• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH

4.4 Ekologi Wilayah

Wwilayah Kabupaten Bone Bolango memiliki kawasan lindung paling luas di Provinsi Gorontalo yaitu Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sehingga didalamnya memiliki daerah aliran sungai yang banyak dan menyebar diseluruh Kecamatan yang ada di Kabupaten Bone Bolango. Diperkirakan terdapat 400 jenis pohon, dengan lebih kurang 24 jenis anggrek, 120 jenis epifit, dan 90 jenis tumbuhan obat yang tumbuh di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone. Jenis pepohonan khas dan langka antara lain adalah kayu hitam (Dyospiros spp), kayu besi (Intsia spp), kayu matayangan (Pholidocarpus ihur), dan pohon ara pencekik yang menyediakan buah berlimpah bagi banyak satwa. Buah pohon arah adalah makanan utama bagi kera yaki (Macaca nigra) dan julang sulawesi (Rhyticetos cassidix). Selain itu, terdapat beberapa jenis palem seperti palem sarai (caryota mitis), palem landak (Oncosperma horridum), palem tinggi berdaun kipas (Livistona rotundifolia), dan palem liar penghasil gula (Arenga spp). Jenis lainnya adalah kantong semar (Nephenthes sp) dan kayu hitam (Dyospiros celebica).

Fauna yang sudah diketahui di kawasan ini terdiri dari 24 jenis mamalia, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 68 jenis aves, 36 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Jenis-jenis mamalia endemik Pulau Sulawesi yang terdapat di kawasan ini adalah babi rusa (Babyrousa babyrousa) yang bertumbuh seperti babi, mempunyai taring panjang yang melengkung ke atas dan tidak makan umbi-umbian, tetapi makan buah-buah yang jatuh; anoa besar (Bubalus depresicornus) dan anoa kecil (Bubalus quar-lesi) sering disebut sebagai kerbau kerdil; musang sulawesi (Macrogalidia musschenbroeckii) yang sulit sekali ditemui; serta kuskus beruang (Phalanger ursinus) dan kuskus kerdil (Phalanger celebensis), satwa ini adalah mamalia bergantung. Jenis primata endemik adalah monyet yaki (Macaca nigra) dan tarsius atau tangkasi (Tarsius spectrum). Jenis aves yang paling unik adalah burung maleo (Macrosephalon maleo), burung ini tidak mengerami telurnya melainkan memendamnya di di dalam tanah dan

dibiarkan menetas sendiri karena panas bumi atau pantai. Sedikitnya ada 125 jenis burung dengan 45 jenis di antaranya adalah endemik. Jenis endemik lainnya adalah julang sulawesi (Rhyticetos cassidix), burung berparuh besar yang memiliki warna bulu hitam, ekor dan paruh kuning, serta berjambul merah. Burung ini termasuk bertubuh paling besar dibandingkan dengan 54 jenis rangkong yang tersebar di daerah tropis Asia dan Afrika (Kajian Base Line Study

UNG, ITB, 2006).

4.4.1 Ekologi DAS

Kawasan TNBNW merupakan hulu sungai-sungai yang mengalir di wilayah Kabupaten Bolang Mongondouw dan Kabupaten Gorontalo. Kawasan ini merupakan daerah tangkapan air bagi Daerah Aliran Sungai (DAS) Ongkag-Dumoga dan DAS Mongondouw yang keduanya terletak di Kabupaten Gorontalo. Sedikitnya ada 20 sungai yang sumbernya berada di kawasan ini. Terpeliharanya daerah tangkapan air yang terdapat di dalam kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone akan menjamin ketersediaan produksi air bagi ketiga bendungan yang ada di sekitar kawasan taman nasional (Bendungan Kasinggolan dan Bendungan Toraut di Kecamatan Dumoga serta bendungan Lolak di Kecamatan Bolaang Uki), sehingga suplai air bagi lahan pertanian, baik di hilir maupun di sekitar taman nasional dengan luas kurang lebih 10.815 hektar, akan tetap tersedia.

