• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksekusi barang jaminan gadai dilakukan bila pinjaman tidak terbayar sebanyak/sejumlah kekurangan sisa cicilan uang pokok atau uang pokok beserta bungannya. Adapun faktor-faktor yang menjadikan Pemberi Gadai atau pedagang tidak dapat memenuhi kewajibanya ataupun prestasinya diantaranya:

a. Persaingan antar pedagang salak yang ketat menjadikan para pemberi gadai yang tidak bisa mengikuti harga dalam pasar menjadikan pedagang gulung tikar, sehingga tidak adanya pendapatan untuk membayar utang ataupun bunga dalam perjanjian pinjam-meminjam40.

b. Bunga yang terlau besar bagi pedagang, sehingga hasil dari daganganya saja tidak cukup untuk membayar bunganya apalagi uang pokoknya41.

c. Sulitnya untuk menjual barang-barang dagangan yang tidak bisa tahan lama , sehingga apabila tidak terjual dalam 3-5 hari maka buah salak akan mengalami kebusukan sehingga susah untuk di jual ataupun mendapatkan keuntungan42.

d. Kebutuhan para pedagang untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga seperti sekolah dan kebutuhan makan sehari-hari yang menjadikan uang yang seharusnya untuk berdagang tidak dijadkan untuk berdagang sehingga mereka sulit untuk mengembangkan dagangan mereka43.

40

Wawancara dengan supriyanti selaku pemberi gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari.

41

Wawancara dengan karso selaku pemberi gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016.

42

Wawancara dengan Tini selaku Pemberi Gadai, Pasar Salak Banjarnegara, 27 februari 2016.

43

Tabel 6.

Cara Eksekusi Barang Jaminan Gadai

No Lihat tabel 5 Tempat penjualan Hasil penjualan

Sisa hutang tidak terbayar , hasil penjualan barang gadai 1 Keterangan no 2 (ibu Tini) Toko jual beli emas

Rp.4.650.000. Macet bunga ibu Tini 3 minggu, setelah tawar menawar antara Pemberi Gadai dan penerima gadai, maka ibu tini hanya membeyar bunga satu minggu saja. Hasil penjualan – uang pokok dan bunga 1 minggu (Rp.4.650.000-3.000.000-150.000 = 1.500.000. uang yang diterima ibu Tini Rp.1500.000. 2 Keterangan no 5 (ibu Supriyanti) Dimiliki oleh penerima gadai( dibeli penerima gadai)

Rp.1.300.000 Dengan tawar menawar dan persetujuan antara penerima gadai dan Pemberi Gadai, ibu Supriyanti yang sudah macet Bunga 4 minggu diberi kelonggaran hanya membayar Bungan 2 minggu. Hasil penjualan – uang pokok dan bunga 2 minggu (Rp.1.300.000- 1.000.000-1.00.000 = 200.000. uang yang diterima ibu Supriyanti Rp.200.000.

3 Keterangan no 11 (ibu

Diserahka n kepada

Rp.1.135.000 Dengan tawar menawar dan persetujuan antara penerima gadai dan Pemberi Gadai,

Siras) Pemberi Gadai untuk menjual sendiri

ibu Siras yang sudah macet Bunga 3 minggu diberi kelonggaran hanya membayar Bunga 2 minggu. Hasil penjualan – uang pokok dan bunga 2 minggu (Rp.1.135.000- 700.000-70.000 = 200.000. uang yang diterima ibu Siras Rp.580.000. 4 Keterangan no 17 (bapak Hartanto) Hp masih dikuasai oleh penerima gadai

Belum dijual Karena masih macet 2 hari, maka penerima gadai masih memberi peringatan kepada Pemberi Gadai agar segera dilunasi sisa cicilannya.

Sumber: Wawancara dengan Pemberi Gadai Ibu Tini, Supriyanti, Siras dan Bapak Hartanto.

