• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA NIRWANA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA NIRWANA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

i

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA NIRWANA (Oreochromis niloticus.L)

SECARA ALAMI

DI BALAI PENGEMBANGAN DAN PEMACUAN STOK IKAN NILA DAN MAS (BPPSINM) WANAYASA JAWA BARAT

TUGAS AKHIR

MARHENI SAMBOBULAWAN 1422010103

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKAJENE KEPULAUAN

PANGKEP

2017

(2)

ii

TEKNIK PEMIJAHAN IKAN NILA NIRWANA (Oreochromis niloticus L.)

SECARA ALAMI

DI BALAI PENGEMBANGAN DAN PEMACUAN STOK IKAN NILA DAN MAS (BPPSINM) WANAYASA JAWA BARAT

TUGAS AKHIR

MARHENI SAMBOBULAWAN 1422010103

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Studi pada Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene Kepulauan

Tanggal Lulus: 15 Agustus 2017

(3)

iii

RINGKASAN

Marheni sambobulawan 1422010103. Teknik pemijahan ikan nila (Oreochromis niloticus L.) Nirwana secara alami di Balai Pengembangan dan Pemacuan Stok Ikan Nila dan Mas Wanayasa Jawa Barat, dibawah bimbingan Sri Wahidah dan Yani Narayana.

Balai Pengembangan dan Pemacuan Stok Ikan Nila dan Mas Wanayasa Jawa Barat melakukan pemulian ikan nila dengan melakukan seleksi family terhadap ikan nila GIFT (genetic improvement of fram tilapia) dan nila GET dari Filipina. Ikan Nila GIFT merupakan varietas baru dari jenis Ikan Nila yang yang dikembangkan oleh ICLARAM di Philipina. Ikan Nila GIFT tersebut diintroduksi dari Philipina pada. tahun 1995 - 1997.

Pada. tahun 2002 BPPSINM Wanayasa memperoleh famili Ikan Nila GET (Genetically Enhanched of Tilapia). Ikan Nila GET tersebut diintroduksi dari Philipina oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat melalui BFAR (Bureau of Fisheries and Aquatic Research).

Sumber genetik kegiatan seleksi adalah GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) dan GET (Genetically Enhanched Tilapia). Saat ini dalam kurun waktu pengerjaan selama 3 (tiga) tahun, BPPSINM Wanayasa telah mendapatkan induk penjenis (Great Grand Parent Stock/GGPS), yang selanjutnya diberi nama Ikan Nila Nirwana. (Nila. Ras Wanayasa) yang, penyediaan dan diseminasinya diawasi oleh pemerintah.

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan teknik pemijahan ikan nila nirwana secara alami di BPPSINM Wanayasa Jawa Barat. Sedangkan Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah memperluas wawasan kompotensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai teknik-teknik pemijahan ikan nila nirwana secara alami di BPPSINM Wanayasa Jawa Barat.

Tugas akhir ini disusun berdasarkan kegiatan pengalaman kerja prakik mahasiswa (PKPM) dilaksanakan pada tanggal 10 Februari sampai !0 Mei 2017di balai Pengembangan dan Pemacuan Stok Ikan Nila dan Mas (BPPSINM) Wanayasa Jawa Barat.

Hasil yang diperoleh pada kegiatan teknik pemijahan alami ikan nila Nirwana yang dilakukan secara massal dengan jumlah induk jantan yang digunakan 700 ekor dan induk betina 700 ekor. dengan rasio pemijahan adalah1 : 1 tergolong berhasil, dengan fekunditas rata-rata 1.515 butir, FR 84,46% dan HR 84,1%. Ukuran panjang induk jantan 26-27cm dan beratnya 302,8-470,9gr, sedangkan induk betina panjang 30-32cm dan beratnya berkisar 406,5-433,4gr merupakan nilai yang sama dengan persyaratan SNI 01-6138-1999. Jumlah total

larva yang dipanen yaitu 1,060,500

ekor. Jenis pakan untuk pematangan gonad induk adalah pellet terapung dengan kandungan protein 30−32%,dosis pemberian 3% dari berat biomassa, dosis pakan yang diberikan pada saat pemijahan adalah 1% dari berat biomassa.

(4)

iv

KATA PENGANTAR

Dengan mengucapkan rasa syukur kehadirat Tuhan yang Maha Kuasa atas segalah limpahan rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada penulis sehingga penyusunan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik.

Penulisan Tugas Akhir ini berdasarkan data yang diperoleh dari hasil Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) di Balai Pengembangan dan Pemacuan Stok Ikan Nila dan Mas (BPPSINM) Wanayasa Jawa Barat, serta ditunjang beberapa literatur yang berhubungan dengan pokok bahasan.

