Rata
–
rata satu mil li li ter ur in diekskr esikan per menit.Biasanya dari 125 ml plasma yang difiltrasi per menit, 124 ml/menit direabsorpsi, sehingga jumlah akhir urin yang terbentuk rata – rata adalah 1 ml/menit. Dengan demikian, urin yang diekskresikan per hari adalah 1,5 liter dari 180 liter yang difiltrasi.
Urin mengandung berbagai produk sisa dengan konsentrasi tinggi ditambah sejumlah bahan dengan jumlah bervariasi yang diatur oleh ginjal, dan kelebihannya akan dikeluarkan melalui urin. Bahan – bahan yang bermanfaat ditahan melalui proses reabsorpsi sehingga tidak muncul di urin.
Perubahan yang relative kecil jumlah filtrate yang direabsorpsi dapat menyebabkan perubahan besar volume urin yang terbentuk. Sebagai contoh, penurunan kecepatan reabsorpsi yang kurang dari 1% dari kecepatan reabsorpsi rata – rata, dari 124 ml menjadi 123 ml/menit, meningkatkan ekskresi urin sebesar 100%, dari 1-2 ml/menit.
Mekanisme pemekatan urin bergantung pada adanya peningkatan osmolalitas sepanjang piramis medulla. Peningkatan osmolalitas ini dimungkinkan oleh kerja ansa Henle sebagai countercurrent multiplier dan dipertahankan oleh kerja vasa recta sebagai countercurrent exchanger. System countercurrent ialah system dengan aliran masuk berjalan sejajar, berlawanan arah, dan berdekatan dengan alira keluar untuk jarak tertentu. Hal ini terjadi baik pada ansa Henle maupun pada vasa recta di medulla ginjal.
Kerja tiap ansa Henle sebagai countercurrent multiplier bergantung pada transport aktif Na+ dan Cl- keluar dari lumen pars ascendens bagian yang tebal, permeabilitas yang tinggi terhadap air di pars descendens bagian yang tipis, dan aliran
masuk dari tubulus proksimal dengan aliran keluar ke tubulus distal.
Andaikan suatu keadaan awal dengan osmolalitas 300 mosm/kg H2O di sepanjang pars descendens dan ascendens serta interstisium medulla. Misalkan pompa di pars ascendens bagian yang tebal dapat memompakan 100 mosm/kg Na+ dan Cl- dari cairan tubulus ke interstisium akan terjadi peningkatan osmolalitas interstisium menjadi 400 mosm/kg H2O. air akan tertarik keluar dari pars descendens bagian yang tipis, dan cairan tubulus akan mencapai keseimbangan dengan interstisium. Namun, cairan, dengan 300 mosm/kg H+2+O terus masuk ke bagian ini dari tubulus proksimal, sehingga perbedaan yang menyebabkan dipompanya Na+ dan Cl- berkurang lebih banyak yang masuk ke dalam interstisium. Sementara itu, cairan hipotonik tadi akan mengalir ke dalam tubulus distal, dan cairan tubulus yang isotonic (selanjutnya juga yang hipertonik) akan mengalir masuk ke dalam pars ascendens bagian yang tebal. Proses ini berulang – ulang, dan sebagai hasil akhir, timbul perbedaan osmolalitas dari atas sampai bawah ansa Henle.
Pada nefron juxtamedularis yang memiliki ansa Henle dan pars ascendens bagian tipis lebih panjang, perbedaan osmotic akan tersebar pada jarak yang lebih panjangdan tingkat osmolalitas di ujung ansa Henle lebih besar. Hal ini disebabkan oleh pars ascendens bagian tipis relative tidak permeable untuk air tetapi permeable untuk Na+ dan Cl-. Oleh karena itu, akan terjadi perpindahan Na+ dan Cl- akibat perbedaan konsentrasinya ke interstisium, dan terjadi countercurrent multiplication pasif tambahan yang akan lebih meningkatkan perbedaan osmolalitas. Ansa Henle yang lebih panjang ini akan menyebabkan tingkat perbedaan osmolalitas yang lebih besar di ujung piramis.