Dalam melakukan pemberian pinjaman para Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang ini sangat hati-hati dan selektif, namun memang apabila Pemberi Gadai wanprestasi atau tidak melakukan kewajibanya tidak dapat dihindari dan pertama yang dilakukan penerima gadai adalah

1. Memberikan peringatan kepada Pemberi Gadai untuk segera melunasi utang atau kewajibanya dengan tenggang waktu tertentu; Apabila Pemberi Gadai sudah tidak berjualan lagi di pasar Salak, maka Penerima gadai biasanya melakukan tindakan “Mamarani”44

ke tempat tinggal Pemberi Gadai yang tercatat dalam kartu tanda pengenal yang di pegang oleh Penerima gadai.

44“Mamarani” adalah proses mengunjungi rumah dari Pemberi Gadai apabila Pemberi Gadai wanprestasi dengan bertujuan untuk memberi peringatan ataupun melakukan penagihan.

2. Dalam penambahan tenggang waktu yang diberikan oleh Penerima gadai, Pemberi Gadai masih tidak memenuhi kewajibanya, maka Penerima gadai menemui Pemberi Gadai untuk menyatakan akan mengeksekusi benda gadai yang sudah dalam jaminan;

3. Setelah pemberitahuan untuk mengeksekusi barang jaminan gadai, maka Penerima gadai selanjutnya melakukan eksekusi terhadap barang jaminan gadai tersebut.

Berikut ada beberapa cara yang dilakukan oleh Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang sebagai Penerima gadai apabila Pemberi Gadai wanprestasi yaitu:

a. Eksekusi Oleh Penerima gadai

Eksekusi yang dilakukan oleh Penerima gadai disini ada dua cara yaitu : a) Menjual barang gadai secara dibawah tangan.

b) Dimiliki oleh penerima gadai sendiri

Barang jaminan gadai tersebut dibeli oleh penerima gadai dengan persetujuan/izin Pemberi Gadai dan hasil penjualannya dikurangi dengan pinjaman uang pokok dan bunga.

b. Eksekusi diserahkan pada Pemberi Gadai.

Eksekusi ini untuk meberikan kesempatan pada Pemberi Gadai untuk menjual sendiri barangnya sebagai jaminan gadai. Biasanya ini dilakukan dengan cara Pemberi Gadai mencari calon pembeli sendiri yang menurutnya jumlah harga penjualan lebih mahal dari pada dijual kepada penerima gadai. Setelah menemukan calon pembeli maka Pemberi Gadai menemui Penerima gadai untuk meminta barang yang dijadikan sebagai jaminan agar dijual kepada calon pembeli

dengan didampingi oleh Penerima gadai untuk memberikan kepastian untuk meminta hasil penjualan untuk membayar utang Pemberi Gadai.

C. ANALISIS

1. Analisis Terhadap Perjanjian Gadai

Dalam Pinjam-meminjam yang diatur dalam Pasal 1754 KUH perdata adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah tertentu barang-barang yang menghabis karena pemakaian, dengan syarat bahwa pihak yang terakhir ini akan mengembalikan sejumlah yang sama dari jenis dan mutu yang sama pula.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa di dalam perjanjian terdapat beberapa unsur yaitu :45

a. Ada pihak-pihak.

Pihak di sini adalah subjek perjanjian sedikitnya dua orang atau badan hukum dan harus mempunyai wewenang melakukan perbuatan hukum sesuai yang ditetapkan oleh undang-undang.

b. Ada persetujuan antara pihak-pihak, yang bersifat tetap dan bukan suatu perundingan.

c. Ada tujuan yang akan dicapai. Hal ini dimaksudkan bahwa tujuan para pihak hendaknya tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan undang-undang.

d. Ada prestasi yang akan dilaksanakan. Hal ini dimaksudkan bahwa prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi, oleh pihakpihak sesuai dengan syarat-syarat perjanjian.

e. Ada bentuk tertentu, lisan atau tulisan. Hal ini berarti bahwa perjanjian bisa dituangkan secara lisan atau tertulis. Hal ini sesuai ketentuan undang-undang yang menyebutkan bahwa hanya dengan bentuk tertentu suatu perjanjian mempunyai kekuatan mengikat dan bukti yang kuat.

