• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 35.Penyebaran Woton ( Sterculia shilinglawii F v Muell.) di Tanah Papua

PEMANFAATANNYA OLEH SUKU ISIRAWA DI KABUPATEN SARM

C. Ekologi Habitat Gayang

Dalam rangka kegiatan konservasi jenis gayang, baik konservasi pada habitatnya (in-situ) maupun di luar habitatnya (eks- situ), salah satu aspek yang sangat perlu untuk diketahui adalah aspek ekologi habitat yang meliputi faktor fisiografi (ketinggian tempatdankelerengan), iklim (suhuudaradan kelembaban), kondisi tanah (tanah, tanah berbatu, tanah berkarang dan karang) serta kesuburan tanah. Syafei (1994) menyebutkan bahwa faktor-faktor lingkungan yaitu iklim, edafik (tanah), topografi dan biotik saling berkaitan erat satu satu sama lain dan sangat menentukan kehadiran suatu jenis tumbuhan di tempat tertentu, namun cukup sulit mencari penyebab terjadinya kaitan yang erat tersebut. Selanjutnya Marsono (1972) menyebutkan bahwa kehadiran suatu jenis dalam suatu tempat atau areal ditentukan oleh beberapa faktor antara lain ; habitat dimana habitat akan mengadakan seleksi terhadap jenis yang mampu beradaptasi dengan lingkungan setempat, waktu yang diperlukan untuk mengatasi hal ini, dengan berjalannya waktu vegetasi akan berkembang ke arah yang stabil dan kehadiran satu jenis dapat ditentukan juga oleh vegetasi yang berada disekitarnya.

1. Faktor Fisiografis

Ketinggian tempat habitat gayang di kawasan hutan pantai Kampung Amsira adalah 0–5 m dpl. Sesuai ketinggian tempat tumbuhnya maka gayang digolongkan kedalam jenis tumbuhan berkayu (pohon) dataran rendah.

Sumber : Data primer hasil penelitian KNRT Tahun 2010

Tabel 28. Ketinggian tempat dan kelerengan pada habitat gayang di Kampung Amsira

Habitat Ketinggian tempat (m) dpl. Topografi/kelerengan (%) 1. 0–5 0-5 2. 0–5 0-5 3. 0–5 0-5 4. 0–5 0-5

Gayang pada kawasan hutan pantai Kampung Amsira Kabupaten Sarmi tumbuh baik pada kelerangan 0–5 %. Kisaran kelerengan tersebut memiliki kondisi habitat yang relatif sangat datar. Kondisi habitat demikian secara alami sangat berdampak terhadap penyebaran dan kuantitas pertumbuhan gayang. Dari hasil pengamatan, kualitas pertumbuhan gayang pada habitat datar umumnya sangat baik, dan tidak berbeda dalam banyaknya individu. Daerah yang sangat datar menyebabkan penyebaran individu gayang merata.

2. Suhu Udara dan Kelembaban

Gayang tumbuh pada daerah-daerah dengan naungan sedang (65–73%) dengan suhu optimum berkisar antara 30–32ºC dan kelembaban optimum berkisar antara 64–71%. Adanya kisaran demikian disebabkan karena penyebaran gayang secara alami di kawasan hutan Kampung Amsira Kabupaten Sarmi adalah pada bagian pesisir pantai yang merupakan daerah pasang tertinggi air laut, hutan pantai dan hutan dataran rendah. Hal ini

Sumber : Data primer hasil penelitian KNRT Tahun 2010

mengindikasikan bahwa gayang mampu tumbuh pada habitat yang dipengaruhi oleh salinitas (pesisir pantai) dan habitat yang tidak dipengaruhi oleh salinitas yaitu hutan pantai dan hutan dataran rendah dengan naungan yang sedang (daerah agak terbuka). Tabel 29. Suhu udara dan kelembaban serta persen penutupan

tajuk pada habitat gayang di Kampung Amsira

Habitat Suhu udara (0C) Kelembaban (%) Naungan (%) 1 31 69 70 2 32 65 67 3 31 64 65 4 32 64 65 5 30 71 73 3. Keadaan Tanah

Gayang umumnya tumbuh pada habitat tanah dengan keadaan solum yang tipis (< 10 cm atau ± 10 cm), sedang (± 20 cm) sampai dalam (± 30 cm), dengan variasi habitat pasir, tanah berpasir dan tanah serta kondisi habitat tidak berbatu, sedikit berbatu dan berbatu, tetapi kadang-kadang tumbuh pada daerah tergenang di pinggir sungai-sungai dan pada habitat rawa tergenang secara periodik maupun rawa tergenang permanen.

