• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Koperasi Dalam Perekonomian

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

B. Eksistensi Koperasi Dalam Perekonomian

1. Dinamika Koperasi Indonesia

Sejarah kelahiran koperasi di Indonesia telah tumbuh secara alami di masa penjajahan. Setelah merdeka, koperasi diperbaharui dan diberi kedudukan yang tinggi dalam penjelasan Undang-Undang Dasar. Dasar yuridis yang kuat menyebabkan sejarah perkembangan koperasi di Indonesia telah “mencatat” tiga pola pengembangan koperasi. Secara khusus pemerintah memerankan fungsi regulatory sekaligus development. Pola pengembangan koperasi Indonesia mempunyai ciri melalui penitipan pada tiga program. Pertama, Program pembangunan secara sektoral;

Kedua, Lembaga-lembaga pemerintah; Ketiga, Perusahaan, baik milik negara maupun swasta (Sutrisno, 2003:1)

Dari tinjauan historis, dinamika koperasi di Indonesia yang telah digerakkan melalui dukungan kuat dari program pemerintah yang telah dijalankan dalam waktu lama, tidak mudah keluar dari kukungan pengalaman. Pada masa kini, pergeseran ke arah peran swasta menjadi tantangan baru bagi lahirnya pesaing-pesaing usaha KUD. Akhir-akhir ini, posisi koperasi dalam pasar perkreditan mikro menempati tempat kedua setelah BRI-unit desa dengan pangsa sekitar 31%. Dengan demikian, program pemerintah menimbulkan distorsi pada pertumbuhan kemandirian

koperasi, karena hanya menyentuh sebagian dari populasi koperasi yang ada sehingga masih cukup besar elemen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan kemandirian koperasi (Sutrisno, 2003:2)

2. Eksistensi dan Peran Koperasi Indonesia

Kedudukan koperasi yang cukup kuat dalam konstitusi negara Indonesia antara lain tercantum dalam Pasal 33 ayat 1 Undang-Undang Dasar 1945 membuat setiap kali terjadi pergantian pemerintah baru, koperasi selalu diberi posisi dalam departemen. Sebab sejarah menunjukkan bahwa keberhasilan perjuangan pergerakan bangsa Indonesia dengan menyusun program utamanya adalah koperasi. Pengalaman selama krisis moneter yang meluas ke sektor ekonomi dan non-ekonomi, tidak ada data resmi (BPS) seberapa sumbangan koperasi dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi, penurunan inflasi, dan ukuran pemulihan ekonomi.

Eksistensi koperasi telah dirasakan peran dan manfaatnya bagi masyarakat Indonesia, meskipun derajat dan intensitasnya berbeda. Krisnamurthi (2002:1) mengemukakan ada tiga bentuk eksistensi koperasi bagi masyarakat Indonesia, yaitu:

a. Koperasi dipandang sebagai lembaga yang menjalankan usaha tertentu, dan kegiatan usaha tersebut diperlukan oleh masyarakat.

Kegiatan usaha yang dimaksud dapat berupa pelayanan kebutuhan keuangan atau perkreditan, atau kegiatan pemasaran. Misalnya, peran Koperasi Kredit dalam menyediakan dana yang relatif

mudah dengan bunga yang rendah bagi anggotanya dibandingkan dengan prosedur yang harus ditempuh untuk memperoleh dana dari bank.

b. Koperasi menjadi alternatif bagi lembaga usaha lain.

Pada kondisi ini masyarakat telah merasakan bahwa manfaat dan peran koperasi lebih baik dibandingkan dengan lembaga lain. Keterlibatan anggota (atau juga bukan anggota) dalam berbagai aktivitas koperasi didasari pertimbangan rasional dengan mencermati bahwa koperasi mampu memberikan pelayanan yang lebih baik. c. Koperasi menjadi organisasi yang dimiliki oleh anggotanya.

Rasa memiliki (sense of belonging) dinilai menjadi faktor utama yang menyebabkan koperasi mampu bertahan pada berbagai kondisi sulit, yaitu dengan mengandalkan loyalitas anggota dan kesediaan anggota untuk bersama-sama menghadapi kesulitan. Sebagai contoh, saat kondisi tingkat suku bunga perbankan yang sangat tinggi, loyalitas anggota Koperasi Simpan Pinjam membuat anggotanya tidak memindahkan dana yang ada di koperasi ke bank. Hal itu terjadi karena didasari beberapa pertimbangan rasional antara lain: 1)keterkaitan anggota dengan Koperasi Simpan Pinjam; 2) Koperasi Simpan Pinjam telah diketahui kemampuannya dalam memberikan pelayanan kepada anggotanya; 3) Koperasi Simpan Pinjam merupakan organisasi ‘milik’ anggota dan; 4) Ketidakpastian dari daya tarik bunga bank.

