• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efisiensi internal dari sebuah jenjang pendidikan

INDIKATOR PENDIDIKAN

B. Partisipasi Pendidikan dan Indikator Efisiensi 1. Partisipasi Pendidikan

2) Efisiensi internal dari sebuah jenjang pendidikan

Untuk menerapkan efisiensi pada analisis aliran peserta didik, dibutuhkan jawaban yang memuaskan untuk dua pertanyaan berikut:

Bagaimana cara menentukan keluaran(output) dari sistem pendidikan?

Bagaimana cara menentukan masukan (input) dari sistem pendidikan?

Menilai keluaran dari kegiatan pendidikan

Tujuan dari kegiatan pendidikan (yaitu, keluaran yang diharapkan) tentu dapat dinilai dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada sudut pandang analitis atau konteks ideologinya.

Pendidik akan menekankan perolehan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang relevan sebagai tujuan utama sekolah.

Ekonom akan mempertimbangkan pengembangan sumber daya manusia, peningkatan produktivitas dan pendapatan hidup yang lebih tinggi sebagai manfaat utama dari pendidikan.

Peserta didik, kemungkinan besar, akan lebih tertarik untuk melewati ujian akhir dengan sukses dan dengan penundaan seminimal mungkin dalam jenjang pendidikannya.

 Yang lain mungkin lebih menekankan pada penyebaran warisan budaya nasional dan penguatan identitas nasional.

Perencana pendidikan tampaknya mengambil pandangan pragmatis yang sama: tujuan yang paling penting adalah bahwa peserta didik yang memasuki sistem atau jenjang pendidikan dapat lulus sebanyak-banyaknya dengan sukses dalam waktu yang ditetapkan.

Jadi dari sudut pandang perencana pendidikan, definisi keluaran jenjang pendidikan adalah jumlah peseta didik yang berhasil menyelesaikan jenjang itu.

Definisi ini memiliki kelebihan dan kekurangan, kelebihan definisi ini adalah menghindari ambiguitas dan dapat dijalankan, dalam arti bahwa

kekurangannya adalah dengan menyamakan tujuan pendidikan dengan produksi lulusan, definisi keluaran mengambil pandangan yang sangat sempit mengenai peran pendidikan dalam kehidupan ekonomi, sosial, politik dan budaya masyarakat.

Menilai masukan pendidikan

Untuk setiap tahun yang dihabiskan peserta didik di sekolah, berbagai sumber daya perlu disediakan: guru, gedung sekolah, ruang kelas, peralatan, perabotan sekolah dan buku-buku pelajaran. Kuantitas sumber daya ini meningkat tidak hanya dengan meningkatnya jumlah peserta didik, tetapi juga dengan meningkatnya jumlah tahun yang diperlukan peserta didik untuk menyelesaikan jenjang tempat ia belajar. Oleh karena itu, peserta didik-tahun menyajikan cara non-moneter yang mudah untuk mengukur masukan pendidikan. “Satu peserta didik-tahun” berarti semua sumber daya yang dihabiskan untuk satu peserta didik di sekolah selama satu tahun. “Dua peserta didik-tahun” berarti sumber daya yang dibutuhkan untuk satu peserta didik di sekolah selama dua tahun, atau sebaliknya, untuk dua peserta didik di sekolah selama satu tahun; dan seterusnya.

Seiring jenjang pendidikan, masukan didefinisikan dan diukur dengan menggunakan peserta didik-tahun. Definisi ini sangat menyederhanakan masalah. Memang benar bahwa peserta didik-tahun adalah kuantitas yang mudah diukur yang tidak mengenal batas negara; tetapi definisi ini juga merupakan ukuran non-moneter yang mentah.