Dengan rampungnya Tugas Akhir ini, perkenankanlah penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan maupun arahan-arahan yang berguna bagi penulis baik secara moril maupun secara material. Ucapan terima kasih penulis tunjukkan kepada:

1. Kedua orang tua yang tidak pernah menyerah dalam memberikan dukungan doa serta motivasi sehingga dapat sampai pada tahap akhir penyelesaian studi di Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan

2. Sri Wahidah, S.Pi., M.Si. dan Dr. Ir. Yani Narayana, M.Si. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya sehingga penyusunan tugas akhir ini dapat diselesaikan oleh penulis;

3. Dr. Ir. Darmawan, M.P. selaku direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan;

4. Ir. Rimal Hamal, M.P. selaku ketua jurusan budidaya perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan;

5. Staf pengajar Politeknik Pertanian Negeri Pangkajene dan Kepulauan yang telah banyak memberikan ilmu yang berharga selama berada di bangkuh kulia;

6. Seluruh rekan-rekan mahasiswa dan mahasiswi yang turut serta membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

(5)

v Mengingat keterbatasan waktu dalam pengambilan dan pengumpulan data serta penyusunan tugas akhir, sehingga tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Maka kesempatan ini penulis mengharapkan saran serta kritikkan yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan penulisan tugas akhir ini.

Akhirnya penulis mengharapkan, kiranya penulisan tugas akhir ini dapat membantu dalam mengembangkan budidaya perikanan khususnya untuk pembenihan ikan nila.

Mandalle …….2017

Penulis

(6)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN ii

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL. vii

DAFTAR GAMBAR viii

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Manfaat ... 2

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Nirwana ... 3

2.2 Jenis-jenis Ikan Nila Nirwana ... 4

2.3 Reproduksi dan Tingkahlaku Pemijahan Ikan Nila Nirwana ... 6

2.4 Pembuahan Ikan Nila Nirwana ... 7

2.5 Pengeraman Telur, Penetasan dan Pemeliharaan Larva ... 8

2.6 Pertumbuhan ... 9

2.7 Pakan dan Kebiasaan Makan ... 10

2.8 Parameter Kualitas Air ... 10

2.8.1 Suhu ... 11

2.8.2 Derajat Keasaman (PH) ... 11

2.8.3 Oksigen Terlarut atau Dissolved Oksigen (pH) ... 12

(7)

vii

III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat ... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 13

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 14

3.3.1 Pengumpulan Data Primer ... 14

3.3.2 Pengumpulan Data Sekunder ... 15

3.4 Metode Pelaksanaan ... 15

3.4.1 PemeliharaanInduk ... 15

3.4.2 Persiapan Kolam Pemijahan ... 15

3.4.3 Prosedur Pemijahan Alami ... 16

3.4.4 Pengelolaan Pakan Induk ... 20

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data ... 21

3.5.1 Parameter yang Diamati ... 21

3.5.2 Analisa Data ... 22

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kualitas Induk yang Dipijahkan ... 23

4.2 Jumlah dan Tingkat Penetasan Telur ... 24

4.3 Parameter Kualitas Air ... 26

V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 29

5.2 Saran ... 29 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP

(8)

viii

DAFTAR TABEL

Halaman

1 Alat yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila ... 10

2 Bahan yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila ... 11

3 Ukuran kolam pemijahan ... 12

4 Kandungan nutrisi pakan sna-5 ... 17

5 Umur, panjang dan bobot induk ikan nila nirwana yang dipijahkan ... 19

6 Data ratio pemijahan, fekunditas, FR, dan HR ... 21

7 Parameter kualitas air ... 22

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Morfologi ikan nila nirwana... 4

2 Perbedaan organ kelamin induk ... 18

3 Induk jantan dan betina pada proses pemijahan ... 19

4 Telur dikeluarkan dari mulut induk betina ... 20

(10)

1

I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sumber daya alam yang ada di negara kita sangat melimpah, termasuk dalam bidang perikanan dan kelautan. Namun dalam hal pemanfaatan dan pongelolaannya kurang optimal, banyak penangkapan-penangkapan liar yang dilakukan sehingga apabila hal ini dilakukan terus-menerus maka kekayaan alam kita khususnya perikanan akan mengalami pengurangan yang drastis. Dalam bidang budidaya perikanan, untuk mengurangi dampak dari kegiatan tersebut, dilakukanlah berbagai teknologi untuk meningkatkan produksi perikanan tanpa melakukan penangkapan yang akan merusak kelestarian ikan yang ada di perairan Indonesia.

Berdasarkan Data Statistik Perikanan Direktorat Jendral Perikanan Budidaya tahun 2014 menyebutkan bahwa produksi ikan nila meningkat setiap tahunnya.

Pada tahun 2011, hasil produksi budidaya ikan nila mencapai 567.078 ton, sedangkan pada tahun 2012 mencapai 695.063 ton dan meningkat secara signifikan pada tahun 2013 mencapai 909.016 ton (Anonim 2014). Sehingga ikan nila nirwanadapat mendukung dalam meningkatan produksi ikan nila yang semakin meningkat setiap tahunnya.

Untuk menghasilkan benih ikan nila dalam jumlah yang banyak dan berkualitas tinggi maka kegiatan pembenihan dengan penerapan prinsip dasar- dasar akuakultur sangat dibutuhkan, sehingga kegiatan budidaya dapat terus berlangsung dan perbaikan stok alami ikan nila selalu tersedia. Kegiatan pemijahan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting dalam kegiatan

(11)

2 budidaya karena dalam kegiatan ini bertujuan untuk menghasilkan larva. Dalam hal itu sangat penting untuk menguasai kegiatan pemijahan ikan nila.

Usaha budidaya ikan nila membutuhkan kepastian tentang ketersediaan benih. Hal ini dapat dicapai melalui kegiatan pemijahan yang terkontrol. Oleh karena itu pengetahuan tentang teknik pemijahan ikan nila sangat diperlukan dalam rangkah menjamin ketersediaan benih secara berkelanjutan.

