• Tidak ada hasil yang ditemukan

VESIKA URINARIA 1,2,3

Dalam dokumen Sistem Urinaria (Halaman 34-46)

Pada orang dewasa kandung kemih merupakan organ pelvis. Letaknya dibelakang pubis dan di bagian superior dilapisi peritoneum. Fungsinya sebagai penampung urin dan kapasitasnya sekitar 500 ml.

Struktur kandung kemih berbentuk piramid. Dan dari situ terdapat suatu korda fibrosa, yaitu urakus, yang berjalan ke atas menuju umbilikus menjadi ligamentum umbilikale media. Basis kandung kemih bebentuk segitiga. Pada pria, vesikula seminalis terletak dipermukaan  posterior luar kandung kemih dan dipisahkan oleh vas deferens. Sedangkan pada wanita, diantara kandung kemih rectum ada vagina. Leher kandung kemih menyatu dengan prostat  pada pria sedangkan pada wanita langsung melekat pada fascia pelvis.Fascia pelvis menebal membentuk ligamentum  puboprostatikum (pria) dan ligamentum  pubovesicale (wanita) untuk menahan leher 

kandung kemih pada tempatnya. Membrana mukosa kandung kemih membentuk lipatan bila kandung kemih kosong kecuali membrana

Vesika Urinaria: epitel transitional

yang melapisi basis (disebut trigonum) yang tetap halus. Angulus superior trigonum menandai pintu untuk orifisium ureter. Angulus inferior dari trigonum ini berbatasan dengan meatus uretra interna. Lapisan otot kandung kemih terdiri dari tiga lapisan otot polos membentuk trabekula yang disebut detrusor. Detrusor menebal di leher kandung kemih dan membentuk sfingter vesika.Pasokan darah yang masuk ke kandung kemih adalah aa. Vesikalis superior dan inferior (cabang dari a. Iliaka interna). V. Vesikalis menyatu disekeliling kandung kemih membentuk pleksus yang mengalirkan darah ke v. Iliaka interna.

Persyarafan kandung kemih yaitu saraf motoris menuju m. Detrusor berasal dari serabut  parasimpatis eferen dari S2-4. serabut dari sumber yang sama membawa serabut inhibitor ke sfingter interna sehingga miksi menjadi terkoordinasi. Sebaliknya serabut eferen simpatis menghambat detrusor dan menstimulasi sfingter.

D. URETRA1,2,3

Uretra merupakan organ yang berfungsi menyelurkan urine ke bagian luar. Fungsi uretra pada wanita berbeda dengan yang terdapat pada laki-laki. Pada laki-laki, uretra digunakan sebagai tempat pengaliran urine dan sistem reproduksi, berukuran panjang 13,7-16,2 cm, dan terdiri dari tiga bagian: yaitu prostat, selaput (membran) dan bagian yang berongga (ruang). Pada wanita panjang 3,7-6,2 cm dan hanya berfungsi sebagai tempat penyaluran urine kebagian luar tubuh.

Saluran berkemih dilapisi oleh membran mukosa, dimulai dari meatus uretra hingga ginjal. Meskipun

mikroorganisme sercara normal tidak ada yang bisa melewati uretra bagian bawah, membran mukosa ini pada keadaan patologis yang terus menerus akan menjadikannya media yang baik untuk pertumbuhan beberapa patogen.

E. PROSTATA1,10

Prostata merupakan organ kelenjar fibromuskular yang mengelilingi uretra pars  prostatika. Prostata mempunyai panjang urang lebih 1 ¼ inci (3 cm) dan terletak di antara

Prostata dikkelilingi oleh kapsula fibrosa. Di luar capsula terdapat selubung fibrosa, yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostata yang berbentuk kerucut mempunyai basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan collum vesicae; dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan diafragma urogenitale. Kedua ductus ejaculatorius menembus bagian atas facies posterior prostatae untuk bermuara ke uretra pars prostatica pada pinggir lateral utriculus prostaticus.

Kelenjar prostata yang jumlahnya banyak tertanam di dalam campuran otot polos dan  jaringan otot polos dan jaringan kat, dan ductusnya bermuara ke uretra pars prostatica.

Prostata secara tidak sempurna terbagi menjadi lima lobus. Lobus anteriorterletak di depan uretra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau medianus adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak diantara uretra dan ductus ejaculatorius. Permukaan atas lobus medius berhubungan dengan trigonum vesicae, bagian ini mengandung benyak  kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang uretra dan di bawah ductus ejaculatorius, juga mengandung kelenjar. Lobi protatae dexter dan sinister terletak di samping uretra dan dipisahkan satu dengan yang lain oleh alur vertikal dangkal yang terdapat pada fascies  posterior prostate. Lobi laterales mengandung banyak kelenjar.