Apabila dua pihak telah mufakat mengenai semua unsur dalam perjanjian pinjam meminjam uang maka tidak berarti bahwa perjanjian tentang pinjam uang itu telah terjadi. Yang hanya baru terjadi adalah perjanjian untuk mengadakan perjanjian pinjam uang. Apabila uang yang diserahkan kepada pihak peminjam, lahirlah perjanjian pinjam

45

meminjam uang dalam pengertian undang-undang menurut bab XIII buku ketiga KUHPerdata.46

Ketentuan perjanjian tersebut adalah mengenai pengertian perjanjian pinjam meminjam uang yang meliputi unsur-unsur prestasi, imbalan prestasi, suatu jangka waktu tetentu dan bunga yang masing-masing diatur dengan undang-undang itu.

Sebagaimana halnya perjanjian pada umumnya perjanjian pinjam meminjam yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi persyaratan yang ditentukan undang-undang. Hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Kadir Muhammad yang mengatakan bahwa “Perjanjian yang sah adalah perjanjiann yang syarat-syaratnya telah ditentukan dalam undang-undang sehingga dapat diakui oleh hukum (Legally Conchide)”.47

Perjanjian Pinjam-meminjam uang dengan jaminan gadai antara pedagang pasar dan Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang tersebut apabila dilihat dari KUH Perdata untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat (Pasal 1320 KUH Perdata), yaitu :48

a. Adanya kesepakatan adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu orang atau lebih dengan pihak lain. Pernyataan adalah kapan momentum terjadinya persetujuan pernyataan kehendak tersebut.

b. Kecakapan bertindak adalah kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum. Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum. Orang-orang yang akan mengadakan perjanjian haruslah orang-orang yang cakap dan berwenang untuk melakukan perbuatan hukum

46

Mariam darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank, Penerbit, Alumni, Bandung, 1983 h.25.

47

Muhammad Abdul kadir, Hukum Perjanjian , Penerbit, Alumni,1980, Bandung, h. 88.

48

sebagaimana yang ditentukan oleh undang-undang yaitu orang yang sudah dewasa.

c. Adanya objek perjanjian adalah prestasi (pokok perjanjian), kewajiban debitur dan hak kreditur, yang terdiri atas memberikan sesuatu, berbuat sesuatu , tidak berbuat sesuatu,

d. Adanya kausa yang halal atau kausa yang tidak terlarang. Suatu sebab adalah terlarang atau bertentangan dengan undang-undang , kesusilaan, dan ketertiban umum.

Syarat pertama dan kedua adalah syarat subjektif karena menyangkut pihak-pihak yang mengadakan perjanjian , sedangkan syarat ketiga dan keempat disebut syarat objektif karena menyangkut objek perjanjian. Apabila syarat pertama dan kedua tidak terpenuhi , perjanjian tersebut dapat dibatalkan, artinya salah satu pihak dapat mengajukan pada pengaadilan untuk membatalkan perjanjian yang disepakatinya tetapi dianggap sah. Adapun syarat ketiga dan keempat tidak terpenuhi perjanjian tersebut batal demi hukum , artinya dari semula perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada.

Apabila dilihat dari perjanjian antara pemberi gadai dengan penerima gadai telah memenuhi unsur-unsur syarat sahnya perjanjian, yaitu :

1. Sepakat: mereka sama-sama sepakat dalam membuat perjanjian dan akibat akibat yang timbul dari perjanjiannya berupa hak dan kewajiban masing-masing.

2. Kecakapan: dari kartu tanda penduduk (KTP) identitas para pihak telah memenuhi usia dewasa atau cakap dan sehat secara jasmani