Bendungan sangat membantu pertanian, sehingga Kecamatan Dumoga merupakan lumbung beras andalan Propinsi Sulawesi Utara. Produksi Domestik Bruto (PBRB) sektor pertanian untuk Kabupaten Bolaang Mongondouw adalah 16 persen dan Kabupaten Gorontalo sebesar 32 persen, menunjukkan betapa pentingnya kawasan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone sebagai sumber air bagi pertanian. Produksi air bersih dari kawasan taman nasional yang dikelola oleh PDAM akan menjamin kebutuhan air minum bagi masyarakat, khususnya di sekitar kawasan dan umumnya yang ada di Sulawesi Utara bagian tengah dan timur.

Sungai merupakan salah satu sumberdaya alam yang mempunyai potensi sosial ekonomi dan ekologi yang sangat potensial untuk dikembangkan. Tetapi

90

tentu saja kondisi dan kompleksitas biofisik setiap daerah aliran sungai berbeda satu dengan yang lainnya, oleh sebab itu maka dalam upaya pengelolaan daerah aliran sungai diperlukan adanya keterpaduan antara kebijakan pembangunan dengan rencana pengelolaan kawasan. Selain itu peran penduduk dan masyarakat yang bermukim di DAS terutama di daerah hulu dan sekitar sungai, sangat diperlukan untuk ikut memelihara dan melestarikan kawasan ini.

Daerah Aliran Sungai merupakan gabungan sejumlah sumberdaya darat dan perairan, dalam suatu hubungan interaksidan interchange yang saling terkait. DAS dapat disebut sebagai suatu sistem dan tiap-tiap sumberdaya penyusunnya menjadi sub-sistem atau anasirnya (component). Anasir-anasir DAS meliputi iklim hayati (bioclimate); relief permukaan daratan; geologi atau sumberdaya mineral, tanah, air (air permukaan dan air tanah), flora, fauna, manusia dan berbagai sumberdaya budaya lainnya.

Kabupaten Bone Bolango mempunyai dua Daerah Aliran Sungai Besar, yaitu DAS Bone dan DAS Bolango, kedua DAS ini bermuara pada satu tempat yaitu teluk Tomini. Selain DAS besar, di Kabupaten ini terdapat juga DAS-DAS kecil lainnya yang umumnya terdapat hampir di seluruh wilayah pegunungan di pinggiran kawasan pantai. DAS Bone jauh lebih luas daripada DAS Bolango. Secara bersama-sama, DAS Bolango-Bone mempunyai luas sekitar 1.845.706 km2. DAS Bolango-Bone didominasi (80 persen) oleh wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 40 persen.

DAS ini juga rentan terhadap proses degradasi yang cepat jika kawasan hulu dari catchment areanya dikelola secara tidak tepat. DAS ini sangat rentan banjir. Ini terlihat jelas pada seringnya kejadian banjir di Kota Gorontalo. DAS Bolango-Bone (terutama DAS Bolango) memberi kontribusi besar terhadap sedimentasi Danau Limboto yang saat ini lebih banyak berbentuk daratan dari pada perairan, karena sebagian besar dari mangkuk danau telah berubah menjadi daratan. Selanjutnya nama-nama daerah aliran sungai (DAS) di Kabupaten Bone Bolango ditampilkan pada (Tabel 26).

Tabel 26. Nama-Nama Sungai Besar dan Kecil Di Kabupaten Bone Bolango Nama Sungai Panjang (Km) Kecamatan yang Dilalui