Fungsi prostata adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung asamm sitrat dan fosfatase asam. Cairan ini ditambahkan ke semen pada waktu ejakulasi. Bila otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi, sekret yang berasal dari banyak  kelenjar diperas masuk ke uretra pars prostatica. Sekret prostata bersifat alkalis dan membantu menetralkan suasana asam di vagina.

Prostata diperdarahi oleh cabang arteria vesiacalis inferior dan arteria rectalis media. Sedangkan, pembuluh baliknya oleh plexus venosus prostaticus. Persarafannya oleh plexus hipogastricus inferior dan saraf simpatis merangsang otot polos prostata saat ejakulasi.

Pembesaran jinak   prostata sering ditemukan  pada laki – laki berusia ebih 50 tahun. Penyeabnya mungkin karena ketidak  seimbangan pengendalian hormon. Lobus medius kelenjar membesar ke atas dan merusak spincter  vesicae yang terletak pada

collum vesicae. Urin yang bocor ke uretra pars prostatica menyebabkan refleks miksi yang terus menerus. Pembesaran lobus medius dan lateral glandulua menimbulkan pemanjangan, kompresi lateral, dan distorsi uretra sehingga pasien mengalami kesulitann berkemih dan  pancarannya lemah. Penyulit yang sering terjadi adalah tekanan balik pada ureter dan kedua

ginjal. Pembesaran uvula vesicae (akibat pembesaran lobus medius) mengakibatkan terbentuknya kantung timbunan urin di belakang ostium uretra internum di dalam vesica urinaria. Urin yang tertimbun menjadi terinfeksi, dan vesica urinaria yang meradang (sistitis) menambah keluhan pasien.

Pada semua operasi prostata, ahli bedah sebaiknya memperhatikan plexus venosus  prostaticus. Venae mempunyai dinding yang tipis, tidak berkatup, dan dialirkan melalui  beberapa saluran yang besar langsung ke vena illiaca interna. Kerusakan pada vena ini dapat

mengakibatkan pendarahan hebat.

PROSES BERKEMIH (MIKTURISI)4

Setelah dibentuk oleh ginjal, urin disalurkan melalui ureter ke kandung kemih (buli –   buli). Aliran urin di ureter tidak semata - mata bergantung pada gaya tarik bumi. Kontraksi  peristaltik otot polos di dalam dinding uretra juga mendorong urin bergerak maju dari ginjal ke kandung kemih. Ureter menmbus dinding kandung kemih secara oblik, melalui dinding kandung kemih beberapa sentimeter sebelum bermuara di rongga kandung kemih. Susunan anatomis seperti ini mencegah aliran balik urin dari kandung kemih ke ginjal apabila terjadi  peningkatan tekanan di kandung kemih. Ketika kandung kemih terisi, ujung ureter yang

terdapat di dalam dinding kandung kemih terteka dan menutup. Namun, urin masih tetap dapat masuk ke kandung kemih, karena kontraksi ureter menghasilkan tekanan yang cukup  besar untuk mengatasi resistensi dan mendorong urin melewati muara saluran tertutup itu.

Dinding kandung kemih terdiri dari otot polos yang dilapisi oleh epitel jenis khusus. Dahulu diperkirakan bahwa kandung kemih adalah suatu kantung inert. Namun, baik epitel maupun otot polos berpartisipasi aktif dalam kemampuan kandung kemih mengakomodasi fluktuasi volume urin yang besar. Baru –  baru ini para peneliti mempelajari bahwa lapisan epitel mampu meningkatkan atau mengurangi luas permukaan melalui proses teratur daur  ulang membran saat kandung kemih terisi kosong atau penuh berganti  –  ganti. Untuk  meningkatkan luas permukaan sel – sel epitel ketika kandung kemih terisi, vesikel – vesikel sitoplasma disisipkan ke dalam membran permukaan melalui proses eksositosis; vesikel  –  vesikle tersebut ditarik kembali melalui proses endositosis untuk memperkecil luas  permukaan saat isi kandung kemih keluar. Sebagaimana sifat otot polos, otot polos kandung

kemih dapat sangat meregang tanpa menyebabkan peningkatan ketegangan dinding kandung kemih. Selain itu, dinding kandung kemih yang berlipat  –  lipat menjadi rata sewaktu kandung kemih terisi untuk meningkatkan kapasitas kandung kemih. Karena urin secara terus  – menerus dientuk oleh ginjal, kandung kemih harus memiliki kapasitas penyimpanan yang

cukup, sehingga urin tidak perlu terus – menerus dikeluarkan.