3. Adanya objek perjanjian: adanya pokok perjanjian, bunga dan akibat apabila pemberi gadai wanprestasi.

4. Adanya kausa yang halal atau kausa yang tidak terlarang: dalam perjanjian ini, terdapat suatu perjanjian tambahan, yaitu apabila pemberi gadai wanprestasi, maka eksekusi barang gadai dijual secara dibawah tangan (toko jual beli emas) atau dimiliki oleh penerima gadai (dibeli penerima gadai). Dalam pejanjian tersebut merupakan suatu perjanjian yang sah secara hukum sebab memenuhi segala unsur-unsur perjanjian dan syarat sah nya perjajian Apabila dilihat dari pasal 1338 KUHPerdata akibat sahnya perjanjian ayat 3 yaitu suatu perjanjian harus dilaksanakan dengan itikat baik, apabila didihat antara pemberi gadai dan penerima gadai, mereka sama-sama sepakat dan setuju selama mereka tidak merasa dirugikan dan sudah terlihat jelas bahwa mereka mempunyai itikat baik dari perjanjian tambahan yang mereka sepakati diawal.

2. Analisis Terhadap Eksekusi Barang Gadai

Pada dasarnya dalam suatu perjanjian semua para pihak mengharapkan adanya hak-hak yang terpenuhi sesuai dengan yang diperjanjikan semula. Namun tidak semuanya bisa berjalan dengan sesuai perjanjian, karena tidak menutup kemungkinan adanya pihak yang tidak memenuhi kewajiban /pertasi dalam perjanjian yang sering disebut sebagai wanprestasi. Sebagaimana yang kita ketahui wanprestasi adalah prestasi yang telah tidak dapat dilaksanakan sebagaimana mestinya oleh debitur, yaitu:49

49

b. Utang tidak dikembalikan sama sekali

c. Mengembalikan utang hanya sebagian

d. Mengembalikan utang tetapi terlambat waktunya

Begitu juga dalam perjanjian pinjam-meminjam uang yang terjadi di Pasar Salak Banjarnegara antara para pedagang dengan pemberi pinjaman perseorangan tidak selalu berjalan dengan baik dimana Pemberi Gadai tidak dapat memenuhi kewajibanya sesuai dengan yang telah diperjanjiakan dalam perjanjian pinjam-meminjam uang dengan Penerima gadai yaitu pemberi pinjaman.

Ada beberapa cara yang dilakukan oleh Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang sebagai Penerima gadai apabila Pemberi Gadai wanprestasi yaitu:

a. Eksekusi Oleh Penerima gadai

Penerima gadai berhak untuk melakukan eksekusi terhadap barang yang dijadikan sebagai jaminan gadai oleh Pemberi Gadai dalam perjanjian pinjam-meminjam uang dengan Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang yaitu sesuai yang tertera dalam perjanjian yaitu apabila dalam penambahan waktu tertentu yang telah diperjanjikan Pemberi Gadai tidak melunasi utang beserta bunganya maka Penerima gadai berhak untuk melakukan penjualan terhadap barang gadai.

Eksekusi yang dilakukan oleh Penerima gadai disini ada dua cara yaitu 1) Menjual barang gadai secara dibawah tangan.

Penjualan yang dilakukan oleh Penerima gadai disini adalah secara dibawah tangan bukan didepan umum. Penjualan ini biasanya bersifat tertutup yaitu Penjualan dilakukan langsung oleh Penerima gadai dengan pihak yang dikenal oleh

Penerima gadai (toko jual beli emas) sehingga harganya otomastis tidak terlalu tinggi diatas jumlah utang yang harus dibayar oleh Pemberi Gadai karena Penerima gadai hanya menginginkan piutangnya dapat segera lunas.

Eksekusi yang dapat dilakukan oleh Penerima gadai yaitu penjualan barang gadai berdasarkan parate eksekusi sebagaimana diatur dalam Pasal 1155 ayat (1) KUH Perdata, dimana penjualan jaminan gadai ini tidak memerlukan bantuan atau perantara pengadilan. Secara hukum dalam Pasal ini kepada Penerima gadai pemegang diberi kewenangan untuk menjual sendiri barang gadaian tanpa titel eksekutorial, sehingga tidak memerlukan bantuan atau perantara pengadilan. Inilah yang dinamakan parate eksekutorial. Tetapi walaupun dalam Pasal 1155 KUH Perdata bersifat mengatur dan para pihak diberi kebebasan untuk memperjanjikan lain, tetapi memperjanjikan cara penjualan lain dari pada penjualan dimuka umum tidak diperkenankan.50

