• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekspor-Impor dan Perdagangan Internasional

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

3.1.2. Ekspor-Impor dan Perdagangan Internasional

Lipsey (1996) menyatakan ekspor adalah aliran perdagangan suatu komoditi dari dalam negeri ke luar negeri. Ekspor dapat diartikan suatu total penjualan barang yang dapat dihasilkan oleh suatu negara, kemudian diperdagangkan kepada negara lain dengan tujuan mendapatkan devisa. Suatu negara dapat mengekspor barang-barang yang dihasilkan pengekspor. Ekspor

D Jumlah yang dipertukarkan QE 0 Harga (P) PE E S

26

merupakan suatu kegiatan yang banyak memberikan keuntungan-keuntungan bagi para pelakunya, adapun keuntungan-keuntungan tersebut antara lain : meningkatkan laba perusahaan dan devisa negara, dan membiasakan diri bersaing dengan pasar internasional. Ekspor dapat meningkatkan dan menciptakan pembagian lapangan pekerjaan dan skala setiap produsen domestik agar mampu menghadapi persaingan dari yang lainnya (Salvatore, 1997).

3.1.2.2.Impor

Permintaan impor suatu negara terjadi apabila jumlah barang yang diminta oleh konsumen domestik melebihi jumlah barang yang ditawarkan produsen domestik pada suatu barang tertentu (Koo dan Kennedy, 2005). Permintaan dan penawaran domestik melalui analisis keseimbangan pasar. Dapat dilihat di Gambar 6 kurva permintaan dan penawaran saling memotong di titik E dengan harga P0 dan jumlah barang yang diminta dan ditawarkan Q0. Tetapi jika terjadi

penurunan harga dari P0 ke P1, penawaran domestik akan terjadi penurunan

menjadi QS1 sebaliknya permintaan domestik akan naik menjadi QD1 sebagai

transformasi dari mekanisme penyesuaian. Akibat pergerakan tersebut, kelebihan

permintaan dapat dititipi dengan impor sebesar a’b’. Dapat dilihat pada Gambar 7

:

Gambar 7. Kurva Impor Penurunan dari Kurva Keseimbangan Pasar. Sumber : Koo dan Kennedy, 2005

E Q Q P P P1 P2 a’b' P0 Q0 QD QD QS1 QS2 c’d’ QD1-QS1 QD2-QS2

27

3.1.2.3.Perdagangan Internasional

Kondisi keseimbangan menandakan suatu keadaan dengan tidak adanya hubungan perdagangan di dalamnya, dikatakan demikian karena seluruh output yang diproduksi oleh seluruh perusahaan dapat diserap oleh konsumen. Dalam perdagangan, keadaan ini disebut kondisi autarki (no trade) dan dalam perekonomian hal ini menandakan belum terjadinya hubungan perdagangan dengan luar negeri atau disebut juga perekonomian tertutup. Ciri dari perekonomian makro dapat dilihat dari aliran ekonomi makro dan mikronya yang tidak melibatkan pihak luar negeri untuk barang-barang impor dan tidak pula pembayaran dari luar negeri ke produsen domestik untuk barang yang diekspor.

Perbedaan penting antara perekonomian terbuka dengan perekonomian tertutup adalah dalam perekonomian terbuka, pengeluaran suatu negara selama periode waktu tertentu tidak perlu sama dengan yang mereka hasilkan dari memproduksi barang dan jasa. Dalam perekonomian tertutup, seluruh output dijual ke pasar domestik dan pengeluaran dibagi menjadi tiga komponen, yaitu konsumsi, investasi, dan belanja pemerintah. Dalam perekonomian terbuka, sebagian ouput dijual ke pasar domestik, sebagian lagi dijual diekspor ke negara lain sehingga terdapat komponen barang ekspor dalam pengeluaran atau pos pendapatan nasional (Mankiw, 2003).