1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperkuat penguasaan teknik pemijahan ikan nila nirwana secara alami di BPPSINM Wanayasa Jawa Barat.

Manfaat penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan kompotensi keahlian mahasiswa dalam berkarya di masyarakat kelak khususnya mengenai teknik-teknik pemijahan ikan nila nirwana secara alami di manapun berada.

(12)

3

II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Ikan Nila Nirwana

Klasifikasi ikan nila Nirwana tidak jauh berbeda dalam pengelompokan klasifikasinya dengan jenis nila lainnya, karena nila Nirwana hanya berbeda pada rekayasa genetikanya. Menurut Trewavas (1980) dalam Suyanto (2009). Klasifik asi ikan nila (Oreochromis niloticus L) dapat dijelaskan sebagai berikut:

Filum : Chordata Sub-filum : Vertebrata Kelas : Osteichthyes Sub kelas : Acanthoptherigii Ordo : Percomorphi Sub-ordo : Percoidea Famili : Cichlidae Genus : Oreochromis

Species : Oreochromis niloticus L

Secara umum sosok nila Nirwana tidak berbeda jauh dari nila biasa (nila hitam). Namun, bentuk tubuh nila Nirwana relatif lebih lebar dengan panjang kepala lebih pendek, sehingga terlihat lebih gemuk dan lebih berisi dibandingkan nila jenis lainnya. (Judantari, dkk 2008).

Secara umum warna tubuh nila Nirwana hitam dengan ujung sirip kemerahan.

Warna punggung dan overculumnya abu-abu kehijauan, sementara warna perut putih keabu-abuan.

(13)

4 Gambar 1: morfologi ikan nila Nirwana

Sumber : BPPSINM Wanayasa Jawa Barat 2.2 Jenis-jenis Ikan Nila

Menurut Sunaryo dkk 2010 melalui penelitian dan uji coba, cukup banyak strain ikan nila yang telah dihasilkan dn memilki kualitas yang baik. Berikut beberapa strain ikan nila yang cukup dikenal dan digemari, baik oleh petani maupun konsumen.

a. Ikan Nila Best

Ikan Nila Bogor Enchanced Strain Tiapia (BEST) dikembangkan dari generasi keenam ikan nila GIFT hasil evaluasi. Selama program seleksi dilakukan (2004–2008), di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar, Cijeruk. Keunggulan ikan nila BEST dibandingkan dengan ikan nila non unggulan dan varietas yang sudah ada diantaranya 140% lebih tahan penyakit Streptococcus, serta lebih toleran pada lingnkungan berbeda ( perairan umum dan bersalinitas) Arifin, Z, O.2008).

b. Strain ikan nila GIFT

Sirip punggung

Sirip dubur

Sirip ekor

Sirip perut Sirip dada

Mulut Mata

Lineal lateralis Overculum

(14)

5 Nila GIFT (Genetic Improvement of Farmed Tilapia) ini merupakan hasil seleksi dan persilangan ikan nila dari Kenya, Israel, Senegal, Ghana, Singapura, Thailand, Mesir, dan Taiwan. Keunggulan dari ikan nila ini adalah: pertumbuhannya lebih cepat, toleran terhadap salinitas, yang tinggi, lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit, potensi produktif 1,5 – 2 tahun, interval pemijahan 3–66 minggu, induk betina dengan berarat 600 gram mampu bertelur 2.000–3.000 butir telur dalam sekali pijah.

c. Strain Ikan Nila GESIT

Nila GESIT merupakan salah satu strain unggulan yang sangat disukai petani. Ikan ini mampu tumbuh cepat dan mampu menghasilkan larva jantan dengan persentase hidup hingga 98%. Ikan nila gesit denga kromosom YY memilki keunggulan, yakni 98–100% turunannya berkelamin jantan, sedangkan keunggulan secara ekonomis yaitu nila gesit memilki pertumbuhan yang cepat, yakni lima hingga enam bulan untuk mencapai berat hingga 600 gram. Ikan nila berkelamin jantan tumbuh lebih cepat dibanding betinanya. Secara morfologi ikan nila gesit pada bagian ujungnya sirip berwarna kemerahan, serta memilki sisik yang besar ( Anggara 2011).

d. Ikan Nila Merah

Dikenal sebagai nila merah taiwan atau hibrid antara O. hormorum dengan O. mossombicus yang diberi nama ikan nila floridina. Ikan ini masuk ke Indonesia pada tahun 1989 dari Thailand. Selain itu, ikan ini

(15)

6 memiliki toleransi tinggi terhadap perubahan kadar garam sampai 30 promil (Fishblog Antom 2009).

Tubuh agak bulat dan pipih. Mulut terletak di ujung kepala (terminal). Garis rusuk (linea lateralis) terpuus menjadi dua bagian yang terletak memanjang mulai dari atas sirip dada, jumlah sisik garis rusuk sebanyak 34 buah, warna kemerahan polos atau bertotol-totol hitam dan sering pula berwarna albino (bule).