Dari kata penjualan dimuka umum yang artinya Eksekusi jaminan gadai adalah penjualan barang dimuka umum atau terbuka untuk umum, sehingga hasil penjualannya juga diketahui oleh umum. Tujuan penjualan dimuka umum untuk menghindari penjualan dibawah tangan atau secara sembunyi-sembunyi yang berakibat merugikan pihak tereksekusi. Apabila dilihat dari penjualan yang dilakukan oleh pemberi gadai dan penerima gadai yaitu menjual barang gadai yang berupa emas tersebut kepada toko jual beli emas di pasar, memang secara prakteknya mereka menjual secara sembunyi-sembunyi hanya pemberi gadai ,penerima gadai dan pihak ketiga yang mengetahui tanpa diketahui oleh umum dan hasilnya penjualannya pun hanya mereka saja yang tahu. Tetapi apabila dibandingkan dengan

50

pasal 1155 ayat b, yang berbunyi “bila gadai itu terdiri dan barang dagangan atau efek-efek yang dapat diperdagangkan dalam bursa, maka penjualannya dapat diperdagangkan ditempat itu juga” sudah jelas bahwa barang gadaian itu adalah emas yang bisa diperdagangkan dan lokasi antara pemberi gadai dan penerima gadai di Pasar, jadi penjualan yang tepat adalah di Pasar, jadi eksekusi yang dilakukan penerima gadai dan pemberi gadai sah karena penjualan tersebut dilakukan di Pasar toko jual beli emas, yang dimana masih berlokasi ditempat itu juga. Sehingga eksekusi yang dilakukan oleh pemberi gadai dan penerima gadai tersebut sah secara hukum.

2) Menjadikan barang gadai sebagai hak milik sendiri.

Dalam perjanjian pinjam-meminjamkan uang antara pedagang dan Pemberi Pinjaman Perseorangan Bagi Pedagang memang ada ketentuan apabila Pemberi Gadai tidak dapat membayar maka Pemberi Gadai berhak untuk memiliki barang gadai, namun menurut undang-undang perjanjian tersebut batal demi hukum karena dari ketentuan Pasal 1152 ayat (1) dan (2) Kitab Undang-undang Hukum Perdata, untuk terjadinya hak gadai atau sahnya suatu perjanjian gadai itu didasarkan kepada penyerahan benda yang digadaikan ke dalam penguasaan Penerima gadai atau pihak ketiga yang ditunjuk bersama. Apabila benda yang digadaikan tetap berada di tangan Pemberi Gadai ataupun dikembalikan oleh Penerima gadai atas kemauannya, maka hak gadainya tidak sah demi hukum. Walaupun kebendaan yang digadaikan berada dalam penguasaan Penerima gadai, namun Penerima gadai tidak boleh menikmati atau memanfaatkan kebendaan yang digadaikan tadi, karena fungsi gadai (barang

yang digadaikan) hanyalah sebagai jaminan pelunasan hutang yang jika Pemberi Gadainya wanprestasi dapat digunakan sebagai pelunasan hutangnya.51

Penyerahan benda-benda yang digadaikan kepada Penerima gadai dimaksudkan bukan merupakan penyerahan yuridis, bukan penyerahan yang mengakibatkan penerima gadai menjadi pemilik dan karenanya penerima gadai dengan penyerahan tersebut tetap hanya berkedudukan sebagai pemegang saja, tidak akan pernah berdasarkan penyerahan seperti itu saja menjadi bezitter dalam arti bezit keperdataan (burgerlijk bezit).52 Disini keadaan Penerima gadai yang piutangnya dijamin, terhadap perbuatan Pemberi Gadai terjamin, karena Penerima gadai yang menguasai bendanya jaminan.53

Dalam pasal 1154 KUHPerdata yang berbunyi dalam hal debitur tidak memenuhi kewajiban-kewajiban, kreditur tidak diperkenankan mengalihkan barang yang digadaikan itu menjadi miliknya. Segala persyaratan perjanjian yang bertentangan dengan ketentuan ini batal.

