I. Kegiatan Penataan Lingkungan Permukiman 1. Aspek Teknis a)Masih kurangnya
3 Tahun 4 Tahun 5 1 Ruang Terbuka Hijau
7.4 Sektor Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP)
7.4.1 Kondisi Eksisting dan Isu Strategis Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) .1Kondisi Eksisting dan Isu Strategis Pengembangan Air Limbah
Isu-isu strategis dalam pengelolaan air limbah permukiman di Indonesia antara lain : 1. Akses masyarakat terhadap pelayanan pengelolaan air limbah permukiman
Sampai saat ini walaupun akses masyarakat terhadap prasarana sanitasi dasar mencapai 90,5% di perkotaan dan di pedesaan mencapai 67% (Susenas 2007) tetapi sebagian besar fasilitas pengolahan air limbah setempat tersebut belum memenuhi standar teknis yang ditetapkan. Sedangkan akses layanan air limbah dengan sistem terpusat baru mencapai 2,33% di 11 kota (Susenas 2007 dalam KSNP Air Limbah).
2. Peran Masyarakat
Peran masyarakat berupa rendahnya kesadaran masyakat dan belum diberdayakannya potensi masyarakat dan dunia usaha dalam pengelolaan air limbah serta terbatasnya penyelenggaraan pengembangan sistem pengelolaan air limbah permukiman berbasis masyarakat.
3. Peraturan perundang-undangan
Peraturan perundang-undangan meliputi lemahnya penegakan hukum dan belum memadainya perangkat peraturan perundangan yang dibutuhkan dalam sistem pengelolaan air limbah permukiman serta belum lengkapnya NSPM dan SPM pelayanan air limbah.
4. Kelembagaan
Kelembagaan meliputi kapasitas SDM yang masih rendah, kurang koordinasi antar instansi dalam penetapan kebijakan di bidang air limbah, belum terpisahnya fungsi regulator dan operator, serta lemahnya fungsi lembaga bidang air limbah.
5. Pendanaan
Pendanaan terutama berkaitan dengan terbatasnya sumber pendanaan pemerintah dan rendahnya alokasi pendanaan dari pemerintah yang merupakan akibat dari rendahnya skala prioritas penanganan pengelolaan air limbah. Selain itu adalah rendahnya tarif pelayanan air limbah sehingga berakibat pihak swasta kurang tertarik untuk melakukan investasi di bidang air limbah. Adapun isu strategis dalam pengelolaan air limbah Kota Depok sebagai berikut :
1. Kurangnya sarana dan prasarana pengolahan air limbah di Kota Depok. Masih banyaknya penggunaan cubluk dan pembuangan air limbah rumah tangga tanpa saluran, terutama pada permukiman padat.
2. Pemisahan limbah rumah tangga dan industri rumah tangga belum dilakukan. Bercampurnya air limbah domestik dan limpasan permukaan pada satu saluran menyebabkan besarnya volume air limbah yang masuk ke drainase primer.
3. Masih rendahnya pemahaman dan perilaku masyarakat dalam pengelolaan air limbah rumah tangga.
4. Jumlah dan kapasitas IPLT belum memadai, namun kapasitas IPLT yang telah beroperasi belum termanfaatkan secara optimal karena masih rendahnya KK yang melakukan pengurasan lumpur tinja pada septic tank keluarga.
5. Pembangunan IPAL/septic tank komunal berbasis masyarakat tidak mudah dilakukan karena masih rendahnya “sense of need” masyarakat akan prasarana air limbah.
6. Keterbatasan lahan dan tingginya harga pembebasan lahan dapat menghambat upaya percepatan pembangunan prasarana air limbah skala kawasan/kota.
Kota Depok yang dapat dikategorikan sebagai kota metropolitan, sistem pengelolaan air limbah yang diterapkan dapat berupa sistem setempat atau terpusat atau gabungan keduanya, yang tergantung pada kondisi kepadatan penduduk, sosial ekonomi, topografi, serta pemakaian air perpipaan.
