• Tidak ada hasil yang ditemukan

Eksisting Struktur Tata Kelola Waduk Jatiluhur dan Perikanan

IV. METODE PENELITIAN

8. Kelompok Pembudidaya Ikan

7.3 Struktur Tata Kelola Waduk Jatiluhur dan Perikanan

7.3.1 Eksisting Struktur Tata Kelola Waduk Jatiluhur dan Perikanan

Waduk Jatiluhur berada di wilayah Kabupaten Purwakarta sehingga dalam perumusan aturan dan kebijakan terkait pengelolaan dan pemanfaatan waduk yang berkaitan dengan budidaya ikan dengan sistem KJA didominasi oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta dan PJTII selaku pengelola waduk. Kedua stakeholder bersinergi sesuai dengan kepentingannya masing-masing. Adapula Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Kabupaten Purwakarta sebagai lembaga yang mengeluarkan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP) dan Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kabupaten Purwakarta sebagai lembaga yang mengeluarkan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPL).

Kebijakan dan aturan formal yang dibuat oleh Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta sejalan dengan kebijakan yang dibuat oleh Dinas Perikanan Provinsi Jawa Barat di bawah Kementerian Kelautan dan Perikanan. Koordinasi antar-stakeholder terkait dengan upaya pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan produksi ikan yang tetap memerhatikan kelestarian dan keberlanjutan lingkungan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan para stakeholder, diketahui bahwa struktur tata kelola Waduk Jatiluhur dan perikanan tergolong baik karena sudah ada kerja sama dan komunikasi yang baik antara PJTII dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta. Terkait dengan peruntukan Waduk Jatiluhur yang utama, yaitu sebagai penyedia air irigasi, air baku, dan PLTA, PJTII memiliki kepentingan dalam menjaga kualitas air dan kelestarian waduk. Berbeda dengan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta yang menjadikan Waduk Jatiluhur sebagai lokasi budidaya ikan, stakeholder ini berkepentingan untuk dapat memenuhi kebutuhan konsumsi ikan khususnya di Provinsi Jawa Barat, namun

fakta di lapang menunjukkan bahwa jumlah petakan KJA di Waduk Jatiluhur sudah melebihi daya dukung waduk. Gambar struktur tata kelola Waduk Jatiluhur dan perikanan antar-stakeholder dapat dilihat pada Gambar 3.

Collective choice level Kementerian Kelautan Kementerian Lingkungan

dan Perikanan Hidup

Dinas Perikanan

Provinsi Jawa Barat

Dinas Peternakan BLH BPMPTSP dan Perikanan PJTII Kabupaten Kabupaten

Kab.Purwakarta Purwakarta Purwakarta

UPTD Seksi Kelembagaan TNI AL, dan Penyuluhan Kodim 0619,

satpolairud, satpol PP POKMASWAS Kelompok pembudidaya ikan dan

kelompok nelayan

Operational choice level

Gambar 3 Eksisting struktur tata kelola waduk dan perikanan

Ket: : Garis koordinasi

: Garis instruksi

: Garis konsultasi/pembinaan : Garis pengawasan

Jumlah petakan KJA yang sudah melebihi daya dukung waduk menurunkan kualitas air Waduk Jatiluhur dan mengakibatkan terjadinya upwelling dan kematian ikan massal. Adanya tambahan biaya operasional yang dikeluarkan oleh PJTII akibat terjadinya korosi pada turbin PLTA juga membuktikan bahwa air di Waduk Jatiluhur telah mengalami penurunan secara kualitas. Pemerintah daerah Kabupaten Purwakarta dan PJTII melibatkan kelompok pembudidaya ikan, kelompok nelayan, kelompok masyarakat sekitar waduk, dan instansi terkait untuk membersihkan

waduk dari sampah plastik, bambu, dan eceng gondok serta mengangkat KJA yang sudah tidak memiliki izin usaha, tidak layak, terbengkalai, tidak terpakai, dan ditinggalkan pemiliknya. Hal ini gencar dilakukan untuk mengurangi jumlah KJA yang telah melebihi daya dukung waduk dan aturan yang ditetapkan.

Sesuai Surat Keputusan Bupati Purwakarta Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pemanfaatan Waduk untuk Kegiatan Perikanan maka jumlah ideal untuk KJA di Waduk Jatiluhur yang memiliki luas 8 300 ha adalah 2 100 petak, namun menurut Laporan Tahunan PJTII tahun 2014, jumlah KJA di Waduk Jatiluhur ialah 23 000 petak.

