spesiesnya. Lebih-lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaanya lebih bila ikan yang sama spesiesnya itu tersebar pada lintang yang perbedaanya lebih dari lima derajat, maka akan terdapat perbedaanya ukuran dan umur ketika lebih dari lima derajat, maka akan terdapat perbedaanya ukuran dan umur ketika mencapai kematangan gonad untuk pertamakalinya. Sebagai contoh ikan large mencapai kematangan gonad untuk pertamakalinya. Sebagai contoh ikan large mouth bass yang terdapat di Amerika Serikat. Ikan tersebut yang terdapat mouth bass yang terdapat di Amerika Serikat. Ikan tersebut yang terdapat dibagian Selatan pada waktu berumur satu tahun dengan berat 180 gram, dibagian Selatan pada waktu berumur satu tahun dengan berat 180 gram, gonadnya sudah masak dan dapat bereproduksi. Ikan yang sama spesiesnya yang gonadnya sudah masak dan dapat bereproduksi. Ikan yang sama spesiesnya yang terdapat di bagian Utara pada umur satu tahun., ukuranya lebih besar yaitu terdapat di bagian Utara pada umur satu tahun., ukuranya lebih besar yaitu  panjangnya

(13)

didapatkan telur yang masak, demikian juga spermanya. Ikan blue gill yang didapatkan telur yang masak, demikian juga spermanya. Ikan blue gill yang  beratnya

 beratnya 42 42 gram, gram, gonadnya gonadnya masak masak dan dan dapat dapat berpijah berpijah pada pada umur umur satu satu tahun.tahun. Tetapi ikan yang sama spesiesnya dalam keadaan banyak makan, dalam waktu 5 Tetapi ikan yang sama spesiesnya dalam keadaan banyak makan, dalam waktu 5  bulan beratnya

 bulan beratnya dapat medapat mencapai 56 ncapai 56 gram dan gram dan gonadnya masak gonadnya masak dan dapat dan dapat berpijah.berpijah. Jadi faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di daerah Jadi faktor utama yang mempengaruhi kematangan gonad ikan di daerah  bermusim empat

 bermusim empat antara laiantara lain ialah n ialah suhu dan suhu dan makanan. Tetapi makanan. Tetapi untuk ikan untuk ikan di daerahdi daerah tropik faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya gonad tropik faktor suhu secara relatif perubahannya tidak besar dan umumnya gonad dapat masak lebih cepat (Effendie,1997: 8).

dapat masak lebih cepat (Effendie,1997: 8).

Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara: pertama cara Pengamatan kematangan gonad dilakukan dengan dua cara: pertama cara histologi dilakukan di laboratorium, kedua cara pengamatan morfologi yang dapat histologi dilakukan di laboratorium, kedua cara pengamatan morfologi yang dapat dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan. Dari penelitian dilakukan di laboratorium dan dapat pula dilakukan di lapangan. Dari penelitian histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan histologi akan diketahui anatomi perkembangan gonad tadi lebih jelas dan menditail. Sedangkan pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara menditail. Sedangkan pengamatan secara morfologi tidak akan sedetail cara histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang histologi, namun cara morfologi ini banyak dilakukan para peneliti. Dasar yang dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah dipakai untuk menentukan tingkat kematangan gonad dengan cara morfologi ialah  bentuk, ukuran panjang

 bentuk, ukuran panjang dan berat, dan berat, warna dan warna dan perkembangan isi perkembangan isi gonad yang dapatgonad yang dapat dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan dilihat. Perkembangan gonad ikan betina lebih banyak diperhatikan dari pada ikan  jantan

 jantan perkembangan perkembangan diameter diameter telur telur yang yang terdapat terdapat dalam dalam gonad gonad lebih lebih mudahmudah dilihat dari pada sperma yang terdapat di dalam testis (Effendie, 1997: 9).

dilihat dari pada sperma yang terdapat di dalam testis (Effendie, 1997: 9).

Garis besar perkembangan ovarium ikan terbagi dua tahap, pertama tahap Garis besar perkembangan ovarium ikan terbagi dua tahap, pertama tahap  perkembangan

 perkembangan struktural struktural yaitu yaitu pertumbuhan pertumbuhan ovarium ovarium hingga hingga hewan hewan mencapaimencapai dewasa kelamin dan kedua tahap perkembangan fungsional yaitu tahap dewasa kelamin dan kedua tahap perkembangan fungsional yaitu tahap  pematangan

 pematangan telur. telur. Sehubungan Sehubungan dengan dengan tahap tahap perkembangan perkembangan telur, telur, perubahan- perubahan- perubahan

 perubahan morfologi morfologi dapat dapat dipakai dipakai sebagai sebagai tolak tolak ukur ukur tahap tahap perkembanganperkembangan oogenesis. Menurut Babiker dan Ibrahim dalam effendi (1979) perubahan oogenesis. Menurut Babiker dan Ibrahim dalam effendi (1979) perubahan morfologi yang terjadi dapat meliputi warna, bentuk, keadaan permukaan, morfologi yang terjadi dapat meliputi warna, bentuk, keadaan permukaan,  penampakan oosit dan pembuluh darah

 penampakan oosit dan pembuluh darah..

Perubahan-perubahan berat ovarium dapat terjadi selama tahap Perubahan-perubahan berat ovarium dapat terjadi selama tahap  perkembangan

 perkembangan telur. telur. Berat Berat ovarium ovarium akan akan semakin semakin bertambah bertambah dengan dengan semakinsemakin lanjutnya perkembangan telur hingga mencapai maksimum saat akan mengalami lanjutnya perkembangan telur hingga mencapai maksimum saat akan mengalami  pemijahan.

 pemijahan. Menurut Menurut Effendie Effendie (1997) (1997) perubahan-perubahan perubahan-perubahan kondisi kondisi ovariumovarium (sehubungan dengan pertambahan berat) dapat dinyatakan dalam suatu indeks (sehubungan dengan pertambahan berat) dapat dinyatakan dalam suatu indeks

(14)

kematangan atau indeks Gonado Somatik. Yang menunjukkan berat gonad dibagi kematangan atau indeks Gonado Somatik. Yang menunjukkan berat gonad dibagi  berat

 berat tubuh tubuh dikali dikali 100%. 100%. Biasanya Biasanya indeks indeks kematangan kematangan ini ini biasanya biasanya hanyahanya ditunjukan untuk hewan betina.

ditunjukan untuk hewan betina. 2.4

2.4 Hormon Hormon yang Beyang Berperan rperan dan Sistedan Sistem horm hormon damon dalam lam PembentukanPembentukan Kelamin Ikan

Kelamin Ikan

Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, Proses pembentukan spermatozoa dipengaruhi oleh kerja beberapa hormon, diantaranya:

diantaranya: a.

a. Kelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (FolicleKelenjer hipofisis menghasilkan hormon peransang folikel (Folicle Stimulating Hormon / FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon / Stimulating Hormon / FSH) dan hormon lutein (Luteinizing Hormon / LH).

