• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspor & Pertumbuhan Ekonomi

Dalam dokumen Analisis Determinan Net Ekspor Indonesia (Halaman 30-37)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Ekspor & Pertumbuhan Ekonomi

Ekspor merupakan bentuk paling sederhana dalam sistem perdagangan internasional dan merupakan suatu strategi dalam memasarkan produksi ke luar negeri. Faktor-faktor seperti pendapatan negara yang dituju dan populasi penduduk merupakan dasar pertimbangan dalam pengembangan ekspor (Kotler dan Amstrong, 2001).

Secara teoritis ekspor suatu barang dipengaruhi oleh suatu penawaran (supply) dan permintaan (demand). Dalam teori Perdagangan Internasional (Global Trade) disebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor dapat dilihat dari sisi permintaan dan sisi penawaran (Krugman dan Obstfeld, 2000). Dari sisi permintaan, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, nilai tukar riil, pendapatan dunia dan kebijakan devaluasi. Sedangkan dari sisi penawaran, ekspor dipengaruhi oleh harga ekspor, harga domestik, nilai tukar riil, kapasitas produksi yang bisa diproksi melalui investasi, impor bahan baku, dan kebijakan deregulasi.

Terdapat korelasi positif antara PDB dengan permintaan produk impor. Peningkatan PDB akan meningkatkan permintaan terhadap produk impor, demikian sebaliknya. Peningkatan impor sebagai akibat meningkatnya PDB negara importir dapat terlihat dari dua mekanisme sebagai berikut:

1. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya investasi. Peningkatan investasi menyebabkan meningkatnya kebutuhan akan barang impor antara lain barang-barang modal dan bahan baku sebagai input dalam proses produksi. Kebutuhan akan barang modal dan bahan baku yang ditawarkan (supply) oleh negara lain.

2. Kenaikan PDB negara importir menyebabkan meningkatnya kebutuhan produk final (final product) karena tidak semua dipenuhi oleh produksi dalam negeri.

Ekspor dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dalam beberapa cara. Pertama, pengaruh langsung ekspor yaitu dengan adanya perbaikan teknologi bagi masing-masing negara yang melakukan kegiatan perdagangan luar negeri. Kedua, ekspor dapat membantu mengatasi kendala nilai tukar mata uang (exchange rate). Hal ini kemudian menjadi pendorong bagi sebuah negara untuk melakukan impor, termasuk impor barang modal. Ketiga, berdasarkan penelitian Levine dan Renelt (1992) dalam Alam (2003) diperoleh bukti bahwa perbandingan antara ekspor dengan PDB memiliki hubungan yang sangat kuat dengan perbandingan antara investasi dengan PDB. Terdapat hubungan tidak langsung antara ekspor dan pertumbuhan ekonomi (PDB) melalui investasi.

Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan produk domestik bruto (PDB). Salah satu indikator penting untuk menganalisis pembangunan ekonomi yang terjadi disuatu Negara adalah pertumbuhan ekonomi, yang diukur dari perbedaan produk domestik bruto (PDB tahun tertentu dengan tahun sebelumnya atau

dapat dituliskan dalam persamaan matematika sederhana Yt-Yt-1/Yt-1 (Setiawan &

Handoko, 2005).

Dalam pandangan umum di kalangan peneliti bahwa pertumbuhan ekspor telah memberi kontribusi penting bagi negara-negara yang perekonomiannnya berorientasi pada ekspor. Penelitian mengenai keabsahan dari hipotesis export-led growth (ELG) dan growth-driven export (GDE) di Taiwan dengan menggunakan alat

uji Granger causality melalui uji vector error correction model (VECM) dan

menggunakan metodologi bound testing yang dikembangkan oleh Pesaran et al. (PSS, 2001). Hasil empiris membuktikan bahwa dalam jangka panjang adanya hubungan antara tingkat equilibrium diantara ekspor, output, syarat-syarat perdagangan dan produktifitas buruh/pekerja didalam model tersebut dan adanya hubungan timbal balik antara ekspor riil dan output riil (Shyh-Wei Chen, 2007). Dengan demikian, hasil test oleh Shyh-Wei Chen atas keuntungan dari strategi export-led growth agar tetap ditingkatkan di Taiwan.