Sumber : Data primer hasil analisis Laboratorium Tanah Faperta UGM Tahun 2010

Tabel 30. Kesuburan tanah pada habitat gayang di Kampung Amsira

Parameter Uji Nilai Kandungan Satuan N P K Mg pH C Ca Na C/N ratio Bahan Organik 0,12 21,58 0,15 0,15 5,63 0,63 1,14 0,78 12,81 1,09 % ppm % % % - - - - %

Tanah pada habitat gayang bersifat agak masam (pH 5,63), N tersedia rendah, P tersedia sedang, Mg tersedia sangat rendah, C/N ratio sedang dan K tersedia rendah. Berdasarkan sifat tanah tersebut, tampak bahwa jenis tanah pada habitat gayang di Kampung Amsira tergolong jenis tanah marginal dengan tingkat kesuburan sangat rendah sampai rendah.

D. Potensi Tegakan, Struktur Populasi dan Potensi Buah 1. Potensi Tegakan

Potensi tegakan gayang pada hutan pantai Kampung Amsira Kabupaten Sarmi, berdasarkan tingkat pertumbuhan semai, pancang, tiang dan pohon, dapat dilihat pada Gambar 39.

Populasi pada setiap tingkat pertumbuhan jenis pohon gayang membentuk kurva pertumbuhan yang relatif normal yaitu

berbentuk huruf J terbalik. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi hutan pantai habitat gayang di Kampung Amsira Kabupaten Sarmi tergolong cukup baik atau belum mendapatkan tekanan berupa kerusakan yang cukup berarti.

Struktur populasi yang demikian menurut Ewusie (1990), disebabkan oleh dua faktor yang saling berkaitan yaitu strategi jenis tersebut untuk mempertahankan keberadaannya dan adanya faktor seleksi alam yang disebut seleksi – r. Hubungan ke dua faktor tersebut adalah untuk mempertahankan keseimbangan dan keberadan jenis gayang tersebut di alam yang pada akhirnya peran kuantitas jenis akan berubah menjadi kualitas jenis.

Gambar 39. Potensi gayang berdasarkan tingkat pertumbuhan di Kampung Amsira Kabupaten Sarmi

Sumber : Data primer hasil penelitian KNRT Tahun 2010

Jumlah anakan (semai) yang sangat banyak dibandingkan dengan pancang, tiang dan pohon menggambarkan strategi regenerasi dari pohon gayang yang dikenal dengan strategi – r.

a. Tingkat Semai

Gayang pada tingkat permudaan semai, ternyata merupakan salah satu jenis yang mendominasi kawasan hutan pantai di Kampung Amsira. Sepuluh jenis permudaan tingkat semai yang paling mendominasi kawasan hutan pantai di Kampung Amsira

Sumber : Data primer hasil penelitian KNRT Tahun 2010

secara lengkap disajikan pada Tabel 31. Jenis yang paling dominan berturut-turut adalah Inocarpus fagifer, Fagraea racemosa, Pometia pinnata, Barringtonia asiatica dan Gonocaryum littorale. Hal ini menunjukkan adanya tingkat toleransi yang tinggi dan luas dari ke 5 jenis ini serta adanya strategi regenerasi yang baik dari jenis-jenis ini dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya

Tabel 31. Sepuluh jenis vegetasi dominan tingkat permudaan semai pada habitat gayang di Kampung Amsira

Nama Latin K (n/ha) KR (%) F FR (%) INP (%) Inocarpus fagifer 8000 17,39 0,5 10,64 28,03 Fagraea racemosa 4250 9,24 0,3 6,38 15,62 Pometia pinnata 3500 7,61 0,3 6,38 13,99 Barringtonia asiatica 3500 7,61 0,3 6,38 13,99 Gonocaryum littoralle 2250 4,89 0,2 4,26 9,15 Syzygium malaccensis 2000 4,35 0,2 4,26 8,60 Cananga odorata 1750 3,80 0,2 4,26 8,06 Premna corymbosa 1500 3,26 0,2 4,26 7,52 Hibiscus tilliaceus 1500 3,26 0,2 4,26 7,52 Alstonia spectabilis 1000 2,17 0,2 4,26 6,43

Potensi tingkat permudaan semai gayang adalah sebanyak 8.000 anakan per hektar. Jenis ini menempati posisi dominan pertama. Dominannya jenis ini disebabkan karena jumlah individunya yang banyak dan penyebarannya yang merata.