Namun, kita dapat menilai masukan dalam hal moneter dengan mengalikan angka peserta didik-tahun yang sesuai dengan biaya rata-rata peserta didik-tahun dalam jenjang itu. Jika hasil analisis biaya sudah cukup terperinci, kita juga dapat menghitung biaya masukan dengan menggunakan biaya tiap tahun jenjang, alih-alih biaya rata-rata. Tetapi pengukuran masukan dalam hal moneter ini hanya perkiraan, karena

Kita dapat membuat pengukuran itu mendekati kenyataan dengan menghilangkan semua unsur-unsur pengeluaran tetap; misalnya, yang paling mendominasi pengeluaran tetap yaitu biaya administrasi.

Mendapatkan efisiensi internal dari keluaran dan masukan

Istilah keluaran pendidikan dan masukan pendidikan yang telah didefinisikan sebelumnya dengan cara yang mudah diukur –yaitu aliran peserta didik melalui struktur kelas dari suatu jenjang pendidikan- menunjukkan hubungan antara masukan dan keluaran, dan gagasan

efisiensi internal bisa didapatkan dari hubungan itu.

Seorang peserta didik yang berhasil menyelesaikan sebuah jenjang sekolah selama, katakanlah -enam tahun- akan membutuhkan setidaknya enam peserta didik-tahun untuk melalui jenjang pendidikan itu (sebagaimana yang dikatakan ekonom, proses produksi) dan lulus ujian akhir; perlu setidaknya 12 peserta didik-tahun untuk menghasilkan dua lulusan, 18 peserta didik-tahun untuk menghasilkan tiga lulusan, dan seterusnya. Dengan kata lain, jika semua berjalan dengan baik dan tidak ada peserta didik yang putus sekolah atau harus mengulang, rasio masukan/keluaran yang paling tepat untuk jenjang sekolah enam tahun adalah 61 = 6.

Dalam sebuah jenjang sekolah dari kelas “n”, efisiensi internal yang sempurna didapatkan ketika masukan berkaitan dengan keluaran sebagaimana berikut:

 1 unit keluaran untuk “n” unit masukan, atau

 1 lulusan untuk “n” murid-tahun.

Namun, tidak pernah didapati standar efisiensi yang sempurna di dunia nyata. Selalu ada beberapa peserta didik yang mengulang satu kelas atau lebih, sehingga menambah angka peserta didik-tahun. Bahkan jika pengulangan dihapuskan sekalipun, akan ada peserta didik yang putus

menggunakan sejumlah peserta didik-tahun (yaitu sumber daya material dan manusia yang diwakili peserta didik-tahun ini), tanpa memberikan kontribusi kepada keluaran dari jenjang itu. Dengan begitu, rasio masukan/keluaran menjadi menggelembung oleh tambahan peserta didik-tahun yang “non produktif”, dan cenderung menjadi lebih tinggi dari kondisi ideal, dengan kata lain, efisiensi internal menurun.

Satu hal lagi yang harus dipahami sebelum beralih ke pertanyaan tentang bagaimana menghitung tingkat efisiensi internal dalam sebuah jenjang pendidikan. Sejauh ini yang dibahas adalah “efisiensi internal”, bukan “efisiensi” pada umumnya. Alasannya adalah bahwa memang ada dua konsep yang berbeda dari efisiensi: “internal” dan “eksternal”. Di satu sisi, terdapat jenjang pendidikan yang efisien “secara internal” yang menghasilkan lulusan yang sukses tanpa menyia-nyiakan banyak peserta didik-tahun karena angka putus sekolah dan angka mengulang kelas.

Tetapi di sisi lain, jenjang yang sama ini mungkin “secara eksternal” sangat tidak efisien disebabkan para lulusan mungkin sama sekali tidak menjadi apa yang dibutuhkan masyarakat, ekonomi, atau tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sebagai contoh, mereka mungkin tidak memiliki kemampuan kerja, berorientasi terlalu akademis, tidak mau bekerja di daerah pedesaan, atau rentan untuk meninggalkan daerahnya. Oleh Karena itu, seorang perencana pendidikan harus ingat bahwa efisiensi “eksternal” tidak secara otomatis terikat dengan peningkatan efisiensi “internal”.

3) Analisis Cohort: perangkat untuk menghitung indikator efisiensi