Tabel 11 Jumlah pembudidaya dan petakan KJA tahun 2011 – 2014 berdasarkan jumlah izin SIUP yang dikeluarkan oleh BPMPTSP

No. Tahun

Keterangan Jumlah

petani (orang)

Jumlah petak petani yang mempunyai jumlah KJA maksimal 4 petak Jumlah petani (orang)

Jumlah petak petani yang mempunyai jumlah KJA

lebih dari 4 petak (maksimal 20 petak)

1. 2011 12 46 397 5 902

2. 2012 259 1 004 160 2 165

3. 2013 618 2 468 758 12 403

Jumlah 889 3 518 1 315 20 470

Jumlah total petani (orang) 2 204

Jumlah petak KJA (petak) 23 988

Sumber: Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta (2015)

Balai Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan (Balitbang KP) mengatakan bahwa kegiatan budidaya ikan di Waduk Jatiluhur sudah over eksploitasi sehingga dibutuhkan langkah moratorium dan rasionalisasi dalam pengelolaan KJA agar kelestarian lingkungan waduk dapat terjaga. Hal ini didukung dengan data Balitbang KP mengenai meningkatnya beban fosfor (P) sebagai cemaran dari kegiatan budidaya ikan yaitu pada tahun 1995 sebesar 202,81 ton, tahun 1998 sebesar 253,25 ton, tahun 2005 sebesar 338,94 ton, dan tahun 2012 sebesar 468,76 ton. Balitbang KP merumuskan langkah-langkah strategis terkait pemanfaatan dan pengelolaan Waduk Jatiluhur sebagai lokasi budidaya ikan, yaitu: (a) rasionalisasi jumlah KJA menjadi 2 364 unit dan penataan zonasi agar tidak melebihi daya dukung waduk; (b) kepemilikan KJA setiap kepala keluarga harus adil agar tidak terjadi ketimpangan ekonomi dan sosial; (c) pengaturan biomassa ikan yang dipelihara secara adil agar total biomassa ikan tidak melebihi daya dukung waduk; (d) pengembangan regulasi diikuti dengan penegakan hukum

melalui kemitraan antara pembudidaya ikan, pengelola waduk, dan pemerintah daerah; (e) pengembangan sistem peringatan dini bagi pembudidaya melalui Dinas Perikanan dan PJTII setelah mendapat rekomendasi dari Lembaga Penelitian; dan (f) pengembangan prinsip budidaya KJA yang ramah lingkungan dengan pendekatan ekosistem (ecosystem approach for aquaculture/EAA).

Menurut Perda Purwakarta No. 6 Tahun 1996 tentang perubahan pertama Perda Kabupaten Purwakarta Nomor 7/PD/1985 tentang SIUP Perikanan dan Keputusan Bupati Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pemanfaatan Waduk untuk Kegiatan Perikanan, para pembudidaya yang ingin memiliki usaha budidaya dengan sistem KJA harus terlebih dulu membuat SIUP yang dikeluarkan oleh BPMPTSP dengan rekomendasi dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta dan PJTII. Syarat lainnya adalah pembudidaya harus memiliki SPPAP dan SPPL. Baik pengurusan SPPAP ataupun SPPL, para pembudidaya ikan harus memiliki SIUP aktif.

SIUP memiliki dasar hukum yaitu Perda Purwakarta No. 6 Tahun 1996 tentang perubahan pertama Perda Kabupaten Purwakarta Nomor 7/PD/1985 tentang SIUP Perikanan dan Keputusan Bupati Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pemanfaatan Waduk untuk Kegiatan Perikanan. Menurut BPMPTSP, SIUP bertujuan agar terpeliharanya kelestarian waduk secara optimal yang mampu mendorong peningkatan perekonomian masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebagai upaya penunjang pembangunan yang berdaya guna dan berhasil guna. Sasaran SIUP adalah pemilik KJA dan pembudidaya ikan. Alur pembuatan perizinan usaha ikan di Waduk Jatiluhur dapat dilihat pada Gambar 6.

