• Tidak ada hasil yang ditemukan

III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.8 Efisiensi Tataniaga

Efisiensi ialah rasio antar outpout dan input. Tataniaga perikanan dapat dilihat sebagai sebuah sistem input output. Input pemasaran merupakan sumber daya yang digunakan untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran seperti tenaga kerja, mesin, modal, dan sebagainya. Sedangkan, output ialah hasil dari proses pemasaran seperti kegunaan waktu, bentuk, tempat, dan kegunaan lain yang memberikan kepuasaan kepada konsumen. Input merupakan biaya yang dikeluarkan atau digunakan pada lembaga tataniaga sedangkan kegunaan merupakan keuntungan dari pemasaran yang membentuk rasio efisiensi dan efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi dari rasio input-output tersebut.

30 Efisiensi tataniaga dapat diukur melalui dua cara yaitu efisiensi operasional dan harga. Dahl dan Hammond (1977) mendefinisikan efisiensi operasional menunjukan biaya minimum yang dapat dicapai dalam pelaksanaan fungsi dasar pemasaran yaitu pengumpulan, transportasi, penyimpanan, pengolahan, distribusi dan aktivitas fisik dan fasilitas. Efisiensi harga menunjukkan pada kemampuan harga dan tanda-tanda harga untuk penjual serta memberikan tanda kepada konsumen sebagai panduan dari penggunaan sumber daya produksi dari sisi produksi dan tataniaga. Dengan menggunakan konsep biaya tataniaga, system tataniaga dikatakan efisiensi bila dapat dilaksanakan dengan biaya yang rendah.

Hanafiah dan Saefuddin (1986), menambahkan bahwa pasar yang tidak efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar dan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlaiu besar. karena itu efisiensi pemasaran akan terjadi apabila biaya pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi, persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen dapat lebih tinggi, dan tersedia fasilitas fisik pemasaran, serta adanya kompetisi pasar yang lebih sehat.

Kohls dan Uhls (2002) menjelaskan bahwa efisiensi tataniaga merupakan suatu indikator dan kinerja pemasaran yang dapat diukur melalui beberap metode. Metode yang paling dikenal adalah dengan melihat selisih harga di tingkat petani dengan harga di tingkat retail (market margin) serta berdasarkan persentase harga konsumen yang diterima oleh petani (farmer’s share). Farmer’s share memiliki hubungan negatif dengan marjin tataniaga atau dengan kata lain bahwa semakin tinggi marjin tataniaga akan menyebabkan persentase harga yang diterima petani (farmer’s share) akan semakin kecil.

3.1.8.1MarjinTataniaga

Terbentuknya marjin tataniaga karena adanya perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen akhir dengan harga yang diterima petani produsen. Dapat dikatakan pula sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir. Hanafiah dan Saefuddin (1986) menjelaskan bahwa marjinialah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dan

harga yang dibayar oleh pembeli terakhir.

Dahl dan Hammond (1977), mendefinisikan bahwa marjintataniaga ialah perbedaan harga antara harga di tingkat petani (Pf) dengan harga di tingkat

pengecer (Pr), dimana marjin tataniaga tersebut ditunjukkan oleh perbedaan atau

jarak vertikal antara kurva permintaan atau kurva penawaran. Dapat dilihat pada Gambar 3. Qrf Pf Pr Sr Harga (P) Df Dr Sf

Gambar 3 . Penggambaran Definisi MarjinTataniaga, Nilai MarjinTataniaga, dan Biaya Tataniaga

Sumber : Dahl danHammond (1977) Keterangan:

Pr = Harga retail (tingkat pengencer) Pf = Harga farmer (tingkat petani)

Sr = Supply retail (penawaran di tingkat pengencer) Sf = Supply farmer (penawaran di tingkat petani) Dr = Demand retail (permintaan di tingkat pengencer) Df =Demand farmer (permintaan di tingkat petani) (Pr-Pf) = Marjin tataniaga

(Pr-Pf) Qrf = Nilai marjin tataniaga

Qrf = Jumlah keseimbangan di tingkat petani dan pengencer.

Berdasarkan Gambar 3. dapat dijelaskan bahwa dengan jumlah barang yang sama, harga yang diterima petani lebih rendah dari pada yang dibayarkan konsumen. Penawaran (Sf) pada harga ditingkat petani lebih besar dari pada

32 penawaran (Sr) pada harga ditingkat pengecer. Artinya jumlah barang yang ditawarkan di tingkat petani mencakup semua input dan hasil akhir sedangkan penawaran ditingkat pedagang pengecer telah ditambah dengan biaya-biaya seperti biaya angkut dan sebagainya. Kondisi permintaan di tingkat petani (Df) lebih kecil dari pada di tingkat pedagang pengecer (Dr), artinya permintaan di tingkat pedagang pengumpul (tengkulak) lebih sedikit dari pada di tingkat konsumen akhir. Besamya marjintataniaga yang terjadi pada suatu komoditi per satuan atau per unit ditunjukkan oleh besaran (Pr– Pf ). Sedangkan nilai

marjintataniaga (value of marketing margin) merupakan hasil perkalian dari perbedaan harga pada dua tingkat lembaga tataniaga (dalam hal ini selisih harga eceran dengan tingkat harga petani) dengan jumlah produk yang dipasarkan. Besamya nilai marjin tataniaga dinyatakan dalam (Pr –Pf ) x Qrf. Marjintataniaga

hanya menunjukkan perbedaan harga yang terjadi dan tidak menunjukkan jumlah produk yang dipasarkan, sehingga jumlah produk ditingkat petani sama dengan jumlah produk di tingkat pengecer atau Qr = Qf=Qrf.

3.1.8.2 Bagian Harga Yang Diterima Petani (Farmer's share)

Farmer's share merupakan salah satu indikator dalam mengukur kinerja suatu sistem tataniaga, alat analisis ini sering digunakan untuk menentukan efisisensi tataniaga yang dilihat dari sisi pendapatan petani. Tetapi, farmer’s share yang tinggi tidak mutlak menunjukkan bahwa pemasaran berjalan dengan efisien. Hal ini berkaitan dengan besar kecilnya manfaat yang ditambahkan pada produk (value added) yang dilakukan lembaga perantara atau pengolahan untuk memenuhi konsumen. Faktor yang perlu diperhatikan adalah bukan besar kecilnya

share, melainkan total penerimaan yang didapat oleh produsen dari hasil penjualan produk mereka.

Kohls dan Uhls (2002), mendefinisikan farmer's share sebagai selisih antara harga retail dengan marjin pemasaran. Farmer's share merupakan bagian dari harga konsumen yang diterima oleh petani, dan dinyatakan dalam persentase harga konsumen. Hal ini berguna untuk mengetahui porsi harga yang berlaku ditingkat konsumen dinikmati oleh petani. Besarnya farmer's share biasanya dipengaruhi oleh : (1) Tingkat pemrosesan, (2) Biaya transportasi, (3) Keawetan produk dan (4) Jumlah produk.

33

3.1.8.3 Rasio Keuntungan Terhadap Biaya

Tingkat efisiensi tataniaga dapat juga diukur melalui besarnya rasio keuntungan terhadap biaya tataniaga. Rasio keuntungan dan biaya tataniaga ialah untuk mengetahui besarnya keuntungan yang diterima atas biaya tataniaga yang dikeluarkan pada lembaga tataniaga. Dengan demikian semakin meratanya penyebaran rasio keuntungan dan biaya, maka dari segi operasional system tataniaga semakin efisien (Limbong dan Sitorus,1987)

Dokumen terkait