LH).  b.

 b. LH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. PadaLH merangsang sel leydig untuk menghasilkan hormon testosteron. Pada masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin masa pubertas, androgen/testosteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

sekunder. c.

c. FSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen BindingFSH merangsang sel Sertoli untuk menghasilkan ABP (Androgen Binding Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai Protein) yang akan memacu spermatogonium untuk memulai spermatogenesis.

spermatogenesis. d.

d. Hormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awalHormon pertumbuhan, secara khusus meningkatkan pembelahan awal  pada spermatogenesis.

 pada spermatogenesis. Proses

Proses  pembentukan pembentukan oogenesisoogenesis dipengaruhidipengaruhi oleholeh kerjakerja  beberapa beberapa hormon,hormon,

diantaranya: diantaranya:

a.

a. Pada usia reproduksi hipothalamus menghasilkan hormon GnRHPada usia reproduksi hipothalamus menghasilkan hormon GnRH (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi (gonadotropin releasing hormone) yang menstimulasi hipofisis mensekresi hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormon FSH (follicle stimulating hormone) dan LH (lutinuezing hormone).

hormone).  b.

 b. FSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadiFSH dan LH menyebabkan serangkaian proses di ovarium sehingga terjadi sekresi hormon estrogen dan progesteron.

sekresi hormon estrogen dan progesteron. c.

c. LH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteronLH merangsang korpus luteum untuk menghasilkan hormon progesteron dan meransang ovulasi.

dan meransang ovulasi. d.

d. Pada masa pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelaminPada masa pubertas, progesteron memacu tumbuhnya sifat kelamin sekunder.

sekunder. e.

e. FSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentukFSH merangsang ovulasi dan meransang folikel untuk membentuk estrogen, memacu perkembangan folikel.

(15)

2.5

2.5 Hormon Hormon 17a-metiltest17a-metiltestosteronosteron

Hormon memiliki definisi klasik sebagai suatu substansi kimia yang Hormon memiliki definisi klasik sebagai suatu substansi kimia yang diproduksi oleh jaringan khusus yang kemudian diseksresikan kedalam darah, diproduksi oleh jaringan khusus yang kemudian diseksresikan kedalam darah, untuk kemudian dibawa ke organ target (Bolander 1994). Pada tahan untuk kemudian dibawa ke organ target (Bolander 1994). Pada tahan  perkembangan

 perkembangan gonad gonad belum belum terdeferensiasi terdeferensiasi menjadi menjadi jantan jantan atau atau betina, betina, hormonhormon steroid belum terbentuk sehingga pembentukan gonad dapat diarahkan dengan steroid belum terbentuk sehingga pembentukan gonad dapat diarahkan dengan menggunakan hormon sintetik (Hunter dan Donaldson, 1983). Menurut Hunter menggunakan hormon sintetik (Hunter dan Donaldson, 1983). Menurut Hunter dan Donaldson (1983), hormon steroid seksual yang berguna untuk proses dan Donaldson (1983), hormon steroid seksual yang berguna untuk proses  pengubahan

 pengubahan kelamin kelamin antara antara lain lain androgen androgen yang yang terdiri terdiri atas atas testosteron testosteron dandan metiltestosteron yang memiliki pengaruh maskulinitas, dan estrogen seperti estron metiltestosteron yang memiliki pengaruh maskulinitas, dan estrogen seperti estron serta estradiol yang berpengaruh terhadap feminitas. Hormon steroid merupakan serta estradiol yang berpengaruh terhadap feminitas. Hormon steroid merupakan hormon yang dapat mempengaruhi reproduksi hewan, merangsang proses hormon yang dapat mempengaruhi reproduksi hewan, merangsang proses  pertumbuhan,

 pertumbuhan, diferensiasi diferensiasi kelamin, kelamin, dan dan juga juga mempengaruhi mempengaruhi tingkah tingkah laku laku ikanikan (Donaldson

(Donaldson et al.et al. 1978). Hunter dan Donaldson (1983) juga menjelaskan bahwa1978). Hunter dan Donaldson (1983) juga menjelaskan bahwa  pemberian

 pemberian beberapa beberapa jenis jenis hormon hormon androgen androgen dapat dapat menyebabkan menyebabkan timbulnya timbulnya efekefek maskulinisasi atau juga efek dari sifat antara maskulin dan feminin. Testosteron maskulinisasi atau juga efek dari sifat antara maskulin dan feminin. Testosteron dan esternya merupakan hormon alami yang dihasilkan oleh gonad jantan. Pada dan esternya merupakan hormon alami yang dihasilkan oleh gonad jantan. Pada fase embrionik, hormon ini dapat menyebabkan timbulnya sifat jantan pada fase embrionik, hormon ini dapat menyebabkan timbulnya sifat jantan pada saluran genital, tetapi tidak mempengaruhi gonad secara

saluran genital, tetapi tidak mempengaruhi gonad secara keseluruhan.keseluruhan.

Metiltestosteron merupakan androgen yang paling sering dipakai untuk Metiltestosteron merupakan androgen yang paling sering dipakai untuk merubah jenis kelamin d

merubah jenis kelamin dan penggunaan an penggunaan metiltestosteron metiltestosteron pada dosis ypada dosis yang berbedaang berbeda akan memberikan pengaruh yang berbeda pula (Nagy

akan memberikan pengaruh yang berbeda pula (Nagy et al.et al.  1981  1981 dalamdalam  Sinjal  Sinjal 2008).