Otot polos kandung kemih mendapat banyak persarafaan serat parasimpatis, yang apabila dirangsang akan menyebabkan kontraksi kandung kemih. Apabila saluran keluar  melalui uretra terbuka, kontraksi kandung kemih menyebabkan pengosongan urin dari kandung kemih. Walaupn demikian, pintu keluar kandung kemih dijaga oleh dua sfingter,  sfingter uretra interna dan sfingter uretra eksterna. Sfingter adalah cincin otot yang bila  berkontraksi, menutup aliran yang melewati lubang yang bersangkutan.Sfingter uretra interna

 – 

yang terdiri dari otot polos dan dengan demikian berada di bawah kontrol involunter  – sebenarnya bukan suatu otot terpisah, tetapi merupakan bagian terakhir dari kandung kemih. Meskipun bukan merupakan sfingter sejati, otot ini melakukan fungsi yang sama dengan sfingter. Sewaktu kandung kemih melemas, susunan anatomis sfingter  uretra interna menutupi pintu keluar kandung kemih.

Lebih jauh ke bawah, uretra dikelilingi oleh satu lapisan otot rangka, sfingter uretra eksterna. Sfingter in diperkuat oleh seluruh diafragma pelvis, suatu lembaran otot rangka yang mementuk dasar panggul dan membantu menunjang organ – organ panggul.  Neuron  –  neuron motorik yang mempersarafi sfingter eksternal dan diafragma pelvis secara terus – menerus melepaskan potensial aksi dengan kecepatan sedang kecuali bila mengalami inhibisi, sehingga otot – otot ini mengalami kontraksi tonik untuk mencegah keluarnya urin melalui uretra. Dalam keadaan normal, sewaktu kandung kemih melemas dan terisi, sfingter uretra interna dan eksterna tertutup untuk mencegah urin keluar. Selain itu, karena merupakan otot rangka, sfingter eksterna dan diafragma pelvis berada di  bawah kontrol kesadaran.

Mikturisi atau berkemih, yaitu proses pengosongan kandung kemih, diatur oleh dua mekanisme, refleks berkemih dan kontrol volunter. Refleks berkemih dicetuskan apaila reseptor  –  reseptor regang di dalam kandung kemih terangsang. Kandung kemih pada orang dewasa dapat menampung sampai 250 atau 400 ml urin sebelum tegangan dindingnya mulai meningkat untuk mengaktifkan reseptor regang. Semakin besar   peregangan melebihi ambang ini, semakin besar tingkat pengaktifan reseptor. Serat – 

sarat aferen dari reseptor regang membawa impuls ke korda spinalis dan akhirnya, melalui antarneuron, merangsang saraf parasimpatis yang berjalan ke kandung kemih dan menghambat neuron motorik yang mempersarafi sfingter eksterna. Stimulasi  parasimpatis pada kandung kemih menyebabkan organ ini berkontraksi secara mekanis menarik sfingter interna terbuka. Secara simultan,sfingter dihambat. Sekarang kedua sfingter terbuka dan urin terdorong keluar melalui uretra akibat gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi kandung kemih. Refleks berkemih ini, yang seluruhnya merupakan refleks spinal, mengatur pengosongan kandung kemih pada bayi. Segera setelah kandung kemih terisi dalam jumlah yang cukup untuk memicu refleks tersebut, bayi secara otomatis mengompol.

Pengisian kandung kemih, selain memicu refleks berkemih, juga menyebabkan timbulnya keibginan sadar untuk berkemih. Persepsi kandung kemih yang penuh muncul sebelum sfingter eksterna secara refleks melemas, sehingga hal itu memberi ”peringatan”  bahwa proses berkemih akan segera dimulai. Akibatnya, kontrol volunter terhadap

 berkemih, yang dipelajari selama toilet training   pada masa kanak  –  kanak dini, dapat mengalahkan refleks berkemih, sehingga pengosongan kandung kemih dapat terjadi sesuai keinginan orang yang bersangkutan dan bukan pada saat pengisian kandung kemih  pertama kali mencapai titik yang menyebabkan pengaktifan reseptor regang. Apabila saat  berkemih tidak tepat sementara refleks berkemih sudah dimulai, pengosongan kandung kemih dapat secara sengaja dicegah dengan mengencangkan sfingter eksterna dan diafragma pelvis. Impuls sekretorik volunter yang berasal dari korteks serebrum mengalahkan masukan inhibitorik refleks dari reseptor regang ke neuron  –  neuron motorik yang terlibat (keseimbangan relatif EPSP dan IPSP), sehingga otot  –  otot ini tetap berkontraksi dan urin tidak dikeluarkan.

