• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.3 Efisiensi Pemasaran

Dalam menganalisis efisiensi pemasaran, hal yang paling perlu diketahui adalah saluran pemasaran, margin pemasarannya dan fungsi-fungsi apa saja yang terlibat dalam proses penyampaian komoditi tersebut hingga sampai pada konsumen.

Pemasaran komoditi sawi di Kelurahan Tanah Enam Ratus Kecamatan Medan Marelan terdapat 3 saluran pemasaran yang melibatkan petani sebagai produsen, pedagang pengumpul I, pedagang pengumpul II, pengecer dan konsumen.

: Tidak Dianalisis : Dianalisisi

Gambar 2. Saluran Pemasaran Komoditi Sawi di Kelurahan Tanah Enam Ratus

1. Saluran I: Petani–Pedagang Pengumpul–Agen–Pedagang Besar-Pedagang Pengecer-Konsumen.

Pada saluran I, petani menjual sawi ke pedagang pengumpul dalam bentuk sayuran segar. Pada umumnya komoditi sawi di jual per bal (Per 10 kg). Pada umunya, harga jual petani ke pedagang pengumpul lebih rendah dari harga pasar. Biasanya harga jual per kg sawi di jual petani pada harga normal sekitar Rp.2000-Rp.2500/Kg. Namun apabila petani menjual langsung kepada Pedagang Pengumpul harganya lebih rendah. Sehingga harganya berada di sekitar Rp.1800–Rp.2300/Kg. Saluran I merupakan

Petani P. Pengumpul Agen P.Pengecer Konsumen Agen III I II P. Besar P. Besar P.Pengecer Konsumen Konsumen

saluran paling panjang. Namun pada dasarnya banyak petani yang tidak menggunakan saluran I. Hal ini disebabkan karena berkurangnya harga pada tingkat petani dan jumlah pedagang pengumpul di Kelurahan Tanah Enam Ratus masih sedikit. Selain itu, lokasi pasar V yang dekat dengan Kelurahan Tanah Enam Ratus membuat para petani lebih banyak memilih menjual langsung kepada agen. Oleh pedagang pengumpul sawi akan dijual kembali ke agen-agen di pasar V Kecamatan Medan Marelan dan ada juga yang langsung menjual ke agen–agen yang berada di luar Kecamatan Medan Marelan. Dari agen–agen tersebut kemudian sawi di salurkan ke pedagang–pedagang besar di pusat pasar. Dan biasanya jalur pemasaran I ini sayur sawinya untuk di konsumsi oleh konsumen diluar daerah Kecamatan Medan Marelan.

2. Saluran II: Petani–Agen–Pedagang Besar- Pedagang Pengecer-Konsumen. Pada saluran II, petani menjual sawi langsung kepada agen. Harga jual sawi kepada agen berkisar Rp.2000–Rp.2500/Kg. Harga jual ini memang lebih tinggi dibandingkan harga jual pertani pada saluran I. Hal ini dikarenakan pedagang pengumpul mengambil keuntungan dari petani. Agen akan menjual kembali sawi ke pedagang besar di luar Kecamatan Medan Marelan. Agen akan menjual kembali sekitar Rp.3500- Rp.4500/Kg. Pada umumnya saluran II untuk konsumsi sawi di luar Kecamatan Medan Marelan.

3. Saluran III: Petani – Pedagang Pengecer – Konsumen

Pada saluran III, Petani menjual sawi kepada pedagang pengecer di pasar V Kecamatan Medan Marelan. Harga jual sawi kepada pedagang pengecer

sama dengan harga jual kepada agen yaitu pada kisaran harga Rp.2000- Rp.2500/Kg. Biasanya petani yang menjual sawi kepada pedagang pengecer karena jumlah panennya sedikit. Pedagang pengecer tidak menerima sawi dalam jumlah yang banyak. Pada saluran ini, pedagang pengecer akan menjualnya kembali kepada konsumen dengan harga sekitar Rp.3500–Rp.6000/Kg. Pada umumnya saluran III ini, untuk konsumsi di daerah Kecamatan Medan Marelan.

Lembaga pemasaran melakukan fungsi-fungsi pemasaran dalam proses penyampaian sawi dari produsen sampai ke konsumen. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga pemasaran adalah fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi pelancar.

Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh pelaku pemasaran dapat diuraikan secara berikut :

a. Petani

Pada saluran pemasaran I, II, dan III, petani sawi melakukan fungsi pertukaran yaitu kegiatan penjualan dengan menjual sawi kepada pedagang pengumpul, agen dan pedagang pengecer di Kecamatan Medan Marelan. Petani juga melakukan fungsi fisik pengangkutan yaitu pengangkutan dari lokasi produsen ke agen atau pedagang pengecer. Model transportasi yang mereka gunakan pada umumnya adalah sepeda motor, becak atau mobil pick-up. Ketika proses pemanenan sawi dilakukan, proses penyortiran juga ikut dilaksanakan, karena sawi yang ikut di jual hanya sawi yang masih muda dan segar. Oleh sebab itu, sortasi sebagai fungsi fasilitas dapat dilakukan di ladang sawi saja.

b. Pedagang Pengumpul

Pada saluran pemasaran I, Pedagang pengumpul membeli sawi dari petani. Pedagang pengumpul langsung mendatangi ladang petani. Pembayaran dilakukan secara tunai sehingga petani langsung memperoleh uang. Meskipun harga jual kepada pedagang pengumpul lebih murah, banyak petani yang menjual sawinya kepada pedagang pengumpul karena tidak sempat menjualnya ke pasar V. Pedagang pengumpul akan menjual sawi kembali ke agen di pasar V, sehingga pedagang pengumpul telah melakukan fungsi fisik pengangkutan, yaitu pengangkutan dari ladang petani ke agen.

c. Agen

Pada saluran pemasaran I dan II, agen membeli sawi dari petani dan pedagang pengumpul. Pembayaran dilakukan secara tunai, sehingga petani maupun pedagang pengumpul langsung memperoleh uang. Kebanyakan petani langsung menjual sawinya ke agen. Hal ini disebabkan harga di agen lebih tinggi dari harga pedagang pengumpul. Setalah agen membeli sawi dari petani dan pedagang pengumpul, agen akan menjualnya kembali ke pedagang besar di pusat pasar. Sehingga agen telah melakukan fungsi-fungsi penjualan, pembelian dan pengangkutan.

d. Pedagang Pengecer

Pada saluran pemasaran III, pedagang pengecer membeli sawi dari petani. Sehingga pedagang pengecer melakukan fungsi-fungsi penjualan dan pembelian.

Analisis marjin pemasaran banyak digunakan sebagai indikator efisiensi pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada berbagai saluran pemasaran dapat berbeda, karena tergantung pada panjang pendeknya saluran pemasaran dan

aktivitas-aktivitas yang telah dilaksanakan serta keuntungan yang diharapkan oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam pemasaran. Pada tabel berikut ini dapat dilihat hasil analisis marjin, biaya pemasaran, marjin keuntungan, dan nisbah marjin keuntungan pada saluran I.

Tabel 13. Analisis Marjin, Biaya, Marjin Keuntungan, dan Nisbah Keuntungan Saluran pemasaran I

Lembaga Tataniaga (Rp/kg) %

I Petani produsen

Harga jual petani produsen 1900 59.37

• Biaya Produksi 724.02 Marjin keuntungan 1175.98 II Pedagang pengumpul Harga beli PP 1900 Harga jual PP 2100 Biaya tataniaga • $Biaya transportasi 19.66 0.61 • Packing 39.33 1.23 • Perlengkapan 15 0.47 *Total Biaya 74.29 Marjin keuntungan 126.01 3.94

Nisbah marjin keuntungan 1.7

III Agen

Harga beli Agen 2100

Harga jual Agen 3200

Biaya tataniaga • Biaya packing 40 1.25 • Biaya transportasi 50 1.56 • Biaya perlengkapan 10 0.31 • Biaya retribusi 10 0.31 *Total Biaya 110 Marjin keuntungan 990 30.93

Nisbah marjin keuntungan 9

Marketing margin 1300

IV Harga P. Besar 3200 100

Sumber: Olah Data Primer ( Lampiran 13 dan 14)

Pada tabel 13 saluran pemasaran I hanya di analisis sampai agen saja, hal ini disebabkan karena rantai pemasaran yang terjadi di Kecamatan Medan Marelan hanya sampai di tingkat agen saja. Pada tabel 12 dapat dilihat bahwa nilai tunai yang di terima petani sebesar Rp. 1900/Kg atau 59.37% dari harga jual agen. Dari tabel juga dapat dilihat bahwa jumlah keseluruhan biaya pedagang

pengumpul sebesar Rp.74,29/Kg dengan share margin sebesar 2.31%. Sehingga keuntungan yang diterima pedagang pengumpul sebesar Rp.126,01 dengan share sebesar 3,94%. Sedangkan untuk agen, jumlah biaya keseluruhan yang dikeluarkan sebesar Rp.110/Kg dengan share margin sebesar 3,44%. Keuntungan yang diperoleh agen sebesar Rp.990/Kg. Nisbah margin keuntungan sebesar 1.7 pada tingkat pengumpul dan 9 pada tingkat agen. Penyebaran nisbah margin yang tidak merata menggambarkan adanya kesenjangan tingkat kepuasan anatara lembaga pemasaran.