2008). 17a-metiltestosteron17a-metiltestosteron  merupakan hormon sintetik yang molekulnya sudah  merupakan hormon sintetik yang molekulnya sudah dimodifikasi agar tahan lama di dalam tubuh. Hal ini dikarenakan pada karbon dimodifikasi agar tahan lama di dalam tubuh. Hal ini dikarenakan pada karbon ke-17 telah ditempeli gugus metil agar tahan lebih la

17 telah ditempeli gugus metil agar tahan lebih lama (Zairin 2002).ma (Zairin 2002). Carman

Carman et al.et al. (1998) menyebutkan bahwa cara oral dan perendaman(1998) menyebutkan bahwa cara oral dan perendaman merupakan metode dalam aplikasi penggunaan hormon. Pada metode merupakan metode dalam aplikasi penggunaan hormon. Pada metode  perendaman,

 perendaman, agar agar efektif efektif perlu perlu diperhatikan diperhatikan konsentrasi konsentrasi hormon hormon dan dan lama lama waktuwaktu  perendaman. Efek yang

 perendaman. Efek yang berlawanan dapat tberlawanan dapat terjadi dari erjadi dari penggunaan hormon steroidpenggunaan hormon steroid seks yaitu terjadinya maskulinisasi setelah pemberian hormon esterogen atau yang seks yaitu terjadinya maskulinisasi setelah pemberian hormon esterogen atau yang lebih sering terjadi yaitu terjadinya feminimisasi setelah pemberian hormon lebih sering terjadi yaitu terjadinya feminimisasi setelah pemberian hormon androgen.

(16)

Teknik sex reversal pada ikan nila yang banyak dilakukan adalah dengan Teknik sex reversal pada ikan nila yang banyak dilakukan adalah dengan  penambahan

 penambahan hormon hormon sintetik sintetik 17a-methyltestosterone 17a-methyltestosterone (17a-mt). (17a-mt). Hasil Hasil penelitianpenelitian menunjukkan bahwa penambahan hormon 17a-mt pada pakan dengan dosis 40-60 menunjukkan bahwa penambahan hormon 17a-mt pada pakan dengan dosis 40-60 mg/kg pakan

mg/kg pakan selama 3-4 minggu selama 3-4 minggu pada benih pada benih ikan nila berumuikan nila berumur 7-9 hari setelahr 7-9 hari setelah menetas

menetas efektif efektif untuk untuk sex sex reversal reversal dan dan mampu mampu menghasilkan menghasilkan populasi populasi jantanjantan mendekati

mendekati 100% 100% ( ( Bowker Bowker et et al. al. 2007). 2007). Namun Namun berdasarkan berdasarkan Surat Surat KeputusanKeputusan Menteri

Menteri Kelautan Kelautan dan dan Perikanan Perikanan nomor nomor KEP.20/MEN/2003, KEP.20/MEN/2003, hormon hormon 17a-mt17a-mt termasuk dalam klasifikasi obat keras yang berarti bahwa peredaran dan termasuk dalam klasifikasi obat keras yang berarti bahwa peredaran dan  pemanfaatannya

 pemanfaatannya menjadi menjadi semakin semakin dibatasi dibatasi terkait terkait dengan dengan dampak dampak negatif negatif yangyang dapat ditimbulkan, baik kepada ikan, manusia maupun lingkungan. Hormon dapat ditimbulkan, baik kepada ikan, manusia maupun lingkungan. Hormon 17a-mt yang notabene merupakan hormon sintetik bersifat karsinogenik bagi manusia. mt yang notabene merupakan hormon sintetik bersifat karsinogenik bagi manusia. Selain

Selain itu, itu, hormon hormon ini ini juga juga berpotensi berpotensi menimbulkan menimbulkan pencemaran pencemaran lingkunganlingkungan karena sulit terdegradasi secara alami. Contreras-Sancez et al. (2001) melaporkan karena sulit terdegradasi secara alami. Contreras-Sancez et al. (2001) melaporkan  bahwa

 bahwa residu residu anabolik anabolik 17a-mt 17a-mt masih masih tertinggal tertinggal dalam dalam sedimen sedimen kolam kolam setelah setelah 33  bulan penggunaanny

 bulan penggunaannya pada maskulinisasi benih ikan nila.a pada maskulinisasi benih ikan nila. 2.6

2.6 SSeex x rreeveverrsalsal

Pada ikan perubahan sifat kelamin individual dimungkinkan terjadi, baik Pada ikan perubahan sifat kelamin individual dimungkinkan terjadi, baik secara alamiah maupun rekayasa. Populasi ikan

secara alamiah maupun rekayasa. Populasi ikan monosexmonosex dapat diperoleh dengandapat diperoleh dengan teknik pengalihan jenis kelamin

teknik pengalihan jenis kelamin (sex reversal)(sex reversal) yang dapat dilakukan denganyang dapat dilakukan dengan  berb

 berbagai agai carcara a yaityaitu u masmaskulikulinisanisasi si (Fi(Fitzptzpatratrickick et al.et al. 1999; Arsenia1999; Arsenia et al.et al. 2005), feminisasi (Hopkins

2005), feminisasi (Hopkins et al.et al. 1979), ginogenesis dan androgenesis1979), ginogenesis dan androgenesis (Shelton

(Shelton et al.et al. 2002). Secara harfiah,2002). Secara harfiah,  sex  sex reversalreversal dapat diartikan sebagai suatudapat diartikan sebagai suatu teknologi pembalikan kelamin secara fenotipik, yaitu ikan yang berkelamin jantan teknologi pembalikan kelamin secara fenotipik, yaitu ikan yang berkelamin jantan secara genotipik diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina dan secara genotipik diarahkan perkembangan gonadnya menjadi betina dan sebaliknya.

sebaliknya. Sex reversalSex reversal secara buatan bisa dilakukan karena pada waktu menetassecara buatan bisa dilakukan karena pada waktu menetas gonad ikan belum berdiferensiasi menjadi jantan atau betina. Dengan teknik gonad ikan belum berdiferensiasi menjadi jantan atau betina. Dengan teknik  sex sex reversal 

reversal , fenotip ikan dapat berubah, tetapi genotipnya tidak berubah (Zairin,, fenotip ikan dapat berubah, tetapi genotipnya tidak berubah (Zairin, 2002).

2002).