Tingkat perbedaan osmotic di piramis medulla tidak dapat dipertahankan bila Na+ dan ureum di ruang interstisium diangkut oleh aliran darah. Zat – zat terlarut ini akan tertinggal di piramis tertama karena kerja vasa recta sebagai countercurrent exchanger. Zat terlarut akan berdifusi keluar pembuluh – pembuluh darah yang mengalirkan darah ke atas korteks untuk kemudian masuk ke dalam pembuluh – pembuluh yang ke bawah menuju piramis. Sebaliknya, air akan berdifusi keluar pembuluh yang ke bawah (vasa
recta pars descendens) dan memasuki vasa recta pars ascendens. Oleh karena itu, zat – zat terlarut cenderung mengalami resirkulasi di medulla dan air cenderung mengambil jalan pintas dan tidak melalui medulla, dengan demikian keadaan hipertonisitas medulla dapat dipertahankan. Air yang direabsorpsi dari duktus koligentes di daerah piramis juga akan diangkut oleh vasa recta dan masuk ke sirkulasi umum. Proses countercurrent exchange ini berlangsung secara pasif,; proses ini bergantung pada pergerakan air dan tidak dapat mempertahankan tingkat perbedaan osmotic yang tinggi di piramis bila proses countercurrent multiplication di ansa Henle tidak berlangsung.
DAUR ULANG UREA4
Tidak seperti tubulus proksimal, bagiandistal tubulus pengumpul bersifat impermeable terhadap urea. Akibatnya, urea secara progresif lebih pekat di segmen ini karena H2O direabsorpsi oleh keberadaan vasopressin, tetapi urea tidak mampu keluar dari lumen mengikuti penurunan gradien konsentrasinya. Pada saat cairan mencapai bagian akhir tubulus pengumpul, konsentrasi urea sudah lebih besar daripada konsentrasinya di cairan interstisium di sekitarnys dan cairan tubulus di dasar lengkung Henle. Perbedaan konsentrasi ini mendorong difusi urea keluar dari bagian akhir tubulus pengumpul, yang permeable terhadap urea, ke dalam cairan interstisium dan bagian dasar
lengkung pangjang yang permeable terhadap urea.
Vasopressin meningkatkan permeabilitas bagian akhir tubulus pengumpul terhadap urea dan H2O. Secara sekilas hal ini tampaknya kurang produktif. Mengapa urea, yang merupakan suatu zat sisa, harus direabsorpsi tepat di akhir tubulus sebelum cairan tubulus mengalir ke pelvis ginjal untuk dieliminasi? Reabsorpsi urea ini bermanfaat karena dua alasan : 1) urea yang direabsorpsi berperan menyebabkan
hipertonisistas medulla, dan 2) daur ulang urea menciptakan mekanisme untuk memekatkan urea di cairan yang diekskresikan sementara mengehmat pengeluaran H2O.
Ketika urea berdifusi keluar dari bagian akhir tubulus pengumpul, konsentrasi urea di cairan interstisium medulla bagian dalam dan di dasar lengkung panjang meningkat sampai seimbang dengan konsentrasi urea yang tinggi di bagian akhir tubulus pengumpul. Konsentrasi urea di cairan interstisium medulla bagian dalam yang tinggi
berperan menimbulkan gradien osmotic – aktif di medulla bagian dalam menarik H2O keluar dari pars descendens lengkung Henle ketika bagian tersebut masuk ke bagian dalam medulla. Pengeluaran H2O secara osmotis dari pars descendens meningkatkan knsentrasi NaCl di dalam cairan tubulus di segmen ini. Pada saat cairan kaya – Na Cl ini mengalir melintasi bagian tipis pars ascendens yang permeable terhadap Na Cl tetapi impermeable terhadap H2O, NaCl secara pasif berdifusi mengikuti penurunan gradien konsentrasinya keluatr menuju cairan interstisium ketika tubulus berjalan melintasi daerah sekitar yang osmolaritasnya menurun secara progresif. Dengan demikian, NaCl memang keluar di sepanjang pars ascendens, teatapi di bagian tipis pars ascendens zat ini keluar secara pasif mengikuti penurunan gradien konsentrasi yang akhirnya tercipta oleh daur ulang urea sementara di bagian tebal zat ini dikeluarkan secara aktif menentukan gradien osmotic vertical di medulla bagian luar.