Sedangkan analisis marjin, biaya pemasaran, marjin keuntungan, dan nisbah marjin keuntungan pada saluran II diperlihatkan pada tabel 13 berikut:

Tabel 14. Analisis Marjin, Biaya, Marjin Keuntungan, dan Nisbah Keuntungan Saluran Pemasaran II

Tingkat Lembaga Tataniaga (Rp/kg) %

I Petani produsen

Harga jual petani produsen 2100 65.62

Biaya Produksi 724.02 Biaya tataniaga • Biaya Transportasi 19.66 • Biaya Packing 33.33 *Total Biaya 52.99 Marjin keuntungan 1375.98

Nisbah marjin keuntungan 25.9

II Agen

Harga beli Agen 2100

Harga jual Agen 3200

Biaya tataniaga • Biaya packing 40 1.25 • Biaya transportasi 50 1.56 • Biaya perlengkapan 10 0.31 • Biaya Retribusi 10 0.31 *Total Biaya 110 Marjin keuntungan 990 30.93

Nisbah marjin keuntungan 9

Marketing margin 1100

III Harga Pedagang Besar 3200 100

Sumber: Olah Data Primer ( Lampiran 14)

Pada tabel 14 diperlihatkan bahwa nilai jual yang diterima petani sebesar Rp.2100/Kg atau 65,62% dari harga pedagang besar. Margin keuntungan agen sebesar Rp.990/Kg atau sebesar 30.93%. Sama halnya dengan saluran I, pada saluran II ini hanya di analisis sampai harga jual agen saja. Marketing margin saluran pemasaran II sebesar Rp.1100/Kg.

Sedangkan analisis marjin, biaya pemasaran, marjin keuntungan, dan nisbah marjin keuntungan pada saluran III di perlihatkan pada tabel 14 beriku.

Tabel 15. Analisis Marjin, Biaya, Marjin Keuntungan, dan Nisbah Keuntungan Saluran Pemasaran III

Tingkat Lembaga Tataniaga (Rp/kg) %

I Petani produsen

Harga jual petani produsen 2100 51.21

Biaya Produksi 724.02

Biaya transportasi 19.66

Biaya Packing 33.33

*Total Biaya Pemasaran 52.99

Marjin keuntungan 1375.98

Nisbah marjin keuntungan 25.9

II Pedagang pengecer

Harga beli Pedagang Pengecer 2100 Harga jual Pedagang Pengecer 4100 Biaya tataniaga

• . Biaya Packing 66.67 1.63

*Total Biaya 66.67

Marjin keuntungan 1933.33 47.15

Nisbah marjin keuntungan 28.99

Marketing margin 2000

III Harga Konsumen 4100 100

Sumber: Olah Data Primer (Lampiran 15)

Pada tabel 15. diperlihatkan bahwa margin keuntungan setiap tingkatan adalah Rp.1375.98/Kg pada tingkat petani dan Rp 1933.33/kg pada tingkat pedagang pengecer. Nisbah margin keuntungan pada petani sebesar 25,9 dan 28,99 pada agen. Penyebaran nisbah margin keuntungan pada saluran pemasaran

III cukup merata. Pada Saluran III ini pelaku pemasarannya hanya petani sebagai produsen, agen dan konsumen.

Dari uraian margin keuntungan pemasaran dan share marginnya dapat dilihat besarnya share margin keuntungan terbesar terdapat pada saluran pemasaran III yaitu sebesar Rp. 1933.33 atau 47.15%. Hal ini di sebebabkan karena apabila petani menjual langsung ke agen atau pedagang pengecer, harga jual komoditi sawi yang di tawarkan lebih tinggi. Biaya pemasaran yang dikeluarkan pedagang pengecer lebih rendah dari biaya pemasaran yang dikeluarkan agen, sehingga nisbah margin keuntungan yang diperoleh oleh pedagang pengecer pada saluran III lebih tinggi dari nisbah margin keuntungan yang diperoleh agen pada saluran pemasaran II. Selain itu nilai harga jual komoditi sawi pada pedagang pengecer lebih tinggi dari pada agen. Nisbah margin keuntungan terbesar adalah pedagang pengecer pada saluran pemasaran III yaitu sebesar 28.99. Hal ini menunjukkan adanya pengambilan keuntungan yang berlebihan oleh pedagang pengecer. Salah satu indikator efisiennya suatu sistem pemasaran adalah meratanya penyebaran nisbah margin keuntungannya. Apabila dilihat dari segi analisis margin pemasaran, pemasaran sawi di daerah ini paling efisien pada saluran pemasaran III. Pada saluran pemasaran III sebaran persentase margin pemasaran lebih merata di bandingkan saluran pemasaran I dan II, selain itu saluran III merupakan saluran yang paling pendek dan biaya yang di keluarkan dalam proses pemasaran paling kecil, yaitu sebesar Rp 119.66