Keberhasilan

Keberhasilan  sex  sex reversalreversal  buatan  buatan dipengaruhi dipengaruhi oleh oleh ketepatanketepatan memanipulasi faktor lingkungan terhadap produksi steroid yang dikehendaki pada memanipulasi faktor lingkungan terhadap produksi steroid yang dikehendaki pada saat yang tepat sebelum masa diferensiasi berakhir. Metode pengarahan kelamin saat yang tepat sebelum masa diferensiasi berakhir. Metode pengarahan kelamin secara buatan dapat dilakukan dengan menambahkan hormon steroid sebagai secara buatan dapat dilakukan dengan menambahkan hormon steroid sebagai

(17)

 perangsang.

 perangsang. Misalnya, Misalnya, perlakuanperlakuan eksogenouseksogenous androgen bisa menyebabkan efekandrogen bisa menyebabkan efek  jantan

 jantan (maskulinisasi) (maskulinisasi) sedangkansedangkan eksogenouseksogenous estrogen menyebabkan efek betinaestrogen menyebabkan efek betina (feminisasi). Tipe androgen yang telah banyak digunakan adalah metiltestosteron (feminisasi). Tipe androgen yang telah banyak digunakan adalah metiltestosteron (17

-(17 -methyltestosteronemethyltestosterone) yang diketahui cukup stabil dan efektif diberikan secara) yang diketahui cukup stabil dan efektif diberikan secara oral (Yamazaki, 1983).

oral (Yamazaki, 1983).

Teknik pengalihan jenis kelamin yang seringkali diantaranya teknik Teknik pengalihan jenis kelamin yang seringkali diantaranya teknik maskulinisasi untuk menghasilkan populasi ikan jantan

maskulinisasi untuk menghasilkan populasi ikan jantan (all male)(all male) dan feminisasidan feminisasi untuk menghasilkan populasi ikan betina (

untuk menghasilkan populasi ikan betina (all female).all female). Lebih lanjut Zairin (2002).Lebih lanjut Zairin (2002). menyebutkan bahwa secara buatan, teknik alih kelamin dimungkinkan terjadi menyebutkan bahwa secara buatan, teknik alih kelamin dimungkinkan terjadi dikarenakan pada awal perkembangan embrio atau larva belum terjadi diferensiasi dikarenakan pada awal perkembangan embrio atau larva belum terjadi diferensiasi kelamin. Metode alih kelamin terdiri dari metode untuk memperoleh populasi kelamin. Metode alih kelamin terdiri dari metode untuk memperoleh populasi monosex

monosex yaitu melalui terapi hormon (secara langsung) atupun rekayasayaitu melalui terapi hormon (secara langsung) atupun rekayasa kromosom (cara tidak langsung).

kromosom (cara tidak langsung). 2.7

2.7 PerkembangPerkembangan Fishilogi dan an Fishilogi dan Organ Reproduksi Primer dalamOrgan Reproduksi Primer dalam Sex Revesal

Sex Revesal

Jenis kelamin suatu individu ditentukan oleh faktor lingkungan dan Jenis kelamin suatu individu ditentukan oleh faktor lingkungan dan genetik yang bekerja sama. Secara genetik, jenis kelamin ditentukan oleh genetik yang bekerja sama. Secara genetik, jenis kelamin ditentukan oleh kromosom. Ada dua jenis kromosom yaitu gonosom dan autosom. Gonosom kromosom. Ada dua jenis kromosom yaitu gonosom dan autosom. Gonosom adalah kromosom yang berperan dalam mentukan jenis kelamin, sedangkan adalah kromosom yang berperan dalam mentukan jenis kelamin, sedangkan autosom adalah yang tidak menentukan jenis kelamin (Yatim 1986). Secara autosom adalah yang tidak menentukan jenis kelamin (Yatim 1986). Secara genetik jenis kelamin suatu individu sudah ditetapkan pada waktu pembuahan, genetik jenis kelamin suatu individu sudah ditetapkan pada waktu pembuahan, tetapi pada masa embrio, gonad (organ kelamin primer) masih berada dalam tetapi pada masa embrio, gonad (organ kelamin primer) masih berada dalam keadaan indifferen, yaitu keadaan bakat-bakat untuk menjadi betina atau jantan keadaan indifferen, yaitu keadaan bakat-bakat untuk menjadi betina atau jantan dalam bentuk dan semua perlengkapan struktur betina dan jantan sudah ada. dalam bentuk dan semua perlengkapan struktur betina dan jantan sudah ada. Phelps dan Popma (2000) menyebutkan bahwa pada ikan, diferensiasi seks gonad Phelps dan Popma (2000) menyebutkan bahwa pada ikan, diferensiasi seks gonad merupakan proses yang kompleks tidak seperti pada kebanyakan hewan vertebrata merupakan proses yang kompleks tidak seperti pada kebanyakan hewan vertebrata lainnya. Selain faktor genetik dan kromosom seks, terdapat faktor lain yang lainnya. Selain faktor genetik dan kromosom seks, terdapat faktor lain yang mempengaruhi hasil dari proses akhir perkembangan gonad dan seks fenotip yang mempengaruhi hasil dari proses akhir perkembangan gonad dan seks fenotip yang diperoleh yaitu faktor lingkungan.

diperoleh yaitu faktor lingkungan.

Perubahan kelamin buatan paling efektif dilakukan saat diferensiasi Perubahan kelamin buatan paling efektif dilakukan saat diferensiasi kelamin. Perubahan jenis kelamin secara buatan dimungkinkan karena pada fase kelamin. Perubahan jenis kelamin secara buatan dimungkinkan karena pada fase  pertumbuhan

(18)

 pembentukan

 pembentukan steroid steroid sehingga sehingga pembentukan pembentukan gonad gonad dapat dapat diarahkan diarahkan dengandengan menggunakan hormon steroid sintetis (Yamazaki 1983). Hormon tersebut dapat menggunakan hormon steroid sintetis (Yamazaki 1983). Hormon tersebut dapat mengatur beberapa fenomena reproduksi misalnya proses diferensiasi gonad, mengatur beberapa fenomena reproduksi misalnya proses diferensiasi gonad,  pembentukan

 pembentukan gamet, gamet, ovulasi, ovulasi, spermiasi, spermiasi, pemijahan. pemijahan. Hormon Hormon steroid steroid biasanyabiasanya diberikan secara langsung ke ikan terutama pada masa perkembangan gonad diberikan secara langsung ke ikan terutama pada masa perkembangan gonad (diferensiasi seks), cara ini telah berhasil diterapkan pada beberapa jenis ikan (diferensiasi seks), cara ini telah berhasil diterapkan pada beberapa jenis ikan seperti ikan nila, koan, mas dan beberapa jenis ikan lainnya

seperti ikan nila, koan, mas dan beberapa jenis ikan lainnya ..