SOP dalam pembuatan surat izin usaha perikanan di Waduk Jatiluhur berdasarkan Keputusan Bupati No 6 Tahun 2000 tentang Pemanfaatan Waduk untuk Kegiatan Perikanan terbagi atas dua, yaitu persyaratan untuk membuat SIUP KJA dan melakukan perpanjangan SIUP KJA. Adapun persyaratan untuk membuat SIUP KJA adalah:

 Surat permohonan

 Foto copy KTP

 Surat penyataan di atas materai 6000

Usaha KJA

 Rekomendasi dari instansi pengelola waduk (PJTII) dan Dinas

Adapun persyaratan untuk melakukan perpanjangan SIUP KJA adalah:

 Surat permohonan

 Foto copy KTP

 Foto copy NPWP (Nomor Pokok Wajib Pajak)

 Surat pernyataan di atas materai 6000

 Surat izin KJA asli

 Surat keterangan dari instansi pengelola waduk (PJTII) dan Dinas

Tidak Ya Tidak Ya Tidak Ya Ya

Gambar 4 Mekanisme SIUP, SPPAP, dan SPPL di Waduk Jatiluhur Pembudidaya ikan  Surat permohonan  Foto copy KTP/NPWP  Surat pernyataan  Rencana usaha Rekomen dasi teknis dari PJTII dan Dinas BPMPTSP  Retribusi Rp 500 000/20 petak/3 tahun

 SIUP dari Bupati

Tidak bisa berusaha KJA Tidak bisa berusaha KJA Dasar:

1. Perda Kab. No 6 Tahun 2010 2. Permen LH No 13 Tahun 2010 PJTII  Membayar Rp 119 000/petak/tahun  Stiker SPPAP BLH  SIUP aktif  SPPL Tidak bisa berusaha KJA

Retribusi izin usaha perikanan KJA di Waduk Jatiluhur termasuk ke dalam PAD dalam hal ini adalah Kabupaten Purwakarta. Retribusi disetorkan ke kantor BPMPTSP selaku badan yang mengeluarkan Surat Izin Usaha Perikanan (SIUP). Biaya retribusi izin usaha perikanan yang harus dikeluarkan oleh pemilik KJA atau pembudidaya ikan sebesar Rp 1 000/m2. Waktu proses pengurusan surat izin usaha perikanan adalah 5 hari kerja.

Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta melalui Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) menyusun kebijakan yang berfokus pada peningkatan produksi ikan baik budidaya dan tangkap. UPTD juga melakukan pembinaan teknis pengelolaan dan pengolahan hasil perikanan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan memberikan nilai tambah dari hasil produksi ikan. Kegiatan pengolahan hasil perikanan seperti membuat abon ikan. Kegiatan ini dibantu pula oleh seksi kelembagaan dan penyuluhan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta yaitu penyuluh perikanan. Jika masyarakat membentuk kelompok pengolah hasil perikanan maka akan diberikan bantuan berupa alat-alat pendukung usaha oleh Dinas. Sasaran pembinaan UPTD adalah kelompok binaan Dinas yang tersebar di wilayah perairan Waduk Jatiluhur. Kelompok binaan ini terdiri dari kelompok pembudidaya ikan dan kelompok nelayan. Biasanya kelompok terbentuk karena adanya persamaan nasib atau tempat tinggal. Kelompok-kelompok yang ada tidak hanya dibentuk oleh UPTD, namun juga oleh penyuluh perikanan ataupun dibentuk oleh masyarakat sendiri. Kelompok-kelompok yang dibentuk secara mandiri tersebut dapat mendaftarkan kelompoknya ke dinas. Selain diberikan pembinaan, kelompok binaan dinas biasanya mendapatkan bantuan berupa bibit ikan. Biaya kegiatan ini berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Kelompok-kelompok ini memiliki peran dalam menjaga dan mengawasi kebersihan serta kelestarian lingkungan sekitar perairan waduk.

Selain UPTD, PJTII juga melakukan penyaluran dana program kemitraan kepada beberapa kelompok baik kelompok yang sudah ada maupun kelompok yang terdiri dari usaha individu. Program ini bertujuan untuk mendukung program ketahanan pangan. Berdasarkan laporan tahunan PJTII pada tahun 2014, PJTII melakukan seleksi kelayakan usaha calon mitra binaan sesuai dengan prosedur yang

berlaku agar mendapatkan mitra binaan yang layak untuk dibina. Dalam program ini, diharapkan agar tidak terjadi piutang macet antara produsen, konsumen, dan atau pemasok karena telah diterapkannya system cluster. Dana program kemitraan ini berasal dari pengembalian pinjaman, pendapatan jasa administrasi pinjaman, dan jasa giro setiap tahun. Kegiatan yang dilakukan oleh PJTII tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan.