2.3 Reproduksi dan Tingkahlaku Pemijahan Ikan Nila Nirwana

Ikan nila Nirwana melakukan kegiatan reproduksi sacara alami sepanjang tahun didaerah tropis. Frekuensi pemijahan terbanyak, terjadi pada musim hujan dan dapat memijah 6-8 kali dalam setahun. Kordi (2000) mengatakan bahwa bila induk dipelihara dengan baik dan diberi pakan yang berkualitas maka ikan dapat memijah 1,5 bulan sekali atau 6–8 kali setahun. Suyanto (1994) mengatakan bahwa pada musim hujan pemijahan dapat terjadi selang waktu 6–8 minggu bahkan dapat lebih singkat yaitu 4 minggu jika diberi pakan yang cukup. Masa pemijahan produktif ikan nila adalah ketika induk berumur 1,5–2 tahun dengan bobot diatas 500gr/ekor. Induk betina dengan berat 800 gram dapat menghasilkan larva sebanyak 1.200–1.500 ekor setiap pemijahan. Proses pemijahan berlangsung cepat dalam waktu 50–60 detik mampu menghasilkan 20–40 butir telur yang terbuahi dan terjadi beberapa kali (Khairuman dan Amri 2000).

Frekuensi pemijahan lebih banyak terjadi pada musim hujan dengan selang waktu antara 6–8 minggu. Pada umumnya ikan nila memiliki sifat khas dalam

(16)

7 menjaga keturunannya yaitu mouth breeder dimana ikan nila mengerami telur dan melindungi larva didalam rongga mulut selama 6–8 hari (Arie 2003).

Induk-induk ikan nila Nirwana biasanya akan memijah setelah hari ketujuh sejak penebaran induk. Pemijahan terjadi di lubang-lubang (lekukan berbentuk bulat) berdiameter 30–50cm di dasar kolam yang merupakan sarang pemijahan.

Ketika pemijahan berlangsung, telur yang dikeluarkan induk betina dibuahi sperma induk jantan.Ikan nila mempunyai kebiasaan memijah, yakni induk betina mengumpulkan telur-telur yang telah dibuahi kedalam rongga mulutnya. Prilaku ini disebut mouth breeder atau pengeraman telur didalam rongga mulut. Telur tersebut dierami sampai menjadi larva. Induk betina yang sedang mengerami telurnya biasanya tidak makan Karena itu, seminggu setelah induk ditebar, jumlah pakan tambahan yang diberikan dikurangi sekitar 25% dari jumlah semula.

(Khairul dan Khairuman 2003).

2.4 Pembuahan Ikan Nila Nirwana

Proses pembuahan ikan nila nirwana akan terjadi apabila proses pemijahan berlangsung dimana akan terjadi proses perkawinan antara induk jantan dan betina sehingga terjadi pembuahan. Proses perkawinan tersebut berlangsung dengan cara induk betina mengeluarkan telur-telurnya terlebih dahulu dan kemudian disusul oleh induk jantan untuk menyemprotkan sperma pada telur induk betina dan akan terjadi pembuahan diluar tubuh. Telur-telur yang telah terbuahi akan di ambil oleh induk betina di masukkan kedalam rongga mulut untuk proses pengeraman.

(17)

8 2.5 Pengeraman Telur, Penetasan Telur, dan Pemeliharaan Larva

Ikan nila Nirwana dapat berkembangbiak secara optimal pada suhu 25–30oC.

Ikan nila bersifat mengerami telurnya didalam mulut sampai menetas kurang lebih empat hari dan mengasuh larvanya ± 14 hari sampai larva dapat berenang bebas diperairan. Pengeraman telur dan pengasuhan larva akan dilakukan oleh induk betina

Telur-telur ikan nila menetas menjadi anak – anak ikan yang disebut larva. Larva ikan nila berumur 1–5 hari masih dipelihara oleh induknya. Induk betina menjaga anak-anak ikan ini dengan menyimpan dan mengamankannya didalam mulutnya.

Biasanya induk nila akan memasukkan telur dalam mulutnya jika dalam keadaan tidak aman, dan memuntahkan kembali disekitarnya jika dalam keadaan aman (Khairuman dan Amri 2003).

Selama beberapa hari induk nila akan terus menjaga anaknya dengan memasukkan dan mengeluarkan dari dalam mulutnya. Pada usia 4–5 hari induk akan mulai membiarkan anak-anaknya untuk mencari makan sendiri.

Pemeliharaan larva harus disesuaikan dengan tujuan metode, jenis lahan, serta ukuran lahan yang digunakan. Pemeliharaan larva dalam lingkungan yang telah disiapkan secara cermat dapat menghasilkan benih dengan pertumbuhan dan kelangsungan hidup yang lebih baik. Pada usaha pembenihan yang intensf pemeliharaan larva dilakukan di panti benih (hatchery) yang memiliki unit produksi pakan alami untuk kebutuhan pakan larva. Agar dapat tumbuh cepat, setiap hari benih diberi pakan tambahan berupa tepung pellet halus atau dedak halus dengan dosis berbeda setiap minggu. Setiap 100.000 ekor larva, dosis pada minggu ke-1 sebanyak 1 kg, minggu ke-2 sebanyak 1,5–2,5kg, minggu ke-3

(18)

9 sebanyak 3–4 kg dan pada minggu ke-4 sebanyak 4,5–5,5kg, selain itu kolam harus dipupuk kalau kesuburannya sudah menurun. Pupuk yang dignakan berupa kotoran ayam dengan dosis 200–300 gram/m2 (Arie 1998).