Efisiensi pemasaran juga dapat dihitung dengan ratio biaya pemasaran dibagi dengan nilai produksi yang di pasarkan, kemudian dikalikan seratus, sehingga di dapat efisiensi pemasaran sebesar:

Tabel 16. Biaya Pemasaran, Nilai Penjualan, dan Efisiensi Pemasaran Saluran Pemasaran Biaya Pemasaran (Rp/Kg) Nilai Penjualan (Rp/Kg) Efisiensi Pemasaran I 184.29 3200 5.76 II 162.99 3200 5.09 III 119.66 4100 2.92

Sumber : Tabel 12, 13 dan 14

Tabel 15 menunjukkan bahwa ketiga saluran pemasaran komoditi sawi sudah efisien. Hal ini dikarenakan ketiga saluran pemasaran memiliki nilai efisiensi pemasaran dibawah 50% (<50%) yaitu 5.76% pada saluran pemasaran I, 5.09% pada saluran pemasaran II dan 2.92 % pada saluran pemasaran III. Oleh karena nilai EP di setiap saluran pemasaran adalah lebih kecil dari pada 50%.

Efisiensi pemasaran pada setiap saluran pemasaran dapat dihubungkan dengan luas tanam, sehingga dapat dilihat seperti apa hubungan luas lahan dengan efisiensi pemasaran.

Tabel 17. Biaya Pemasaran, Nilai Penjualan dan Efisiensi Pemasaran Per Petani Sawi

No Biaya Pemasaran Nilai Penjualan Efisiensi

Sampel (Rp/Kg) (Rp/Kg) Pemasaran 1 184.29 3000 6.14 2 162.99 2500 6.52 3 184.29 2500 7.37 4 184.29 3000 6.14 5 162.99 2500 6.52 6 162.99 2500 6.52 7 162.99 2300 7.09 8 162.99 2300 7.09 9 184.29 2500 7.37 10 184.29 2500 7.37 11 162.99 2500 6.52 12 184.29 2500 7.37 13 184.29 3000 6.14 14 162.99 2500 6.52 15 162.99 2500 6.52 16 162.99 2500 6.52 17 162.99 2500 6.52 18 162.99 3500 4.66 19 119.66 3500 3.42 20 119.66 2500 4.79 21 184.29 2500 7.37 22 184.29 2500 7.37 23 184.29 2500 7.37 24 184.29 2500 7.37 25 184.29 2500 7.37 26 162.99 2500 6.52 27 162.99 2500 6.52 28 162.99 4500 3.62 29 162.99 4500 3.62 30 162.99 4500 3.62

Olah Data Primer (Lampiran 18a-18ad)

Tabel 16 menunjukkan bahwa ke-30 sampel petani memiliki saluran pemasaran komoditi sawi yang sudah efisien. Hal ini dikarenakan ke-30 saluran

pemasaran komoditi sawi memiliki nilai efisiensi pemasaran dibawah 50% (<50%).

Tabel 17. Analisis Korelasi Efisiensi Pemasaran Dengan Luas Tanam Komoditi Sawi

Efisiensi

Pemasaran Luas Tanam Efisiensi Pemasaran Pearson Correlation 1 .048

Sig. (2-tailed) .803

N 30 30

Luas Lahan Pearson Correlation .048 1

Sig. (2-tailed) .803

N 30 30

Sumber : Olah Data Primer (Lampiran 19)

Dari hasil analisis korelasi antara efisiensi pemasaran sawi dengan luas tanam komditi sawi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0.048 dengan tingkat signifikansi sebesar 0.803. Dengan nilai signifikansi 0.803 (>0.05) berarti tidak ada korelasi yang nyata antara efisiensi pemasaran dengan luas tanam komoditi sawi, sehingga hipotesis 3 ditolak karena tidak ada hubungan yang nyata antara antara efisiensi pemasasaran dengan luas tanam.

Dokumen terkait