• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksistensi Sarunei Buluh Simalungun

Dalam dokumen NAMA : SITY AISYAH SARAGIH NIM : 110707009 (Halaman 88-94)

EKSISTENSI DAN FUNGSI SARUNEI BULUH SIMALUNGUN 4.1Asal-Usul Sarunei Buluh Simalungun

4.3 Eksistensi Sarunei Buluh Simalungun

Keberadaan Sarunei Buluh pada zaman dahuluberbeda jauh dengan sekarang, karena hanya sedikit dari masyarakat Simalungun atau muda-mudi yang mengenal alat musik ini.Pada sekarang ini alat musik Sarunei Buluh sudah hampir hilang dari budaya Simalungun.

Kenyataannya sekarang ini Sarunei Buluh sudah hampir tidak dimainkan lagi oleh kaum muda-mudi.Faktor zaman yang sudah maju dan mereka cenderung mengenyampingkan hal-hal yang berbau tradisi.Kebanyakan muda-mudi cenderung terpesona pada zaman serbaa canggih sehingga hampir melupakan tradisi yang ada di tanah mereka sendiri, da nada juga faktor lain membuat Sarunei Buluh ini jarang dimainkan oleh kaum muda-mudi.Mungkin bisa saja teknik permainan dari Sarunei Buluh itu sendiri yang dianggap sulit dalam

78

memainkanya berbeda dengan permaianan zaman modern sekarang seperti keyboard, gitar, dan lain-lain. Oleh karena itu muda mudi pada zaman ini lebih akrab dengan permaian keyboard, gitar,dan aplikasi komputer lain yang berhubungan dengan musik misalnya aplikasi bermain gitar yang bisa di install di gadget yang mana teknik memainkannya lebih mudah dibandingkan bermain gitar secara manual.

Berbeda dengan Sarunei Buluh yang cara bermainnya tidak kita temukan di aplikasi komputer. Tanpa disadari pola piker yang seperti itu akan mempengaruhi eksistensi budaya di Negara ini khususnya di masyarakat Simalungun yang mana efek dari modrenisasi banyak masyarakat Simalungun yang lupa bahkan tidak tahu tentang kebudayaan sendiri. Untung saja masih ada orang-orang yang peduli dengan keberadaan alat musik ini, seperti Bapak Rabes Saragih misalnya, beliau adalah seniman Simalungun yang sampai sekarang masih mengetahui cara membuat alat musik Sarunei Buluh. Walaupun pada sekarang ini kondisikesehtaan bapak Rabes Saragih sudah sangat menurun, beliau selalu terbuka untuk mengajari orang-orang ataupun pemuda yang ingin belajar tentang alat musik Simalungun, seperti alat musik Saruei Buluh.

Selain beliau ada seorang seniman yang mengetahui cara pembuatan alat musik ini yakni Bapak Riden Purba yang mana beliau adalah seorang seniman Simalungun yang merupakan teman bapak Rabes Saragih . Bapak Riden Purba masih membuat Sarunei Buluh Simalungun walaupun membuat Sarunei tersebut dikarenakan Sarunei Buluh yang berada di museum sudah mulai rusak, jadi beliau membuat yang baru, agar pengunjung museum atau masyarakat

79

Simalungun tetap dapat melihat Sarunei Buluh. Selian bapak Rabes aragih dan bapak Riden Purba, seniman Simalungun yang masih menyajikan Sarunei buluh ini adalah bapak Setia Dermawan Purba, beliau adalah dosen di Universitas Sumatera Utara, dan alumni Etnomusikologi pertama Universitas Sumatera Utara, dan bapak Setia Dermawan Purba adalah seniman budaya dari Simalungun.

80 BAB V PENUTUP 5.1 Rangkuman

Dalam proses pembuatannya, sarunei buluh simalungun dapat dilakukan seorang diri seperti menebang bambu, memotong bambu dari dahan-dahan yang terdapat pada bambu, mengikig ujung dan pangkal pada bambu, melubangi lubang diameter lubang dan lubang nada, dan terakhir mengukur jarak-jarak yang terdapat pada bagian sarunei buluh. Dan setelah mengukur, akan menggaris-garasi hasil dari ukuran yang dibuat oleh bapak Rabes Saragih. Proses pengerjaannya masih sangat sederhana tanpa dibantu oleh mesin yaitu dengan menggunakan alat-alat seperti parang, pisau cuter. Dalam pembuatan sarunei buluh juga memerlukan bahan-bahan untuk membentuk menjadi alat musik yang baik antara lain, bambu rogon, kayu simardaruma.

Zaman dahulu dalam permainan sarunei buluh dilakukan untuk permainan pribadi (self amusement), yang dimainkan di sawah, untuk memikat hati seorang wanita, dan sekarang sarunei buluh dilakukan untuk pertunjukan budaya simalungun, seperti acara-acara pesta budaya Simalungun.

5.2 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada pembahasan, peneliti dapat menarik kesimpulan. Adapun kesimpulan yaitu pembuatan Sarunei Buluh sangat sederhana hanya membutuhkan seruas bambu yang mengikutkan antara batas ruasnya dan untuk mendapatkan bambu sangatlah mudah, alat-alat yang di

81

gunakan dalam pembuatannya pun sangat sederhana dan mudah, cara membuat alat musik Sarunei Buluh tersebut tidak terlalu sulit, hanya memotong ujung dari kedua bambu, membentuk lubang hembusan dan lubang keluaran udara, mengukur jarak lubang nada, dan memberi lubang nada pada bambu seperti lubang hembusa, lubang keluaran udara, dan lubang nada. Sarunei Buluh di mainkan dengan menghembuskan udara melalui mulut, Sarunei Buluh termasuk kedalam klasifikasi Aerofon (nose flute).Alat musik Sarunei Buluh memiliki tujuh nada (pentatonik).

Sarunei Buluh di gunakan sebagai penghibur lara atau sebagai media yang digunakan untuk mengungkapkan perasaan kepada seorang gadis yang dicintainya. Alat musik Sarunei Buluh menjadi alat musik yang individual.Karena alat musik Sarunei Buluh hanyadapat dimainkan secara tunggal.Oleh karena itu alat musik Sarunei Buluh ini tidak bisa digabungkan dengan ansambel musik dan tidak dapat gi gunakan untuk upacara.

Alat musik Sarunei Buluh merupakan alat musik yang hampir punah dan sudah jarang di temui pada masyarakat Simalungun, keberadaannya sudah sangat memprihatinkan, untuk pembuatannya hanya tinggal bapak Rabes Saragih dan bapak Riden Purbayang mengetahuinya, dan untuk pelestariaanya hanya bapak Setia Dermawan Purba yang selalu memperkenalkan dan menyajikan alat musik Sarunei Buluh mejadi masyarakat Simalungun maupun di luar etnis Simalungun, walaupun fungsi dari alat musik Sarunei Buluh itu sendiri sudah berubah menjadi pertunjukan, hal tersebut di lakukan bapak Setia Dermawaan Purba untuk melestarikan budaya Simalungun.

82

Akibat kemajuan teknologi yang berkembang, alat musik Sarunei Buluh sudah jarang dipakai generasi muda sekarang ini di kabupaten Simalungun.Generasi muda sekarang lebih tertarik pada alat musik modern dan melupakan tradisional budaya sendiri.

83

Dalam dokumen NAMA : SITY AISYAH SARAGIH NIM : 110707009 (Halaman 88-94)

Dokumen terkait