Dasar dari terciptanya hubungan perdagangan internasional ini adalah Hukum Keunggulan Absolut Adam Smith dan Hukum Keunggulan Komparatif dari David Richardo. Keunggulan absolut dapat terjadi apabila negara melakukan spesialisasi pada produk komoditi yang memiliki keunggulan absolut dan menukar sebagian output ini untuk memperoleh output yang memiliki kerugian absolut. Sedangkan menurut David Richardo, perdagangan dapat terjadi meskipun salah satu negara kurang efisien dibandingkan negara lainnya dalam memproduksi kedua komoditi. Negara yang kurang efisien harus berspesialisasi dalam produk dan mengekspor komoditi yang kerugian absolutnya lebih sedikit (yaitu komoditi yang memiliki kenggulan komparatif) (Salvatore, 1997).

Insentif untuk melakukan ekspor dapat terjadi apabila tingkat harga di luar negeri lebih tinggi daripada tingkat harga di dalam negeri. Sedangkan apabila tingkat harga luar negeri lebih kecil daripada tingkat harga dalam negeri maka

28

suatu negara akan melakukan impor. Dalam model perdagangan internasional, ekspor terjadi ketika suatu negara mengalami kelebihan penawaran (excess supply) yang ditandai dengan terpenuhinya kebutuhan dalam negeri dan sisa barang masih ada dan diekspor ke luar negeri. Sebaliknya, impor terjadi dalam kondisi kelebihan permintaan (excess demand) yang ditandai dengan kekuangan kebutuhan dalam negeri sehingga mengharuskan impor dari luar.

Model yang menjelaskan hubungan perdagangan ini digambarkan dalam analisis keseimbangan parsial dan analisis keseimbangan umum (general equibrilium analysis). Dalam analisis keseimbangan parsial (pendekatan residual) kita hanya melihat hubungan perdagangan melalui satu pasar komoditi saja, sedangkan dalam analisis keseimbangan umum, kita melihat terjadinya hubungan perdagangan dari dua pasar komoditi. Asumsi yang digunakan dalam analisis keseimbangan parsial adalah dengan nilai tukar (term of trade) sama dengan satu, kondisi pasar persaingan sempurna, tidak ada intervensi dari pemerintah dan negara kecil. Dalam analisis keseimbangan parsial, kita menggunakan kurva permintaan dan penawaran untuk setiap komoditi yang diperdagangkan, kurva- kurva itu sendiri merupakan derivasi dari kurva batas kemungkinan produksi dan peta indeferen yang digunakan dalam analisis keseimbangan umum. Penjelasan terjadinya hubungan perdagangan antara dua negara dijelaskan pada kurva dibawah ini :

Gambar 8. Kurva Keseimbangan Perdagangan Internasional Sumber : Salvatore, 1997

Negara A Keseimbangan Ekspor-Impor Negara B

SA DA IM EX DB SB Q1 Q2 Q3 Q1 Q4 Qd Q QB 5 Q6 Q7 EA Ed EB P P P Pw1 Pd = Pw

29

Diasumsikan bahwa negara A adalah negara kecil yang memproduksi suatu komoditi, kondisi keseimbangan sebelum dibukanya hubungan perdagangan (autarki) terletak pada titik EA. Di titik harga domestik yang berlaku di negara A

(Pd) sama dengan harga dunia (Pw) dan jumlah komoditi yang dipertukarkan

adalah Q2. Apabila kemudian terjadi kenaikan harga dunia dari Pd = Pw menjadi

P1w, maka harga dunia yang lebih tinggi dari harga domestik ini memberikan

insentif bagi para produsen di negara A untuk memproduksi lebih banyak. Kelebihan penawaran (excess supply) yang terjadi mendorong produsen untuk menjajaki keuntungan di pasar internasional melalui ekspor. Pada Gambar 8 diatas jumlah yang diekspor adalah sebanyak Q2-Q3 yang sama dengan jumlah di

keseimbangan ekspor-impor dunia (0-Q4) dan yang diterima di negara pengimpor

B (Q5-Q7). Kurva ekspor dunia (EX) merupakan penjumlahan dari ekspor

komoditi sejenis pada negara A dan kurva impor dunia (IM) merupakan penjumlahan dari impor komoditi sejenis pada negara B. Kurva ini dibuat dengan menarik dari titik keseimbangan masing-masing negara.

Dokumen terkait