• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Eksisting dan Isu Strategis Pengembangan Persampahan

Isu strategis pengelolaan persampahan Kota Depok adalah sebagai berikut : 1. Perilaku yang kurang tertib dengan membuang sampah di sembarang tempat

2. Gerakan 3R belum sepenuhnya berjalan di masyarakat meskipun telah diatur dalam Perda tentang Pengelolaan Sampah

3. Sarana prasarana persampahan yang belum memadai baik untuk melayani pengangkutan, maupun pengolahan skala kawasan dan skala kota

4. Tingginya laju pertumbuhan penduduk

5. TPA yang hampir mendekati batas kapasitasnya serta sulitnya pembebasan lahan untuk perluasan TPA

Kondisi Eksisting

Hingga saat ini belum seluruh warga Depok mendapatkan pelayanan sampah. Sampah-sampah yang tidak terangkut tersebut sebagian besar masih dikelola secara tradisional seperti ditimbun, dibakar, atau dibuang ke sungai. Masih terbatas yang melakukan pengolahan skala rumah tangga maupun kawasan. Pola pengelolaan persampahan di Kota Depok hampir sama dengan pola yang berlaku di

kota-kota Indonesia lainnya. Ditinjau dari segi teknik operasionalnya, pengelolaan persampahan meliputi kegiatan pewadahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, sampai dengan pembuangan akhir.

 Pewadahan

Rumah Tangga : untuk pewadahan rumah tangga biasanya menggunakan bin / bak sampah, lubang di pagar, pojokan jalan atau di dalam kantong-kantong plastik yang diikat. Pada umumnya sampah belum terpilah, namun sesuai dengan Perda 5 tahun 2014 secara bertahap rumah tangga mulai melakukan pemilahan dan pemda melaksanakan penjadwalan pengambilan sampah organik dan residu

Pasar : pewadahan di pasar pada umumnya tidak teratur terutama yang berada di luar lokasi. Kebanyakan kios di pasar menggunakan keranjang yang langsung diangkut oleh petugas menuju TPS pasar. Namun saat ini secara bertahap telah mulai diberlakukan penerapan pemilahan di pasar-pasar pemerintah sesuai dengan Perda 5 tahun 2014.

Komersial : pewadahan daerah komersial umumnya menggunakan bin / bak sampah besar atau TPS.

Industri : sampah domestik industri yaitu sisa kegiatan karyawan. Umumnya pewadahannya menggunakan bin / bak sampah besar yang kemudian dibawa ke TPS. Sedangkan sampah sisa produksi umumnya langsung ditampung oleh pihak yang akan menggunakan, kecuali sampah B3 yang harus dibuang ke PPLI Cileungsi.

Jalan, sungai dan taman : ditangani dengan penyapuan untuk jalan dan taman serta pengerukan sungai. Di beberapa tempat sudah disediakan bin-bin yang terpisah untuk sampah organik dan anorganik. Khususnya sampah yang menumpuk di sungai, merupakan beban tersendiri bagi pembiayaan persampahan karena tidak tercover dalam retribusi.

Rumah Sakit : sampah rumah sakit, puskesmas dan institusi kesehatan lainnya terdiri dari sampah domestik dan non domestik berupa sampah medis. Sampah domestik biasanya ditempatkan di bin yang tertutup. Sampah medis umumnya termasuk sampah berbahaya, dapat bersifat infeksius atau benda tajam seperti jarum suntik dan pisau bedah serta racun misalnya obat-obatan kadaluwarsa. Sampah medis diperlakukan seperti yang ada pada peraturan.

 Pengumpulan

Sistem pengumpulan sampah adalah proses pengambilan sampah dari tempat pewadahan di sumber timbulan sampah ke tempat pengumpulan sementara, tempat pengolahan, atau sekaligus diangkut ke tempat pembuangan akhir. Dengan diberlakukannya Perda 5 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah, sampah organik dari rumah tangga dikumpulkan dengan gerobak

oleh masyarakat ke titik kumpul atau Tempat Penampungan Sampah Sementara (TPS) atau Transfer Depo. Sampah non organik dikumpulkan warga di Bank Sampah.