Ketentuan tersebut tidak dijalankan sepenuhnya oleh pihak dalam perjanjian, karena dengan persetujuan dari Pemberi Gadai apabila Pemberi Gadai sudah tidak mampu untuk membayar utang ataupun bunganya. Pemberi Gadai lebih sering meminta agar barang gadai yang berada dalam kekuasaan Penerima gadai agar di miliki oleh Penerima gadai dengan memberikan sejumlah uang yang telah diperhitungkan oleh Penerima gadai dan Pemberi Gadai yaitu Jumlah taksiran harga barang gadai dikurangi jumlah utang beserta bunganya. Bagi Pemberi Gadai ini lebih menguntungkan karena tidak perlu butuh waktu lama untuk menjual barang gadai

51

Rachmadi Usman, Op. cit., h. 106

52

J. Satrio, Op. cit., h. 93

53

agar bisa mendapatkan sisa hasil penjualanya. Eksekusi seperti ini merupakan eksekusi yang bagi kedua belah pihak eksekusi yang sah-sah saja, karena menurut mereka sepanjang yang mengijinkan benda gadai menjadi milik siapa itu haknya dari pemilik benda gadai, jadi apabila diijinkan menjadi hak milik dari Penerima gadai itu tidak masalah karena tidak merugikan kedua belah pihak.

Dilhat secara hukumnya eksekusi ini sah karena dalam hal penerima gadai memiliki barang jaminan tersebut, posisi penerima gadai beralih menjadi pembeli barang jaminan gadai, yang dimana dengan tafsiran harga barang gadainya , penerima gadai masih memberikan sisa dari hasil penjualan dikurangi utang pemberi gadai. Eksekusi ini juga menjadi pilihan bagi Pedagang dan Pemberi Pinjaman Perseorangan dengan berbagai pertimbangan dan alasan, namun yang terpenting adalah kedua pihak menyepakatinya sehingga merupakan kesepakatan bersama jadi tidak ada yang merasa dirugikan oleh salah satu pihak.

b. Eksekusi diserahkan pada Pemberi Gadai.

Eksekusi ini dimaksutkan untuk meberikan kesempatan pada Pemberi Gadai untuk menjual sendiri barangnya yang dijadikan sebagai jaminan gadai. Biasanya ini dilakukan dengan cara Pemberi Gadai mencari calon pembeli sendiri yang menurutnya itu lebih menguntungkan. Setelah menemukan calon pembeli maka Pemberi Gadai menemui Penerima gadai untuk meminta barang yang dijadikan sebagai jaminan agar dijual kepada calon pembeli dengan didampingi oleh Penerima gadai untuk memberikan kepastian meminta hasil penjualan untuk membayar utang Pemberi Gadai. Cara

eksekusi seperti ini lebih sering dilakukan oleh Pemberi Gadai dan Pemberi Gadai karena cara ini dianggap cara yang lebih menguntungkan kedua belah pihak.

Eksekusi yang dilakukan oleh Pemberi Gadai untuk mencari calon pembeli jaminan gadai ini apabila dilihat dari KUH Perdata Pasal 1154 yang berbunyi” memang tidak ada larangan secara langsung, karena pada dasarnya eksekusi jaminan Gadai yang diatur adalah tidak boleh dimiliki secara langsung oleh Penerima gadai, dan eksekusinya dilakukan melalui pelelangan umum. Dilihat dari keadilannya, maka cara ini lebih adil karena dilihat dari tujuan eksekusi jaminan gadai yang dijelaskan dalam Pasal 1154 KUH Perdata adalah untuk melindungi Pemberi Gadai sebagai pihak yang lebih lemah agar eksekusi jaminan gadai tidak merugikan Pemberi Gadai, oleh karena itu dengan eksekusi diserahkan kepada Pemberi Gadai untuk mencari pembeli jaminan gadai memberikan peluang yang lebih besar bagi Pemberi Gadai untuk mendapatkan harga yang lebih tinggi daripada eksekusi dengan pembeli jaminan gadai yang dipilih / dicari oleh Penerima gadai.

Dokumen terkait