Adanya seleksi – r (alam) menyebabkan jenis-jenis vegetasi pada tingkat semai menggunakan jumlah individu yang sedikit untuk mempertahankan keberadaan jenisnya, namun setelah melalui proses seleksi –r sampai individu tingkat pancang, kualitas jenisnya lebih berperan penting. Walaupun jumlah individunya tidak banyak pada tingkat semai namun individu-individu tersebut merupakan individu yang secara alami dianggap telah mampu dan stabil beradaptasi dengan kondisi tempat tumbuh, karena memiliki kualitas yang baik.

b. Tingkat Pancang

Gayang pada tingkat permudaan pancang, ternyata merupakan jenis yang paling mendominasi kawasan hutan pantai di Kampung Amsira Kabupaten Sarmi. Sepuluh jenis permudaan tingkat pancang yang paling mendominasi kawasan hutan pantai di Kampung Amsira dapat dilihat pada Tabel 32. Pada tingkat pancang, jenis yang paling dominan berturut-turut adalah Inocarpus fagifer, Barringtonia asiatica, Cananga odorata, Hibiscus tilliaceus, Aglaia odorata, Tabernaemontana aurantiaca, Voacanga papuana, Anthocephalus chinensis, Octomeles sumatrana danFicus septica.

Potensi tingkat permudaan pancang gayang adalah sebanyak 600 pohon per hektar. Jenis ini menempati posisi dominan pertama. Dominannya jenis ini disebabkan karena jumlah individunya yang banyak serta penyebarannya yang merata jika dibandingkan dengan jenis vegetasi lainnya.

Sumber : Data primer hasil penelitian KNRT Tahun 2010

Pada tingkat pancang proses suksesi masih terus berlangsung, komposisi jenis, kerapatan dan frekwensi merupakan gambaran awal bagi proses ekologi yang terjadi pada habitat gayang. Dominannya jenis ini pada tingkat pancang karena adanya campur tangan manusia yaitu berupa perawatan (pembersihan) yang dilakukan sekali dalam setahun.

Tabel 32. Sepuluh jenis vegetasi dominan tingkat permudaan pancang pada habitat gayang di Kampung Amsira

Nama Latin K (n/ha) KR (%) F FR (%) INP (%) Inocarpus fagifer 600 19,23 0,5 10,20 29,44 Barringtonia asiatica 320 10,26 0,5 10,20 20,46 Cananga odorata 240 7,69 0,3 6,12 13,82 Hibiscus tilliaceus 120 3,85 0,3 6,12 9,97 Aglaia odorata 120 3,85 0,3 6,12 9,97 Tabernaemontana aurantiaca 120 3,85 0,3 6,12 9,97 Voacanga papuana 120 3,85 0,2 4,08 7,93 Anthocephalus chinensis 160 5,13 0,1 2,04 7,17 Octomeles sumatrana 80 2,56 0,2 4,08 6,65 Ficus septica 80 2,56 0,2 4,08 6,65 c. Tingkat Tiang

Pada tingkat tiang, gayang merupakan jenis yang paling mendominasi kawasan hutan pantai Kampung Amsira Kabupaten Sarmi. Sepuluh jenis permudaan tingkat tiang yang paling mendominasi kawasan ini disajikan pada Tabel 33.

Sumber : Data primer hasil penelitian KNRT Tahun 2010

Tabel 33. Sepuluh jenis vegetasi dominan tingkat permudaan tiang pada habitat gayang di Kampung Amsira

Nama Latin KR (%) FR (%) DR (%) INP (%) Inocarpus fagifer 12,90 13,33 14,02 40,26 Pometia pinnata 6,45 6,67 8,41 21,53 Cananga odorata 6,45 6,67 7,59 20,71 Artocarpus altillis 6,45 6,67 7,59 20,71 Alstonia scholaris 6,45 6,67 6,60 19,72 Morinda citrifolia 6,45 6,67 5,44 18,56 Fagraea racemosa 6,45 6,67 4,45 17,57 Gonocaryum littorale 6,45 3,33 5,77 15,56 Barringtonia asiatica 3,23 3,33 4,67 11,23 Cordia subcordata 3,23 3,33 4,20 10,75

Pada tingkat tiang, jenis yang paling dominan berturut-turut pada kawasan hutan tersebut adalah Inocarpus fagifer, Pometia pinnata, Cananga odorata, Artocarpus altillis dan Alstonia scholaris.

Dominannya jenis-jenis tersebut mengindikasikan bahwa jenis ini tumbuh dan menyebar merata karena mampu beradaptasi dengan tipe habitat hutan pantai yaitu tanah berpasir.

d. Tingkat Pohon

Fase pertumbuhan pohon merupakan tahap akhir suksesi pada habitat gayang. Pada tingkat pohon, gayang merupakan jenis yang paling mendominasi kawasan hutan pantai Kampung Amsira Kabupaten Sarmi. Sepuluh jenis vegetasi tingkat pohon yang paling mendominasi kawasan hutan ini disajikan pada Tabel 34. Jenis

Sumber : Data primer hasil penelitian KNRT Tahun 2010

yang paling dominan berturut-turut adalah Inocarpus fagifer, Barringtonia asiatica, Pometia pinnata, Artocarpus altillis dan

Anthocephalus chinensis. Dominannya jenis-jenisini menunjukkan bahwa jenis-jenis ini mempunyai toleransi yang tinggi terhadap lingkungannya. Selain memiliki adaptasi yang baik sehingga tersebar merata, jenis-jenis tersebut juga memiliki kemampuan pertumbuhan diameter dan tinggi yang optimal sehingga memungkinkan jenis ini untuk mendominasi strata teratas dan menjadi penciri tegakan utama di kawasan hutan ini.

