• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2. Deskripsi Hasil Penelitian

4.2.5. Eksistensi Bank Syariah

Eksistensi bank syariah merupakan keberadaan perbankan syariah dalam melayani nasabah untuk melakukan kegiatan – kegiatan ekonomi yang sesuai dengan prinsip syariah islam yang diukur dari jumlah pendapatan bagi hasil yang diperoleh dari akad – akad yang diterapkan oleh perbankan syariah. Eksistensi bank syariah diukur dari jumlah pendapatan bagi hasil (profit sharing). Berikut ini data jumlah pendapatan bagi hasil (profit sharing) tahun 2006 – 2010 :

Tabel 4.6 : Data Jumlah Pendapatan Bagi Hasil Tahun 2006 – 2010 No Tahun Jumlah pendapatan bagi

hasil (dalam Rp) Peningkatan / penurunan 1 2006 310.064.787.000 2 2007 464.903.596.000 49,94 3 2008 703.877.398.000 51,40 4 2009 798.583.384.541 13,45 5 2010 993.313.031.740 24,38

Sumber : Bank Syariah Mandiri (2010)

Gambar 4.5 : Kurva Jumlah Pendapatan Bagi Hasil Tahun 2006 – 2010

  Sumber : Tabel 4.6 (Bank Syariah Mandiri, 2010)

Berdasarkan tabel 4.6 dan gambar 4.5 di atas menunjukkan bahwa jumlah pendapatan bagi hasil pada Bank Syariah Mandiri cenderung mengalami kenaikan atau peningkatan, dimana peningkatan tertinggi

bagi hasil sebesar Rp. 464.904.597.000 di tahun sebelumnya meningkat menjadi Rp.703.877.398.000.

Peningkatan jumlah pendapatan bagi hasil Bank Mandiri Syariah pada tahun 2006 – 2010, kemungkinan disebabkan Bank Syariah Mandiri menunjukkan kinerja yang positif, pertumbuhan volume usaha Bank Syariah Mandiri cukup tinggi, penyediaan akses jaringan mengalami peningkatan dan menjangkau kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih memiliki pondasi yang cukup kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya perekonomian nasional (Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2009).

4.3. Analisis Hubungan Pelaksanaan Pembiayaan (Bagi Hasil)

Mudharabah Dan Musyarakah Beserta Risikonya Dengan Eksistensi Bank Syariah Mandiri

4.3.1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak (Sumarsono, 2004: 40). Dalam penelitian ini uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov. Adapun hasil dari pengujian normalitas adalah :

Tabel 4.7 : Hasil Uji Normalitas

No Variabel Bebas Kolmogorov Smirnov Sig

1 Pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1) 0,353 1,000 2 Pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2) 0,413 0,996 3 Risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3) 0,564 0,908 4 Risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) 0,491 0,970 5 Eksistensi (Y) 0,387 0,998 Sumber : Lampiran 2

Berdasarkan tabel 4.7 terlihat bahwa tingkat signifikan pada variabel pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1), pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2), risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3), risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) dan eksistensi (Y) lebih dari 5%, sehingga dapat dikatakan bahwa data variabel pada penelitian ini berdistribusi normal.

4.3.2. Analisis Korelasi Product Moment

Koefisien korelasi ialah pengukuran statistik kovarian atau asosiasi antara dua variabel. Besarnya koefesien korelasi berkisar antara -1 s/d +1. Koefesien korelasi menunjukkan kekuatan (strength) hubungan linear dan arah hubungan dua variabel acak. Berikut ini koefisien korelasi pada

variabel pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1), pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2), risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3) dan risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) :

Tabel 4.8 : Koefisien Korelasi Pearson

No. Variabel Koefisien Korelasi

Sig

1 Pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1) 0,983 0,003 2 Pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2) 0,961 0,009 3 Risiko pelaksanaan pembiayaan

mudharabah (X3)

0,721 0,170

4 Risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4)

0,688 0,199

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.8 terlihat bahwa koefisien korelasi pada keempat variabel yang digunakan memiliki nilai yang positif yang berarti kenaikan pada pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1), pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2), risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3) dan risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) terdapat kecenderungan meningkatkan eksistensi bank. Adapun penjelasan dari keempat variabel tersebut adalah :

1. Variabel pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1)

Nilai korelasi antara pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1) dengan eksistensi bank (Y) sangatlah tinggi yaitu sebesar 0,983 dan tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 5% yaitu 0,003.