Hingga saat ini sistem yang diterapkan di Kota Depok adalah sistem setempat (on-site). Dari pendataan melalui puskesmas yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan pada tahun 2010 69,26 % KK di kota Depok telah memiliki septic tank. Pengolahan akhir lumpur tinja dilakukan di IPLT Kalimulya Kota Depok yang memiliki kapasitas pengolahan 70 m3/hari.
Sistem pengolahan air limbah permukiman yang berjalan di Depok selama ini adalah sistem pengelolaan air limbah setempat (on-site), dimana setiap rumah diarahkan untuk memiliki prasarana dasar air limbah sendiri yang terdiri dari jamban, tangki septik, dan resapan. Meskipun demikian, perilaku buang air besar di saluran/sungai/kolam masih ditemukan di sebagian wilayah kota, tidak hanya di daerah yang jauh dari pusat kota / di daerah perbatasan tapi bahkan di dekat pusat kota.
Kondisi Eksisting Aspek Teknis
Meskipun merupakan perkotaan yang cukup padat penduduk, sistem pengolahan air limbah tinja di Kota Depok saat ini baru menggunakan sistem setempat (on-site), dan sistem on-site skala komunal yang dibangun berupa IPAL komunal baru mulai dilaksanakan pada tahun 2013 dari dana APBN (DAK Sanitasi, 2013). Dapat dilihat pada Gambar 7.12 yang menunjukkan diagram pengelolaan air limbah secara sistem on-site.
DIAGRAM PENGELOLAAN AIR LIMBAH ON SITE SISTEM Sumber
Limbah User Interface Penampungan Awal Pengangkutan
Pengelolaan Akhir Terpusat Pembuangan Akhir Black Water Grey Water Septic Tank Drainase/kolam Truk Tinja IPLT Kalimulya Sungai
Gambar 7. 12 Diagram Alir Pengelolaan Air Limbah Secara Sistem On-Site
Pengelolaan air limbah rumah tangga secara teknis dimulai dari sumber limbah di rumah tangga. Limbah cair rumah tangga terdiri dari blackwater (limbah tinja) dan greywater (air bekas cucian). Rumah tangga pada umumnya belum melakukan pengolahan greywater sehingga air langsung dibuang ke saluran drainase, atau pada sebagian kecil rumah tangga menyediakan pengolahan setempat sebelum air limbah greywater dibuang ke drainase.
Penyaluran limbah dari sumber limbah (manusia) ke prasarana penampung awal melalui berbagai tempat pembuangan (user interface). Sebagian besar rumah tangga di Kota Depok telah menggunakan jamban, baik pribadi maupun WC umum, namun masih ada 0,07 % rumah tangga yang memiliki kebiasaan buang air besar di kolam, kebun, lubang galian atau langsung ke sungai dan selokan. Dapat dilihat pada gambar di bawah ini yang menunjukkan tempat buang air besar masyarakat di kota depok menurut Laporan ERA Kota Depok tahun 2015.
Gambar 7. 13 Tempat Buang Air Besar Masyarakat Kota Depok (Sumber : Laporan EHRA Kota Depok, 2015)
Dari user interface selanjutnya limbah akan diolah di penampungan awal berupa septic tank. Meskipun persentase penggunaan jamban pribadi cukup besar, tidak masih ada 6,6 % rumah tangga yang belum terhubung dengan septik tank ataupun IPAL. Hal ini terlihat dari hasil survey EHRA tahun 2015 (Gambar 7.14). Di samping itu sebagian besar septic tank yang dimiliki masyarakat diduga tidak kedap dan berpotensi mencemari air tanah dan lingkungan karena telah dibangun lebih dari lima tahun yang lalu dan tidak pernah dikuras, atau pernah dikuras namun lebih dari lima tahun yang lalu.