Tabel 34. Sepuluh jenis vegetasi dominan tingkat pohon pada habitat gayang di Kampung Amsira

Nama Latin KR (%) FR (%) DR (%) INP (%) Inocarpus fagifer 11,91 12,20 19,75 43,85 Barringtonia asiatica 9,52 9,76 16,18 35,46 Pometia pinnata 11,91 9,76 7,38 29,04 Artocarpus altillis 7,14 7,32 13,58 28,04 Anthocephalus chinensis 4,76 4,88 3,79 13,43 Hibiscus tilliaceus 4,76 4,88 3,24 12,88 Gonocaryum littorale 4,76 4,88 2,23 11,87 Pterygota horsfieldii 2,38 2,44 5,74 10,56 Cordia subcordata 2,38 2,44 3,13 7,95 Alstonia scholaris 2,38 2,44 3,00 7,82

Jenis vegetasi tingkat pohon lainnya yang memiliki INP yang rendah disebabkan karena daya saing yang rendah, baik dengan jenis lain maupun sesama jenis dalam memanfaatkan tempat

tumbuh yang ada, karena setiap jenis vegetasi membutuhkan lingkungan yang sesuai bagi pertumbuhannya mulai dari semai sampai pohon sesuai tingkat suksesi yang terjadi pada habitatnya.

Potensi pohon gayang adalah sebanyak 25 pohon per hektar. Jenis ini menempati posisi dominan pertama. Dominannya jenis

gayang disebabkan karena jumlah individunya banyak,

penyebarannya merata serta rata-rata pertumbuhan riap diameter yang cukup baik. Berdasarkan fakta tersebut dapat diindikasikan bahwa dominannya jenis pohon gayang pada tingkat semai, pancang, tiang dan pohon selain karena mampu tumbuh atau beradaptasi pada habitat tanah berpasir, faktor lainnya adalah karena adanya campur tangan manusia berupa kegiatan pembersihan pada sekitar pohon gayang yang dilakukan sekali dalam setahun.

2. Struktur Populasi

Struktur populasi gayang di kawasan hutan pantai Kampung Amsira Kabupaten Sarmi dapat diketahui dengan pendekatan jumlah individu untuk setiap tingkat pertumbuhan yang ditemukan pada kawasan hutan tersebut. Pada fase semai, pancang, tiang dan pohon, jumlah individu, tingkat populasi dan persen kegagalan dapat dilihat pada Tabel 35.

Sumber : Data primer hasil penelitian KNRT Tahun 2010

Tabel 35. Tingkat populasi dan persen kegagalan gayang pada fase semai, pancang, tiang dan pohon

Tingkat pertumbuhan Jumlah individu Persen (%) Jumlah gagal Persen (%) Semai 284 60,43 - - Pancang 115 24,47 169 59,51 Tiang 45 9,57 70 60,87 Pohon 26 5,53 19 42,44 Jumlah 470 100,00 19 162,82

Struktur populasi gayang pada Tabel 35 memperlihatkan suatu bentuk piramida populasi yang normal dimana semai (60,43%), menempati alas piramida, pancang (24,47%) pada tingkat kedua dari alas piramida, tiang (9,57%) pada tingkat ketiga dan pohon (5,53%) pada tingkat keempat atau tingkat paling atas dari alas piramida.

3. Potensi Buah

Gayang berbuah sepanjang tahun dengan musim berbuah maksimal yang menghasilkan banyak buah adalah 2-3 kali dalam setahun. Pohon gayang umumnya berbuah pada diameter batang rata-rata 30 cm, tinggi bebas cabang 5-9 m dan tinggi total 15 m. Potensi buah gayang per pohon sangat bervariasi menurut umur, diameter dan tinggi pohon. Namun secara umum potensi buah gayang tersebut jika diukur dengan ember ukuran 5 kg, maka akan menghasilkan 10–15 ember. Hal ini disebabkan karena buah yang dihasilkan oleh pohon tersebut umumnya tidak banyak, namun

Sumber : Data primer hasil analisis Laboratorium Gizi dan Pangan UGM Tahun 2010

karakter buah gayang yang umumnya berdiameter 3–5 cm menyebabkan jenis buah ini unggul dari segi volume.

Dokumen terkait