 Pemindahan

Proses pemindahan terdapat pada pengelolaan sampah dengan pengumpulan secara tidak langsung, di mana tidak memungkinkan untuk mengumpulkan sampah dengan truk secara langsung. Pemindahan dilakukan di TPS atau transfer depo ke dump truck atau arm roll.

 Pengangkutan

Pengangkutan sampah organik rumah tangga dari titik kumpul/TPS dilakukan oleh Kecamatan ke Unit Pengolahan Sampah (UPS) organik terdekat dengan menggunakan motor sampah, sedangkan sampah residu diangkut oleh DKP ke TPA. Pengangkutan sampah non rumah tangga ke TPA dilakukan oleh DKP dengan menggunakan dumptruck atau arm roll, sampah pasar oleh Dinas Pasar, dan sampah di saluran oleh Dinas BMSDA.

 Pengolahan Akhir Sampah

Penduduk Kota Depok sejumlah 2.042.391 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 200,29 km2 saat ini dilayani oleh 1 buah TPA seluas 11,5 Ha yang berjarak 10 km dari pusat kota. TPA di Kelurahan Cipayung, Kecamatan Cipayung yang pernah direncanakan sebagai TPA sanitary landfill saat ini beroperasi sebagai TPA open dumping untuk memperpanjang masa pakai TPA. Dari luas total lahan TPA 11,5 Ha, luas kolam sampah 67.000 Ha (termasuk kolam sampah baru perluasan tahun 2009), luas area buffer zone mencapai 2.400 m2, 2 kolam lindi dengan total luas 2.500 m2. TPA Cipayung sudah hampir mencapai batas kapasitasnya. Mengingat hingga saat ini kota Depok belum memiliki alternatif TPA sebagai tempat pembuangan akhir, untuk memperpanjang umur pakainya saat ini TPA Cipayung dikelola dengan open dumping dan dalam waktu dekat jalan operasional di antara dua kolam sampah akan dimanfaatkan sebagai areal penimbunan sampah. Tabel berikut menggambarkan kondisi alamiah dan tipologi wilayah Kota Depok yang berkaitan dengan pemilihan sistem dan teknologi pengelolaan persampahan di Kota Depok.

Tabel 7. 45 Kondisi Alamiah dan Tipologi Wilayah Kota Depok

No Uraian Satuan Keterangan

1 Jumlah Penduduk Kepadatan Penduduk

1.736.565 jiwa 86,7 jiwa/Ha 2 Pendapatan Penduduk Rata2

3 Tata Guna Lahan

 Komersil/perkantoran/per dagangan  Daerah permukiman  Fasilitas umum 513 Ha 8410 Ha 966 Ha Naskah Akademis RTRW Kota Depok 2010-2030

No Uraian Satuan Keterangan 4 Topografi

Geologi

 Wilayah dengan kemiringan antara 2 – 8% (lereng datar) tersebar di bagian utara melintang ke timur

 Wilayah dengan kemiringan lereng antara 8-15 % tersebar di bagian tengah dari Barat ke Timur.

 Wilayah dengan kemiringan lereng lebih dari 15 % terdapat di sepanjang sungai Cikeas, Ciliwung dan bagian Selatan sungai Angke

 Tanah Alluvial, umumnya tersingkap di jalur-jalur sungai, tingkat kesuburan sedang – tinggi.

 Tanah Latosol coklat kemerahan, tingkat kesuburannya rendah – cukup, mudah meresapkan air, tahan terhadap erosi, tekstur halus.