FAKTOR 

 – 

FAKTOR PEMBENTUKAN URIN5

Hormon anti diuretik (ADH) yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis posterior  akan mempengaruhi penyerapan air pada bagian tubulus distal karma meningkatkan  permeabilitias sel terhadap air. Jika hormon ADH rendah maka penyerapan air berkurang sehingga urin menjadi banyak dan encer. Sebaliknya, jika hormon ADH banyak,  penyerapan air banyak sehingga urin sedikit dan pekat. Kehilangan kemampuan mensekresi ADH menyebabkan penyakti diabetes insipidus. Penderitanya akan menghasilkan urin yang sangat encer. Volume urin dapat meningkat (poliuria) atau menurun (oliguria).

Selain ADH, banyak sedikitnya urin dipengaruhi pula oleh faktor-faktor berikut :

a. Jumlah air yang diminum (pemasukan cairan)

Akibat banyaknya air yang diminum, akan menurunkan konsentrasi protein yang dapat menyebabkan tekanan koloid protein menurun sehingga tekanan filtrasi kurang efektif. Hasilnya, urin yang diproduksi banyak.

 b. Saraf 

Rangsangan pada saraf ginjal akan menyebabkan penyempitan duktus aferen sehingga aliran darah ke glomerulus berkurang. Akibatnya, filtrasi kurang efektif karena tekanan darah menurun.

c. Banyak sedikitnya hormon insulin

Apabila hormon insulin kurang (penderita diabetes melitus), kadar gula dalam darah akan dikeluarkan lewat tubulus distal. Kelebihan kadar gula dalam tubulus distal mengganggu proses penyerapan air, sehingga orang akan sering mengeluarkan urin.

d. Pengeluaran keringat : pengeluaran keringat berlebih menghasilkan urin yang sedikit dan pekat.

e. Aktivitas fisik : aktivitas fisik yang berat menyebabkan tubuh mengeluarkan banyak  cairan, seperti keringat, atau bahkan dehidrasi sehingga tubuh mengeluarkan sedikit urin.

f. Suhu : dapat dipengaruhi oleh suhu tubuh maupun lingkungan. Apa bila suhu lingkungan dingin akan mengebabkan produksi urin meningkat, sebaliknya apabila suhu tubuh meningkat menurunkan jumlah produksi urin.

 Laboratorium

9

Pengambilan sampel air seni : 1. Urin sewaktu

Untuk berbagai pemeriksaan digunakan urin sewaktu, yakni urin dikeluarkan pada waktu yang tidak ditentukan secara khusus. Pemeriksaan ini baik untuk pemeriksaan rutin tanpa keluhan khusus.

2. Urin pagi

Maksudnya, urin yang pertama-tama dikeluarkan di pagi hari setelah bangun tidur. Urin ini lebih

 pekat daripada urin yang dikeluarkan di siang hari. Pemeriksaan urin pagi baik untuk sedimen,  berat jenis, protein, juga tes kehamilan. Sebaliknya, urin pagi tidak baik untuk pemeriksaan  penyaring karena adanya glukosuria.

3. Urin postprandial

Maksudnya, urin yang pertama kali dikeluarkan 1,5 - 3 jam sehabis makan. Sampel ini berguna untuk pemeriksaan glukosuria.

4. Urin 24 jam

Sampel ini digunakan untuk mengetahui keandalan angka analisis. Untuk mengumpulkan urin 24  jam diperlukan botol besar, bervolume 1,5 liter atau lebih yang ditutup dengan baik. Botol harus  bersih dan memerlukan zat pengawet.

Cara mengumpulkan urin ini dikenal juga sebagai timed specimen, yakni urin siang 12 jam, dan urin malam 12 jam. Urin siang 12 jam dikumpulkan dari pukul 07.00 sampai 19.00. Sementara urin malam 12 jam, dikumpulkan dari pukul 19.00 sampai pukul 7.00 keesokan harinya.

Adakalanya urin 24 jam ditampung terpisah-pisah dalam beberapa botol dengan maksud tertentu. Contohnya, pada penderita diabetes melitus untuk melihat banyaknya glukosa dari santapan satu hingga santapan berikutnya.