Hal ini berarti variabel pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1) memiliki hubungan yang signifikan dengan eksistensi bank, dan hubungan kedua variabel tersebut sangatlah kuat. Sehingga hipotesis ke – 1 ”Diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pembiayaan mudharabah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” teruji kebenarannya.

2. Variabel pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2)

Nilai korelasi antara pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2) dengan eksistensi bank (Y) sangatlah tinggi yaitu sebesar 0,961 dan tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 5% yaitu 0,009. Hal ini berarti variabel pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2) memiliki hubungan yang signifikan dengan eksistensi bank, dan hubungan kedua variabel tersebut sangatlah kuat. Sehingga hipotesis ke – 2 ”Diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pembiayaan musyarakah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” teruji kebenarannya.

3. Variabel risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3)

Nilai korelasi antara risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3) dengan eksistensi bank (Y) tinggi yaitu sebesar 0,721 dan tingkat signifikan yang dihasilkan lebih dari 5% yaitu 0,170. Hal ini berarti variabel risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3) memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan eksistensi

bank, walaupun hubungan kedua variabel tersebut kuat. Sehingga hipotesis ke – 3 ”Diduga bahwa risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah memiliki hubungan yang signifikan dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” tidak teruji kebenarannya.

4. Variabel risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4)

Nilai korelasi antara risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) dengan eksistensi bank (Y) cukup tinggi yaitu sebesar 0,688 dan tingkat signifikan yang dihasilkan lebih dari 5% yaitu 0,199. Hal ini berarti variabel risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan eksistensi bank, walaupun hubungan kedua variabel tersebut cukup kuat. Sehingga hipotesis ke – 4 ”Diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” tidak teruji kebenarannya.

4.4. Pembahasan

Perkembangan perekonomian nasional mengalami perubahan yang cepat, seiring dengan perkembangan perekonomian internasional yang berkembang pesat, sehingga membutuhkan perbankan nasional tangguh maka diperlukan adanya pengaturan kegiatan lembaga bank yang

Undang-Undang No. 10 tahun 1998 Tentang Perbankan, mencoba mengakomodir keinginan masyarakat Indonesia yang mengharapkan adanya bank syariah di Indonesia. Keberadaan bank syariah di Indonesia tentunya memerlukan peraturan yang mendukung. Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan dipertegas lagi dengan adanya Undang- Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan, mengatakan bahwa bank konvensional dapat melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Undang-Undang No.10 tahun 1998 Tentang Perbankan telah menyebutkan bahwa bank dapat memberikan kredit dengan imbalan atau pembagian hasil keuntungan.

Bank Syariah Mandiri (BSM) berdasarkan Undang-Undang No. 10 tahun 1998 tentang perbankan marupakan Bank Umum Syariah (BUS) Nasional ke-2 yang mendasarkan kegiatan operasional perbankannya berdasarkan prinsip syariah setela Bank Muamalat Indonesia yang berdiri sekitar tahun 1992. Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam melakukan kegiatannya mendasarkan pada peraturan Bank Indonesia No 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatannya Berdasarkan Prinsip Syariah, dengan ketentuan modal disetor untuk mendirikan suatu bank syariah sekurang-kurangnya sebesar satu triliun rupiah hal ini berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/35/PBI/2005 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia No.6/24/PBI/2004 Tentang Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah.

Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 8/3/PBI/2006 Tentang Perubahan Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Dan Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah Oleh Bank Umum Konvensional. Bank Syariah Mandiri (BSM) merupakan bank umum konvensional yang merubah kegiatan usaha menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah sehingga dalam pengajuan permohonan izin atau rencana dan atau penyampaian laporan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/3/PBI/2006 wajib menggunakan format sebagaimana tercantum dalam lampiran Surat Edaran No. 8/8/DPbS.

Kegiatan Bank Syariah Mandiri (BSM) dalam pembiayaan total (Mudharabah) telah diatur dalam peraturan Bank Indonesia No 6/24/PBI/2004 pasal 36 (tiga puluh enam) mengenai kegiatan usaha yang meliputi penghimpunan dana dari masyarakat dan juga melakukan penyaluran dana. Pasal 36 (tiga puluh enam) butir (b) peraturan Bank Indonesia No.6/24/PBI/2004 menyebutkan bahwa kegiatan menyalurkan dana malalui prinsip jual beli, prinsip sewa menyewa, prinsip pinjam meminjam dan prinsip bagi hasil, prinsip bagi hasil tersebut terdiri dari mudharabah dan musyarakah.