 Asosiasi Latosol merah dan laterit air tanah, tingkat kesuburan sedang, kandungan air tanah cukup banyak, sifat fisik tanah sedang – kurang baik

5 Permeabilitas tanah 9,9847x10-5 cm/detik Kel Pasir Putih (seberang TPA Cipayung) 6 Air tanah

 Tinggi muka air tanah

 Pemanfaatan

 Kualitas

10 - 20 Meter (rata-rata)

Sumber air bersih rumah tangga & industri 7 Air permukaan Sungai Ciliwung  Debit  Pemanfaatan  Kualitas Sungai Pesanggrahan  Debit  Pemanfaatan  Kualitas 9.060 Liter/detik Air baku air minum

19 mg/liter BOD & 30 mg/liter COD 789 Liter/detik

Air baku air minum dan pertanian 60 mg/liter BOD & 95 mg/liter COD

Msm kemarau Th 2009 Musim hujan Th 2009 8 Klimatologi

 Kecepatan angin rata2

 Curah hujan rata-rata

3,3 knot

29 – 193 mm/bulan (Mei – Oktober) 172 – 385 mm/bulan (Nov- April)

MP Drainase, 2010 9 Kesehatan

 Tiga penyakit yang paling dominan terkait dengan kondisi sanitasi buruk

- ISPA (20,7 %) - Dermatitis (10,2 %) - Diare (7 %)

Dinkes, 2009

Berdasarkan jumlah sampah yang masuk ke TPA dan sampah yang diolah di 27 UPS yang beroperasional, bila rata-rata volume sampah terolah 30 m3/hari/UPS, maka sektor persampahan Kota Depok baru dapat melayani sekitar 48,3 % dari sampah kota yang dihasilkan dengan wilayah cakupan layanan pengangkutan seperti pada tabel dibawah ini.

Tabel 7. 46 Teknis Operasional Pelayanan Persampahan Kota Depok

No Uraian Volume Keterangan

1 Cakupan Pelayanan 48,3 %

- TPA 1.804 m3/hari 33,3 %

- UPS 27 unit @ 30 m3/hari 810 m3/hari 15,0 % 2 Perkiraan Timbulan Sampah 5.412 m3/hari

3 Timbulan sampah terangkut 2.614 m3/hari 4 Kapasitas Pelayanan TPA 1.804 m3/hari Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2014

Dengan menggunakan asumsi produksi timbulan sampah 2,65 liter/orang/hari maka dengan jumlah penduduk 2.042.391 jiwa produksi sampah rumah tangga di Kota Depok di tahun 2014 per harinya mencapai 5.412 m3/ hari (lihat Tabel 7.46). Kurang lebih 5 % sampah yang masuk ke TPA tersebut dikumpulkan lagi oleh pemulung. Sampah tersebut merupakan sampah anorganik, sedangkan sisanya diproses di kolam sampah.

Gambar 7. 17 Komposisi Sampah TPA Cipayung (Sumber : Studi ANDAL TPA Cipayung, 2002)

Berdasarkan Gambar 7.17 komposisi sampah TPA Cipayung yang tertinggi adalah sampah organik sebesar 72,97%. Alternatif untuk mengolah sampah organik yaitu sampah dapat diolah menjadi kompos. 72,97 7,07 1,25 3,57 1,37 3,65 2,4 1,24 6,38 Organik Kertas Kaca Plastik Logam Kayu Kain Karet

Gambar 7. 19 Sampah Anorganik dan Aktifitas Pemulung di TPA Cipayung

Berikut ini penjabaran mengenai kondisi eksisting pengembangan persampahan di Kota Depok yang ditampilkan pada Tabel 7.47.

Tabel 7. 47 Kondisi Eksisting Pengembangan Persampahan di Kota Depok No Pengelolaan Sarpras Sat Jumlah Kapasitas Tahun

Pengadaan

Kondisi ket Dikelola Masyarakat

1 Pewadahan

a. Bin / tong sampah unit 50 200 277 2008 2009 2010 2 Pengumpulan

a. Gerobak sampah unit 108 150 200

1 m3 2008

2009 2010

b. Motor sampah unit 13 1 m3 baik

3 Pengolahan