(19)

BAB III BAB III METODOLOGI METODOLOGI 3.1

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan PraktikumWaktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum Praktikum Pemijahan Alami dan

Praktikum Pemijahan Alami dan Sex Reversal Sex Reversal  Ikan Ikan Nila Nila dengandengan Menggunakan Hormon 17α Metil Testosteron

Menggunakan Hormon 17α Metil Testosteron dilaksanakan pada hari Jumat,31dilaksanakan pada hari Jumat,31 Maret 2017 pukul 13.00

Maret 2017 pukul 13.00 –  –  18 18.00 WIB di Ciparanje (Pemijahan Alami) dan Jum’at,.00 WIB di Ciparanje (Pemijahan Alami) dan Jum’at, 14 April 2017 pukul 13.00

14 April 2017 pukul 13.00  –  –   16.00 WIB di Laboratorium Akuakultur (  16.00 WIB di Laboratorium Akuakultur ( SexSex  Reversal 

 Reversal ) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran.) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran. 3.2

3.2 Alat dan BahanAlat dan Bahan 3.2.1

3.2.1 AlatAlat –  –  alat alat

Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Pemijahan Alami dan Sex Alat-alat yang digunakan dalam praktikum Pemijahan Alami dan Sex Reversal Ikan Nila dengan

Reversal Ikan Nila dengan Menggunakan Hormon 17α Metil Testosteron adalahMenggunakan Hormon 17α Metil Testosteron adalah sebagai berikut:

sebagai berikut: a.

a. Pemijahan AlamiPemijahan Alami

Tabel 1. Alat Praktikum Pemijahan Alami dan

Tabel 1. Alat Praktikum Pemijahan Alami dan FungsinyaFungsinya  No

 No Alat Alat FungsiFungsi 1

1 Pacul Pacul dan dan skop skop untuk untuk membersihkan membersihkan kolam kolam dari dari lumpur.lumpur.

2

2 Ember Ember untuk untuk menampung menampung airair 3

3 Saringan Saringan untuk untuk mengambil mengambil ikan ikan nilanila 4

4 Sarung Sarung tangan tangan untuk untuk melindungi melindungi tangan tangan ketika ketika prosesproses  pembersihan kolam

 pembersihan kolam 5

5 Timbangan Timbangan untuk untuk menimbang menimbang bobot bobot ikan ikan nilanila 6

6 Bak Bak tembok wadah tembok wadah yang yang digunakan digunakan untuk untuk proses proses pemijahanpemijahan  pemijahan

 pemijahan AlamiAlami

b.

b. Se Sex x RR eevveersarsall

Tabel 2. Alat Praktikum

Tabel 2. Alat Praktikum Se Sex x RR eevveersarsall dan Fungsinya dan Fungsinya  No

 No Alat Alat FungsiFungsi 1

(20)

2

2 Nampan Nampan untuk untuk alas alas pada pada saat saat pakan pakan diberikan diberikan hormonhormon 3

3 Sendok Sendok untuk untuk meratakan meratakan dan dan mengaduk mengaduk pakan pakan yangyang diberi hormone

diberi hormone

4

4 Botol Botol fial fial sebagai sebagai wadah wadah hormon hormon untukuntuk dippingdipping 5

5 Akuarium Akuarium sebagai tempat sebagai tempat selama selama prosesproses

6

6 Wadah Wadah plastik plastik untuk untuk menyimpan menyimpan telur telur ikan ikan nila nila sebelumsebelum dimasukkan kedalam akuarium

dimasukkan kedalam akuarium

3.2.2

3.2.2 Bahan-bahanBahan-bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Ikan Nila dengan Bahan-bahan yang digunakan dalam praktikum Ikan Nila dengan Menggunakan Hormon 17α Metil Testosteron adalah sebagai berikut

Menggunakan Hormon 17α Metil Testosteron adalah sebagai berikut : : a.

a. Pemijahan AlamiPemijahan Alami 1.

1. Induk jantan dan betina ikan nilaInduk jantan dan betina ikan nila 2.

2. Pakan komersilPakan komersil b.

b. Se Sex x RR eevveersarsall 1.

1. HormonHormon 2.

2. Telur ikan nilaTelur ikan nila 3.

3. Alkohol, untuk melarutkan hormonAlkohol, untuk melarutkan hormon 4.

4. PakanPakan 3.3

3.3 Tahapan PraktikumTahapan Praktikum 3.3.1

3.3.1 Persiapan Persiapan PraktikumPraktikum a.

a. Persiapan alat dan bahan praktikum pemijahan alamiPersiapan alat dan bahan praktikum pemijahan alami

 Bak pemijahan dibersihkan dari tanah, lumpur, rumput dan sampah.Bak pemijahan dibersihkan dari tanah, lumpur, rumput dan sampah. 

 Pastikan tidak ada kebocoranPastikan tidak ada kebocoran 

 Bak pemijana diisi dengan airBak pemijana diisi dengan air 

 Seleksi induk nila dengan perbandingan 1 jantan Seleksi induk nila dengan perbandingan 1 jantan dan 3 betina, dengan totaldan 3 betina, dengan total

ikan 20 ikan setiap kolamnya ikan 20 ikan setiap kolamnya.’.’ b.

b. Persiapan alat dan bahan praktikumPersiapan alat dan bahan praktikum se sex x rreevveerrsasall

(21)

 Pastikan instalasi aerasi berfungsi dengan baikPastikan instalasi aerasi berfungsi dengan baik 

 Masukan telur ikan nila sebanyak 200 ekor pada akuarium berisi air 20Masukan telur ikan nila sebanyak 200 ekor pada akuarium berisi air 20

liter liter

3.3.2 Pelaksanaan Praktikum 3.3.2 Pelaksanaan Praktikum a.

a. Prosedur Prosedur praktikum praktikum Pemijahan Pemijahan AlamiAlami

 Total keseluruhan induk nila yang akan dipijahkan ditimbangTotal keseluruhan induk nila yang akan dipijahkan ditimbang 

 Ikan dimasukan ke bak pemijahanIkan dimasukan ke bak pemijahan 

 Debit air yang masuk kedalam bak pemijahan dibuat lebih besar Debit air yang masuk kedalam bak pemijahan dibuat lebih besar padapada

minggu pertama dan diperkecil di minggu kedua dan ketiga selama minggu pertama dan diperkecil di minggu kedua dan ketiga selama  pemeliharaan.

 pemeliharaan.