Penyuluh perikanan melalui Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta dan PJTII secara rutin melakukan sosialisasi dan penyuluhan mengenai pengelolaan usaha KJA yang sesuai dengan aturan dan berbasiskan lingkungan serta pengolahan produk berbahan baku ikan. Penyuluh perikanan juga melakukan koordinasi dengan POKMASWAS terkait pengawasan perikanan budidaya ikan dengan sistem KJA dan perikanan tangkap di Waduk Jatiluhur. Jika ada dugaan pelanggaran aturan oleh pembudidaya ataupun nelayan maka POKMASWAS diharapkan melaporkan pelanggaran tersebut kepada pihak yang berwenang.

POKMASWAS sebagai stakeholder yang berada langsung di lapang merupakan binaan dari UPTD. POKMASWAS di Waduk Jatiluhur terbagi atas 3 disebabkan wilayah waduk yang cukup luas. Ketiga POKMASWAS ini membagi wilayah pemantauan agar lebih efektif dan efisien dalam pengawasan kegiatan perikanan baik perikanan budidaya maupun perikanan tangkap. Sehubungan dengan peran POKMASWAS, berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bahwa di Waduk Jatiluhur telah ditemukan jenis ikan yang termasuk ke dalam species asing invasif, yaitu ikan Oscar (Amphilophsus citrinellus) dan ikan Golsom (Hermichromis elongates). Keberadaan ikan ini dikhawatirkan akan mengancam kelestarian sumberdaya ikan asli. Kementerian Kelautan dan Perikanan melakukan upaya pencegahan dan pengendalian masuknya species asing invasif dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.17/MEN/2009 tentang Larangan Pemasukan Beberapa Jenis Ran dari Luar Negeri ke dalam Wilayah Negara Republik Indonesia. POKMASWAS sebagai kelompok pengawas berperan dalam melaporkan hal tersebut kepada pengawas

perikanan atau aparat penegak hukum setempat karena dikhawatirkan akan memberikan dampak negatif terhadap kegiatan perikanan di Waduk Jatiluhur.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu ketua POKMASWAS, diketahui bahwa Dinas pernah memberikan bantuan berupa perahu dan alat komunikasi kepada masing-masing ketua POKMASWAS agar memudahkan POKMASWAS dalam mengawasi kegiatan usaha perikanan di Waduk Jatiluhur. Bantuan ini merupakan biaya yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), APBD Provinsi/APBD Kabupaten/Kota, serta sumber dana dari pihak ketiga yang bersifat tidak mengikat.

Selain POKMASWAS dan kelompok binaan Dinas, ada pula kelompok yang terbentuk dari wilayah zona yang dipimpin oleh ketua zona. Setiap zona yang ada di Waduk Jatiluhur memiliki ketua yang bertugas mengatur pelaku utama/pelaku usaha dalam lingkup zonanya untuk mematuhi aturan yang berlaku. Dalam zona terdapat kelompok-kelompok binaan Dinas tersebut. Fungsi ketua zona dan ketua kelompok hampir sama. Ketua zona dan ketua kelompok berfungsi untuk melindungi anggota kelompoknya jika terjadi masalah, seperti pencurian ikan, pakan, atau alat-alat teknis dari usaha perikanan dan membina serta membimbing anggota kelompoknya dalam pengelolaan usaha perikanan yang sesuai aturan dan berbasiskan lingkungan. Ketua zona dipilih berdasarkan keputusan bersama, biasanya yang terpilih adalah orang yang memiliki pengaruh di daerahnya seperti ketua RT dan Lurah.

Adapun koordinasi lainnya antar-stakeholder yaitu UPTD atas nama Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Purwakarta, PJTII, POKMASWAS, dan kelompok pembudidaya ikan serta kelompok nelayan dengan instansi terkait lainnya, yaitu terdiri dari tim gabungan dari unsur TNI Angkatan Laut (AL), satuan polisi air udara kepolisian daerah Jawa Barat, Kodim 0619 Purwakarta, satuan polisi air resor Purwakarta,dan satuan polisi pamong praja Purwakarta. Koordinasi antara beberapa stakeholder ini disebabkan oleh adanya kegiatan pengendalian jumlah KJA dengan melakukan penertiban usaha budidaya ikan dengan sistem KJA dan pemberhentian serta perpanjangan perizinan usaha perikanan di Waduk Jatiluhur. KJA yang ditertibkan adalah KJA yang tidak memiliki izin usaha, sudah tidak beroperasi, ditinggal pemilik, dan atau sudah tidak layak.