Gambar 7. 14 Tempat Penyaluran Akhir Buang Tinja Masyarakat Kota Depok (Sumber : Laporan EHRA Kota Depok, 2015)
Gambar 7. 15 Persentase Septic Tank Suspek Aman dan Tidak Aman (Sumber : Laporan EHRA Kota Depok, 2015)
Dari Gambar 7.15 menunjukkan persentase septic tank suspek aman dan tidak aman. Dapat dilihat dari grafik tersebut yang memiliki persentase tertinggi adalah suspek tidak aman dengan nilai persentase sebesar 57,53%.
Penyedotan lumpur tinja dari septic tank masyarakat dilaksanakan oleh UPT IPLT Kota Depok yang menggunakan fasilitas 7 unit truk sedot tinja dengan kapasitas 3 m3. Selain itu, jasa layanan penyedotan tinja permukiman dan tempat umum juga disediakan oleh 6 pengelola swasta yang menggunakan 10 truk sedot tinja.
Pengelolaan akhir limbah tinja sistem on-site dilakukan di Instalasi Pengolah Limbah Tinja (IPLT) Kota Depok yang berkapasitas 70 m3/hari yang terletak di Kel. Kalimulya Kec. Cilodong di atas
57.53% 42.47%
Tidak Ya
tanah seluas 2,13 Ha. Instalasi ini terdiri dari tangki Imhoff, kolam fakultatif, kolam maturasi dan bak pengering lumpur. Unit tersebut berada di bawah kewenangan Dinas Kebersihan dan Pertamanan dan dikelola oleh Unit Pelaksana Teknis (UPT) IPLT sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 7.38. IPLT Kota Depok tidak hanya dimanfaatkan oleh masyarakat Depok tetapi juga melayani masyarakat Kabupaten Bogor.
Tabel 7. 38 Kapasitas Pelayanan Eksisting No Sarana dan
Prasarana Jumlah Kapasitas
Sistem
Pengolahan Lembaga Pengelola
Keterangan Kondisi
1 Truk Tinja
7 unit 3 m3 On-site
UPT IPLT pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan
Baik
10 unit 3 m3 On-site Swasta
2 IPLT 1 buah 70 m3 On-site
UPT IPLT pada Dinas Kebersihan dan Pertamanan
3 IPAL - - Off-site
Tabel 7. 39 Cakupan Pelayanan Sistem On-Site
No Kecamatan
Jumlah PS Sanitasi Sistem On Site
Pengumpulan Pengolahan
Jamban
Keluarga MCK Septik Tank Cubluk Lainnya
1 Pancoran Mas 31.001 14.274 2 Beji 6.532 2.265 3 Sukmajaya 41.276 38.671 4 Cimanggis 41.337 45.818 5 Sawangan 20.377 17.556 6 Limo 7.764 7.430 7 Cinere 30.507 12.737 8 Cipayung 22.035 15.787 9 Cilodong 8.801 6.172 10 Tapos 36.376 30.248
No Kecamatan
Jumlah PS Sanitasi Sistem On Site
Pengumpulan Pengolahan
Jamban
Keluarga MCK Septik Tank Cubluk Lainnya
11 Bojongsari 15.134 12.176
Jumlah 261.140 203.134
Tabel 7. 40 Cakupan Pelayanan Air Limbah Komunitas Berbasis Masyarakat
No Lokasi/Tempat Sistem Dibangun Tahun Cakupan Pelayanan Kondisi MCK ++ IPAL Komunal 1 Kec. Pancoran Mas Pesantren Himatul Aliyah RT 05/Rw 03 Kel. Rangkapan Jaya 2010 40 KK Beroperasi
2 Kec. Cipayung Pesantren Qotrunnada Kel. Cipayung Jaya
2010 60 KK Beroperasi
Pesantren
Ar-Rahmaniyah Kel. Bojong Pondok Terong
2010 40 KK Beroperasi
Pule Asri, Kel Pondok Jaya Rt 04/Rw 05
2013 50 KK Baik dan beroperasi Alam Tiga, Kel. Pondok
Jaya Rt 06/Rw 03 2013 50 KK Baik dan beroperasi RT 02/RW 04 Kel. Bj Pondok Terong 2013 50 KK Baik dan beroperasi 3 Kec. Tapos Pesantren Darusslam
Kel. Cilangkap 2010 60 KK Beroperasi RT 02/RW 12 Kel. Cimpaeun 2010 40 KK Beroperasi As-Syuhada, Kel. Sukamaju Baru 2012 50 KK Baik dan beroperasi Sanitasi Leuwinanggung, Kel. Leuwinanggung 2012 50 KK Baik dan beroperasi 4 Kec. Sawangan Pesantren Subulussalam
Kel. Pengasinan
2010 40 KK Beroperasi 5 Kec. Cimanggis Makmur Sejahtera, Kel.