 Pakan diberikan selama proses pemijahan berlangsung sebesar 3% Pakan diberikan selama proses pemijahan berlangsung sebesar 3% daridari

 biomasa ikan yang dipijahkan.  biomasa ikan yang dipijahkan.

 Setelah 3 minggu dilakukan panen burayak atau larva.Setelah 3 minggu dilakukan panen burayak atau larva.

b.

b. Prosedur Prosedur praktikumpraktikum se sex x rreevveersarsall 1.

1. Perendaman embrio ikan nilem Dengan Hormon MTPerendaman embrio ikan nilem Dengan Hormon MT

 Akuarium diisi air sebanyak 10 liter Akuarium diisi air sebanyak 10 liter  

 Lakukan penimbangan hormon MT sesuai perlakuanLakukan penimbangan hormon MT sesuai perlakuan Larutkan hormon MTLarutkan hormon MT

yang sudah ditimbang dengan alkohol 70% sebanyak 1 ml pada botol vial yang sudah ditimbang dengan alkohol 70% sebanyak 1 ml pada botol vial

 Masukan Hormon MT yang sudah dilarutkan dengan alkohol ke akuariumMasukan Hormon MT yang sudah dilarutkan dengan alkohol ke akuarium

 percobaan, kemudian di arasi selama 30 menit  percobaan, kemudian di arasi selama 30 menit

 Masukan ikan uji, yaitu telur ikan nila sebanyak 200 ekor denganMasukan ikan uji, yaitu telur ikan nila sebanyak 200 ekor dengan

kepadatan 10 ekor/L air pada akuarium berisi air yang mengandung kepadatan 10 ekor/L air pada akuarium berisi air yang mengandung hormon MT, lakukan perendaman embrio selama 12 jam (hingga hormon MT, lakukan perendaman embrio selama 12 jam (hingga menetas).

menetas).

 Perendaman selesai, volum air pada aquarium di taPerendaman selesai, volum air pada aquarium di tambah hingga 20 Lmbah hingga 20 L

2.

2. Pembuatan Pembuatan pakan pakan berhormonberhormon

 Lakukan penimbangan hormon MT sesuai perlakuanLakukan penimbangan hormon MT sesuai perlakuan Lakukan perhitunganLakukan perhitungan

total bobot tubuh/biomassa pada larva ikan, yaitu : Biomassa = bobot total bobot tubuh/biomassa pada larva ikan, yaitu : Biomassa = bobot rata-rata x total populasi

(22)

 Tentukan jumlah pakan per hari yang harus diberikan yaitu 30% dariTentukan jumlah pakan per hari yang harus diberikan yaitu 30% dari

 biomassa dengan rumus: Jumlah pakan yang

 biomassa dengan rumus: Jumlah pakan yang diberikan = 30% x biomassadiberikan = 30% x biomassa

 Larutkan hormon MT dengan alkohol 70% sebanyak 1 ml pada botolLarutkan hormon MT dengan alkohol 70% sebanyak 1 ml pada botol

handspray

handspray, kemudian didiamkan terlebih dahulu selama 5 menit, kemudian didiamkan terlebih dahulu selama 5 menit SetelahSetelah hormon dilarutkan, kemudian dicampurkan pada pakan dengan cara hormon dilarutkan, kemudian dicampurkan pada pakan dengan cara disemprotkan secara merata pada pakan sesuai dengan konsentrasi disemprotkan secara merata pada pakan sesuai dengan konsentrasi hormone.

hormone.

 Pakan berhormon siap diberikan pada larva ikanPakan berhormon siap diberikan pada larva ikan

3.4

3.4 MetodeMetode

Percobaan dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Percobaan dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 pengulangan. Selengkapnya Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 pengulangan. Selengkapnya adalah sebagai berikut :

adalah sebagai berikut : Perlakuan

Perlakuan A A : : KontrolKontrol Perlakuan

Perlakuan B B :: diping 600 Ʋg/L dan oral 40diping 600 Ʋg/L dan oral 40 Perlakuan C

Perlakuan C : diping 600 Ʋg/L dan oral : diping 600 Ʋg/L dan oral 5050 Perlakuan D

Perlakuan D : diping 600 Ʋg/L dan oral : diping 600 Ʋg/L dan oral 6060 3.5

3.5 Parameter yang DiamatiParameter yang Diamati 3.5.1

3.5.1 FR (FR (FF eerrttiililisasattiioon Rn Raatete))

Rumus perhitungan derajat pembuahan (FR) Rumus perhitungan derajat pembuahan (FR)



 

          

   

 

 

3.5.2

3.5.2 SR (SR ( Surviva Survival l RR aattee) Perendaman) Perendaman

Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui

Effendie (1979) menyebutkan bahwa untuk mengetahui

tingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai

tingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai

 berikut:

 berikut:

 Nt  Nt SR (%) = SR (%) = —  —  x 100% x 100%  No  No Keterangan: Keterangan: SR

SR : Ke: Kelangsungan langsungan hidup/hidup/ survival rate survival rate ikan selama percobaan ikan selama percobaan  Nt

(23)

 No

 No : Jumlah telur yang tidak menetas (ekor): Jumlah telur yang tidak menetas (ekor) 3.5.3

3.5.3 SR (SR ( Surviva Survival l RR aattee) Perlakuan Oral) Perlakuan Oral Effendie

Effendie (1979) (1979) menyebutkan menyebutkan bahwa bahwa untuk untuk mengetahui mengetahui tingkattingkat kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:

kelangsungan hidup ikan dapat menggunakan rumus sebagai berikut:  Nt  Nt SR (%) = SR (%) = —  —  x 100% x 100%  No  No Keterangan: Keterangan: SR

SR : : Kelangsungan Kelangsungan hidup/hidup/ survival rate survival rate ikan selama percobaan ikan selama percobaan  Nt

 Nt : Jumlah larva pada akhir percobaan (ekor): Jumlah larva pada akhir percobaan (ekor)  No

 No : Jumlah larva pada awal percobaan (ekor): Jumlah larva pada awal percobaan (ekor) 3.6

3.6 Analisis DataAnalisis Data

Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan Data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan gambar dan dianalisis secara statistik. Untuk mengetahui pengaruh pemberian metil dianalisis secara statistik. Untuk mengetahui pengaruh pemberian metil testosteron dengan dosis yang berbeda terhadap persentasi nisbah kelamin jantan testosteron dengan dosis yang berbeda terhadap persentasi nisbah kelamin jantan yang diukur maka digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan uji F taraf yang diukur maka digunakan analisis sidik ragam (ANOVA) dengan uji F taraf 5%, dan jika terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda 5%, dan jika terdapat perbedaan nyata maka dilanjutkan dengan uji jarak berganda Duncan pada taraf 5% (Gasperz, 1991).

