Gambar 3.12. Eksplorasi shot 11 dan 12
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Pada tahap ke-3 ini, adegan yang semula terjadi di lantai bawah dipindah ke lantai atas rumah Ucok. Nomor shot juga berubah menjadi 11 dan 12, terpangkas menjadi 2 karena Ucok langsung melihat Beguganjang begitu ia tiba di lantai 2.
Pada shot 11, penulis menggunakan POV Shot dan handheld Ucok menaiki tangga. Dark Voyeur POV menggunakan atap lantai 2 membuat fokus penonton tertuju pada lubang kecil untuk naik ke lantai 2. Dengan ini, penonton akan menjadi penasaran mengenai apa yang menanti Ucok di lantai 2, sementara Ucok pun juga tidak tahu apa yang akan ditemuinya di lantai 2. Jarak kamera yang digunakan adalah Close Up dengan komposisi Rule of Thirds. Pada shot 12, shot yang digunakan sama dengan shot 12 pada eksplorasi sebelumnya, yaitu Beguganjang ditampilkan secara balance di tengah frame, namun berubah menjadi inbalance dengan adanya Ucok di belakang Beguganjang.
93 4. Eksplorasi ketiga: Shot 14
Gambar 3.13. Eksplorasi shot 14
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Shot 14 adalah adegan dimana Ucok naik ke lantai 2 dan menemukan Beguganjang, lalu ia mendekati Beguganjang dengan ketakutan. Saat Ucok naik ke lantai 2, foreshadowing wajah Beguganjang diperlihatkan separuh dan tidak fokus untuk membuat penonton penasaran mengenai sosoknya, sekaligus agar penonton merasa takut untuk Ucok yang tidak tahu akan apa yang menantinya. Sosok tersebut diperjelas saat kamera bergerak mundur dan mengubah fokusnya menjadi Beguganjang sementara Ucok berjalan mendekat. Pada tahap ini, penonton mengetahui lebih dahulu bahwa Ucok terancam bahaya akibat visual Beguganjang yang ditunjukkan. Beguganjang yang kemudian menoleh ke belakang membuat Ucok takut, namun suspense yang ingin dibangun masih belum terasa karena hubungan penonton dengan Ucok kurang intim. Selain itu, ketakutan Ucok juga kurang tersampaikan bagi penonton.
94 5. Eksplorasi keempat: Shot 11, 12, 13, 14, 15, 15, 16, 17, dan 18
Gambar 3.14. Eksplorasi shot 11 (gambar 1 dan 2), 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 (gambar 9 dan 10)
(Sumber: Dokumentasi Pribadi)
Setelah melihat film referensi, penulis menyadari bahwa repetisi shot diperlukan untuk membangun suspense selama tokoh mendekati hantu. Repetisi tersebut berguna untuk membangun keintiman antara penonton dengan tokoh. Selain itu, penulis juga menyadari bahwa sosok hantu (antagonis) sebaiknya disembunyikan agar penonton dan tokoh dapat mengungkap sosok tersebut bersama-sama.
Shot 11 mengacu pada “The Beach House” (2019) yang menunjukkan Ucok yang baru tiba di lantai 2 dan mengeksplor lantai tersebut dengan senternya hingga menemukan sosok Beguganjang di seberang ruangan. Pada tahap pertama yang menyorot ketibaan Ucok di lantai 2, high angle dan Close Up digunakan untuk membuat jarak pandang yang sempit sehingga penonton menebak-nebak hal apa yang mungkin menanti Ucok. Crane down secara singkat dilakukan untuk menuju ke tahap berikutnya dimana foreground dalam shot ini adalah
95 Ucok sementara fokus utamanya ialah Beguganjang di sudut ruangan. Komposisi yang digunakan adalah rule of thirds dengan sudut eye level. Dengan demikian, mata penonton akan terfokus pada Beguganjang.
Shot 12 menunjukkan sosok Ucok yang mulai bergerak mendekati Beguganjang. Shot ini mengacu pada “The Beach House” (2019) dengan Medium Long Shot dan eye level. Ucok berada di sisi kiri frame membuat komposisi menjadi inbalance. Shot 13 mengacu pada “The Beach House” (2019), menunjukkan sosok Beguganjang membelakangi kamera sementara kamera bergerak maju (tracking in) seolah tokoh Ucok mendekat. Komposisi yang digunakan pada shot ini adalah balance, dengan sudut eye level dan jarak Medium Shot.
Shot 14 mengacu pada “The Beach House” (2019) yang menunjukkan pengungkapan tokoh secara sedikit demi sedikit dengan gerakan dolly. Komposisi yang digunakan adalah Rule of Thirds di sisi kiri frame. Dengan sosok Beguganjang yang terungkap sedikit demi sedikit akan meningkatkan kewaspadaan penonton, ditambah dengan kamera yang bergerak tracking in secara perlahan. Shot 15 menunjukkan kegelisahan Ucok saat akan menyingkap Beguganjang, mengacu pada film pendek “Pictures” (2015). Medium Close Up dipilih untuk memperlihatkan ekspresi Ucok dengan jelas, namun juga untuk memperlihatkan latar tempat dan suasana.