4.4.1. Hubungan Antara Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah (X1)

Dengan Eksistensi Bank (Y)

Nilai korelasi antara pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1) dengan eksistensi bank (Y) sangatlah tinggi yaitu sebesar 0,983 dan tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 5% yaitu 0,003. Hal ini berarti variabel pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1) memiliki hubungan yang signifikan dengan eksistensi bank, dan hubungan kedua variabel tersebut sangatlah kuat, sehingga hipotesis ke-1 ”Diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pembiayaan mudharabah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” teruji kebenarannya.

Adapun bukti bahwa hubungan variabel antara pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1) dengan eksistensi bank (Y) sangatlah kuat yaitu :

Gambar 4.6 : Kurva Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah dan Eksistensi Bank Tahun 2006 – 2010

 

Berdasarkan data yang diperoleh dan kemudian digambarkan sesuai dengan gambar 4.6 di atas terlihat bahwa peningkatan pelaksanaan pembiayaan mudharabah berdampak pada peningkatan eksistensi bank, dimana pelaksanaan pembiayaan mudharabah dan eksistensi cenderung mengalami peningkatan mulai tahun 2006 sampai dengan 2010. Hal ini kemungkinan disebabkan Bank Syariah Mandiri menunjukkan kinerja yang positif, pertumbuhan volume usaha Bank Syariah Mandiri cukup tinggi, penyediaan akses jaringan mengalami peningkatan dan menjangkau kebutuhan masyarakat secara lebih luas sehingga masih memiliki fundamental yang cukup kuat untuk memanfaatkan potensi membaiknya perekonomian nasional (Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, 2009).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Widyanti (2009) yang menyatakanbahwa variabel pelaksanaan pembiayaan (bagi hasil) mudharabah memiliki hubungan yang signifikan dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri di Surabaya, dan variabel risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri di Surabaya.

4.4.2. Hubungan Antara Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah (X2)

Dengan Eksistensi Bank (Y)

Nilai korelasi antara pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2) dengan eksistensi bank (Y) sangat tinggi yaitu sebesar 0,961 dan tingkat signifikan yang dihasilkan kurang dari 5% yaitu 0,009. Hal ini berarti variabel pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2) memiliki hubungan yang signifikan dengan eksistensi bank, dan hubungan kedua variabel tersebut sangat kuat, sehingga hipotesis ke-2 ”Diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pembiayaan musyarakah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” teruji kebenarannya.

Adapun bukti bahwa hubungan variabel antara pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2) dengan eksistensi bank (Y) sangat kuat, dan signifikan yaitu :

Gambar 4.7 : Kurva Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah dan Eksistensi Bank Tahun 2006 – 2010

Berdasarkan data yang diperoleh dan kemudian digambarkan sesuai dengan gambar 4.7 di atas terlihat bahwa peningkatan pelaksanaan pembiayaan musyarakah berdampak pada peningkatan eksistensi bank, dimana pelaksanaan pembiayaan mudharabah dan eksistensi cenderung mengalami peningkatan mulai tahun 2006 sampai dengan 2010.

Musyarakah di perbankan Islam (syariah) telah dipahami sebagai suatu mekanisme yang dapat menyatukan kerja dan modal untuk produksi barang dan jasa yang bermanfaat untuk masyarakat. Musyarakah dapat digunakan dalam setiap kegiatan yang menghasilkan laba. Bagi Bank- Bank Islam (syariah), musyarakah dapat digunakan untuk tujuan murni yang lazimnya bersifat jangka pendek, atau untuk keikutsertaan dalam investasi proyek-proyek jangka menengah hingga jangka panjang.

Musyarakah atau syirkah dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk kerja sama dimana dua atau lebih orang menghimpun modal dan tenaga bersama-sama, untuk membagi keuntungan, menikmati hak dan kewajiban yang sama. Keuntungan dari hasil usaha bersama ini dapat dibagikan baik menurut proporsi penyertaan masing-masing maupun sesuai dengan kesepakatan bersama (unproportional). Manakala merugi kewajiban hanya terbatas sampai batas modal masing-masing.

(Hirsanuddin, 2008 dalam http://tommirrosandy.wordpress.com)

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Maryono (2007) yang menyatakan bahwa bahwa variabel pembiayaan mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan keuntungan. Berbeda halnya dengan variabel risiko dan penyisihan kerugian tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan keuntungan.