Bone 90,00 Suwawa, Botupingge

Bolango 40,00 Tapa, Bulango, Tilongkabila

Tamboo 3,50 Kabila Bone

Inengo 10,25 Kabila Bone

Kiki 5,00 Kabila Bone

Molotabu 5,50 Kabila Bone

Aladi 5,00 Kabila Bone

Bututonuo 7,25 Kabila Bone

Oluhuta 3,75 Kabila Bone

Olele 4,00 Bone Pantai

Tolotio 6,25 Bone Pantai

Butalo 11,50 Bone Pantai

Bilungala 15,00 Bone Pantai

Tongokiki 6,50 Bone Pantai

Tongodaa 2,75 Bone Pantai

Uabanga 7,75 Bone Pantai, Bone Raya

Tombulilato 20,00 Bone Raya

Ombulo 3,50 Bone Raya

Mamunga Daa 7,00 Bone Raya

Mopuya Daa 5,00 Bone Raya

Mopuya Kiki 3,50 Bone Raya

Tapambudu 3,25 Bone Raya, Bone

Monano 9,50 Bone

Topidaa 3,50 Bone

SogitaDaa 6,50 Bone

Sogita Kiki 5,50 Bone

Taludaa 18,00 Bone

Sumber : Peta Rupabumi Indonesia, 1993

4.4.2 Ekologi Pantai

Umumnya fisiografi pesisir pantai di Kabupaten Bone Bolango d i d o m i n a s i h a m p a r a n p a s i r p u t i h d a n l a n d s c a p e n ya t i d a k m e n u n j u k k a n k e h i d u p a n e k o s i s t e m m a n g r o v e . o l e h k a r e n a i t u perlunya perlakuan teknis untuk meredam atau meminimalisir aktivitas eksogen, sehingga sedini mungkin dapat dihindari kerusakan kawasan sempadan pantai.

Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 32 Tahun 1990 tentang pengelolaan kawasan lindung ditetapkan bahwa daratan sepanjang tepian yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat adalah kawasan sempadan pantai.

92

Kawasan ini mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi pantai. Tentunya ketentuan ini semata-mata untuk melindungi sumber daya air yang dimiliki oleh setiap daerah di Indonesia.

4.4.3 Ekologi Air Tanah

Sumber air tanah di Kabupaten Bone Bolango umumnya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan sehari-hari sebagai sumber air bersih berupa sumur. Sedangkan air sumur bor sampai dengan saat ini terdapat 2 buah sumur bor yang telah dibangun umumnya terdapat di Desa Pauwo dan Desa Moutong Kecamatan Kabila. Sumur bor yang ada saat ini dimanfaatkan untuk mengairi sawah dan ladang dengan kapasitas 25 liter/detik dan 10 liter/detik. Data Sumur Bor di Kabupaten Bone Bolango dapat dilihat pada (Tabel 27).

Tabel 27. Data Pembangunan Sumur Bor di Kabupaten Bone Bolango

No Uraian I II

1. No. /Jenis TWG 55 TWG 56

2. Lokasi (Desa, Kecamatan) Pauwo Kabila Moutong Kabila 3. Tahun Pemboran 4. Koordinat : X 511024,000 513964,000 Y 61938,000 61669,000 Z 14,000 17,000 5. Kedalaman (m) 6. Debit (L/Detik) 25 10

Sumber : Balai Sungai Wilayah Sulawesi II (2005)

Sumber air baku potensial lainnya yang dapat dimanfaatkan sebagai air bersih penduduk dan kegiatan pertanian disamping Sungai Bone, Sungai Bolango dan beberapa sungai kecil lainnya. Terdapat beberapa tempat/daerah genangan dengan luasan bervariasi, salah satu yang terbesar adalah danau perintis dengan luas genangan ± 4,0 hektar berada di Kecamatan Suwawa. Sumber air danau berasal dari aliran permukaan tanah dan suplai air dari Saluran Sekunder Irigasi Alale menggunakan Pompa Air Tanpa Mesin (PATM). Model pompa air ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pemerintah daerah lain untuk meninjaunya.

Data daerah irigasi baik irigasi teknis dan irigasi non teknis dapat dilihat pada (Tabel 28).

Tabel 28. Data Daerah Irigasi (DI) di Kabupaten Bone Bolango Tahun 2005

Data Uraian

DI Teknis DI Non Teknis

Alale Lomaya Hulu- duo-tamo Mou-tong Ulanta Waduk Perintis Luas Areal (Ha) Luas Fungsional 425 2263 21 125 7 21 Luas Belum Berfungsi 140 320 79 75 143 179 Luas Rencana 565 2583 100 200 150 200 Panjang Saluran (m) Panjang Saluran Primer 3130 3130 874 1250 1080 195 Panjang Saluran Sekunder 34467 34467 - - - -

Sumber : Balai Sungai Wilayah Sulawesi II (2005)

Dokumen terkait