Produk-produk yang betul-betul kompetitif, penawaran dan permintaan dalam negeri/domestik akan tergantung pada harga dalam mata uang domestik, sedangkan permintaan dan penawaran asing akan bergantung pada harga dalam mata uang asing (Krugman dan Obstfeld, 2000). Dijelaskan pula bahwa perdagangan akan terjadi di suatu pasar apabila terdapat perbedaan harga pada waktu sebelum perdagangan, jika kedua negara menghasilkan produk yang sama. Selain berbagai faktor di atas, hubungan perdagangan antar negara yang mempengaruhi aktivitas ekspor-impor adalah nilai tukar mata uang setiap negara.

Nilai tukar mata uang (exchange rate/kurs) memainkan peranan sentral dalam hubungan perdagangan internasional, karena exchange rate memungkinkan dapat membandingkan harga-harga barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu negara. Hal ini juga dijelaskan pula oleh Salvatore (2007) bahwa dalam melakukan transaksi perdagangan antar negara-negara, mereka menggunakan mata uang asing bukan mata uang negaranya. Mereka membutuhkan mata uang standar seperti US$ untuk bertransaksi. Apabila mata uang domestik terapresiasi terhadap mata uang asing maka harga impor bagi penduduk domestik menjadi lebih murah, tetapi apabila nilai mata uang domestik terdepresiasi maka nilai mata uang asing menjadi lebih mahal yang mengakibatkan ekspor bagi pihak luar negeri menjadi lebih murah.

Dalam perekonomian terbuka (Blanchard, 2006) dinyatakan bahwa sebagian dari hasil produksi yang dijual didalam negeri maka sebagiannya lagi akan diekspor keluar negeri. Pengeluaran atas hasil produksi atau output pada perekonomian terbuka dapat dibagi menjadi empat komponen, yaitu:

Cd adalah konsumsi barang dan jasa domestik; Id adalah investasi barang dan jasa domestik;

Gd adalah pembelian pemerintah atas barang dan jasa domestik; EX adalah ekspor barang dan jasa domestik.

Jika keempat komponen tersebut disatukan dalam persamaan maka akan terbentuk persamaan identitas:

Jumlah dari tiga komponen pertama (Cd + Id + Gd ) adalah pengeluaran dalam

negeri atas barang dan jasa dalam negeri, sementara komponen terakhir yaitu EX adalah pengeluaran luar negeri atas barang dan jasa dalam negeri.

Untuk pengeluaran dalam negeri atas seluruh barang dan jasa adalah jumlah pengeluaran dalam negeri untuk barang dan jasa dalam negeri serta barang dan jasa mancanegara. Oleh karena itu, konsumsi total (C) sama dengan konsumsi barang dan jasa dalam negeri (Cd) kemudian ditambah konsumsi dari barang dan jasa mancanegara (Cf); investasi total (I) sama dengan investasi dalam barang dan jasa dalam negeri (Id) ditambah dengan investasi dalam barang dan jasa mancanegara (If); dan belanja pemerintah total (G) adalah sama dengan belanja pemerintah atas barang dan jasa dalam negeri (Gd) ditambah dengan belanja pemerintah atas barang dan jasa mancanegara (Gf). Masing-masing komponen akan membentuk persamaan baru yaitu,

C = Cd + Cf; I = Id + If; G = Gd + Gf.