4.4.3. Hubungan Antara Risiko Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah (X3)

Dengan Eksistensi Bank (Y)

Nilai korelasi antara risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3) dengan eksistensi bank (Y) tinggi yaitu sebesar 0,721 dan tingkat signifikan yang dihasilkan lebih dari 5% yaitu 0,170. Hal ini berarti variabel risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3) memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan eksistensi bank, walaupun

bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” tidak teruji kebenarannya.

Adapun bukti bahwa hubungan variabel antara risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3) dengan eksistensi bank (Y) kuat, namun tidak signifikan yaitu :

Gambar 4.8 : Kurva Risiko Pelaksanaan Pembiayaan Mudharabah dan Eksistensi Bank Tahun 2006 – 2010

Berdasarkan data yang diperoleh dan kemudian digambarkan sesuai dengan gambar 4.8 di atas terlihat bahwa risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah pada tahun 2008 – 2010 mengalami peningkatan yang cukup drastis, begitu juga dengan eksistensi bank mengalami kenaikan. Peningkatan inilah yang kemungkinan menjadi penyebab tidak signifikannya hubungan risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah

dengan eksistensi, disebabkan karena dana yang diberikan kepada nasabah yang dibiayai dengan mudharabah ini sudah terlepas dari kekuasaan dan pengawasannya bank Syari’ah sedemikian rupa sehingga bank Syari’ah hanya mampu mengawasi melalui laporan keuangan yang sangat mudah untuk direkayasa (Harahap, 2006). Adapun risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah adalah :

1) Side streaming, nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak.

2) Lalai dan kesalahan yang disengaja.

3) Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Widyanti (2009) yang menyatakanbahwa variabel pelaksanaan pembiayaan (bagi hasil) mudharabah memiliki hubungan yang signifikan dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri di Surabaya, dan variabel risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri di Surabaya.

4.4.4. Hubungan Antara Risiko Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah (X4)

Dengan Eksistensi Bank (Y)

Nilai korelasi antara risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) dengan eksistensi bank (Y) cukup tinggi yaitu sebesar 0,688 dan tingkat signifikan yang dihasilkan lebih dari 5% yaitu 0,199. Hal ini

berarti variabel risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) memiliki hubungan yang tidak signifikan dengan eksistensi bank, walaupun hubungan kedua variabel tersebut cukup kuat, sehingga hipotesis ke-4 ”Diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” tidak teruji kebenarannya.

Adapun bukti bahwa hubungan variabel antara risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) dengan eksistensi bank (Y) kuat, namun tidak signifikan yaitu :

Gambar 4.9 : Kurva Risiko Pelaksanaan Pembiayaan Musyarakah dan Eksistensi Bank Tahun 2006 – 2010

Berdasarkan data yang diperoleh dan kemudian digambarkan sesuai dengan gambar 4.9 di atas terlihat bahwa risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah pada tahun 2009 – 2010 mengalami peningkatan

yang cukup drastis, begitu juga dengan eksistensi bank mengalami kenaikan. Peningkatan inilah yang kemungkinan menjadi penyebab tidak signifikannya hubungan risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah dengan eksistensi, hal ini disebabkan oleh karena tingkat risiko pembiayaan musyarakah sangat tinggi (hight risk) dan pengembaliannya tidak pasti, padahal bank merupakan lembaga bisnis, lembaga lembaga intermediasi dimana bank berfungsi sebagai perantara pihak yang kekurangan modal (lack of fund) dan pihak lain yang kelebihan modal (surplus of fund), disamping itu bank juga harus mengembalikan dana nasabah penabung setiap saat. Semestinya bank dengan nasabah harus memahami betul tentang filosofi pembiayaan dengan sistem musyarakah, karena Islam memberikan solusi yang adil bagi kedua belah pihak dengan prinsip pertanggung jawaban yang jelas, bukan hanya ingin mendapatkan keuntungan sendiri sementara pihak yang lain mengalami kerugian bahkan sampai pada titik dimana tidak punya apa-apa bahkan secara ekonomi tidak berdaya lagi. Disinilah pentingnya mengkaji dan menemukan konsep yang ideal dari prinsip bagi hasil dan risiko (Profit and Loss Sharing) dalam perbankan syari’ah, agar kedua belah pihak baik bank maupun nasabah peminjam dapat menjalankan usaha atau bisnisnya dengan aman tanpa ada kekhawatiran atau ketakutan yang berlebihan (Fatahullah, 2008).