2.6 Pertumbuhan

Pertumbuhan adalah pertambahan ukuran panjang dan berat ikan dalam satu waktu yang dipengaruhi oleh faktor lain seperti pakan, suhu, umur, dan ukuran (Efendi 1997). Pertumbuhan dipengaruhi oleh faktor dalam yang terdiri dari keturunan, jenis kelamin, umur dan umumnya sulit dikendalikan, sedangkan faktor luar terdiri dari makanan suhu, parasit dan penyakit yang pada umumnya mempengaruhi pertumbuhan (Efendi 1997). Pengaturan kualitas air dan manipulasi pakan dapat meningkatkan pertumbuhan ikan (Stickney 1979).

parasit dan penyakit juga dapat mempengaruhi pertumbuhan terutama jika yang diserang itu ialah alat pencernaan makanan atau organ lain yang vital sehingga efesiensi berkurang karena kekurangan makanan (Efendi 1997).

Laju pertumbuhan menurun dengan bertambahnya ukuran tubuh (umur) dan umur mempengaruhi kebutuhan energi. Bertambahnya ukuran ikan nila menyebabkan pertumbuhan biomassa semakin besar, tetapi laju pertumbuhan setiap individu semakin menurun sejalan dengan bertambahnya ukuran bobot tubuh ikan. Ikan yang ukurannya lebih besar memerlukan lebih banyak makanan untuk pertumbuhan dan mempertahankan hidupnya. Pertumbuhan terjadi apabilah jumlah makanan yang dikonsumsi ikan lebih dari pada yang diperlukan untuk pemeliharaan tubuhnya (Huet 1971).

(19)

10 2.7 Pakan dan Kebiasaan Makan

Nila tergolong ikan pemakan segalah atau omnivora sehingga bisa mengonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Karena itulah, ikan ini sangat mudah dibbudidayakan. Ketikah masih benih, makanan yang disukai oleh ikan nila adalah zooplankton (plankton hewani), seperti Rotifera sp., Monia sp., atau Daphnia sp. Selain itu, juga memangsa alga atau lumut yang menempel pada benda-benda di habitat hidupnya. Ikan nila juga memakan tanaman air yang tumbuh dikolam budidaya. Jika telah mencapai ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi berbagai makanan tambahan, misalnya pelet ( Khairuman dan Khairul Amri 2002).

2.8 Parameter Kualitas Air

Air merupakan media untuk kegiatan budidaya ikan, termasuk pada kegiatan pembesaran. Kualitas air dipengaruhi oleh berbagai bahan kimia yang terlarut dalam air, seperti oksigen terlarut, pH, alkalinitas, kesadahan, dan bahan-bahan fisika lainnya. Perubahan karakteristik air yang dapat dikatakan telah terjadi peningkatan kualitas air. Demikian juga sebaliknya, bila perubahan itu menurunkan produksi, dapat dikatakan terjadi penurunan kualitas air (Sucipto dan Prihartono 2005).

2.8.1. Suhu

Suhu air merupakan faktor penting yang harus diperhatikan karena mempengaruhi derajat metabolisme dalam tubuh ikan. Nila merupakan jenis ikan yang tinggi toleransinya terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu yang dapat di

(20)

11 tolelir berada pada kisaran 14–380C . Secara alami nila dapat memijah pada 22–

370C. Namun, suhu optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan berada pada kisaran 25–300C. Sementara suhu mematikan di bawah 60C atau di atas 420C (Arie 2001).

Kualitas air yang perlu diperhatikan adalah suhu (temperatur). Pada tempat perawatan larva dan benih, suhu air tidak boleh terlalu tinggi (maksimum 38 0C ) atau terlalu rendah (minimum 250C). Fluktuasi suhu harian dipertahankan tidak melebihi 300C. Oleh karena itu, bak perawatan sebaiknya dibangun didalam gedung (ruangan) yang dilengkapi pengatur panas atau lampu atau dilengkapi dengan tandon air yang dipasang heater. Suhu yang terlalu tinggi akan mempengaruhi ketahanan tubuh larva (benih) ikan dan meningkatkan virulensi (daya serang) penyakit. Sebaliknya, suhu yang terlalu rendah akan menghambat pertumbuhan dan perkembangan larva (benih) (Djarijah 2002).

2.8.2 Derajat Keasaman (pH)

Derajat keasaman atau sering dilambangkan dengan pH (Puissance Negatif de H) merupakan ukuran konsentrasi ion hidrogen yang menunjukkan suasana asam

suatu perairan. Ukuran nilai pH adalah 1–14 dengan angka 7 merupakan pH normal. Secara alamiah, pH diperairan dipengaruhi oleh konsentrasi karbondioksida dan senyawa yang bersifat asam. Nilai pH yang baik untuk budidaya ikan pada siang hari berkisar antara 6,9–9 pada pH 11, ikan dapat mati, tetapi terkadang kondisi ini masih dapat ditolelir oleh nila. Sementara pH ideal untuk budidaya ikan berada pada kisaran 7–8 (Arie 2001).