Sementara itu, walaupun terdapat gradien konsentrasi urea yang mengarah ke luar, zat ini yang masuk ke bagian dasar lengkung dengan konsentrasi tinggi tidak dapat keluar sewaktu cairan mengalir melalui pars ascendens dan tubulus distal karena kedua segmen ini impermeable terhadap urea. Dengan demikian, cairan yang mengandung urea dengan konsentrasi tinggi mengalir melewati daerah – daerah di sekitarnya, yakni medulla bagian luar dan korteks, yang konsentrasi ureanya lebih rendah tanpa kehilangan urea. Cairan dengan konsentrasi urea yang tinggi ini kemudian masuk ke bagian awal tubulus pengumpul tempat terjadinya reabsorpsi H2O yang semakin meningkatkan konsentrasi urea dalam cairan tubulus. Akibatnya, ketika cairan ini mengalir ke bagian akhir tubulus pengumpul, lebih banyak urea yang berdifusi keluar karena konsentrasi urea dalam tubulus kembali lebih tinggi daripada cairan interstisium di sekitarnya. Dengan cara ini, siklus kembali berulang saat terjadi sekresi vasopressin sebagai resppons terhadap deficit H2O. Proses daur ulang ini secara progresif meningkatkan konsentrasi urea di cairan interstisium medulla dan di dalam cairan tubulus yang harus di ekskresikan sebagai urin. Perhatikan bahwa proses daur ulang urea ini pada dasarnya tidak mengubah jumlah total urea yang diekskresikan, tetapi emnyebabkan peningkatan konsentrasi urea dalam urin. Semakin besar konsentrasi urea, semakin kecil volume H2O yang harus menyertai zat sisa ini dalam urin. Mekanisme ini membantu menghemat H2O tubuh pada saat terjadi deficit H2O.
B. URETER 1,2,3
Ureter dibagi menjadi pars abdominalis, pelvik dan intra vesikalis.1 Panjang ureter sekitar 20-30 cm dan berjalan dari hilus ginjal
menuju kantung kemih.1 Dindingnya berotot dan dilapisi epitel transisional.3
• Epitel transisional dengan sel-sel membulat pada kantung yang menyusut, sedangkan sel-sel gepeng pada kantung yang melebar.3
• Lamina propria terdiri dari jaringan ikat dan pembuluh-pembuluh.3
• Otot polos: longitudinal (dalam), sirkular (tengah), longitudinal (luar).3 Perjalanan ureter dari pelvis renalis di hilus adalah sebagai b erikut :1,2
Berjalan sepanjang bagian medial m. Psoas major di
bagian belakang, namun melekat ke peritoneum
Kemudian menyilang bifurcatio iliaka komunis di
anterior sendi sakro-iliaka dan berjalan sepanjang dinding lateral pelvis menuju spina isciadika
Pada spina isciadika, ureter berjalan ke depan dan
medial untuk memasuki kandung kemih dalam posisi miring. Ureter pars intravesikalis memiliki panjang sekitar 2 cm dan perjalannya sepanjang dinding kandung kemih menghasilkan efek mirip sfingter. Pada pria ureter menyilang superfisial di dekat ujungnya di sebelah fans deferens. Pada wanita ureter lewat diatas forniks lateral vagina namun dibawah ligamentum kardinale dan pembuluh darah uterina.
Ureter merupakan struktur abdominal sekaligus pelvis, sehingga pasokan darahnya didapatkan dari banyak sumber :1
Ureter bagian atas : menerima cabang langsung dari aorta, a. Renalis, dan a. Gonadal.1
Vesika Urinaria Right ureter Transitional epithelium Muscle Peritoneum Trigone Ureteric orifice
Internal urethral sphincter Urethra
Vesica Urinaria