Ketiga persamaan diatas disubtitusi kedalam persamaan identitas diatas: Y = (C - Cf) + (I - If) + (G - Gf) + EX

Y = C + I + G + EX - (Cf + If + Gf) ………...………..…….. (2.2) Total jumlah pengeluaran dalam negeri atas barang dan jasa mancanegara adalah (Cf + If + Gf) yang artinya adalah pengeluaran untuk impor (IM). Jika kita subtitusikan kembali ke persamaan identitas maka didapat persamaan sebagai berikut:

Y = C + I + G + EX – IM ……….……….……. (2.3) Pengeluaran untuk impor dimasukkan kedalam pengeluaran dalam negeri (C + I + G) dan karena barang dan jasa yang diimpor dari mancanegara bukanlah bagian dari output suatu negara, maka persamaan tersebut harus dikurangi dengan pengeluaran untuk impor. Dengan mendefinisikan net ekspor sebagai ekspor dikurang impor (NX = EX – IM) sehingga persamaan identitas diatas menjadi:

Y = C + I + G + NX ………..……… (2.4)

Persamaan ini menyatakan bahwa pengeluaran atas output dalam negeri adalah jumlah dari konsumsi, investasi, belanja pemerintah dan net ekspor. Persamaan identitas perhitungan pendapatan nasional ini menunjukkan hubungan antara output dalam negeri, pengeluaran dalam negeri dan net ekspor.

NX = Y- (C + I + G) ………... (2.5) NX: Net Ekspor;

Y : Output;

(C + I + G): Pengeluaran dalam negeri.

Persamaan ini menerangkan bahwa dalam perekonomian kecil terbuka (closed open economy), pengeluaran dalam negeri tidak perlu harus selalu sama dengan output barang dan jasa dalam negeri. Jika output dalam negeri yang tersedia melebihi dari pengeluaran dalam negeri maka kita akan mengekspor perbedaan itu dan artinya net ekspor adalah positif. Bila output yang tersedia didalam negeri lebih sedikit/kecil dari pengeluaran domestik maka kita perlu mengimpor perbedaan/selisih itu dan ini berarti net ekspor adalah negatif.

Didalam neraca pembayaran atau Balance of Payment (BoP) terdapat dua komponen utama yaitu current account (neraca perdagangan) dan financial account. Current account terdiri dari transaksi impor dan ekspor barang dan jasa. Pada current account ekspor dicatat sebagai debet karena mengurangi devisa negara. Ada transaksi lain yang termasuk dalam current account yaitu pembayaran faktor dan transfer unilateral. Financial account yang mencatat transaksi aset finansial, transfer pembayaran, piutang maupun utang internasional. Namun fokus perhatian kita akan dititik beratkan pada konteks current account (neraca perdagangan) saja dikarenakan net ekspor berada pada komponen neraca perdagangan.

Menurut Mundell-Fleming (1999, 2001 & 2002) dalam Mankiw (2007) nama lain untuk net ekspor adalah neraca perdagangan karena menunjukkan bagaimana perdagangan barang dan jasa melenceng dari tolak ukur kesamaan ekspor dan impor. Net ekspor diambil dari komponen IS dari persamaan 2.5 diatas, dimana net ekspor dipengaruhi secara positif oleh pendapatan domestik bruto dalam negeri (Y), pendapatan domestik bruto luar negeri (Y*) dan dipengaruhi secara negatif oleh nilai tukar riil (ϵ). Sehingga didapat persamaan ekspor bersih yang merupakan turunan dari persamaan 2.5 ditambah dengan variabel yang mempengaruhi akan membentuk persamaan berikut:

NX = NX (Y, Y*, ϵ) ………... (2.6) NX: Net Ekspor;

Y : Produk domestik bruto (PDB) dalam negeri; Y* : Produk domestik bruto (PDB) luar negeri;

ϵ : Nilai tukar riil/kurs riil (real exchange rate)

Nilai tukar riil atau sering disebut juga dengan kurs riil adalah harga relatif dari barang-barang diantara dua negara. Kurs riil menyatakan tingkat dimana kita bisa memperdagangkan barang-barang dari suatu negara untuk barang-barang dari negara lain. Kurs riil terkadang juga disebut dengan terms of trade. Net ekspor (NX) merupakan fungsi dari kurs riil (ϵ).

NX = NX (ϵ)

Kurs riil berhubungan dengan net ekspor dimana bila kurs riil lebih rendah maka barang-barang didalam negeri akan lebih murah dibandingkan dengan barang- barang diluar negeri dan artinya net ekspor lebih besar.

Dalam dokumen Analisis Determinan Net Ekspor Indonesia (Halaman 30-37)

Dokumen terkait