5. Urin 3 gelas dan 2 gelas pada laki-laki

Urin jenis ini digunakan untuk pemeriksaan urologis. Selain itu, juga untuk mendapatkan gambaran tentang letak radang atau lesi lain, yang mengakibatkan adanya nanah atau darah dalam air kencing pria.

a. PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK.9

Yang diperiksa adalah volume. warna, kejernihan, berat jenis, bau dan pH urin. Pengukuran volume urin berguna untuk menafsirkan hasil pemeriksaan kuantitatif atau semi kuantitatif suatu zat dalam urin, dan untuk menentukan kelainan dalam keseimbangan cairan badan. Pengukuran

volume urin yang dikerjakan bersama dengan berat jenis urin bermanfaat untuk menentukan gangguan faal ginjal. Banyak sekali faktor 

yang mempengaruhi volume urin seperti umur, berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik  volume urin dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan volume urin selama 24 jam.

Umumnya warna urin ditentukan oleh besarnya diuresis (peningkatan pembentukan kencing). Makin besar diuresis, makin muda warna urin. Warna normal urin berkisar antara kuning muda hingga kuning tua. Warna itu disebabkan oleh beberapa zat, terutama urochrom dan urobilin. Jika contoh urin bukan dalam gradasi kuning, bisa disebut abnormal, sehingga perlu pemeriksaan lebih lanjut. Meski demikian, warna abnormal juga belum tentu karena penyakit berat. Bisa saja disebabkan hasil metabolisme abnormal yang berasal dari suatu jenis makanan atau obat-obatan.

1. Kuning

Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom. Zat warna abnormal: bilirubin.

Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen. Indikasi penyakit: tidak ada (normal).

2. Hijau

Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat). Pengaruh obat-obat: methyleneblue, evan's blue.

Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil).

3. Merah

Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin. Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.

Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandun g kencing.

4. Cokelat

Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin. Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin. Indikasi penyakit: hepatitis.

5. Cokelat tua atau hitam

Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan. Zat warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin. Pengaruh obat-obat: derivat fenol, argyrol.

Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal).

6. Serupa susu

Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat.

Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang membeku.

Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa.

 b. PEMERIKSAAN MIKROSKOPIK 9

Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini  panting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya  penyakit. Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan  pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan. kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar  (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan +(ada), ++ (banyak) dan +++ (banyak sekali). Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu

organ atau jaringan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan, sperma,  bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu organ atau jaringan .seperti urat

amorf dan kristal.

c. PEMERIKSAAN KIMIA URIN9

Disamping cara konvensional, pemeriksaan kimia urin dapat dilakukan dengan cara yang lebih sederhana dengan hasil cepat, tepat, specifik dan sensitif yaitu memakai reagens pita. Reagens pita (strip) dari berbagai pabrik telah banyak beredar di Indonsia. Reagens pita ini dapat dipakai untuk pemeriksaan pH, protein, glukosa, keton, bilirubin, darah, urobilinogen dan nitrit. Untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimum, aktivitas reagens harus dipertahankan,  penggunaan haruslah mengikuti petunjuk dengan tepat, baik mengenai cara penyimpanan,  pemakaian reagnes pita dan bahan pemeriksaan. Urin dikumpulkan dalam penampung yang  bersih dan pemeriksaan sebaiknya segera dilakukan. Bila pemeriksaan harus ditunda selama

lebih dari satu jam, sebaiknya urin tersebut disimpan dulu dalam lemari es, dan bila akan dilakukan peme-riksaan, suhu urin disesuaikan dulu dengan suhu kamar.

 Radiologi

8

a. IVP (Intra Venous Pyelografi)8:

Pemeriksaan penting memperlihatkan anatomi dan fungsi

Media kontras intravena

Kontra indikasi gagal ginjal (kadar ureum dan kreatinin)

Tahapan pemeriksaan dan posisi di sesuaikan keperluan ( standar 5 menit, 15 menit, 25-30 menit, buli-buli penuh dan post voiding)

b. Tomogragrphy8:

Gunanya untuk menilai kontur kedua ginjal serta ukuran tanpa harus memberikan kontras iv (biasanya pada kasus-kasus ckd,  baik dengan batu atau tidak)

c. Rpg ( retrograde pyelography)8:

Berguna untuk melihat traktus urinarius yang tak terlihat pada  pemeriksaan ivp, dengan bantuan catheter yang dipasangkan kedalam traktus urinarius. ( kontras dimasukkan melalui kateter  yang dikeluarkan di uretra.)

Dalam dokumen Sistem Urinaria (Halaman 34-46)

Dokumen terkait