(24)

BAB IV BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1

4.1 Hasil dan Hasil dan PembahaPembahasan san KelasKelas Tabel 1. Data Kelas

Tabel 1. Data Kelas

Kelompok Kelompok Jumlah Jumlah Jantan Jantan (ekor) (ekor) Jumlah Jumlah Betina Betina (ekor) (ekor) Berat Berat Jantan Jantan (gr) (gr) Berat Berat Betina Betina (gr) (gr) Berat Berat Rata-rata rata Jantan Jantan (gr) (gr) Berat Berat Rata-rata rata Betina Betina (gr) (gr) Jumlah Jumlah Jantan Jantan Saat Saat Panen Panen (ekor) (ekor) Jumlah Jumlah Betina Betina Saat Saat Panen Panen (ekor) (ekor) Keberhasilan Keberhasilan Memijah Memijah Keterangan Keterangan Hasil Panen Hasil Panen 1 1 4 4 12 12 1675 1675 5050 5050 418.75 418.75 420.83 420.83 4 4 12 12 80% 80% LarvaLarva 2 2 4 4 10 10 840 840 2720 2720 210 210 272 272 4 4 10 10 80% 80% LarvaLarva 3 3 4 4 12 12 1150 1150 4405 4405 287.5 287.5 367.08 367.08 4 4 12 12 80% 80% LarvaLarva 4 4 4 4 12 12 1150 1150 4405 4405 287.5 287.5 367.08 367.08 4 4 12 12 80% 80% LarvaLarva 5 5 4 4 12 12 1990 1990 3640 3640 497.5 497.5 303.33 303.33 4 4 11 11 86% 86% LarvaLarva 6 6 4 4 12 12 1990 1990 3640 3640 497.5 497.5 303.33 303.33 4 4 11 11 80% 80% LarvaLarva 7 7 4 4 12 12 1760 1760 2240 2240 440 440 186.67 186.67 3 3 10 10 60% 60% LarvaLarva 8 8 4 4 12 12 1760 1760 2240 2240 440 440 186.67 186.67 3 3 10 10 60%60% ±± 1200 larva 1200 larva 9 9 4 4 12 12 1610 1610 2540 2540 402.5 402.5 211.67 211.67 4 4 10 10 37% 37% Tidak Tidak 100 100 %% 10 10 4 4 12 12 1610 1610 2540 2540 402.5 402.5 211.67 211.67 4 4 10 10 60% 60% LarvaLarva 11 11 4 4 12 12 1807 1807 2880 2880 451.75 451.75 240 240 4 4 12 12 60% 60% LarvaLarva 12 12 4 4 12 12 1807 1807 2880 2880 451.75 451.75 240 240 4 4 12 12 85% 85% LarvaLarva

Berdasarkan tabel, untuk perbandingan jantan dan betina yang sesuai yaitu Berdasarkan tabel, untuk perbandingan jantan dan betina yang sesuai yaitu kelompok 1,3,4,11, dan 12 memiliki perbandingan jumlah jantan dan jumlah kelompok 1,3,4,11, dan 12 memiliki perbandingan jumlah jantan dan jumlah  betina

 betina 1:3. 1:3. Berdasarkan Berdasarkan jumlah jumlah ikan ikan yang yang dipanen, dipanen, kelompok kelompok tersebuttersebut mendapatkan jumlah ikan utuh yaitu 16 ekor ikan dengan jumlah ikan jantan 4 mendapatkan jumlah ikan utuh yaitu 16 ekor ikan dengan jumlah ikan jantan 4 ekor dan jumlah ikan betina 12 ekor dengan hasil panen larva. Sedangkan, ekor dan jumlah ikan betina 12 ekor dengan hasil panen larva. Sedangkan, kelompok 7 dan 8 didapatkan jumlah ikan yang dipanen sedikit dengan jumlah kelompok 7 dan 8 didapatkan jumlah ikan yang dipanen sedikit dengan jumlah ikan jantan 3 ekor dan jumlah ikan betina sebanyak 10 ekor dengan pemijahan ikan jantan 3 ekor dan jumlah ikan betina sebanyak 10 ekor dengan pemijahan alami mengalami tidak 100 % berhasil. Berdasarkan berat rata-rata ikan jantan alami mengalami tidak 100 % berhasil. Berdasarkan berat rata-rata ikan jantan dan ikan betina kelompok 5 dan 6 didapatkan berat rata-rata ikan jantan terbesar dan ikan betina kelompok 5 dan 6 didapatkan berat rata-rata ikan jantan terbesar yaitu dengan

yaitu dengan berat 497,5 berat 497,5 gram dan gram dan kelompok 1 kelompok 1 memiliki memiliki berat ikan berat ikan betinabetina sebesar420, 83

sebesar420, 83 gram dengan jumlah gram dengan jumlah panen tidak 100 panen tidak 100 %. Sedangkan %. Sedangkan untuk beratuntuk berat rata-rata ikan terkecil terdapat dikelompok 2 dengan berat rata-rata ikan jantan rata-rata ikan terkecil terdapat dikelompok 2 dengan berat rata-rata ikan jantan dan ikan betina yaitu 241 gram.