(21)

12 2.8.3 Oksigen Terlarut atau Dissolved Oksygen (DO)

Menurut Arie (2001) ikan memerlukan oksigen (O2) untuk bernafas. Sumber oksigen dalam air berasal dari proses fotosintesis dan difusi udara. Pada suatu sistem pemeliharaan ikan, oksigen yang dihasilkan dari proses fotosintesis harus lebih banyak dari pada oksigen yang digunakan. Kandungan oksigen yang baik untuk budidaya ikan minimal 4 mg/l air.

Semakin sedikit oksigen terlarut didalam air, maka kebutuhan makan biota didalam air pun menjadi berkurang, bahkan beberapa jenis biota mengalami stress dan mati. Penurunan oksigen didalam air didaerah tropis disebabkan oleh peningkatan suhu air. Semakin tinggi suhu disuatu perairan, semakin berkurang kandungan oksigen terlarut. Oksigen didalam air juga dapat berkurang karena respirasi dan reaksi kimia (oksidasi dan reduksi), serta difusi dan pergantian air (Kordi 2000).

(22)

13

III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas akhir ini disusun berdasarkan hasil Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan pada tanggal 10 Februari sampai 10 Mei 2017 di Balai Pengembangan dan Pemacuan Stok Ikan Nila dan Mas (BPPSINM) Wanayasa Jawa Barat

3.2 Alat dan Bahan

Berdasarkan informasi awal yang diketahui

tentang BPPSINM Wanayasa Jawa Barat dapat diketahui berbagai jenis alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pemijahan induk sebagaimana tercantum dalam Tabel 1 dan Tabel 2.

Tabel 1 Alat yang Digunakan pada Kegiatan Pemijahan Ikan Nila

No Alat Spesfikasi Kegunaan

1 Kolam/waring pemeliharaan induk

Ukuran

21,5mx36,4mx180cm /5m x2mx1m

Menampung induk

2 Kolam pemijahan Ukuran 29mx 25mx 150cm

Memijahkan induk 3 Timbangan analitik Merk Ohaus

kapasitas 3gr

Menimbang benih, induk, dan pakan

4 Ember Bahan plastik volume

10L/5L

Menampung larva saat panen 5 Penggaris Ketelitian 0,1 mm Mengukur induk dan larva 6 Seser/scopnet Mezh size 5 cm Menangkap induk/untuk

menangkap larva 7 Saringan Bahan stainles

diameter 1 mm

Membuang air kolam larva dan benih

8 Selumbung Bahan bambu diameter 1 cm

Menutup saluran pengeluaran air

9 Cangkul Tidak ada Memperbaiki kemalir

(23)

14

10 Sorongan Tidak ada Memperbaiki kemalir dan

kobakan

11 Pulpen Tidak ada Menulis data

12 Buku tulis Tidak ada Tempat menulis data penting

Sedangkan bahan yang digunakan pada kegiatan pemijahan ikan nila dapat kita lihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Bahan yang Digunakan pada Kegiatan Pemijahan Ikan Nila

No Bahan Spesifikasi Kegunaan

1. Induk nila Induk jantan 350 gr dan betina 250 gr

Menghasilkan benih nila yang berkualitas

2. Pakan induk Pelet tenggelam dengan diameter 5 mm

Mempercepat kematangan gonad

3.3 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang akan digunakan dalam penulisan tugas akhir ini dengan cara yaitu pengumpulan data berupa Data Primer dan Data Sekunder.

3.3.1 Pengumpulan Data Primer

Data primer diperoleh dengan cara melaksanakan dan mengikuti secara langsung kegiatan budidaya ikan nila Nirwana serta ikut berperan aktif di lapangan.

(24)

15 3.3.2 Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pembimbing/teknisi lapangan, studi pustaka yang relevan dengan kegiatan praktik lapangan khususnya teknik Pembenihan ikan nila Nirwana.

3.4 Metode Pelaksanaan 3.4.1 Pemeliharaan Induk

Pemiliharaan induk bertujuan untuk mengoptimalkan proses pematangan gonad induk nila Nirwana. Induk jantan dan induk betina akan dipelihara secara terpisah dalam waring-waring yang berbeda. Kegiatan pemiliharaan induk meliputi persiapan wadah, penebaran induk, pemberian pakan, pengelolaan kualitas air kolam pemeliharaan induk.

3.4.2 Persiapan Kolam Pemijahan

Kegiatan yang akan dilakukan pada tahap persiapan kolam pemijahan induk adalah dengan mengikuti prosedur dan kebiasaan yang berlangsung di BPPSINM Wanayasa Jawa Barat. secara umum, persiapan yang dilakukan biasanya terdiri atas pembuangan air kolam, pembersihan kolam, pengeringan kolam 1–2hari, pengecekan pematang dan kemalir apakah ada bagian yang bocor yang harus diperbaiki, pengisian air dengan cara menutup outlet dan membuka inlet dengan ketinggian air 80 cm. ukuran kolam pemijahan yang digunakan disajikan pada Tabel 3.

(25)

16 Tabel 3 Ukuran Kolam Pemijahan

No Fasilitas Keterangan

1 Jenis Kolam Beton dasar tanah

2 Luas Kolam 725m

3 Tinggi Kolam 150cm

4 5 6

Tinggi Air Aerasi Air

80cm Tidak ada Tidak ada .