96 6. Eksplorasi kelima: Shot 11, 12, 13, 14, 15, dan 16
Gambar 3.15. Eksplorasi shot 11 (gambar 1 dan 2), 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19 (gambar 11 dan 12)
97 Pada eksplorasi shot 11, penulis mengubah kamera menjadi POV Shot namun dengan adegan yang sama seperti pada eksplorasi sebelumnya. Hal ini dimaksudkan supaya arah senter dapat terlihat dengan lebih jelas. Selain itu, penonton juga dapat mengeksplorasi lantai 2 bersama dengan Ucok. Penggunaan POV Shot ini mengacu pada film pendek “Pictures” (2015).
Pada shot 12, penulis mengacu pada “Pictures” (2015) yang menggunakan Medium Close Up dan sedikit high angle untuk menunjukkan reaksi Ucok pada apa yang dilihatnya. Ucok juga bergerak mendekat sementara kamera bergerak tracking out. Rule of thirds digunakan dalam shot ini untuk membuat look room Ucok terlihat lebar lalu menyempit seiring Ucok yang semakin mendekat pada Beguganjang.
Shot 13 masih sama dengan eksplorasi sebelumnya, sedangkan pada shot 14, adegan sama seperti shot 15 pada eksplorasi sebelumnya namun penulis mencoba menaikkan kamera sehingga menjadi high angle. Selain itu, penulis juga meletakkan kamera lebih dekat kepada Ucok sehingga menjadi Big Close Up. Shot ini mengacu pada “Pictures” (2015) yang meletakkan tokoh sangat dekat dengan kamera sehingga ekspresi takut tokoh tergambar dengan jelas.
Shot 15 mengacu pada film “Pengabdi Setan” (2017) dimana kamera diletakkan di belakang tokoh protagonis (Ucok) sementara Ucok menggapai Beguganjang dari diagonal belakang. Medium Shot digunakan dalam shot ini sehingga fokus shot yaitu Beguganjang yang duduk terlihat
98 secara keseluruhan. Shot 16 juga mengacu pada “Pengabdi Setan” (2017) yang menunjukkan tokoh antagonis (Beguganjang) memutar wajahnya menghadap kamera secara perlahan. Shot ini ditunjukkan dengan Big Close Up sehingga wajah Beguganjang memenuhi layar.
7. Eksplorasi keenam: Shot 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, dan 20
Gambar 3.16. Storyboard akhir shot 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20
99 Setelah mengeksplorasi lebih lanjut, nomor shot pun mengalami perubahan dan penambahan. Penambahan ini dilakukan untuk lebih membangun ketegangan saat Ucok mendekati Beguganjang. Penulis juga menemukan bahwa kamera POV Shot pada eksplorasi sebelumnya kurang menambah efek ketegangan. Karena itu teknik pada 2 eksplorasi sebelumnya kembali digunakan, yaitu Big Close Up untuk memperlihatkan kedatangan Ucok di lantai 2. Kamera kemudian bergerak mengikuti langkah Ucok yang mengeksplorasi lantai 2 dan akhirnya push in saat ia menemukan sosok Beguganjang kecil. Push in ini ditujukan agar penonton mengetahui hal apa yang ditemukan Ucok di lantai 2 dan membuatnya takut. Ini karena dalam ketiga acuan, penonton pun mengetahui dengan jelas apa yang membuat tokoh merasa takut.
Kamera pada shot 14 (tadinya 12) yang awalnya normal angle juga dinaikkan sedikit menjadi high angle dan diletakkan lebih dekat menjadi close up agar ketakutan Ucok lebih terlihat. Adegan ini dilanjutkan menuju shot 15 yang mengacu pada “The Beach House” (2019) dan “Pictures” (2015), yaitu kamera yang bergerak secara Sublte dolly menyorot Beguganjang kecil. Gerakan yang tidak disadari ini menambah ketegangan.
Pada shot 16, ketakutan Ucok semakin terlihat. Karenanya, big close up dipilih, seperti mengacu pada “Pictures” (2015). Mata Ucok ditampilkan dalam frame ini karena ekspresi ketakutan manusia dapat terlihat pertama kali dari mata. Shot 17 menunjukkan keragu-raguan Ucok
100 yang hendak menyentuh Beguganjang. Keragu-raguan ini mengambil acuan dari “Pictures” (2015).
Shot 18 dan 20 adalah adegan yang menunjukkan sosok Beguganjang kecil menoleh dan memperlihatkan wajahnya. High dan canted angle digunakan dalam shot ini untuk menimbulkan ketidaknyamanan. Selain itu juga menunjukkan kesinambungan dari shot sebelumnya, karena posisi Ucok yang lebih tinggi dari Beguganjang kecil yang sedang duduk. Shot 19 menyorot gigi Ucok yang bergemeletuk akibat ketakutan yang semakin membesar.