(25)

Berdasarkan pengamatan, rata-rata pemijahan alami yang dilakukan Berdasarkan pengamatan, rata-rata pemijahan alami yang dilakukan mengalami keberhasilan dengan hasil panen ada yang berupa telur, larva dan telur mengalami keberhasilan dengan hasil panen ada yang berupa telur, larva dan telur dan larva. Keberhasilan pemijahan alami ini disebabkan karena faktor-faktor yaitu dan larva. Keberhasilan pemijahan alami ini disebabkan karena faktor-faktor yaitu  perbandingan ikan jantan dan betina yang

 perbandingan ikan jantan dan betina yang sesuai yaitu jantan:betina 1:3, pemilihansesuai yaitu jantan:betina 1:3, pemilihan induk betina dan jantan yang sesuai untuk pemijahan yang unggul dan sudah induk betina dan jantan yang sesuai untuk pemijahan yang unggul dan sudah matang gonad selain itu, ikan betina mengalami kenyamanan didalam kolam matang gonad selain itu, ikan betina mengalami kenyamanan didalam kolam sehingga ikan betina mampu melakukan fertilisasi secara baik. Faktor lingkungan sehingga ikan betina mampu melakukan fertilisasi secara baik. Faktor lingkungan  juga

 juga mempengaruhi mempengaruhi yaitu yaitu suhu, suhu, pH, pH, serta serta kandungan kandungan oksigem oksigem terlarut, terlarut, salinitas,salinitas, dimana keadaan lingkungan mendukung ikan nila mengalami pemijahan. Selain dimana keadaan lingkungan mendukung ikan nila mengalami pemijahan. Selain itu, dasar kolam yang memadai ikan betina untuk membuat kobangan sebagai itu, dasar kolam yang memadai ikan betina untuk membuat kobangan sebagai tempat pemijahan pemijahan karena apabila ada kecocokan indukan betina akan tempat pemijahan pemijahan karena apabila ada kecocokan indukan betina akan dibuahi oleh indukan jantan. Kemudian telur tersebut dierami dalam mulut dibuahi oleh indukan jantan. Kemudian telur tersebut dierami dalam mulut indukan betina. Selain itu, kebutuhan nutrisi yang terpenuhi dengan baik juga indukan betina. Selain itu, kebutuhan nutrisi yang terpenuhi dengan baik juga  berpengaruh

 berpengaruh terhadap terhadap keberhasilan. keberhasilan. Ikan Ikan nila nila membutuhkan membutuhkan pakan pakan sebanyak sebanyak 3%3% dari bobot tubuhnya setiap hari.

dari bobot tubuhnya setiap hari.

Kegagalan dalam pemijahan disebabkan perbandingan induk ikan yang Kegagalan dalam pemijahan disebabkan perbandingan induk ikan yang tidak sesuai yaitu harus dengan perbandingan 1:3. Tidak semua telur bisa terbuahi tidak sesuai yaitu harus dengan perbandingan 1:3. Tidak semua telur bisa terbuahi oleh sperma disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah sperma dengan sel oleh sperma disebabkan karena tidak seimbangnya jumlah sperma dengan sel telur, kematangan sel atau sperma dan kecocokan kualitas air sebagai media. Telur telur, kematangan sel atau sperma dan kecocokan kualitas air sebagai media. Telur yang terbuahi kelihatan berwarna jernih, transparan dan telur yang tidak terbuahi yang terbuahi kelihatan berwarna jernih, transparan dan telur yang tidak terbuahi  berwarna putih susu.

 berwarna putih susu. Faktor lingkungan juga mempengaruhi kegagalan pemijaFaktor lingkungan juga mempengaruhi kegagalan pemija hanhan yaitu suhu, pH, DO, salinitas, kandungan amonia, dan kekeruhan. Suhu dapat yaitu suhu, pH, DO, salinitas, kandungan amonia, dan kekeruhan. Suhu dapat meningkat dan menurun secara mendadak dikarenakan tempat pemijahan meningkat dan menurun secara mendadak dikarenakan tempat pemijahan dilakukan diruangan terbuka sehingga bisa saja hujan datang yang menyebabkan dilakukan diruangan terbuka sehingga bisa saja hujan datang yang menyebabkan terjadinya fluktuasi suhu. Selain itu, hujan dan cuaca terlalu cerah juga dapat terjadinya fluktuasi suhu. Selain itu, hujan dan cuaca terlalu cerah juga dapat mempengaruhi pH, salinitas dan kandungan oksigen terlarut, amonia, kekeruhan. mempengaruhi pH, salinitas dan kandungan oksigen terlarut, amonia, kekeruhan. Tidak hanya itu, ketidaksiapan induk betina untuk mengalami pemijahan, serta Tidak hanya itu, ketidaksiapan induk betina untuk mengalami pemijahan, serta indukan ikan nila yang terserang parasit juga menjadi faktor kegagalan dalam indukan ikan nila yang terserang parasit juga menjadi faktor kegagalan dalam  pemijahan alami.

 pemijahan alami.

Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan Suhu atau temperatur air sangat berpengaruh terhadap metabolisme dan  pertumbuhan

 pertumbuhan organisme organisme serta serta memengaruhi memengaruhi jumlah jumlah pakan pakan yang yang dikonsumsidikonsumsi organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan. organisme perairan. Suhu juga memengaruhi oksigen terlarut dalam perairan.

Gambar

Tabel 1. Data Kelas
Tabel 2. SR Larva Selama Perlakuan Diberikan Larva Selama Perlakuan Diberikan Perlakuan

Referensi

Dokumen terkait

Pemberian aromatase inhibitor tidak berpengaruh terhadap persentase kelamin jantan ikan nila merah ( Oreochromis sp.) pada taraf kepercayaan 95% yang diduga akibat

Dari hasil penelitian mengenai maskulinisasi ikan nila dengan pemberian tepung testis sapi (TTS) diperoleh data persentase ikan nila jantan, kelangsungan hidup ikan selama

Berdasarkan penelitian ini, sebaiknya perlu dilakukan variasi jenis madu sehingga dapat mengetahui pengaruh madu dalam pembentukan kelamin jantan pada ikan

untuk mengevaluasi pengaruh perendaman larva ikan nila menggunakan tiga sumber madu berbe- da terhadap pengarahan diferensiasi kelamin ikan nila, dan menguji bahan aktif

Nisbah kelamin jantan ikan nila merah tertinggi ada pada perlakuan pemberian hormon 20 mg/kg pakan (perlakuan C) sebesar 86,31% dan perlakuan pemberian hormon 20 mg/kg pakan

untuk mengevaluasi pengaruh perendaman larva ikan nila menggunakan tiga sumber madu berbe- da terhadap pengarahan diferensiasi kelamin ikan nila, dan menguji bahan aktif

Hasil yang diperoleh pada kegiatan teknik pemijahan alami ikan nila Nirwana yang dilakukan secara massal dengan jumlah induk jantan yang digunakan 700 ekor dan

Pemberian aromatase inhibitor tidak berpengaruh terhadap persentase kelamin jantan ikan nila merah (Oreochromis sp.) pada taraf kepercayaan 95% yang diduga akibat