3.4.3 Pemijahan Alami Seleksi dan Penebaran Induk

Pada kegiatan seleksi induk dilakukan dengan pengenalan terhadap jenis kelamin antara induk jantan dan induk betina dengan memperhatikan urogenitalnya (Gambar 2).` Ciri-ciri ikan nila jantan adalah (a) warna lebih cerah dari ikan betina,(b) bentuk tubuh lebih tinggi dan membulat, (c) bila tiba waktunya untuk memijah, bagian sirip berwarna merah cerah, (d) alat kelaminnya berupa tonjolan dibelakang lubang anus. Pada tonjolan tersebut terdapat lubang untuk mengeluarkan sperma, (e) tulang rahang melebar kebelakang yang memberi kesan kokoh.

Ciri-ciri induk ikan nila betina adalah (a) alat kelamin berupa tonjolan dibelakang lubang anus, ada dua lubang yang di depan untuk mengeluarkan telur, sedangkan lubang yang dibelakang untuk mengeluarian air seni, (b) bentuk tubuh lebih rendah dan memanjang, (c) warna tubuh lebih gelap dibandingkan dengan ikan nila jantan dan gerakannya lebih lambat.

(26)

17 Gambar 2 Perbedaan organ kelamin.induk betina (a) dan induk jantan(b) Induk ikan nila Nirwana yang di tebar pada kolam pemijahan berjumlah 1.400 ekor yang terdiri dari 700 induk betina dan 700 induk jantan, dengan sex ratio 1:1. Proses penebaran induk dilakukan pada pagi hari untuk menghindari terjadinya stres pada induk ikan. Penebaran induk dilakukan dengan cara mengangkut induk ke kolam pemijahan yang kemudian di tebar. Sebelum induk ditebar terlebih dahulu dilakukan proses aklimatisasi induk terhadap perubahan suhu.

Induk diberi pakan pada sore hari pada pukul 15.30 WIB` setelah itu keesokan harinya, induk diberi pakan dua kali sehari yakni pada pagi hari pukul 08.30 dan pada sore hari pukul 15.30 WIB. Setiap hari dilakukan pengamatan secara visual terhadap kondisi ikan dan air. Ketinggian air tetap dipertahan setinggi 80 cm. Warna air terlihat berwarna hijau.

Teknik Pemijahan Alami

Teknik pemijahan yang dilakukan adalah pemijahan alami atau secara massal. Ratio perbandingan induk jantan dan betina yang digunakan adalah 1:1.

Proses pemijahan mulai berlangsung saat matahari mulai terbenam. Induk betina akan mengeluarkan telur dan induk jantan akan menyemprotkan spermanya

b a

(27)

18 sehingga terjadi pembuahan. Telur yang terbuahi akan dierami oleh induk betina selama 7-10 hari. Induk betina bersifat mouth breeder. Larva yang sudah menetas dan masih memiliki kuning telur akan terus dierami hingga kuning telurnya habis. Induk betina akan mengeluarkan larvanya pada kolom air dan larva mulai berenang bebas diatas permukaan air atau pinggiran kolam.

Gambar 3 Induk jantan dan betina pada proses pemijahan

Proses conditioning di lakukan setelah proses pemijahan selesai. Proses conditioning merupakan pemeliharaan induk jantan dan betina secara terpisah

dalam waring-waring yang terpisah. Proses tersebut berfungsi untuk mengistrahatkan induk agar tidak memijah secara liar guna untuk mempertahan dan memperbaiki kondisi gonad agar induk dapat memijah secara optimal kembali.

Pemanenan Larva

Pemanenan larva dilakukan setelah penebaran induk di kolam pemijahan yang dilakukan mulai hari 10 setelah proses penebaran induk. Larva yang ada didalam kolam tersebut akan dipanen dengan metode panen parsial (panen sebagian). Larva biasanya akan muncul pada saat matahari terik. Panen larva dilakukan pada pagi hari hingga sore hari. Alat yang digunakan pada saat panen

(28)

19 larva berlangsung yaitu ancho, scopnet, dan ember. Dilakukan dengan cara mengitari kolam atau mengelilingi kolam pemijahan. Larva yang sudah di panen tersebut akan ditampung di wadah penampungan selama 5–7hari atau sampai kuning telurnya habis. Setelah itu larva tersebut akan dihitung dengan menggunakan centingan dengan 1 centingan terdapat 1.000 ekor larva.

Penanganan Telur Hasil Pemijahan

Pada saat penen total seekor induk betina yang sedang mengerami telur ditangkap dan telur yang dierami didalam mulutnya dikeluarkan (Gambar 4) lalu ditetaskan di dalam akuarium. Akuarium penetasan diberi aerasi untuk mempertahan oksigen di dalam air. Jumlah total telur dihitung, demikian pula jumlah telur yang terbuahi dan yang tidak terbuahi dihitung hingga jumlah telur yang menetas. Telur yang terbuahi berwarna kuning sedangkan telur yang tidak terbuahi berwana putih keruh.

Gambar 4 Telur dikeluarkan dari mulut induk betina

3.4.4 Pengelolaan Pakan Induk

Pakan yang digunakan untuk pematangan gonad induk berupa pakan pellet terapung dan diberikan pakan dengan dosis 3% dari bobot biomassa. Frekuensi

(29)

20 pemberian pakan dilakukan 2 kali sehari. Jika induk yang telah memijah maka pemberian pakan tetap dilakukan akan tetapi dosis yamg digunakan dikurangi hingga 1 % dari bobot biomassa.