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Maryono (2007) yang menyatakan bahwa bahwa variabel pembiayaan mempunyai hubungan positif yang signifikan dengan keuntungan. Berbeda halnya dengan

variabel risiko dan penyisihan kerugian tidak mempunyai hubungan yang signifikan dengan keuntungan.

4.5. Implikasi Hasil Penelitian

Berdasarkan pembahasan pada penelitian ini, implikasi bagi Bank Syariah Mandiri (BSM) adalah :

1. Menjaga kepercayaan nasabah pembiayaan total (Mudharabah) dalam segala kondisi baik pendapatan bagi hasil meningkat ataupun pendapatan menurun.

2. Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pembiayaan total (mudharabah) dengan melakukan sosialisasi yang lebih intens dari pihak Bank Syariah Mandiri (BSM) tentang pembiayaan total (mudharabah) dengan segala kemudahan prosedurnya.

3. Untuk lebih banyak menarik minat masyarakat dalam menggunakan jasa Perbankan Syariah bukan Cuma melakukan sosialisai akan tetapi bank syariah langsung melakukan jemput bola artinya bank syariah langsung turun ke lokasi lokasi masyarakat, lebih banyak mengeluarkan produk yang lebih efektif dan dapat menjangkau masyarakat bawah seperti Shar’e di Bank Muamalat Indonesia, di samping itu lebih banyak melakukan pendekatan terhadap Tuan Guru dan tokoh masyarakat.

4. Harus memahami kondisi perekonomian Indonesia adalah ekonomi kerakyatan oleh karena itu Perbankan Syariah harus dapat lebih mengoptimalkan perkonomian yang berbasis kemasyarakatan artinya memberikan pembiayaan bagi hasil untuk kegiatan kegiatan ekonomi riil masyarakat seperi industri rumah tangga dan kegiatan kegiatan pertanian.

5. Untuk mengatasi kendala operasional seperti masih kurangnya Sumber Daya Manusia Insani Perbankan Syariah dapat melakukan kerja sama dengan sekolah sekolah dan perguruan Tinggi yang ada untuk dapat menciptakan kurikulum yang berbasis eknomi Islam. Disamping itu melakukan seleksi secara ketat terhadap pembiayaan bagi hasil yang memiliki risiko kerugian yang tinggi dan memonitringnya setiap saat.

6. Penerapan sanksi yang akan diberlakukan pada nasabah (Mudharib) yang mampu tapi menunda-nunda pembayaran dan/ atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya dapat dikenakan sanksi yang didasarkan pada prinsip Ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas dasar kesepakatan dan dibuat saat akad ditandatangani.

4.6. Keterbatasan Penelitian

Adapun keterbatasan pada penelitian ini adalah jangka waktu penelitian yang relatif singkat yaitu 5 (lima) tahun mulai tahun 2006 – 2010 (dalam tahunan), sehingga data penelitian yang didapat pun relatif sedikit. Untuk penelitian yang akan datang hendaknya memperpanjang waktu penelitian dalam bentuk triwulan, sehingga diperoleh data penelitian yang lebih banyak lagi.

Dengan data yang lebih banyak, metode penelitian dapat dikembangkan menjadi analisis regresi linier berganda, karena dengan menggunakan analisis regresi linier beganda dapat dibuktikan bahwa pelaksanaan mudharabah dan risiko pelaksanaan mudharabah berpengaruh atau tidak terhadap eksistensi bank syariah. Berbeda dengan metode penelitian ini yaitu korelasi product moment yang hanya bermanfaat untuk mengukur kekuatan hubungan antara dua variabel atau penanda awal bahwa variabel X mungkin berpengaruh terhadap Y.

       

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dan analisa data yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa :

1. Pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X1) memiliki hubungan positif yang signifikan dengan eksistensi bank (Y), dan hubungan kedua variabel tersebut sangatlah tinggi, hal ini berarti peningkatan pelaksanaan pembiayaan mudharabah berdampak nyata terhadap peningkatan eksistensi bank. Berdasarkan hasil korelasi antara pelaksanaan pembiayaan mudharabah dengan eksistensi bank, dapat disimpulkan bahwa sehingga hipotesis ke – 1 ”Diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pembiayaan mudharabah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” teruji kebenarannya.

2. Pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X2) memiliki hubungan positif yang signifikan dengan eksistensi bank (Y), dan hubungan kedua variabel tersebut sangat tinggi, hal ini berarti peningkatan pelaksanaan pembiayaan musyarakah berdampak nyata terhadap peningkatan eksistensi bank. Berdasarkan hasil korelasi antara

pelaksanaan pembiayaan musyarakah dengan eksistensi bank, dapat disimpulkan bahwa sehingga hipotesis ke – 2 ”Diduga bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pembiayaan musyarakah dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” teruji kebenarannya.

3. Risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah (X3) memiliki hubungan positif yang tidak signifikan dengan eksistensi bank (Y), walaupun hubungan kedua variabel tersebut tinggi, hal ini berarti peningkatan risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah tidak berdampak nyata terhadap peningkatan eksistensi bank. Berdasarkan hasil korelasi antara risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah dengan eksistensi bank, dapat disimpulkan bahwa sehingga hipotesis ke – 3 ”Diduga bahwa risiko pelaksanaan pembiayaan mudharabah memiliki hubungan yang signifikan dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” tidak teruji kebenarannya.

4. Risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah (X4) memiliki hubungan positif yang tidak signifikan dengan eksistensi bank (Y), walaupun hubungan kedua variabel tersebut tinggi, hal ini berarti peningkatan risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah tidak berdampak nyata terhadap peningkatan eksistensi bank. Berdasarkan hasil korelasi antara risiko pelaksanaan pembiayaan musyarakah dengan eksistensi bank, dapat disimpulkan bahwa sehingga hipotesis

memiliki hubungan yang signifikan dengan eksistensi Bank Syariah Mandiri” tidak teruji kebenarannya.

5.2. Saran

Dari hasil pembahasan, maka saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut :

1. Bagi Bank Syariah Mandiri (BSM), hendaknya lebih meningkatkan pelaksanaan mudharabah dan musyarakah dengan :

a. Menjaga kepercayaan nasabah pembiayaan total (Mudharabah) dalam segala kondisi baik pendapatan bagi hasil meningkat ataupun pendapatan menurun.

b. Melakukan sosialisasi yang lebih intens dari pihak Bank Syariah Mandiri (BSM) tentang pembiayaan total (mudharabah) dengan segala kemudahan prosedurnya.

c. Melakukan jemput bola artinya bank syariah langsung turun ke lokasi lokasi masyarakat, lebih banyak mengeluarkan produk yang lebih efektif dan dapat menjangkau masyarakat bawah, di samping itu lebih banyak melakukan pendekatan terhadap Tuan Guru dan tokoh masyarakat.

2. Harus memahami kondisi perekonomian Indonesia adalah ekonomi kerakyatan oleh karena itu Perbankan Syariah harus dapat lebih mengoptimalkan perkonomian yang berbasis kemasyarakatan artinya memberikan pembiayaan bagi hasil untuk kegiatan kegiatan ekonomi riil masyarakat seperi industri rumah tangga dan kegiatan kegiatan pertanian.

3. Untuk mengatasi kendala operasional seperti masih kurangnya Sumber Daya Manusia Insani Perbankan Syariah dapat melakukan kerja sama dengan sekolah sekolah dan perguruan Tinggi yang ada untuk dapat menciptakan kurikulum yang berbasis eknomi Islam.

4. Penerapan sanksi yang akan diberlakukan pada nasabah (Mudharib) yang mampu tapi menunda-nunda pembayaran dan/ atau tidak mempunyai kemauan dan itikad baik untuk membayar hutangnya dapat dikenakan sanksi yang didasarkan pada prinsip Ta’zir, yaitu bertujuan agar nasabah lebih disiplin dalam melaksanakan kewajibannya. Sanksi dapat berupa denda sejumlah uang yang besarnya ditentukan atas kesepakatan bersama pada saat akad ditandatangani.

5. Bagi peneliti selanjutnya, hendaknya memperpanjang jangka waktu penelitian dan menggunakan teknik analisis regresi linier berganda.

, 2000, Fatwa Dewan Syariah No: 08/DSN/-MUI/IV/2000,

www.dsn@mui.or.id.

, 2007, Pedoman Standart Akuntansi Keuangan, Ikatan Akuntan

Indonesia.

, 1998, Undang – Undang No. 10 Tahun 1998, “Tentang Perbankan

Dokumen terkait