Curug
2012 50 KK Baik dan beroperasi
No Lokasi/Tempat Sistem Dibangun Tahun Cakupan Pelayanan Kondisi MCK ++ IPAL Komunal
RT 02/RW 02, Kel. Curug 2013 50 KK Baik dan
beroperasi
6 Kec. Bojongsari RW 08 Kel. Curug 2013 50 KK Baik dan
beroperasi
7 Kec. Beji RW 01 Kel.
Kukusan
2014 100 KK Belum beroperasi
Tabel 7. 41 Parameter Teknis Wilayah
No Uraian Besaran Keterangan
A. Karakter Fisik Kota
1. Jumlah Penduduk 1.813.612 jiwa Depok Dalam Angka 2011 Tingkat kepadatan : 9.054 jiwa/km2
Tinggi (≥ 200 jiwa/ha) -
Sedang (100–200 jiwa/ha) 9.410 Ha Kec. Sukmajaya, Kec. Pancoran Mas, Kec. Cimanggis, Kec. Beji, Kec. Cinere, dan Kec. Cipayung
Rendah (50-100 jiwa/ha) 10.619 Ha Kec. Sawangan, Kec. Bojongsari, Kec. Cilodong, Kec. Tapos, dan Kec. Limo
2. Tipe Bangunan
Permanen 184.019 unit Depok Dalam Angka 2008
Semi Permanen 48.889 unit Depok Dalam Angka 2008
Tidak Permanen 10.238 unit Depok Dalam Angka 2008 3. Tinggi Muka Air Tanah (rata-rata) 10 – 20 m
4. Badan Air
Nama Sungai Ciliwung
Peruntukan Air baku air minum
Kualitas 10,9 mg/liter BOD Semester 2 tahun 2011 51,7 mg/liter COD Semester 2 tahun 2011 B. Tingkat Penyediaan Air Bersih
1. Jaringan Perpipaan 12,7 % PDAM Depok 2015
2. Bukan Jaringan Perpipaan terlindungi
83,58 % SUSENAS 2010
Peran Serta Swasta dan Masyarakat
Peran serta masyarakat dalam pengelolaan limbah cair domestik di Kota Depok relatif sudah cukup baik yang dapat dilihat dari persentase rumah tangga yang memiliki tangki septik sebesar 69,26 % walaupun hanya 75,9 % di antaranya yang memenuhi syarat sehat (Profil Kesehatan, 2010). Namun demikian partisipasi untuk penyedotan lumpur tinja masih rendah, dengan volume rata-rata lumpur tinja yang dibuang ke IPLT perhari hanya sebesar 30 m3. Jauh di bawah kapasitas IPLT sebesar 70 m3/hari sebagaimana tercantum dalam Tabel 7.42.
Tabel 7. 42 Ritasi Truk Tinja ke IPLT
No. Jenis Data Tahun
2011 2012 2013 2014 2015