Pakan yang digunakan untuk induk ikan nila adalah pakan pelet terapung.

Dosis pakan yang digunakan pada saat pemeliharaan induk pada induk betina adalah 3% dari bobot biomassa sedangkan pada induk jantan diberikan pakan dengan dosis 1% dari bobot biomassa, selanjutnya dosis pakan yang diberikan pada saat pemijahan sama dengan dosis pakan yang diberikan pada induk jantan pada saat pemeliharaan induk berlangsung yaitu 1% dari bobot biomassa, dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari pada pukul 08.30 dan pada pukul 15.30 WIB.

Pada saat Pemeliharaan induk dilakukan hal yang harus diperhatikan adalah kontrol pakan karena tujuan dari pemeliharaan induk sebelum dipijahkan adalah untuk mendapatkan induk yang matang gonad untuk menghasilkan fekunditas yang tinggi.

Dosis pakan yang diberikan pada induk yang ada di dalam kolam pemijahan adalah lebih rendah ( 1% dari bobot biomassa) dari dosis pakan yang diberikan pada saat pemiliharaan untuk pematangan gonad induk (3% dari bobot biomassa).

Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa pada induk ikan nila, di kolam pemijahan sekaligus berfungsi sebagai kolam pengeraman telur, sehingga dalam kolam pemijahan terdapat induk yang akan memijah dan sudah memijah. Ikan yang sudah memijah akan mengerami telurnya di dalam mulut sehingga nafsu makan ikan tersebut menurun atau menunda untuk melakukan kegiatan makan.

Dengan demikian jumlah pakan yang diberikan bukan 3% dari bobot biomassa

(30)

21 tetapi diturunkan hingga 1% dari bobot biomassa. Komposisi nutrisi pakan yang diberikan disajikan pada Tabel 4. Pakan yang digunakan adalah pakan pelet terapung merk dagang SINTA dengan tipe pakan SNA3/SNA5.

Tabel 4 kandungan nutrisi pakan SNA-5

No Kandungan Nutrisi Kadar (%)

1 Protein 32

2 Lemak 5

3 Kadar air 6

4 Kadar abu 12

5 Serat kasar 10

6 Karbohidrat 33

Sumber: laboratorium BPPSNM Wanayasa Jawa Barat

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data

3.5.1 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati selama kegiatan berlangsung meliputi:

a. parameter induk yakni: umur induk, ukuran panjang, dan bobot induk b. parameter telur yakni: rasio pemijahan, fekunditas telur, jumlah telur yang

terbuahi (FR), dan jumlah telur yang menetas (HR).

c. Parameter kualitas air yakni: parameter suhu, pH, dan oksigen terlarut.

(31)

22 3.5.2 Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan yaitu metode deskriptif yang bersumber pada data primer dan data sekunder yang didapatkan selama kegiatan praktik.

Data yang dianalisa meliputi:

Fekunditas Telur ikan nila yang bersifat mouth breeder disebut brooding fecundity adalah jumlah telur yang sedang dierami dalam mulutnya (Yudasmara

2014).

Tingkat pembuahan atau fertilization rate (FR) adalah presentase jumlah telur yang diovulasikan (Effendi 1997), pembuahan dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah telur yang terbuahi

FR = x 100%

Jumlah total telur

Tingkat penetasan telur atau hatching rate (HR) adalah daya tetas telur atau presentase telur yang menetas setelah terbuahi beguna untuk mengetahui tingkat keberhasilan pemijahan. Menurut Murtidjo(2001), tingkat penetasan telur dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

Jumlah telur yang menetas

HR (%) = x 100 %

Jumlah telur yang terbuahi

Gambar

Gambar 3  Induk jantan dan betina pada proses pemijahan

Referensi

Dokumen terkait

Biro Pemerintahan Umum mempunyai tugas membantu SekdaProvsu dalam menyusun konsep kebijakan Kepala Daerah di bidang urusan pemerintahan umum, atas pelaksanaan pembinaan,

Brand yang akan digunakan sesuai dengan nama produk tersebut yaitu The Beauty Portable yang artinya semua kebutuhan kosmetik, alat-alat kecantikan dan perlengkapan

Pada metode Benefit Prorate dalam perhitungan kewajiban aktuaria, nilai yang didapat berasal dari jumlah gaji yang dipengaruhi oleh perkalian kumulatif

Biaya Perencanaan dan Pembangunan Biaya Perencanaan dan Pembangunan merupakan seluruh biaya yang diperlukan dalam membangun Dermaga CPO sampai Dermaga CPO tersebut

Metode geolistrik resistivitas atau tahanan jenis adalah salah satu dari jenis metode geolistrik yang digunakan untuk mempelajari keadaan bawah permukaan dengan

Berikut ini adalah hasil pengujian-pengujian yang dilakukan pada saat kuat sinyal berbeda-beda yaitu pada saat sinyal kuat, sinyal sedang, dan sinyal rendah. Berdasarkan

Metode elektrokimia adalah metode mengukur laju korosi dengan mengukur beda potensial objek hingga didapat laju korosi yang terjadi, metode ini mengukur laju

Malindo Feedmill (MAIN) mengalokasikan 15% dari total perolehan laba bersih tahun 2013 yang sebesar Rp 241,25 miliar untuk dividen atau senilai total dividen Rp 35,8 miliar