Selain ketiga hal di atas, ada juga faktor yang menjadi dasar koperasi akan tetap eksis jika mampu mengembangkan kegiatan usaha yang: luwes

(flexible) sesuai dengan kepentingan anggota; berorientasi pada pemberian pelayanan bagi anggota; berkembang sejalan dengan perkembangan usaha anggota; biaya transaksi antara koperasi dan anggota mampu ditekan lebih kecil dari biaya transaksi non-koperasi dan mampu mengembangkan modal yang ada di dalam kegiatan koperasi dan anggota sendiri.

3. Posisi Koperasi dalam Perdagangan Bebas

Koperasi sebagai suatu gerakan dunia telah membuktikan dalam melawan ketidakadilan pasar karena hadirnya ketidaksempurnaan pasar. Di Indonesia sejarah pengenalan koperasi didorong oleh keyakinan para Bapak Bangsa untuk mengantar perekonomian Bangsa Indonesia menuju kemakmuran dalam kebersamaan dengan semboyan “makmur dalam kebersamaan dan kebersamaan dalam kemakmuran”.

Koperasi sejak kelahirannya disadari sebagai suatu upaya untuk menolong diri sendiri secara bersama-sama. Oleh karena itu dasar self help and cooperation atau individualitet dan solidaritet selalu disebut bersamaan sebagai dasar pendirian koperasi. Untuk menghadapi millennium baru dan globalisasi perlu ditegaskan kembali pentingnya nilai etik yang harus dijunjung tinggi berupa: kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan kepedulian kepada pihak lain (Soetrisno, 2003:1)

Dalam kenyataannya, koperasi Indonesia tidak tumbuh cemerlang jika dibandingkan dengan sejarah koperasi Barat. Krisis ekonomi telah meninggalkan pengalaman, ketika pemerintah tidak berdaya untuk mengembangkan intervensi melalui program yang dilewatkan oleh swadaya koperasi.

Dalam rangka menyambut pergeseran tatanan ekonomi dunia yang terbuka dan bersaing secara ketat, gerakan koperasi dunia telah menetapkan prinsip dasar untuk membangun tindakan bersama yang meliputi: Pertama, koperasi akan mampu berperan secara baik kepada masyarakat ketika koperasi secara benar berjalan sesuai dengan jati diri sebagai suatu organisasi otonom, lembaga yang diawasi anggotanya dan berpegang pada nilai dan prinsip koperasi. Kedua, potensi koperasi dapat diwujudkan semaksimal mungkin bila kekhususan koperasi dihormati dalam peraturan perundangan. Ketiga, koperasi dapat mencapai tujuannya bila diakui keberadaan dan aktivitasnya. Keempat, koperasi dapat hidup seperti layaknya perusahaan lain. Kelima, pemerintah harus memberikan aturan main yang jelas, tetapi koperasi dapat dan harus mengatur dirinya sendiri di dalam lingkungan koperasi (self-regulation). Keenam, koperasi adalah milik anggota di mana saham adalah modal dasar, sehingga mereka harus mengembangkan sumberdayanya dengan tidak mengancam identitas dan jati diri koperasi. Ketujuh, bantuan pengembangan penting bagi pertumbuhan koperasi, namun akan lebih efektif bila dipandang sebagai

kemitraan dengan menjunjung tinggi hakikat koperasi dan diselenggarakan dalam kerangka jaringan (Soetrisno, 2003:2)

Bagi koperasi Indonesia membangun kesejahteraan dalam kebersamaan telah cukup memiliki kekuatan dasar kekuatan gerakan. Daerah otonom harus menjadi basis penyatuan kekuatan koperasi untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan lokal dan arus pengaliran surplus dari bawah. Dengan mengembalikan koperasi pada fungsinya (sebagai gerakan ekonomi) atas prinsip dan nilai dasar, koperasi akan mampu menampilkan semboyan “bersama dalam kesejahteraan” dan “sejahtera dalam kebersamaan”. Dengan demikian, koperasi Indonesia diharapkan dapat menjawab tantangan global.

Dokumen terkait